Anda di halaman 1dari 10

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI

KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA TARAKAN


Evans Oktaviansyah
Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono No. 167 Malang Jawa Timur Indonesia 65145 Telp. (0341) 587710
e-mail: Evans_oktaviansyah@yahoo.com

ABSTRAK

Ketersediaan lahan dan perkembangan aktivitas perkotaan yang tidak seimbang akan menyebabkan
permasalahan permukiman. Kondisi tersebut terjadi pada kawasan pesisir pantai di Kota Tarakan yang
berakibat pada tumbuhnya permukiman kumuh kota. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Lingkas Ujung Kota Tarakan beserta kerawanan kebarakan
permukiman dan rencana penanganannya. Metode pendekatan penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif-evaluatif, dengan metode pemobobotan tingkat kekumuhan dan kebakaran. Hasil yang didapatkan
yaitu 1) Permukiman di Kelurahan Lingkas Ujung berupa perkampungan di atas air dengan mayoritas struktur
bangunan non permanen dan kumuh. 2) Wilayah dengan kategori kumuh memiliki kecenderungan rawan
kebakaran, hal ini dipengaruhi oleh faktor kepadatan bangunan dan struktur bangunan. Rukun Tetangga (RT)
dengan kategori paling kumuh berada di RT 6 dan 11, sedangkan RT lainnya termasuk kategori kumuh sedang.
RT yang tidak tergolong kumuh adalah RT 1. Tingkat kerawanan kebakaran di Kelurahan Lingkas Ujung
dipengaruhi oleh kepadatan bangunan, aksesibilitas, struktur bangunan dan sumber air. RT yang termasuk
sangat rawan kebakaran adalah RT 2, 3, 8, 14, 16, dan 18. 3) Penataan kawasan permukiman kumuh dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu jangka pendek untuk permasalahan kebakaran, persampahan dan sanitasi,
sedangkan rencana jangka panjang dengan peremajaan kawasan.

Kata Kunci : Bahaya Kebakaran, Permukiman Kumuh.

ABSTRACT

Unbalance condition between land supply and the growth of urban activities will cause a settlement problem.
This conditions also happened in coastal zone of Tarakan which resulting the slum areas. The purposes of this
research are to indentify the characteristics, to evaluate the vulnerability of fire hazard and find the solutions for
the slum problem in Lingkas Ujung, Tarakan. The research uses descriptive- evaluative approach, and the main
analysis is the ‘scoring method’ for identifying the slum and fire hazard areas. The results are 1) The slum
areas of Lingkas Ujung Tarakan are classified into coastal slum area, which most of them are floating houses.
2) The areas which calssified into slum area have high vulnerability of fire hazard. This condition affected by the
building density and building structure. The area categorized the worst slum are block (rukun tetangga) 6 and
11, and the other categorized medium slum. Block 1 is not categorized into slum area, because this block has
low population and density bulding.The vulnerability of fire hazard in Lingkas Ujung affected by building
density, accessibility, building structure and water resource. The block categorized into high risk of fire hazard
are block 2, 3, 8, 14, 16 and 18. 3) The solutions of slum area in Lingkas Ujung Tarakan are; short term
approach purpose to solve the fire risk, waste management and sanitation, long time approach purpose to
redesign the area, using land consolidation.

Keywords: Slum Area, Fire Hazard

Permukiman yang terbentuk semakin lama akan


PENDAHULUAN semakin padat, baik bangunan maupun
Laju perkembangan ekonomi perkotaan penduduknya. Keadaan lingkungan akan semakin
yang semakin pesat membuat intensitas kegiatan menurun, ruang terbuka untuk penyegaran
perkotaan meningkatkan dan pemanfaatan lahan semakin langka dan juga berkurangnya ruang
yang semakin kompetitif, sedangkan di sisi lain, untuk umum dan tempat bermain anak-anak.
urbanisasi menyebabkan tingginya permintaan Keadaan fisik yang semakin menurun akhirnya
lahan tempat tinggal di dalam kota. Pemerintah menjadi ciri-ciri kampung kota dan sangat
cenderung terfokus pada pengembangan ekonomi berbeda dengan kampung di desa, daerah tersebut
dan cenderung melupakan aspek pertumbuhan dinamakan daerah slum (kumuh) (Johan Silas,
kawasan di wilayah pinggiran (Hesley, 1995). 1990).

