Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)

UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER: 2023/2024 Ganjil (2023.2)


Pengantar Sosiologi ISIP4110

NAMA : NATHAZA
NIM : 051402725
1. A. Apa jenis sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dengan Giri? Jelaskan alasan
Anda
Jenis sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dengan Giri adalah sosialisasi pendidikan atau
sebagai sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini terjadi di dalam lingkungan sekolah, khususnya
dalam peran wali kelas dan guru. Bu Wina mencoba untuk memahami dan membantu Giri
mengatasi masalahnya dengan cara yang positif, menunjukkan perhatian terhadap
perkembangan pribadi dan akademisnya.
B. Apakah sosialisasi yang dilakukan orang tua Giri merupakan Pola Represif atau
Partisipatoris? Berikan alasan jawaban Anda berdasarkan ciri-ciri dari pola sosialisasi
tersebut.
Sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua Giri dapat dikategorikan sebagai pola sosialisasi
represif Hal ini terlihat dari tekanan dan harapan yang tinggi yang ditempatkan pada Giri
untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu, yaitu Matematika dan IPA. Orang tua Giri
menetapkan standar yang sangat tinggi dan menuntut Giri untuk mencapainya demi mencapai
cita-citanya menjadi seorang arsitek.
2. A. Berikan sebuah contoh/ilustrasi yang menggambarkan hubungan antar kelompok
yang didasari oleh dimensi gerakan sosial.
Contoh ilustrasi yang menggambarkan hubungan antar kelompok yang didasari oleh dimensi
gerakan sosial adalah perjuangan hak-hak perempuan. Misalnya, dalam gerakan feminisme,
kelompok perempuan berjuang untuk kesetaraan gender dan mengatasi diskriminasi yang
mereka alami. Dalam hal ini, kelompok perempuan bekerja sama dan berkolaborasi dengan
kelompok lain seperti kelompok LGBT, kelompok minoritas rasial, dan kelompok lain yang
memiliki tujuan yang serupa dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Mereka membentuk
aliansi dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama mereka.
B. Berdasarkan contoh yang Anda kemukakan pada poin a, jelaskan faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan hubungan kelompok tersebut mengacu pada
pendapat Sunarto yang menjelaskan terkait 4 faktor yaitu rasialis, etnisitas, seksisme atau
ageism.
Rasialis: Faktor rasialis mempengaruhi hubungan antar kelompok dalam gerakan sosial
karena adanya perbedaan ras dan warna kulit. Misalnya, dalam gerakan anti-rasisme,
kelompok-kelompok yang berbeda ras bekerja sama untuk melawan diskriminasi rasial dan
memperjuangkan kesetaraan. Mereka saling mendukung dan berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama.
Etnisitas: Faktor etnisitas juga mempengaruhi hubungan antar kelompok dalam gerakan
sosial. Misalnya, dalam gerakan hak-hak imigran, kelompok-kelompok etnis yang berbeda
bekerja sama untuk melawan diskriminasi terhadap imigran dan memperjuangkan hak-hak
mereka. Mereka saling mendukung dan berbagi pengalaman serta sumber daya untuk
mencapai tujuan bersama.
Seksisme: Faktor seksisme mempengaruhi hubungan antar kelompok dalam gerakan sosial
karena adanya ketidaksetaraan gender dan diskriminasi terhadap perempuan. Misalnya,
dalam gerakan feminisme, kelompok perempuan bekerja sama untuk melawan seksisme dan
memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka saling mendukung dan berkolaborasi dengan
kelompok lain yang memiliki tujuan yang serupa.
Ageism: Faktor ageism mempengaruhi hubungan antar kelompok dalam gerakan sosial
karena adanya diskriminasi terhadap kelompok usia tertentu. Misalnya, dalam gerakan hak-
hak lanjut usia, kelompok-kelompok yang terdiri dari orang-orang tua bekerja sama untuk
melawan ageism dan memperjuangkan hak-hak mereka. Mereka saling mendukung dan
berkolaborasi dengan kelompok lain yang memiliki tujuan yang serupa.
Dalam kesimpulannya, hubungan antar kelompok dalam konteks gerakan sosial didasari oleh
dimensi gerakan sosial seperti rasialis, etnisitas, seksisme, dan ageism. Kelompok-kelompok
dengan tujuan yang serupa bekerja sama, berkolaborasi, dan saling mendukung untuk
mencapai tujuan bersama mereka.
3. A. Jelaskan perbedaan antara achieved statuses dan ascribed statuses.

