Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN

(STUDI KASUS: KECAMATAN CENGKARENG, KOTA


ADMINISTRASI JAKARTA BARAT)

Aditianata1 , Akhmad Fais Fauzi1 , Annisah Alfiyanti1

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul

Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510

nisahalfiyanti05@gmail.co m

Abstrak

Tingginya angka kejadian kebakaran akan berpengaruh pada ancaman suatu wilayah akan bencana. Kejadian kebakaran yang
telah merugikan banyak materi serta korban jiwa dapat dikurangi dengan memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi
kerentanan bencana. Kecamatan Cengkareng yang memiliki angka kejadian kebakaran yang tinggi berdampak pada tingginya
potensi kebakaran. Potensi bencana kebakaran di Kecamatan Cengkareng membutuhkan suatu analisis kerentanan bencana
kebakaran yang meneliti sebaran dan tingkat kerentanan di wilayah studi. Dengan mengetahui sebaran dan tingkat kerentanan
kebakaran permukiman di wilayah studi, kita dapat mengurangi kerentanan kebakaran yang ada. Tujuan penelitian ini adalah
: 1) mengetahui sebaran dan tingkat kerentanan bencana kebakaran permukiman di wilayah studi, 2) memberikan rekomendasi
untuk mengurangi kerentanan kebakaran di wilayah studi. M etode penelitian yang digunakan yaitu analisis spasial, analisis
pengharkatan, analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukan bahwa kerentanan kebakaran permukiman di wilayah studi dibagi
atas 3 (tiga) zona yaitu zona A (tinggi) meliputi Kelurahan Kapuk, zona B (sedang) meliputi Kelurahan Duri Kosambi,
Cengkareng timur, Kedaung Kaliangke dan zona C (rendah) meliputi Kelurahan Cengkareng Barat , Rawa Buaya. Oleh karena
itu, diperlukannya upaya pengurangan kerentanan kebakaran permukiman. Upaya pengurangan kerentanan kebakaran dapat
dilakukan dengan cara menambah ketersediaan fasilitas pemadam kebakaran di Kecamatan Cengkareng. Pengurangan
kerentanan kebakaran juga dapat dilakukan dengan melengkapi wilayah yang tidak mempunyai APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) dan APAB (Alat Pemadam Api Berat).