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2,Desember 2012 159
PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA
TARAKAN

Kondisi tersebut terjadi pula pada kawasan METODE PENELITIAN


permukiman tepi pantai di Kota Tarakan dengan
Metode analisis yang digunakan dalam
ciri-ciri fisik yang mirip dengan karakteristik
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif-
kampung kota atau permukiman kumuh kota.
evaluatif yang didapatkan dari hasil observasi
Terdapat beberapa kelurahan yang merupakan
lapangan, evaluasi/ penilaian maupun kuisioner
kawasan tepi Pantai Barat yakni Kelurahan
responden.
Karang Rejo, Kelurahan Selumit Pantai serta
Lokasi studi adalah Kelurahan Lingkas
Kelurahan Lingkas Ujung. Tulisan ini akan
Ujung Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan
membahas mengenai identifikasi permukiman
(Gambar 1). Kedetailan pembahasan
kumuh rawan kebakaran di pesisir Kota Tarakan,
permasalahan permukiman kumuh dibatasi
dengan fokus studi di Kelurahan Lingkas Ujung.
hingga kedetailan RT (Rukun Tetangga) dengan
Definisi pemukiman kumuh (slum area)
menggunakan instrumen pembobotan variabel di
(Johan Silas, 1990) sebagai berikut;
setiap wilayah RT.
 Kawasan yang proses pembentukannya
karena keterbatasan kota dalam menampung Penentuan Populasi dan Sampel
perkembangan kota sehingga timbul Penilaian terhadap kondisi kekumuhan
kompetisi dalam menggunakan lahan dilakukan secara menyeluruh di wilayah studi.
perkotaan. Sedang kawasan pemukiman Besarnya kesempatan setiap sampel untuk diteliti
berkepadatan tinggi merupakan embrio adalah sama, dengan pertimbangan keseragaman
permukiman kumuh. karakter populasi. Teknik yang digunakan untuk
 Kawasan yang lokasi penyebarannya secara mendapatkan sampel dengan kesempatan yang
geografis terdesak perkembangan kota yang sama dan keseragaman karakter di wilayah studi
semula baik lambat laun menjadi kumuh. adalah sampel acakan (random sampling)
Terdapat empat tipe permukiman kumuh (Singarimbun, 1989). Responden ditentukan
yaitu : (Tylor, 1972) berdasarkan sampel/sampling yang dihitung
 Permukiman kumuh yang terdapat di atas dengan rumus Slovin :
sungai atau tepian pantai dan laut yang
disebut sebagai "rumah terapung atau ..........................(1)
penghuni liar yang tinggal di atas perahu"
 Permukiman kumuh yang digolongkan n = Jumlah Sampel (rumah/hunian)
sebagai kampung di sebelah dalam kota. N = Total Populasi
 Permukiman kumuh yang digolongkan e = Nilai Kritis (5 %)
sebagai kelompok hunian liar yang relatif
terpusat di tengah kota (termasuk didalamnya Jumlah sampel di wilayah studi yang digunakan
permukiman kumuh di sempadan sungai dan dalam penelitian, berdasarkan perhitungan rumus
sempadan rel kereta api). tersebut sebagai berikut:
2369
 Permukiman kumuh yang digolongkan n
sebagai gubuk liar di daerah pinggiran kota. 1  2369 x(0,05) 2
Penentuan kriteria kawasan permukiman 2369
n
kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan 1  2369 x0,0025
berbagai aspek seperti kesesuaian peruntukan
2369
lokasi dengan rencana tata ruang, status n
(kepemilikan) tanah, letak/ kedudukan lokasi, 6,9
tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan n  343 sampel rumah/hunian
bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat lokal. Menggunakan persamaan (1) diperoleh
Kebakaran terjadi karena adanya sejumlah jumlah sampel (n) 343 sampel dari populasi
rumah sebanyak 2.369 (Profil Kelurahan
pemicu yang dapat disebabkan oleh berbagai
Lingkas Ujung, 2011). Pembagian sampel setiap
faktor antara lain; pembakaran sampah, puntung
rokok, hubungan pendek arus listrik, maupun RT, selengkapnya dapat dilihat di tabel 1.
kondisi lingkungan permukiman yang buruk. Metode Analisis
Kondisi lingkungan permukiman yang buruk
Secara umum penelitian ini menggunakan
dapat ditemui pada kawasan permukiman kumuh.
metode analisa kualitatif dan kuantitatif. Teknik
Titik api pada bahan organik terjadi jika ada tiga
analisa yang digunakan berupa pembobotan
faktor yang berperan didalamnya yaitu bahan
tingkat kekumuhan dan bahaya kebakaran
bakar, oksigen dan panas yang hadir dalam
berdasarkan pedoman Dirjen Pekerjaan Umum,
jumlah tertentu. (Kepmen PU no.11/KPTS/ 2000)