Perbedaan antara achieved statuses (status yang dicapai) dan ascribed statuses (status yang
diberikan) terletak pada cara seseorang memperoleh atau mendapatkan posisi tersebut dalam
masyarakat.
B. Berikan masing-masing satu contoh/ilustrasi dari achieved statuses dan ascribed
statuses yang didapatkan pada sebuah institusi sosial (institusi keluarga/institusi
pendidikan/institusi ekonomi/institusi politik)
-Ascribed status merupakan tipe status yang dimiliki seseorang sejak ia lahir baik itu jenis
kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia dan lainnya.
Contoh status ini ada pada lingkungan keluarga Kerajaan. Misalkan Ratu Elisabeth
melahirkan seorang anak Pangeran William. Sejak lahir William kecil sudah menjadi anak
turunan raja dan kaya raya. Di usia 24 tahun ia dinobatkan sebagai pewaris tahta kerajaan
Inggris. Dalam hal ini William tidak bisa menolak takdir bahwa ia adalah turunan raja.
-Achieved Status merupakan status sosial yang didapat seseorang lewat kerja keras. Status
ini bisa didapat oleh siapa saja yang mau bekerja, belajar tiada henti. Model status sosial ini
banyak dapat didapat seseorang saat ini.
Contohnya pun banyak seperti Menteri Susi Pudjiastuti yang dulu merupakan seorang
pedagang ikan di pantai namun kini punya usaha transportasi penerbangan lewat
kegigihannya.
C. Berikan analisis Anda terkait masing-masing contoh tersebut (poin b) .
 Achieved statuses umumnya diraih lewat usaha dan kerja keras individu
 Ascribed statuses bersifat turunan atau sudah ada sejak lahir
 Kedua status ini dapat saling memengaruhi
 Seseorang dengan ascribed status tertentu dapat meraih achieved status melalui
usahanya
 Sebaliknya, achieved status yang tinggi juga dapat mempengaruhi ascribed status
keturunannya