Kata Kunci: Kerentanan, kebakaran permukiman, aspek fisik

Pendahuluan Dapat dilihat dari peningkatan kawasan


terbangun di DKI Jakarta mayoritas didominasi
Perkembangan kota yang kian pesat oleh peruntukan permukiman sebesar 86,3%
juga diiringi oleh adanya potensi kebencanaan dari luas keseluruhan 661,26 km2 (Pieter J.
di kota yang mengakibatkan tingginya Kunu, 2010). Peningkatan kawasan terbangun
kerentanan kebencanaan di wilayah tersebut. yang tidak diimbangi dengan luas wilayah yang
DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi cukup menyebabkan wilayah menjadi padat.
yang mempunyai perkembangan kota yang Wilayah yang padat terus meningkat
pesat yang diiring dengan potensi kebencanaan.
1
menyebabkan kerentanan terhadap ancaman Kecamatan Cengkareng. Upaya pengurangan
bencana terutama kebakaran. Potensi bencana kerentanan kebakaran dapat dilakukan dengan
kebakaran yang tinggi ini mempengaruhi cara menambah ketersediaan fasilitas pemadam
tingkat kerentanan bencana kebakaran yang kebakaran di Kecamatan Cengkareng.
semakin tinggi. Pengurangan kerentanan kebakaran juga dapat
dilakukan dengan melengkapi wilayah yang
Kecamatan Cengkareng merupakan tidak mempunyai APAR (Alat Pemadam Api
wilayah dengan fire history yang tinggi, dapat Ringan) dan APAB (Alat Pemadam Api Berat).
dilihat pada tahun 2014 di Kecamatan ini telah
terjadi 39 kali kejadian kebakaran yang Ruang lingkup wilayah pada penelitian
menyebabkan kerugian materi, meninggal dan ini yaitu Kecamatan Cengkareng , Kota
luka-luka (BPS Jakarta Barat Dalam Angka, Admnisitrasi Jakarta Barat. Secara
2016). Tingginya angka kejadian kebakaran administratif Kecamatan Cengkareng terbagi
akan berpengaruh pada ancaman suatu wilayah menjadi 6 (enam) Kelurahan yaitu: Kelurahan
akan bencana, hal ini juga mempengaruhi Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Kapuk,
keberlanjutan kota. Kejadian kebakaran yang Rawa Buaya, Duri Kosambi dan Kedaung
telah merugikan banyak materi serta korban Kaliangke.
jiwa dapat dikurangi dengan memperhatikan
faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan Metode Penelitian
bencana. Pendekatan yang dilakukan dalam
Penelitian ini penting untuk dilakukan, penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
hal ini disebabkan potensi bencana kebakaran kuantitatif. Analisis yang dilakukan meliputi
yang ada di wilayah studi yang membutuhkan parameter potensi kebakaran permukiman dan
suatu analisis kerentanan bencana kebakaran parameter fasilitas pemadam kebakaran.
yang meneliti sebaran dan tingkat kerentanan di Penelitian ini hanya membahas mengenai
wilayah studi. Dengan mengetahui sebaran dan kerentanan fisik kebakaran permukiman di
tingkat kerentanan kebakaran permukiman di Kecamatan Cengkareng.
wilayah studi, kita dapat mengurangi Metode analisis yang digunakan dalam
kerentanan kebakaran yang ada. Pengurangan penelitian ini terdiri dari : analisis spasial,
kerentanan kebakaran tersebut yang juga analisis pengharkatan, analisis deskriptif.
merupakan salah satu bentuk dari mitigasi
bencana yang dapat mengurangi risiko  Analisis spasial
terjadinya kebakaran di wilayah studi. Oleh Analisis ini digunakan untuk
karena itu, pentingnya peran kerentanan melakukan pemetaan kerentanan
bencana kebakaran untuk memitigasi bencana kebakaran. Pemetaan kerentanan
kebakaran serta dapat membantu keberlanjutan kebakaran permukiman diperoleh dari
suatu kota terhadap bencana yang sering terjadi. overlay/tumpang susun peta potensi
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kebakaran permukiman dengan peta
kerentanan kebakaran permukiman dengan fasilitas pemadam kebakaran.
pertanyaan penelitian yang digunakan sebagai  Analisis pengharkatan
berikut : Analisis ini digunakan untuk
menentukan seberapa pengaruh dari
1. Bagaimana sebaran dan tingkat faktor penentu kerentanan kebakaran
kerentanan kebakaran permukiman di yaitu potensi kebakaran permukiman
Kecamatan Cengkareng? dan ketersediaan fasilitas pemadam
2. Bagaimana cara yang dapat dilakukan kabaran dengan cara pemberian skor
untuk mengurangi kerentanan terhadap variabel yang berkaitan.
kebakaran di Kecamatan Cengkareng?
 Analisis deskriptif
Bagi Pemerintah Daerah Kota Administrasi Analisis ini digunakan dalam
Jakarta Barat, penelitian ini diharapkan dapat menentukan rekomendasi untuk
menjadi masukan dalam pencegahan kebakaran mengurangi kerentanan, setelah
permukiman dengan mengantisipasi faktor- didapatkan tingkat dan sebaran
faktor yang mempengaruhi kerentanan di kerentanan kebakaran permukiman di
wilayah studi.
2
Hasil dan Pembahasan  Perhitungan pada klasifikasi dengan
bobot tiap variabel = 1
Kerentanan kebakaran permukiman Nilai terendah = (1 x 3) + (1 x 2) + (1 x
dipengaruhi oleh potensi kebakaran
3) + (1 x 2) + (1 x1) = 11
permukiman dan ketersediaan fasilitas
pemadam kebakaran. Potensi kebakaran Pengklasifikasian kelas sehingga dapat
permukiman dan ketersediaan faslilitas diketahui kelas potensi kebakaran permukiman.
pemadam kebakaran dilakukan pengharkatan Pengklasifikasian ini berdasarkan
yang dihasilkan skor total yang merupakan pengharkatan yang telah dilakukan.
penjumlahan dan perkalian masing-masing
variabel dengan faktor pembobot. Berdasarkan Tabel 1
skor yang didapatkan kemudian Faktor Pembobot Variabel Potensi
diklasifikasikan dan dipetakan sesuai dengan Kebakaran Permukiman
data yang ada. No Variabel Faktor
Potensi Kebakaran Permukiman Pembobot
1. Kepadatan permukiman 3
Potensi kebakaran menunjukan
2. Pola permukiman 2
kebakaran permukiman untuk mengalami
kebakaran. Variabel yang digunakan 3. Kualitas bahan 3
merupakan variabel yang berkaitan dengan permukiman
kondisi permukiman saat terjadinya kebakaran. 4. Lebar jalan 2
Pemetaan potensi kebakaran merupakan hasil 5 Kualitas / kondisi 1
overlay dari kelima peta yaitu peta kepadatan permukaan jalan
bangunan permukiman, peta pola bangunan, Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran dan
peta kualitas bahan bangunan, peta lebar jalan, BNPB ,2010.
serta peta kondisi permukaan jalan.
Tabel 2
Klasifikasi Potensi Kebakaran
Permukiman
No Klasifikasi Skor Total
1 Rendah 11-18
2 Sedang 19-26
3 Tinggi 27-34
Sumber: Hasil analisis, 2017