160 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
Evans Oktaviansyah

Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman Tabel 1. Data Persebaran Jumlah Sampel


Kumuh, tahun 2006 dan Ketetapan Kerawanan Rukun Jumlah Jumlah
Persentase
Tetangga Rumah Sampel
Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Kota
1 174 7.3 25
Tarakan tahun 2010.
2 108 4.5 15
Penetapkan lokasi kawasan permukiman
kumuh digunakan kriteria-kriteria yang 3 67 2.8 10

dikelompok kedalam kriteria: 4 84 3.5 12


 Vitalitas Non Ekonomi 5 114 4.8 16
 Vitalitas Ekonomi Kawasan 6 160 6.7 23
 Status Kepemilikan Tanah 7 84 3.5 12
 Sarana dan Prasarana 8 287 12.1 41
 Komitmen Pemerintah 9 94 4.0 14
Berdasarkan Laporan Identifikasi dan 10 110 4.6 16
Dokumentasi Informasi Daerah Rawan 11 178 7.5 26
Kebakaran tahun 2005 yang dikeluarkan oleh
12 149 6.3 22
Bidang Penanggulangan Kebakaran Dinas Tata
13 100 4.2 14
Kota Tarakan dapat dirumuskan sejumlah
indikator penilaian daerah rawan sebagai berikut: 14 85 3.6 12

 Kepadatan Bangunan 15 186 7.8 28

 Aksesibilitas 16 158 6.7 23


 Kondisi Fisik Bangunan 17 130 5.5 19
 Sumber Air 18 101 4.3 15
Total 2369 100.0 343 sampel

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 161
PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA
TARAKAN

bangunan rumah yang berada di tepi pantai atau


HASIL DAN PEMBAHASAN di sungai berupa rumah panggung sehingga
termasuk rumah semi hingga non permanen.
Vitalitas Ekonomi
Struktur bangunan dan kondisi bangunan liar di
Keberadaan permukiman kumuh akan Kelurahan Lingkas Ujung dapat dilihat pada
mengurangi kualitas lingkungan dan cenderung gambar 3 dan gambar 4.
menyebabkan masalah, baik terkait aspek tata
ruang, sosial dan ekologi. Pada umumnya
keberadaan permukiman kumuh dikarenakan
rendahnya perekonomian masyarakat (Jenkis,
2005). Kondisi mata pencaharian masyarakat
pesisir Kelurahan Lingkas Ujung sebagian besar
nelayan, atau buruh pabrik pengolahan ikan
(gambar 2). Tingkat pendapatan masyarakat
cenderung beragam, namun pada umumnya
pendapatan masyarakat di Kelurahan Lingkas
Ujung berkisar antara 1 juta hingga 2 juta per
bulan.

