Anda di halaman 1dari 61

Yumilia Hoo

Divisi Ginjal - Hipertensi


Departmen Ilmu Penyakit Dalam
RS dr. Hasan Sadikin / FK UNPAD
Bandung
KOMPLIKASI PADA
PASIEN CAPD :

INFEKSI : NON INFEKSI :


• PERITONITIS • Terkait kateter
• INFEKSI EXIT SITE • Meningkatnya tekanan
• INFEKSI TUNNEL
intra abdomen
• Terkait proses dialisis
• Komplikasi metabolik
INFEKSI PADA PASIEN CAPD :

PERITONEAL DIALYSIS
INFECTION

EXIT-SITE
AND/OR PERITONITIS
TUNNEL INFECTION

 Sering meyebabkan ‘ peritoneal membrane failure’


 Merupakan penyebab kegagalan tekhnis
 Penyebab terbesar pasien beralih ke HD
‘Exit-site’ normal :
• cairan jernih di kateter
• kulit tampak normal dan
tanpa ada krusta disekitar
kateter

Infeksi ‘Exit-site’ :
• tampak adanya cairan purulen
di kateter
• dengan atau tanpa kulit yang
kemerahan pada kulit
disekitar kateter

Infeksi Tunnel :
• Eritema
• Edema atau nyeri tekan di
sepanjang ‘tunnel’
• Seringkali tidak tampak USG
TERAPI INFEKSI ‘EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’

• Organisme yang sering menyebabkan infeksi ‘exit-site’ :


Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

• Organisme ini sering akhirnya menyebabkan peritonitis


 harus di terapi dengan agresif

• Rekomendasi terapi dengan antibiotik oral, kecuali


pada methicillin-resistant S.aureus (MRSA)

Perit Dial Int 2010;30:393-423


ANTIBIOTIK ORAL YANG DIGUNAKAN PADA INFEKSI
’EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’
ANTIBIOTIK DOSIS
Amoxicillin 250-500 mg b.i.d
Cephalexin 500 mg b.i.d to t.i.d
Ciprofloxacin 250 mg b.i.d
Clarithromycin 500 mg loading dose, then 250 mg b.i.d or q.d
Dicloxacillin 500 mg q.i.d
Erythromycin 500 mg q.i.d
Flucloxacillin 500 mg q.i.d
Fluconazole 200 mg q.d.for 2 days, then 100 mg q.d
Flucytocine 0.5-1 g/day titrated to response and serum trough
level (25-50µg/mL)
Isoniazid 200-300 mg q.d
b.i.d = 2 kali/hari; q.d = setiap hari; t.i.d = 3 kali/hari Perit Dial Int 2010;30:393-423
q.i.d = 4 kali/hari
ANTIBIOTIK ORAL YANG DIGUNAKAN PADA INFEKSI
’EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’

ANTIBIOTIK DOSIS
Linezolid 400-600 mg b.i.d
Metronidazole 400 mg t.i.d
Moxifloxacin 400 mg daily
Ofloxacin 400 mg first day, then 200 mg q.d
Pyrazinamide 25-35 mg/kg 3 times per week
Rifampicin 450 mg q.d for < 50 kg
600 mg q.d. for >50 kg
Trimethoprim/ 80/400 mg q.d
sulfamethoxazole

b.i.d = 2 kali/hari; q.d = setiap hari; t.i.d = 3 kali/hari


q.i.d = 4 kali/hari
Perit Dial Int 2010;30:393-423
PERITONITIS
• Peritonitis adalah infeksi rongga peritoneum akibat masuknya
mikro-organisme melalui kateter, celah kateter ataupun invasi
dari dinding usus

• Manifestasi klinis peritonitis dapat berupa :


• Cairan ‘effluent’ yang keruh
• Nyeri perut
• demam

• Diagnosis peritonitis minimal 2 dari kriteria dibawah :