Tabel 3
Luas dan Persentase Potensi Kebakaran
Permukiman Kecamatan Cengkareng
No Kelas Luas (Ha) Persentase
1 Rendah 800 49%
Gambar 1 2 Sedang 599 37%
Peta Potensi Kebakaran 3 Tinggi 223 14%
Permukiman di Kecamatan Cengkareng Sumber: Hasil Analisis, 2017

Penentuan klasifikasi potensi kebakaran


permukiman dengan rumus sebagai berikut
 Perhitungan pada klasifikasi dengan
bobot tiap variabel = 3
Nilai tertinggi = (3 x 3) + (3 x 2) + (3 x
3) + (3 x 2) + (3 x 1) = 33

3
Potensi kebakaran permukiman
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu
potensi rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan
peta dan tabel dapat diketahui bahwa wilayah
dengan potensi kebakaran permukiman di
setiap kelurahan yang ada di Kecamatan
Cengkareng sangat beragam.
Ketersediaan Fasilitas Pemadam
Fasilitas pemadam kebakaran
menunjukan keetersediaan fasilitas pemadam
kebakaran yang ada di Kecamatan Cengkareng.
Variabel yang digunakan merupakan variabel
yang berkaitan dengan fasilitas pemadam
kebakaran yang ada di Kecamatan Cengkareng Gambar 2
yaitu hidran, APAR dan APAB serta pos Peta Kondisi Fasilitas Pemadam
pemadam kebakaran. Kebakaran di Kecamatan Cengkareng

Tabel 4 Pemetaan potensi kebakaran


Faktor Pembobot Variabel merupakan hasil overlay dari kelima peta yaitu
Ketersediaan Fasilitas peta kepadatan bangunan permukiman, peta
Pemadam pola bangunan, peta kualitas bahan bangunan,
No Variabel Faktor peta lebar jalan, serta peta kondisi permukaan
jalan.
Pembobot
1. Fasilitas air hidran 2 Tabel 6
2. Fasilitas APAR dan 2 Luas dan Persentase Fasilitas Pemadam
APAB Kebakaran
3. Jarak Kantor 1 No Kelas Luas (Ha) Persentase
Pemadam 1 Baik 120 7%
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran dan
BNPB, 2010 2 Sedang 526 32%