Gambar 3. Struktur bangunan di Kelurahan


Lingkas Ujung

Gambar 2. Kegiatan ekonomi masyarakat


Kelurahan Lingkas Ujung

Gambar 4. Bangunan liar di Kelurahan Lingkas


Vitalitas Non Ekonomi Ujung
Perkembangan kota yang semakin pesat
dituntut menghasilakan kemajuan pertumbuhan Status Hunian
ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan.
Pesisir Kecamatan Tarakan Timur dipersiapkan Berdasarkan aspek status kepemilikan
sebagai kawasan Central Business District bangunan, maka mayoritas merupakan hak milik.
(CBD), dengan dinamika ekonomi yang tinggi Hal ini menunjukkan bahwa bangunan rumah
dan bertujuan menunjang perekonomian daerah. yang dihuni merupakan kepemilikan pribadi.
Hal ini berarti bahwa keberadaan kawasan Meskipun jika ditelaah dari kondisi struktur
permukiman kumuh, tidak sesuai dengan tujuan bangunan didominasi oleh bangunan non
pembangunan Kota Tarakan yang berorientasi permanen dan semi permanen. Namun di sisi
pada konsep Waterfront City (RTRW Kota lain, permukiman kumuh cenderung terus
Tarakan tahun 2010-2031). berkembang dan menempati lahan-lahan kosong
Penilaian dari aspek bangunan, kondisi pada kawasan pesisir pantai, sehingga cenderung
permukiman di Kelurahan Lingkas Ujung membentuk permukiman liar tanpa status hukum
cenderung beragam, namun diindikasikan adanya kepemilikan lahan yang jelas (Gotham, 2001).
keterkaitan antara perkerasan lantai bangunan Kondisi Sarana Prasarana
dengan struktur bangunan. Hal ini dikarenakan
perbedaan tipologi rumah antara rumah panggung Adanya sarana prasarana penunjang yang
yang berada di atas air dengan rumah tembok/ baik di permukiaman akan meningkatkan kualitas
permanen yang berada di daratan. Pada umumnya lingkungan hunian. Sebaliknya kondisi sarana
prasarana yang buruk dapat menjadi masalah

162 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2,Desember 2012 162
Evans Oktaviansyah

yang serius bagi lingkungan hunian, dan dapat kawasan, dalam penelitian ini juga akan dibahas
mengakibatkan kekumuhan di lingkungan mengenai komitmen atau kebijakan pemerintah
tersebut. daerah terhadap penanganan kawasan
Secara umum, Kelurahan Lingkas Ujung permukiman kumuh tepi pantai Kota Tarakan.
telah terlayani oleh sarana-prasarana vital Pemerintah Kota Tarakan telah melakukan
permukiman seperti air bersih, sanitasi, identifikasi terhadap permukiman kumuh tepi
persampahan, jaringan jalan, listrik dan drainase. pantai di Kota Tarakan. Terdapat beberapa pokok
Namun permasalahannya adalah tingkat isu utama yang dituangkan dalam rencana
pelayanan yang tidak begitu baik, adapun strategis penanganan permukiman kumuh di Kota
beberapa permasalahan sarana-prasarana Tarakan, dapat dilihat pada tabel 2.
permukiman di Kelurahan Lingkas Ujung sebagai
Tabel 2. Kebijakan Pemerintah Tarakan
berikut:
No Tujuan Isu Penting Kebijakan
 Sanitasi : pada permukiman di atas air, 1 Penataan Kawasan industri  Identifikasi
sebagian warga masih belum memiliki sistem kawasan pengolahan ikan kawasan
sanitasi yang memadai, warga telah memiliki industri di menyebabkan permukiman
pesisir tumbuhnya kumuh
WC pribadi, namun pengelolaan septic-tank permukiman kumuh  Rencana
masih belum baik, warga membuang limbah pembangunan
septic-tank di perairan, sehingga mencemari rusun
laut (gambar 5). 2 Penataa Penduduk miskin/  Identifikasi
kawasan nelayan pantai utara kawasan
 Air Bersih : Ekonomi masyarakat yang waterfront tarakan membentuk permukiman
sebagian berpenghasilan rendah dari hasil Kota kelompok kumuh
Tarakan permukiman tepi  Sterilisasi
melaut, dan ketidakpastian status hukum pantai yang kawasan
kepemilikan lahan menyebabkan sebagian berdekatan dengan sekitar
masyrakat tidak dapat menikmati layanan tambak dan kawasan pelabuhan PT
pelabuhan bongkar Pertamina
PDAM. Sebagai solusinya, masyarakat muat PT Pertamina  Rencana
setempat membeli air dari pedagang keliling pembangunan
ataupun menyimpan air hujan di tandon. rusun
 Persampahan : Berdasarkan observasi lapang
diketahui bahwa pada umumnya / rata-rata Berdasarkan hasil interpretasi dari
setiap RT di Kelurahan Lingkas Ujung telah kebijakan tata ruang, ada kecenderungan
terlayani oleh pasukan kebersihan. Namun penanganan permukiman kumuh tepi pantai oleh
terdapat warga yang masih mengolah sendiri pemerintah Kota Tarakan, namun masih dalam
sampahnya dengan cara di bakar, maupun taraf umum/ kebijakan global, belum ada sebuah
langsung membuangnya ke laut. Hal ini kebijakan yang terperinci dan bersifat action plan
dikarenakan alasan ekonomi, guna di lapangan (RPPKP Kota Tarakan: 2010).
mengurangi pengeluaran untuk membayar Kebiajakn pemerintah yang dilaksanakan adalah
petugas kebersihan. masih sebatas perencanaan dan penanganan
temporal terhadap bahaya kebakaran pada
permukiman kumuh. Jika dilihat dari aspek
perencanaan yang berkelanjutan, pemerintah
setempat perlu melakukan pelibatan masyarakat.
Tingkat Kekumuhan
Analisis tingkat kekumuhan ini mengacu
pada pedoman penentuan tingkat kekumuhan
permukiman di tepi pantai yang dikeluarkan oleh
Dirjen Pekerjaan Umum tahun 2006. Analisis ini
membahas lima aspek utama yaitu Vitalitas
Ekonomi, Vitalitas non Ekonomi, Status
Kepemilikan Tanah, Sarana Prasarana dan
Komitmen Pemerintah. Analisis ini berupa
Gambar 5. Kondisi MCK di Kelurahan Lingkas evaluasi skoring terhadap parameter-parameter
Ujung kekumuhan sehingga akan didapatkan tingkat
kekumuhan pada setiap unit sampel. Hasil
Kebijakan Pemerintah perhitungan tingkat kekumuhan dapat dilihat
Selain mengkaji aspek fisik dan non fisik pada tabel 3.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 163
PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA
TARAKAN