• Cairan ‘effluent’ yang keruh
• Hitung sel dialisat >100 µl
• Sel PMN >50%
• Atau kultur dialisat positif
Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012
Dialysis Solution Cloudy Effluent Clear Effluent
Penyebab Peritonitis
1. Contamination, most likely skin or environmental organisms
Contamination at the time of connection
Contamination from tubing
Hole in exchange tubing or catheter
Loss of cap on end of tubing or failure to close clamp with leaking
Product defects
2. Catheter related, most often staphylococcal spesies or Pseudomonas aeruginosa
Biofilm on internal portion of the catheter (relapsing, repeat peritonitis)
Exit – site and tunnel infection
3. Bowel-source enteric organisms including gram-negative rods, Candida, and anaerobes
Diverticulitis
Cholecystitis
Ischemic bowel
Colitis
Perforated stomach or intestine
Colonoscopy, especially with polypectomy
Constipation with transmural migration of organisms into peritoneum
4. Bacteremia, often Streptococcus or Staphylococcus
Transient from dental procedures
Infection of intravascular device
5. Gynecologic source, often Streptococcus, Candida, some gram – negative rods
Peritoneal vaginal leak
Vaginal delivery
Hysteroscopy
Perit Dial Int 2011;31(6):614-630
PENGOBATAN PERITONITIS
 Resolusi inflamasi dengan cepat
 Mempertahankan fungsi membran peritoneum

• Pemberian antibiotik pertama kali hendaknya bersifat


empirik, menggunakan antibiotik berspektrum luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, tergantung
pola kuman setempat

• Untuk bakteri Gram positif diberikan sefalosporin


generasi pertama atau vankomisin
• Untuk bakteri Gram negatif diberikan sefalosporin
generasi ketiga atau aminoglikosida

• Pada peritonitis dengan kondisi tertentu diperlukan


kombinasi PD dan HD

Perit Dial Int 2010;30:393-423; Konsensus Dialisis 2012


Rekomendasi Pemberian Antibiotik untuk
Kasus Peritonitis Pasien CAPD

 Antibiotik Empirik :
 Sebaiknya meliputi AB yang bekerja terhadap kuman gram
negatif dan positif
 Sebaiknya sesuai dengan peta kuman setempat
 Untuk gram positif : vankomisin/sefalosporin generasi I
 Untuk gram negatif : sefosporin generasi III atau
aminoglikosida
 Intraperitoneal (IP) > intravena (iv)
 IP : intermiten ≈ kontinyu

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Rekomendasi Dosis Antibiotik Intraperitoneal
untuk Pasien CAPD
Intermiten Kontinyu
(setiap kali pergantian, (mg/L; semua
satu kali sehari) pergantian)
Aminoglikosida
Amikasin 2 mg/kg LD 25, MD 12
Gentamisin, netilmisin, LD 8, MD 4
ortobramycin 0.6 mg/kg

Sefalosporin
Cefazolin, cephalotin, atau 15 mg/kg LD 500, MD 125
cephradin
Cefepime 1000 mg LD 500, MD 125
Ceftazidime 1000 – 1500 mg LD 500, MD 125
Ceftizoxime 1000 mg LD 250, MD 125
Penisilin
Amoksisilin ND LD 250 – 500, MD 50
Ampisilin, oxacillin, atau ND MD 125
nafcillin ND LD 500, MD 250
Azlocillin ND LD 50.000 unit, MD
Penisillin G 25.000 unit
ND = no data; NA = not applicable; IP = intraperitoneal; LD = loading dose;
MD = maintenance dose dalam mg/L
PeritDial
Perit DialIntInt 2010;30:393-423;
2010;30:393-423; Konsensus
Konsensus Dialisis 2012
Dialisis 2012
Rekomendasi Dosis Antibiotik Intraperitoneal untuk Pasien CAPD
Intermiten Kontinyu
(setiap kali pergantian, (mg/L; semua
satu kali sehari) pergantian)
Kuinolon
Ciprofloxacin ND LD 50, MD 25
Lain – lain
Aztreonam ND LD 1000,MD 250
Daptomycin (115) ND LD 100, MD 20
Linezolid (41) 200 – 300 mg setiap
sehari p.o
Teicoplanin 15 mg/kg LD 400, MD 20
15 – 30 mg/kg setiap
Vankomisin LD 1000, MD 25
5-7 hari
Anti jamur
Amfoterisin NA 1.5
200 mg IP setiap
Flukonazole
24 – 48 jam
Kombinasi
Ampisilin/sulbactam 2 g setiap 12 jam LD 1000, MD 100
Imipenem/cilastin 1 g dua kali sehari LD 250, MD 50
Quinupristin/dalfopristin 25 mg/L selang 1
Trimethoprim/ kantongb 960 mg 2x sehari p.o
sulfamethoxazole
ND = no data; NA = not applicable; IP = intraperitoneal; LD = loading dose;
MD = maintenance dose dalam mg/L
Perit Dial
PeritInt
Dial2010;30:393-423;
Int 2010;30:393-423;Konsensus Dialisis
Konsensus Dialisis 2012
2012
Rekomendasi Dosis Antibiotik IP intermiten untuk Pasien APD