Penentuan klasifikasi ketersediaan fasilitas 3 Buruk 976 60%


pemadam dengan rumus sebagai berikut Sumber: Hasil Analisis, 2017
 Perhitungan pada klasifikasi dengan
bobot tiap variabel = 3 Ketersediaan fasilitas pemadam
Nilai tertinggi = (3 x 2) + (3 x 2) + (3 kebakaran permukiman diklasifikasikan
x 1) = 15 menjadi 3 (tiga) kelas yaitu potensi rendah,
 Perhitungan pada klasifikasi dengan sedang dan tinggi. Berdasarkan peta dan tabel
bobot tiap variabel = 1 dapat diketahui bahwa wilayah dengan potensi
Nilai terendah = (1 x 2) + (1 x 2) + (1 kebakaran permukiman di setiap kelurahan
x 1) = 5 yang ada di Kecamatan Cengkareng sangat
beragam.
Pengklasifikasian kelas sehingga dapat
diketahui kelas fasilitas pemadam kebakaran. Kerentanan Kebakaran Permukiman
Pengklasifikasian ini berdasarkan
pengharkatan yang telah dilakukan. Peta kerentanan kebakaran permukiman
didasarkan atas peta potensi kebakaran dan peta
Tabel 5 fasilitas pemadam kebakaran dengan
Klasifikasi Fasilitas Pemadam Kebakaran malakukan overlay kedua peta tersebut,
No Klasifikasi Total Skor kemudian dilalukan pengklasifikasian kelas
1 Baik 5-8 sehingga dapat diketahui zonasi kerentanan di
2 Sedang 9-12 wilayah penelitian.
3 Buruk 13-16
4
Penentuan interval kelas kerentanan kebakaran Luas dan Persentase Kerentanan
permukiman dengan rumus Kebakaran Permukiman
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ No Kelas Luas (Ha) Persentase
IK = =
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 1 Rendah 358 22%
47−19
= 9,34 𝑎𝑡𝑎𝑢 9
3 2 Sedang 942 58%
Interval kelas = 9 3 Tinggi 322 20%
Tabel 4.40
Pembagian Kelas Tingkat dan Zona Sumber: Hasil Analisis, 2017
Kerentanan Kebakaran
Tingkat
No Total Skor Zona
Kerentanan Tabel 4.43
1 19-28 Rendah C
Pembagian Zona Tingkat Kerentanan
2 29-38 Sedang B
3 39-47 Tinggi A Kebakaran Permukiman
Sumber: Hasil analisis, 2017 No Zona Tingkat Kelurahan
Tingkat kerentanan dibagi menjadi tiga Krentanan
kelas yaitu tingkat kerentanan rendah, 1 Zona Tinggi Kapuk
kerentanan sedang dan kerentanan tinggi.
Berdasarkan tabel pembagian kelas tingkat A
kerentanan, tingkat kerentanan rendah apabila Duri Kosambi
tiap variabel dikalikan dengan pembobot dan
dijumlahkan seluruh variabel sehingga Cengkareng
diperoleh nilai skor total Zona
2 Sedang Timur
B
Kedaung
Kaliangke
Cengkareng
Zona
3 Rendah Barat
C
Rawa Buaya
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil analisis, Kecamatan