Tabel 3. Penilaian Tingkat Kekumuhan Pada RT ini, kondisi bangunan dan lingkungan
Variabel cenderung buruk, yaitu dengan dominasi
No Total Ket
(1) (2) (3) (4) (5) bangunan non permanen dan pencemaran
1 120 190 50 100 230 690 Tidak kumuh lingkungan perariran (gambar 6).
2 100 290 50 110 230 780 Cukup kumuh
3 130 220 50 100 230 730 Cukup kumuh Kerawanan Kebakaran
4 100 260 50 110 230 750 Cukup kumuh
5 130 240 50 140 230 790 Cukup kumuh Analisis kerawanan bencana pada penelitian
6 130 320 100 190 230 970 Kumuh difokuskan pada ancaman bahaya kebakaran
7 120 290 100 170 230 910 Cukup kumuh yang sering terjadi di kawasan permukiman tepi
8 60 320 80 190 230 880 Cukup kumuh pantai Kota Tarakan termasuk permukiman
9 90 260 80 140 230 800 Cukup kumuh Kelurahan Lingkas Ujung. Analisis kerawanan
10 100 250 50 130 230 760 Cukup kumuh bencana kebakaran dihitung berdasarkan batas
11 130 320 100 170 230 950 Kumuh administrasi Rukun Tetangga (RT).
12 100 260 50 170 230 810 Cukup kumuh
Adapun parameter-parameter yang dinilai yaitu
13 110 230 50 140 230 760 Cukup kumuh
14 110 310 50 110 230 810 Cukup kumuh
kapadatan bangunan, aksesibilitas, kondisi
15 100 320 100 170 230 920 Kumuh bangunan dan lingkungan dan sumber air.
16 60 280 80 170 230 820 Cukup kumuh Adapun hasil perhitungan yang telah dilakukan
17 70 260 80 150 230 790 Cukup kumuh dapat dilihat pada tabel 4.
18 100 230 50 140 230 750 Cukup kumuh Hasil perhitungan kerawanan kebakaran
Keterangan : 1. Vitalitas ekonomi 2. Vitalitas non ekonomi 3. Status menunjukkan bahwa wilayah Rukun Tetangga
lahan 4. Sarana prasarana 5. Komitmen pemerintah
yang rawan bahaya kebarakan yaitu RT 2, 3, 8,
14, 16, dan 18. Hal ini dikarenakan kondisi
Hasil skoring kekumuhan menunjukkan
permukiman dengan kepadatan tinggi, dan
bahwa Rukun Tetangga (RT) yang termasuk
bangunan semi permanen. Sedangan Rukun
dalam kategori kumuh yaitu RT 6, 11, dan 15.
Tetangga yang sangat tidak rawan adalah RT 1,
Sedangkan lainnya tergolong kategori cukup
karena pada lokasi ini jarak antar bangunan yang
kumuh. Adapun RT 6, 11 dan 15 adalah kawasan
relatif jauh, dan kepadatan bangunan yang rendah
permukiman tepi pantai yang berdekatan dengan
(gambar 7).
industri pengolahan ikan dan pelabuhan migas.