4. A. Jelaskan perbedaan mendasar dari teori siklik dengan teori evolusioner.


Teori siklik dan teori evolusioner adalah dua konsep fundamental yang sering digunakan
dalam berbagai konteks termasuk dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, dan kehidupan sosial.
Perbedaan mendasar antara keduanya ialah sifat perubahan, pola perubahan, penyebab
perubahan, dan waktu.
B. Berikan analisis Anda terkait perspektif teori siklik dengan memberikan contoh
dari perubahan sosial yang berputar/berulang.
Teori siklik adalah pendekatan dalam sosiologi yang mengakui bahwa perubahan sosial tidak
selalu bergerak dalam satu arah linear, tetapi dapat mengikuti pola-pola siklik atau berulang.
Teori ini menekankan pada sifat berulang atau sirkular dari perubahan sosial, di mana
masyarakat dapat mengalami fase perkembangan, kemunduran, atau perubahan lainnya
secara berulang sepanjang waktu.
Contoh Perubahan Sosial yang Bersifat Siklik:
Siklus Ekonomi:
Contoh terkenal dari teori siklik adalah siklus ekonomi, yang mencakup periode ekspansi,
puncak, kontraksi, dan depresi. Masyarakat mengalami fase pertumbuhan ekonomi yang
diikuti oleh penurunan ekonomi, dan pola ini dapat berulang seiring waktu.
Siklus Mode dan Budaya:
Dalam dunia fashion dan budaya, tren mode sering mengikuti siklus. Gaya atau mode tertentu
yang populer di masa lalu dapat kembali menjadi tren di masa depan. Contohnya adalah tren
vintage yang kembali populer setelah beberapa dekade.
Siklus Politik:
Dalam sistem politik, terkadang masyarakat mengalami siklus pergantian kekuasaan antara
partai politik atau kelompok politik tertentu. Mungkin terjadi perubahan antara periode
dominasi satu kelompok dan periode dominasi kelompok lainnya.
Analisis Terhadap Teori Siklik:
Ketidakpastian dan Ketidakstabilan:
Teori siklik menyoroti ketidakpastian dan ketidakstabilan sebagai bagian dari kehidupan
sosial. Pola siklik mencerminkan dinamika masyarakat yang tidak selalu menuju ke arah
yang pasti.
Pentingnya Konteks dan Kondisi Eksternal:
Teori siklik menekankan bahwa perubahan sosial tidak dapat dipahami sepenuhnya jika tidak
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal atau kontekstual. Siklus ekonomi, misalnya, dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor global.
Adaptabilitas dan Pembelajaran dari Pengalaman Lampau:
Masyarakat dapat belajar dari pengalaman masa lalu dalam siklus sosial. Kemampuan untuk
beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan pembelajaran dari siklus sebelumnya
adalah aspek penting dalam teori siklik.
Pola Sosial Sebagai Panduan untuk Masa Depan:
Pemahaman pola siklik dapat memberikan panduan bagi masyarakat dalam merencanakan
dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang akan datang. Mengenali pola siklik dapat
membantu masyarakat untuk mengantisipasi dan mempersiapkan diri.
Penting untuk dicatat bahwa teori siklik bukanlah satu-satunya pandangan terhadap
perubahan sosial. Beberapa perubahan mungkin bersifat lebih linier atau tidak teratur.
Namun, teori siklik memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman tentang
dinamika perubahan sosial dan bagaimana masyarakat menghadapi tantangan yang berulang
sepanjang waktu.
Resiliensi Masyarakat:
Teori siklik juga menekankan resiliensi masyarakat, yaitu kemampuan suatu masyarakat
untuk pulih dan beradaptasi setelah mengalami periode perubahan atau krisis. Masyarakat
yang memiliki pemahaman yang baik terhadap pola siklik dapat mengembangkan strategi
adaptasi yang lebih efektif.
Dampak Teknologi:
Dalam era teknologi modern, siklus inovasi dan perubahan teknologi dapat menciptakan pola
siklik dalam masyarakat. Munculnya teknologi baru, kejayaan, kemunduran, dan inovasi
berikutnya dapat membentuk siklus yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial.
Siklus Demografi:
Perubahan dalam komposisi demografis, seperti pertumbuhan populasi, penurunan kelahiran,
atau perubahan distribusi usia, dapat mengikuti pola siklik. Faktor-faktor seperti kebijakan
keluarga, perkembangan ekonomi, atau perubahan budaya dapat memicu perubahan dalam
siklus demografi.
Siklus Pendidikan dan Pengetahuan:
Pendidikan dan pengetahuan dalam masyarakat dapat mengalami siklus. Periode di mana
masyarakat memberikan penekanan pada jenis pengetahuan tertentu dapat diikuti oleh
periode di mana penekanan tersebut beralih ke arah yang berbeda. Misalnya, periode di mana
ilmu pengetahuan dan teknologi dominan dapat diikuti oleh periode di mana seni dan
humaniora mendapatkan perhatian lebih.
Penting untuk diingat bahwa teori siklik tidak selalu dapat menjelaskan semua aspek
perubahan sosial, dan perubahan sosial seringkali kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Sementara teori siklik memberikan wawasan tentang pola-pola umum yang dapat
diamati dalam masyarakat, perubahan sosial tetap bergantung pada sejumlah faktor yang unik
untuk setiap konteks dan periode waktu. Oleh karena itu, pendekatan ini harus digunakan
bersamaan dengan kerangka kerja lain untuk memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif terhadap dinamika perubahan sosial.
C. Kemukakan kelemahan analisis dari teori evolusioner.
-Determinisme Biologis:
Kritik: Teori evolusioner sering kali disalahartikan atau disalahgunakan untuk mendukung
determinisme biologis, yaitu keyakinan bahwa perilaku manusia sepenuhnya ditentukan oleh
faktor genetik dan evolusi biologis. Ini dapat mengabaikan peran penting budaya, lingkungan,
dan faktor sosial lainnya dalam membentuk perilaku manusia.
-Ketidakmampuan Menjelaskan Variasi Budaya:
Kritik: Teori evolusioner cenderung kurang mampu menjelaskan keragaman budaya yang ada
di seluruh masyarakat manusia. Faktor-faktor evolusi cenderung tidak cukup untuk
menjelaskan perbedaan budaya yang kompleks di berbagai kelompok manusia.
-Ketidakmampuan Menangkap Perubahan Sosial Cepat:
Kritik: Teori evolusioner lebih cocok untuk menjelaskan perubahan sosial yang lambat dan
bertahap daripada perubahan yang cepat. Dalam dunia modern yang penuh dengan perubahan
teknologi dan perubahan sosial yang cepat, teori ini mungkin kurang relevan atau tidak dapat
memberikan pemahaman yang memadai.
-Ketidakpastian dalam Identifikasi Adaptasi:
Kritik: Identifikasi apa yang dianggap sebagai "adaptasi" dalam teori evolusioner dapat
bersifat subjektif dan ambigu. Beberapa karakteristik mungkin dianggap sebagai hasil
adaptasi, tetapi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan atau budaya.
-Ketidakmampuan Menjelaskan Perilaku Altruistik:
Kritik: Teori evolusioner sering kesulitan menjelaskan perilaku altruistik, yaitu perilaku di
mana individu membantu orang lain tanpa mendapatkan manfaat langsung. Sementara teori
evolusioner fokus pada keuntungan genetik pribadi, perilaku altruistik seringkali sulit
dijelaskan oleh paradigma ini.
-Penekanan pada Genetik dan Kurangnya Perhatian pada Sosial dan Budaya:
Kritik: Teori evolusioner sering kali terlalu berfokus pada aspek genetik dan kurang
memberikan perhatian yang cukup pada peran faktor-faktor sosial dan budaya dalam
membentuk perilaku manusia.
-Ketakutan akan Penyalahgunaan Sosial:
Kritik: Konsep evolusi dapat disalahgunakan untuk mendukung pandangan rasial atau seksis,
yang dapat menghasilkan diskriminasi dan ketidaksetaraan.
Penting untuk diingat bahwa teori evolusioner masih merupakan satu dari banyak kerangka
kerja dalam pemahaman perilaku manusia. Kelemahan ini tidak menghilangkan kontribusi
penting teori evolusioner dalam memberikan pemahaman dasar tentang bagaimana evolusi
mungkin memainkan peran dalam pembentukan beberapa aspek perilaku manusia. Namun,
penggunaannya harus hati-hati dan diintegrasikan dengan pendekatan lain untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih holistik.

Anda mungkin juga menyukai