Drug IP dose
Cefazolin 20 mg/kg IP every day, in long dwell
Cefepime 1 g IP in 1 exchange per day
Fluoconazole 200 mg IP in 1 exchange per day every 24-48 h
Tobramycin LD 1.5 mg/kgIP in long dwell, then 0.5 mg/kg/day
in long dwell
vancomycin LD 30 mg/kg IP in long dwell; repeat dosing 15
mg/kg IP in long dwell every 3-5 days (aim to
keep serum through level above 15 ug/mL)

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Komplikasi non-infeksi terkait kateter
Komplikasi insersi kateter PD

Perforasi kandung kemih


Perforasi usus
Migrasi kateter melalui diafragma
Perdarahan intra peritoneal
Bocor cairan

Masalah terkait kateter yang menyebabkan


volume drain berkurang
Obstruksi
Entrapment
malposisi
PROBLEM INFLOW/OUTFLOW
INFLOW Intervensi
Fibrin/blood clot - Heparin IP
- Urokinase
Kink in tubing - Check tubing
Malposition - Repair

OUTFLOW
Fibrin/blood clot - flushing dg heparin
Omental wrapping - X-ray/Surgery
Constipation - relief constipation
Malposition/migration - X-ray/periostonoscopy
Adhesi - adhesiolysis
Komplikasi peningkatan tekanan
intra-abdominal
Edema Genital

Kebocoran cairan Kebocoran di dinding


abdomen & perikateter

Hydrothorax

Hernia
Komplikasi terkait Dialisis
 Rasa penuh
 Nyeri abdomen
 Nyeri bahu
 overload cairan
 Dehidrasi
 Gangguan Elektrolit
 Darah dalam effluen
Perut terasa penuh
Penilaian : Penanganan :
1. Evaluasi kapan pasien 1. Naikkan volume cairan secara
merasa discomfort gradual
2. Edukasi pasien untuk:
• Makan sering dengan posrsi kecil
• Makan saat drain
• Gunakan baju yang longgar
Nyeri Abdomen
Penyebab : Penanganan :
1. Kecepatan aliran dialisat 1. Lambatkan kecepatan aliran
terlalu cepat dialisat
2. Cairan dengan tonisitas 2. Hindari penggunaan cairan
tinggi dialisat dengan tonisitas tinggi
3. Cairan dengan pH 3. Perubahan posisi
rendah
4. Cairan dingin
5. Kostipasi
6. Infeksi- peritonitis
Nyeri Bahu
Penyebab : Penanganan :
1. Udara dalam rongga 1. Keluarkan udara dari tubing
peritoneal sebelum inflow
2. Tekanan cairan dialisat 2. Tutunkan kecepatan inflow
3. Bila perlu berikan analgetik
Kelebihan Cairan
Penyebab : Penanganan :
1. Asupan cairan berlebih 1. Edukasi- hindari asupan
2. Asupan garam berlebih garam dan cairan berlebihan
3. Status membran transport 2. Memakai dialisat 2,5% –
berubah dwell time lebih pendek
4. Fungsi kateter 3. Verifikasi posisi dan fungsi
kateter
4. Ulang PET
Tanda dan Gejala :
- Tekanan darah , edema, BB
- Edema paru
Kegagalan Ultrafiltrasi

Kegagalan ultrafiltrasi adalah ketidak mampuan untuk


mencapai keseimbangan cairan yang adekuat
Kegagalan ultrafiltrasi didefinisikan berdasarkan hasil
utrafiltrasi yang diperoleh setelah dwelling dialisis standar