Gambar 6. Skoring tingkat kekumuhan

164 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
Evans Oktaviansyah

Gambar 7. Peta skoring tingkat kerawanan kebakaran

Tabel 4. Penilaian Tingkat Kerawanan  Kepadatan bangunan : semakin padat


Kebakaran bangunan di suatu wilayah, maka kondisi
Variabel lingkungan akan semakin buruk. Jarak
No Total Ket
(1) (2) (3) (4) bangunan yang terlalu rapat akan
1 0.4 0.6 0.6 0.1 1.7 Sangat tidak rawan memperbesar resiko kebakaran.
2 3.6 2.1 1 0.1 6.8 Sangat rawan  Aksesibilitas : faktor kemudahan akses
3 2.8 2.1 1 0.1 6 Sangat rawan memiliki andil besar dalam kekumuhan dan
4 2.8 2.1 0.6 0.1 5.6 Rawan bahaya kebakaran. Pada permukiman kumuh,
5 2.8 2.1 0.6 0.1 5.6 Rawan jarak bangunan cenderung rapat dan
6 3.6 0.6 1 0.1 5.3 Rawan aksesibilitas sulit, jalan penghubung relatif
7 1.2 0.6 1 0.1 2.9 Tidak rawan kecil dan sempit sehingga jika terjadi
8 3.6 2.1 1 0.1 6.8 Sangat rawan kebakaran akan menimbulkan masalah dalam
9 2.8 0.6 1 0.1 4.5 Cukup rawan penanganan dan upaya penanganan
10 1.2 0.6 1 0.1 2.9 Tidak rawan kebakaran.
11 3.6 0.6 1 0.1 5.3 Rawan  Kondisi bangunan : tipologi permukiman
12 3.6 2.1 0.6 0.1 6.4 Rawan kumuh adalah bangunan dengan struktur
13 2.8 2.1 0.2 0.1 5.2 Rawan semi dan non permanen. Konstruksi
14 3.6 2.1 1 0.1 6.8 Sangat rawan bangunan yang buruk akan memperbesar
15 3.6 0.6 1 0.1 5.3 Rawan resiko kebakaran.
16 2.8 2.1 1 0.1 6 Sangat rawan Ketersediaan air : air adalah sumber vital
17 2.8 0.6 0.2 0.1 3.7 Cukup rawan dalam penanganan kebakaran. Permukiman
18 2.8 2.1 1 0.1 6 Sangat rawan kumuh cenderung memiliki sarana-prasarana
yang buruk, termasuk dalam hal penyediaan air
bersih, karena ketersediaan air yang terbatas akan
Keterkaitan Kekumuhan dan Kerawanan menyulitkan dalam penanganan kebakaran.
Kebakaran
Penanganan
Keterkaitan antara daerah kumuh dengan
bahaya kebakaran diindikasikan oleh beberapa Rencana penanganan permukiman kumuh di
faktor yaitu : Kelurahan Lingkas Ujung Kota Tarakan di
lakukan dengan peremajaan kawasan kumuh, dan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 165
PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA
TARAKAN