Cengkareng terbagi atas 3 (tiga) zona yaitu zona
Gambar 3 dengan tingkat kerentanan tinggi (Zona A), zona
Peta Kerentanan Kebakaran di Kecamatan dengan tingkat kerentanan sedang (Zona B), dan
Cengkareng zona dengan tingkat kerentanan rendah (Zona C).
Berdasarkan peta kerentanan kebakaran Wilayah yang termasuk dalam zona kerentanan
permukiman dapat diketahui sebaran serta tinggi (Zona A) yaitu Kelurahan Kapuk. Wilayah
tingkat atau persentase kerentanan kebakaran yang termasuk dalam zona kerentanan sedang
permukiman disetiap kelurahan yang ada di (Zona B) yaitu Kelurahan Duri Kosambi,
Kecamatan Cengkareng. Kecamatan Kelurahan Cengkareng Timur, dan Kelurahan
Cengkareng mayoritas tergolong dalam zona B Kedaung Kaliangke. Wilayah yang termasuk
atau kerentanan sedang sebesar 58 % atau dalam zona kerentanan rendah (Zona C) yaitu
seluas 942 Ha yang dipengaruhi oleh Kelurahan Cengkareng Barat dan Kelurahan
ketersediaan fasilitas pemadam kebakaran dan Rawa Buaya.
potensi pemadam kebakaran yang ada di
wilayah studi.
Tabel 4.41
5
Kesimpulan Diponegoro Vol 25, No.2, Desember
2011:140-151
Berdasarkan hasil observasi lapagan dan hasil Rendi. 2014. Analisis Zonasi Daerah Rawan
analisis yang dilakukan untuk menjawab tujuan Bencana Kebakaran di Kecamatan
penelitian ini, maka disimpulkan bahwa: Danurejan Kota Yogyakarta
1. Berdasarkan hasil analisis Kecamatan Menggunakan Citra Satelit Quickbird
Cengkareng memiliki 3 (tiga) dan SIG. (Tugas Akhir). Kota
tingkatan kerentanan yaitu rendah, Yogyakarta: Fakultas Geografi,
sedang dan tinggi yang tersebar Universitas Muhamadiyah Surakarta
disetiap kelurahan. Tingkat Ismawan, Dimas Andhi. 2008. Kajian
kerentanan kebakaran permukiman Kerentanan Kawasan Permukiman Padat
berbeda-beda disetiap wilayah terhadap Bencana Kebakaran Kecamatan
administratif. Dalam satu kelurahan Tambora. (Tugas Akhir). Kota Jakarta:
terdapat 3 (tiga) zona berbeda, hal ini Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,
berdasarkan penilaian variabel yang Universitas Diponegoro.
telah dihitung dan dianalisa di lokasi Widyantoro, Bimo Aji. 2015. Analisis
penelitian. Zona A dengan tingkat Tingkat Risiko Kebakaran di Kecamatan
kerentanan tinggi sebesar 20%, zona Mariso Kota Makassar Berbasis SIG. (Tugas
Akhir). Kota M akassar: Fakultas Teknik, Jurusan
B dengan tingkat kerentanan sedang Perencanaan Wilayah dan Kota, UIN Alauddin
sebesar 58% dan zona C dengan M akassar
tingkat kerentanan rendah sebesar
22%. Buka/Data/Laporan Rencana
2. Pengurangan kerentanan kebakaran Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta.
permukiman dilakukan dengan cara 2016. DKI Jakarta dalam
menambah ketersediaan fasilitas Angka 2016. Kota Jakarta
pemadam kebakaran yang ada yaitu Badan Pusat Statistik Kota Administrasi
hidran, APAR (Alat Pemadam Jakarta Barat. 2016. Kecamatan
Kebakaran Ringan) dan APAB (Alat Cengkareng dalam Angka 2016. Kota
Pemadam Kebakaran Berat) serta pos Jakarta
pemadam kebakaran. Dengan Badan Pusat Statistik Kota Administrasi
penambahan fasilitas pemadam ini Jakarta Barat. 2014. Statistik Daerah
akan berpengaruh pada menurunnya Cengkareng 2014. Kota Jakarta
tingkat kerentanan kebakaran di Bintarto, R. 1982. Interaksi Desa-Kota dan
wilayah studi Permasalahannya. Yogyakarta: Ghalia
Indonesia.
Daftar Pustaka
Buku
Lilesand, T.M, and Keifer, R.W. 1990.
Remote Sensing and Image
Interpretation. New York: John Willey
& Sons.
Bintarto, R. 1982. Interaksi Desa-Kota dan
Permasalahannya. Yogyakarta: Ghalia
Indonesia.
Suharyadi. 2001. Kebakaran dan
Perencanaan Bangunan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Jurnal/Karya Ilmiah
Pigawati, Bitta. 2011. Penggunaan Citra
Satelit untuk Kajian Perkembangan
Kawasan permukiman di Kota
Semarang. Forum Geografi Universitas

Anda mungkin juga menyukai