Diagnosis kegagalan ultrafiltrasi bila didapatkan :


hasil UF < 100 ml setelah dwelling 4 jam dengan larutan
glukosa 2,5% atau
< 400 ml dengan larutan glukosa 4,25%
tidak ada malfungsi kateter, kebocoran cairan atau adhesi
intraperitoneal.
Kegagalan Ultrafiltrasi
Terdapat tiga tipe kegagalan ultrafiltrasi yaitu :
Kegagalan membran tipe I terkait kecepatan transport solut
yang tinggi
 Bertambahnya luas permukaan efektif / permiabilitas
 Peritonitis
Kegagalan membran tipe II terkait gagalnya transport solut
 Berkurangnya luas permukaan efektif / permiabilitas
 Perlengketan
Kegagalan membran tipe III terkait absorbsi limfatik yang
berlebihan
Kegagalan Ultrafiltrasi
Penilaian :
 Pasien menunjukkan tanda-tanda edema
 Pasien tidak mampu mempertahankan berat “kering”
 Penggunaan dekstrosa hipertonik secara berlebihan.

Intervensi :
 Lakukan anamnesis yang mendalam dan pemeriksaan fisik.
 Evaluasi kembali tipe membran (PET)
 Review dwell time untuk membran / terapi yang spesifik.
 Review kepatuhan terhadap diet dan jadwal dialisis.
 Istirahatkan membran sementara waktu.
Misdiagnosis Kegagalan Ultrafiltrasi
Akibat masalah mekanis pada kateter

 Kebocoran
 Obstruksi
 Terperangkap
 Malposisi
Dehidrasi
Penyebab : Penanganan :
1. Perpindahan yang terlalu 1. Hentikan penggunaann
banyak cairan tubuh akibat cairan dengan tonisitas tinggi
dialisis 2. Gunakan 1.5% sampai BB
meningkat  BB stabil
2. Karena penyakit :
3. Diet tinggi garam dan cairan
- vomitus , diare (sementara)
3. Asupan cairan kurang 4. Evaluasi BB kering
4. “dry” weight tidak akurat 5. Evaluasi obat-obat anti
hipertensi
Tanda dan gejala :
- TD , kram, dizziness,
BB , mulut kering
Hiponatremia
 Standard cairan PD mengandung Na 132 mmol/L
 Hiponatremia dapat terjadi jika :
– Asupan air berlebih
– Hiperglikemia
– Hipertrigliseridemia.

Hipernatremia
 dapat terjadi akibat dari utrafiltrasi yang tinggi
 penggunaan cairan dialisat hipertonik sehingga terjadi
perpindahan air yang berlebihan dan retensi natrium
Hipokalemia
Penyebab : Penanganan :
1. Asupan K 
1. Monitor serum K reguler
2. Dialisat bebas K
3. Kehilangan berlebihan 2. Perbaiki asupan makanan
Penilaian: 3. Suplementasi K
1. Kelemahan otot
2. Aritmia jantung
3. serum K+ rendah

Hiperkalemia
 Proses dialisis tidak adekuat
 Asupan K berlebihan
 Medikasi : ACE inhibitors
 Penanganan :konseling diet, perbaiki dialisis, evaluasi obat2an,
pemberian K binders
Hemoperitoneum
Penyebab : Penanganan :
1.Sering 1. Bilas
– trauma 2. Tambahkan heparin
– Ginekologi : 1000u/2L (tidak akan melalui
menstruasi, ovulasi membran peritoneal)
2.Jarang 3. Periksa Hb dan hematokrit
– GIT : ruptur limpa, 4. Bila terkait menstruasi, akan
perforasi usus, berhenti 3-4 hari kemudian
pankreatitis
– Anti koagulan
Komplikasi Metabolik

Efek dari dialisat glukosa

Kehilangan Protein

Gangguan lipid
Efek dari dialisat glukosa
 Glukosa masih sebagai stadar agen osmotik pada cairan PD
 Murah, stabil dan relatif tidak toksik thd peritoneum
 Mudah diabsorbsi (60% - 80% terabsorbsi)
 Sekitar 100 – 150 gr/hari (500 – 800 kcal/hr).
 Diperhitungkan terhadap asupan energi total
Efek dari dialisat glukosa
 Efek samping :  Hiperglikemia dapat terjadi pada
Meningkatkan sekresi insulin inisiasi PD
Meningkatka resistensi insulin  Kadang-kadang pasien
Hiperglikemia memerlukan obat hipoglikemia
Peningkatan BB  akumulasi atau insulin
lemak  rekomendasi : HbA1c < 7.5%.
Kehilangan Protein
Penyebab : Penanganan :
1. Hilang melalui dialisat : 1. Konsultasi dietisien
5-15 g protein/hari 2. Beri asupan tinggi protein
2. Asupan yang buruk, 3. Beri suplemen protein
kebiasaan diet Cegah peritonitis
3. Peritonitis 4. Nutrineal (Amino Acid )
4. Penyakit komorbid
Malnutrisi
Penilaian :
 Riwayat diet dan nafsu makan
 Albumin serum
 Adanya edema
 Kehilangan protein dalam efluen 24 jam

Intervensi :
 Monitor albumin serum albumin dan
indikator malnutrisi lainnya
 Suplemen nutrisi
 Asam amino IP Ketidak seimbangan
antara asupan dan
keluaran protein
Kelainan metabolisme lipid

Penyebab : Penanganan :
1. Absorbsi glukosa jangka 1. Kurangi penggunaan larutan
panjang dengan tonisitas yang tinggi
2. Asuan lemak dan karbohidrat 2. Batasi konsumsi makanan
berlebih yang mengandung lemak
3. Kurang latihan/OR dan karbohidrat tinggi
4. Terjadi pada 60-80% pasien PD 3. Hindari Alcohol
5. Hipoalbuminemia terkait 4. Latihan / OR rutin
kehilangan protein melalui 5. Medikasi :
effluen HMG-CoA reductase
inhibitors
Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS)
 Terjadi pada pasien PD • Identifikasi faktor risiko
lama
 Lamanya PD
 Insidensi : 1.5-4.6
kasus/1000 pasien tahun  Awalnya dg trasporter
yang tinggi
 Diagnosis :
 UF gagal, nausea, vomitus,  Penggunaan dialisat
obstruksi usus, overhidrasi, hipertonis
hemoperitoneum  Peritonitis rekuren
 Foto BNO, USG, CT
abdomen
 Dialisat mengandung
 Lab : CRP, TGF B
asetat
 Laparoskopi, biopsi  Milieu uremik
Encapsulating Peritoneal Sclerosis
Pencegahan :
 Penggunaan heparin i.p bila ditemukan fibrin
 Hindari hemoperitoneum persisten
 Kurangi peritonitis
 Hindari larutan glukosa hipertonik
 Penggunaan larutan dalisis yang
biocompatible
 Istirahatkan peritoneal paling sedikit 1 bulan
bila curiga terdapat kegagalan membran tipe II
Encapsulating Peritoneal Sclerosis
 Suplementasi nutrisi  • Anti-inflamasi atau
parenteral dan TPN immunosupressif :
 Pembedahan : obstruksi / – Corticosteroids
nekrosis usus – Azathioprine
 Hentikan PD • Antifibrotik :
– Tamoxipen
– Sirolimus
Terima Kasih
Infeksi ‘Exit
Exit--site’ akut :
 Nyeri
 Bengkak
 Tampak merah dengan
diameter eritema >13 mm
 Jaringan granulasi yang
berlebihan
• Mudah berdarah bila dipegang
• Disekitar ‘exit-site’ dan/atau
sinus yang terbentuk
 Drainase
– Purulent dan/atau hemoragis
– mengeluarkan eksudat yang
menyebabkan ‘balutan’
senantiasa basah
 Krusta atau keropeng
disekitar exit-site/sinus

T Situmorang, PD College 2007


Infeksi ‘Exit
‘Exit--site’ kronis
 Evolusi dari infeksi akut yang tidak
sembuh selama > 4 minggu
 Tidak ada nyeri, bengkak dan kulit
kemerahan
 Jaringan granulasi disekitar’ exit-
site’ dan/atau sinus
 Kadang-kadang ‘exit-site’ atau
sinus tampak normal
 Drainase:
 Purulen atau hemoragis,
spontan atau setelah ditekan
daerah sinus
 Balutan senantiasa basah
dengan cairan eksudat
 krusta atau keropeng sekitar ‘exit-
site’ atau sinus
 Cuff eksternal bisa terinfeksi
T Situmorang, PD College 2007
Syarat bahan pemeriksaan
kultur cairan ‘effluent’

• Cairan dialisat dengan ‘dwell time’ minimal 2 jam


(effluent)
• Kultur dilakukan paling lambat 1 jam setelah drainase
• Kultur cairan ‘effluent’ menggunakan botol untuk kultur
darah

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Obstruksi
Peniaian : Penanganan :
1. Cegah konstipasi
Inflow/outflow tersendat
- Diet, OR, pencahar
menyebabkan perpindahan
cairan tidak efisien
2. Jika ada fibrin atau bekuan :
- beri heparin-500 U/1000ml
Penyebab : - masukkan cairan dialisat atau NaCl 0,9%
dengan menggunakan siring 50 ml
1. bekuan / sumbatan fibrin
2. Obstruksi catheter ports oleh Jika tidak berhasil :
omentum - beri obat fibrinolitik
3. Kinked catheter - Surgical replacement
Entrapment
Kateter intra-abdominal terperangkap di dalam
kompartemen yang dibentuk oleh adhesi
Biasanya terjadi 1-3 bulan setelah insersi

Penilaian:
• Inflow baik, outflow baik kemudian secara tiba-tiba
berhenti
• Diagnosis: Peritoneography

Penanganan: eksplorasi  omentectomy


Malposisi
Penyebab : Penanganan :
Migrasi 1. Perubahan posisi pasien
ketika drain
Penilaian : 2. KUB – untuk melihat
1. Posisi saat outflow posisi kateter
2. Evaluasi pasien untuk 3. Fluorosopic
rasa nyeri 4. Partial omentectomy
3. Drainage tidak komplit – 5. Replacement
volume diukur
Kebocoan cairan
• Biasanya terjadi pada awal PD
• Penyebab :
– Penyembuhan luka yang tidak baik (diabettes, orang tua, malnutrisi
dan riwayat pemakaian steroid)
– Hernia
– Pasien obese
– Riwayat Pembedahan di daerah abdomen

• Dialisat dari rongga abdomen dapat bocor ke kompartemen tubuh lainnya


• Edema genital (labia majora,scrotum,penis)
subcutanoues abdominal leak
patent processus vaginalis may be
associated with an indirect inguinal hernia
• Melalui diafragma ke dalam rongga pleura  hydrothorax
Edema Genital
< 10%, hampir selalu pada pasien laki-laki

Dialisat mencapai genilatia melalui :


1. a patent processus vaginalis to the tunica vaginalis  hydrocele

2. defect di dinding abdomen  the dialysate tracks inferiorly along the


abdominal wall  edema of foreskin and scrotum.

Penilaian : Penanganan :
1. Edema skrotum 1. PD dihentikansementara
2. Volume drain berkurang 2. Scan abdomen
3. Berat badan bertambah 3. Reparasi bedah
4. Rasa nyeri 4. HD sampai luka sembuh
(sekitar 4 minggu)
5. Dimulai dengan pertukaran
volume yang sedikit
Kebocoran pada dinding abdomen
dan perikateter
 Insidensi jarang, tetapi lebih sering daripada hernia

 Teknik pembedahan berperan dalam kebocoran peri


kateter

 Pasien yang berisiko :


– Pasien dengan penyembuhan luka yang jelek
(diabetes, orang tua, malnutrisi, pemakaian steroid).

– Riwayat pembedahan di daerah abdomen, hernia


dan obese
Kebocoran Dinding Abdomen
 Sulit untuk mendiagnosis secara klinis
 Sering disangka kegagalan UF

Penilaian : Penanganan :
1. Tiba-tiba ukuran pinggang 1. CAPD dihentikan sementara
bertambah
2. Edema abdomen 2. USG, CT Scan, MRI
3. Berat badan bertambah 3. Surgical repair
4. Tidak ada edema di tempat lain 4. Sementara HD sampai luka
sembuh (4 minggu)
Kebocoran Peri Kateter
Penilaian : Penanganan :
1. Edema subkutan 1. Hentikan CAPD 24-48 jam  HD.

2. Kenaikan BB 2. CT scan

3. Volume outflow berkurang 3. Observasi tanda dan gejala infeksi


exit site dan peritonitis bila ada
4. Dialisat keluar melalui exit site kebocoran
(perban basah) 4. Kebocoran yang berulang
5. Biasanya terjadi pasca memerlukan pergantian kateter
operasi implantasi kateter
Hydrothorax
 Perpidahan dialisat dari peritoneal ke rongga pleura
 Insidensi 1.0% – 5.1%, rata-rata1.9%

 Dapat terjadi :
– Pada awal PD
– Beberapa bulan /tahun

 Peningkatan tekanan intra abdominal yang transien dapat


menjadi predisposisi hidrotoraks akut
 Predominan pada wanita, hampir selalu pada toraks kanan
Hydrothorax
Diagnosis :
1. Asimptomatik
2. Kesulitan bernafas, rasa tidak enak di dada
3. Berkurangnya volume drain
4. Analisis cairan pleura (transudat, lekosit , glukosa)
5. foto toraks untuk konfirmasi efusi pleura

Penanganan :
 Thoracocentesis

 Pleurodesis

 HD

 Gunakan volume yang kecil dengan posisi supine


Hernia
 Defek pada strukturdinding abdominal akibat tekanan
intra abdomen yang meningkat
 10% - 20%

 Diagnosis
– Bengkak pada abdomen setelah latihan fisik atau batuk,
mengedan
– CT scan abdomen
– Scanning dengan gamma camera
Hernia
Penyebab: Penanganan :
1. Defek anatomi kongenital 1. CAPD hentikan sementara, 
2. volume dialisat dengan HD
jumlah yang banyak 2. Dimulai dengan volume yang
kecil
3. Riwayat hernia 3. Surgical repair
4. Riwayat pembedahan 4. Tunggu 4-8 minggu pasca
operasi
Jenis hernia :
1. Umbilikal
2. Inguinal
3. Insisional, termasuk di
tempat kateter
Umbilical
hernia
Encapsulating Peritoneal Sclerosis

 Perubahan
histopatologis yang luas
dari membran peritoneal
 terdapat penebalan dan
sklerosis membran dengan
atau tanpa adhesi, jaringan
yang padat dan fibrosis,
hilangnya sel mesotel,
deposit dan inflitrasi
inflamatori kronik serta Fig 4. Photomicrograph of a biopsy specimen
manifestasi paling berat of peritoneum. Note absence of mesothelium
timbulnya encapsulated and proliferation of collagenous
peritoneal sclerosis fibroconnective tissue. (Original magnification
x 2OCl.)
Initial Management of Peritonitis Outcomes Evaluation
Patient Education Collect data to include :
• Date of culture, organism identified, drug therapy used
• Immediately report cloudy effluent,
• Date infection resolved
abdominal pain, and/or fever to PD unit
• Recurrent organism, date of drug therapy
• Save drained cloudy dialysate and bring
• Method of interim renal replacement therapy
to clinic
• Date of catheter removal
• Treatment will be adding intraperitoneal
• Date of new catheter reinsertion
antibioticc for up to 3 weeks
• Documentation of contributing factors
• Report worsening symptoms or persistent
• Break in technique, patients factors, exit-site inf
cloudiness to PD unit
• Date of reeducation/training
• Schedule retraining for technique issues
Enter data into catheter management database

Start intraperitoneal antibiotics as soon as possible


Allow to dwell for at least 6 hours
Ensure gram-positif and gram-negatif coverage
0-6 Base selection on historical patient and center sensitivity pattern as available
hours
Gram-positif coverage : Gram-negatif coverage :
Either first generation Either third generation
Cephalosporin or vancomycin Cephalosporin or aminoglycoside

Determine and prescribe ongoing antibiotic treatment


6-8 Ensure follow-up arrangements are clear or patient admitted
hours Await sensitivity results

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Diagnosis Banding dari ‘Effluent’ yang keruh

‘Infectious peritonitis’ dengan kultur positif


‘Infectious peritonitis’ dengan kultur steril
‘Chemical peritonitis’
‘Eosinophilia of the effluent’
Hemoperitoneum
Keganasan (jarang)
‘Chylous effluent’ (jarang)
Spesimen diambil dari abdomen yang kering

Perit Dial Int 2010;30:393-423


Kelainan Metabolisme Lipid
Kelainan lipid pada End-Stage Renal Disease
Factor PD HD
Total cholesterol  Normal
LDL-cholesterol  Normal
HDL-cholesterol  
Triglycerides  
Apo-A1 protein  
Apo- protein  Normal
Lp (a)  
LDL oxidation  
Sarah Prichard : Chronic Kidney Disease, Dialysis & Transplantation, 2005

Anda mungkin juga menyukai