pendekatan teknis zona peruntukan. Berdasarkan d. Zona Ruang Tebuka (LU-5), direncanakan
rencana, maka kawasan pesisir Kelurahan dengan kriteria terbebas dari kegiatan
Lingkas Ujung akan digunakan sebagai permukiman, maupun fungsi privat lainnya.
pendukung aktivitas pelabuhan PT PELNI dan e. Zona Industri dan Gudang (LU-6),
pelabuhan migas PT Pertamina. Adapun rencana peruntukan sebagai zona khusus kawasan
zonasi peruntukan yang akan digunakan akan industry dan pergudangan migas milik PT
dijabarkan sebagai berikut; Pertamina.
a. Zona Pelabuhan (LU-1, LU-2) karena Zona Konservasi Mangrove (LU-7),
merupakan kawasan pelabuhan maka area di kawasan konservasi perairan dan hutan
zona LU-1 dan LU-2 harus dibebaskan dari mangrove. Lokasi ini sebelumnya adalah daerah
kegiatan permukiman di atas air, kegiatan permukiman kumuh di atas air yang merupakan
nelayan perairan tangkap. bagian dari RT 6, 8, 16 dan 18. Pasca relokasi,
b. Zona Pemrukiman Kampung (LU-3), yaitu maka lokasi ini akan dikembalikan fungsinya
permukiman yang tidak direlokasi. untuk fungsi pendukung ekosistem pesisir, tidak
c. Zona Permukiman Formal (LU-4), yaitu diperkenankan adanya kegiatan permukiman dan
permukiman relokasi dengan kosep Rumah sejenisnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Susun. pada gambar 8.

Gambar 8. Peta zona fungsi peruntukan ruang di Kelurahan Lingkas Ujung

166 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
Evans Oktaviansyah

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, BAPPEDA Kota Tarakan. 2010. RTRW Kota
maka peneliti dapat menarik kesimpulan/ temuan Tarakan tahun 2010-2031. Laporan
studi sebagai berikut; tidak diterbitkan. Tarakan.
1. Karakteristik permukiman di Kelurahan Dinas Tata Kota Tarakan. 2005. Identifikasi dan
LIngkas Ujung berupa perkampungan pesisir Dokumentasi Informasi Daerah
di atas air. Tipologi ini cenderung memiliki Rawan Kebakaran. Laporan tidak
struktur bangunan semi permanen, kepadatan diterbitkan. Kota Tarakan.
tinggi dan rawan terhadap bencana. Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman.
2. Tingkat kekumuhan di Kelurahan Lingkas 2006. Pedoman Identifikasi Kawasan
Ujung Kota Tarakan beragam, Rukun Permukiman Kumuh. Pedoman
Tetangga (RT) dengan kategori paling Umum. Jakarta.
kumuh berada di RT 6 dan 11, sedangkan RT Gotham, Kevin Fox. 2001. A City Without Slum.
lainnya termasuk kategori kumuh sedang. RT American Journal of Economic and
yang termasuk sangat rawan kebakaran Sociology. Vol 60-2001
adalah RT 2, 3, 8, 14, 16, dan 18. Tingkat Hesley, W Robert et al. 1995. Strategic Growth
kerawanan kebakaran di permukiman kumuh Control. Regional Science and Urban
dipengaruhi oleh kepadatan bangunan, Economics Journal No 25 (1995) 435-
aksesibilitas, struktur bangunan dan sumber 460. www.Elsevier.com
air. Jenkis, Paul et al. 2007. Planning and Housing In
3. Penataan kawasan permukiman kumuh The Rapidly Urbanising World. New
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu York : Routledge
jangka pendek untuk permasalahan Kementerian Pekerjaan Umum. 2009.Ketentuan
kebakaran dan sanitasi, sedangkan rencana Teknis Manajemen Resiko Kebakaran
jangka panjang dengan peremajaan kawasan. di Perkotaan no 20/PRT/2009.
Pedoman Umum. Jakarta.
Saran
Pemerintah Kelurahan Lingkas Ujung. 2011.
Saran yang diberikan kepada pemerintah Profil Kelurahan Lingkas Ujung.
maupun penelitian berikutnya sebagai berikut; Kelurahan Lingkas Ujung. Laporan
1. Kelemahan penelitian ini terdapat pada tidak diterbitkan. Tarakan.
kedetailan pembahasan tingkat RT, penelitian Silas, Johan. 1990. Pembangunan Permukiman
selanjutnya dapat memperdalam kedetailan Bertumpu Pada Masyarakat.
pembahasan. Bandung: Gunadarma.
2. Penelitian selanjutnya diarahkan pada upaya Singarimbun, Masri et all. 1989. Metode
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Penelitian Survai. Jakarta: LP3S
perbaikan sarana-prasarana lingkungan Taylor, 1972. Jurnal Penelitian Permukiman
permukiman, mengangkat topik mengenai Vol. 17 No. 2, 2001.
perilaku masyarakat yang menyebabkan
kekumuhan.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 167
PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA
TARAKAN

168 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai