3.dr Lilik-Simpo Nephro-Komplikasi CAPD 2015 Capd
3.dr Lilik-Simpo Nephro-Komplikasi CAPD 2015 Capd
PERITONEAL DIALYSIS
INFECTION
EXIT-SITE
AND/OR PERITONITIS
TUNNEL INFECTION
Infeksi ‘Exit-site’ :
• tampak adanya cairan purulen
di kateter
• dengan atau tanpa kulit yang
kemerahan pada kulit
disekitar kateter
Infeksi Tunnel :
• Eritema
• Edema atau nyeri tekan di
sepanjang ‘tunnel’
• Seringkali tidak tampak USG
TERAPI INFEKSI ‘EXIT-SITE’ DAN ‘TUNNEL’
ANTIBIOTIK DOSIS
Linezolid 400-600 mg b.i.d
Metronidazole 400 mg t.i.d
Moxifloxacin 400 mg daily
Ofloxacin 400 mg first day, then 200 mg q.d
Pyrazinamide 25-35 mg/kg 3 times per week
Rifampicin 450 mg q.d for < 50 kg
600 mg q.d. for >50 kg
Trimethoprim/ 80/400 mg q.d
sulfamethoxazole
Antibiotik Empirik :
Sebaiknya meliputi AB yang bekerja terhadap kuman gram
negatif dan positif
Sebaiknya sesuai dengan peta kuman setempat
Untuk gram positif : vankomisin/sefalosporin generasi I
Untuk gram negatif : sefosporin generasi III atau
aminoglikosida
Intraperitoneal (IP) > intravena (iv)
IP : intermiten ≈ kontinyu
Sefalosporin
Cefazolin, cephalotin, atau 15 mg/kg LD 500, MD 125
cephradin
Cefepime 1000 mg LD 500, MD 125
Ceftazidime 1000 – 1500 mg LD 500, MD 125
Ceftizoxime 1000 mg LD 250, MD 125
Penisilin
Amoksisilin ND LD 250 – 500, MD 50
Ampisilin, oxacillin, atau ND MD 125
nafcillin ND LD 500, MD 250
Azlocillin ND LD 50.000 unit, MD
Penisillin G 25.000 unit
ND = no data; NA = not applicable; IP = intraperitoneal; LD = loading dose;
MD = maintenance dose dalam mg/L
PeritDial
Perit DialIntInt 2010;30:393-423;
2010;30:393-423; Konsensus
Konsensus Dialisis 2012
Dialisis 2012
Rekomendasi Dosis Antibiotik Intraperitoneal untuk Pasien CAPD
Intermiten Kontinyu
(setiap kali pergantian, (mg/L; semua
satu kali sehari) pergantian)
Kuinolon
Ciprofloxacin ND LD 50, MD 25
Lain – lain
Aztreonam ND LD 1000,MD 250
Daptomycin (115) ND LD 100, MD 20
Linezolid (41) 200 – 300 mg setiap
sehari p.o
Teicoplanin 15 mg/kg LD 400, MD 20
15 – 30 mg/kg setiap
Vankomisin LD 1000, MD 25
5-7 hari
Anti jamur
Amfoterisin NA 1.5
200 mg IP setiap
Flukonazole
24 – 48 jam
Kombinasi
Ampisilin/sulbactam 2 g setiap 12 jam LD 1000, MD 100
Imipenem/cilastin 1 g dua kali sehari LD 250, MD 50
Quinupristin/dalfopristin 25 mg/L selang 1
Trimethoprim/ kantongb 960 mg 2x sehari p.o
sulfamethoxazole
ND = no data; NA = not applicable; IP = intraperitoneal; LD = loading dose;
MD = maintenance dose dalam mg/L
Perit Dial
PeritInt
Dial2010;30:393-423;
Int 2010;30:393-423;Konsensus Dialisis
Konsensus Dialisis 2012
2012
Rekomendasi Dosis Antibiotik IP intermiten untuk Pasien APD
Drug IP dose
Cefazolin 20 mg/kg IP every day, in long dwell
Cefepime 1 g IP in 1 exchange per day
Fluoconazole 200 mg IP in 1 exchange per day every 24-48 h
Tobramycin LD 1.5 mg/kgIP in long dwell, then 0.5 mg/kg/day
in long dwell
vancomycin LD 30 mg/kg IP in long dwell; repeat dosing 15
mg/kg IP in long dwell every 3-5 days (aim to
keep serum through level above 15 ug/mL)
OUTFLOW
Fibrin/blood clot - flushing dg heparin
Omental wrapping - X-ray/Surgery
Constipation - relief constipation
Malposition/migration - X-ray/periostonoscopy
Adhesi - adhesiolysis
Komplikasi peningkatan tekanan
intra-abdominal
Edema Genital
Hydrothorax
Hernia
Komplikasi terkait Dialisis
Rasa penuh
Nyeri abdomen
Nyeri bahu
overload cairan
Dehidrasi
Gangguan Elektrolit
Darah dalam effluen
Perut terasa penuh
Penilaian : Penanganan :
1. Evaluasi kapan pasien 1. Naikkan volume cairan secara
merasa discomfort gradual
2. Edukasi pasien untuk:
• Makan sering dengan posrsi kecil
• Makan saat drain
• Gunakan baju yang longgar
Nyeri Abdomen
Penyebab : Penanganan :
1. Kecepatan aliran dialisat 1. Lambatkan kecepatan aliran
terlalu cepat dialisat
2. Cairan dengan tonisitas 2. Hindari penggunaan cairan
tinggi dialisat dengan tonisitas tinggi
3. Cairan dengan pH 3. Perubahan posisi
rendah
4. Cairan dingin
5. Kostipasi
6. Infeksi- peritonitis
Nyeri Bahu
Penyebab : Penanganan :
1. Udara dalam rongga 1. Keluarkan udara dari tubing
peritoneal sebelum inflow
2. Tekanan cairan dialisat 2. Tutunkan kecepatan inflow
3. Bila perlu berikan analgetik
Kelebihan Cairan
Penyebab : Penanganan :
1. Asupan cairan berlebih 1. Edukasi- hindari asupan
2. Asupan garam berlebih garam dan cairan berlebihan
3. Status membran transport 2. Memakai dialisat 2,5% –
berubah dwell time lebih pendek
4. Fungsi kateter 3. Verifikasi posisi dan fungsi
kateter
4. Ulang PET
Tanda dan Gejala :
- Tekanan darah , edema, BB
- Edema paru
Kegagalan Ultrafiltrasi
Intervensi :
Lakukan anamnesis yang mendalam dan pemeriksaan fisik.
Evaluasi kembali tipe membran (PET)
Review dwell time untuk membran / terapi yang spesifik.
Review kepatuhan terhadap diet dan jadwal dialisis.
Istirahatkan membran sementara waktu.
Misdiagnosis Kegagalan Ultrafiltrasi
Akibat masalah mekanis pada kateter
Kebocoran
Obstruksi
Terperangkap
Malposisi
Dehidrasi
Penyebab : Penanganan :
1. Perpindahan yang terlalu 1. Hentikan penggunaann
banyak cairan tubuh akibat cairan dengan tonisitas tinggi
dialisis 2. Gunakan 1.5% sampai BB
meningkat BB stabil
2. Karena penyakit :
3. Diet tinggi garam dan cairan
- vomitus , diare (sementara)
3. Asupan cairan kurang 4. Evaluasi BB kering
4. “dry” weight tidak akurat 5. Evaluasi obat-obat anti
hipertensi
Tanda dan gejala :
- TD , kram, dizziness,
BB , mulut kering
Hiponatremia
Standard cairan PD mengandung Na 132 mmol/L
Hiponatremia dapat terjadi jika :
– Asupan air berlebih
– Hiperglikemia
– Hipertrigliseridemia.
Hipernatremia
dapat terjadi akibat dari utrafiltrasi yang tinggi
penggunaan cairan dialisat hipertonik sehingga terjadi
perpindahan air yang berlebihan dan retensi natrium
Hipokalemia
Penyebab : Penanganan :
1. Asupan K
1. Monitor serum K reguler
2. Dialisat bebas K
3. Kehilangan berlebihan 2. Perbaiki asupan makanan
Penilaian: 3. Suplementasi K
1. Kelemahan otot
2. Aritmia jantung
3. serum K+ rendah
Hiperkalemia
Proses dialisis tidak adekuat
Asupan K berlebihan
Medikasi : ACE inhibitors
Penanganan :konseling diet, perbaiki dialisis, evaluasi obat2an,
pemberian K binders
Hemoperitoneum
Penyebab : Penanganan :
1.Sering 1. Bilas
– trauma 2. Tambahkan heparin
– Ginekologi : 1000u/2L (tidak akan melalui
menstruasi, ovulasi membran peritoneal)
2.Jarang 3. Periksa Hb dan hematokrit
– GIT : ruptur limpa, 4. Bila terkait menstruasi, akan
perforasi usus, berhenti 3-4 hari kemudian
pankreatitis
– Anti koagulan
Komplikasi Metabolik
Kehilangan Protein
Gangguan lipid
Efek dari dialisat glukosa
Glukosa masih sebagai stadar agen osmotik pada cairan PD
Murah, stabil dan relatif tidak toksik thd peritoneum
Mudah diabsorbsi (60% - 80% terabsorbsi)
Sekitar 100 – 150 gr/hari (500 – 800 kcal/hr).
Diperhitungkan terhadap asupan energi total
Efek dari dialisat glukosa
Efek samping : Hiperglikemia dapat terjadi pada
Meningkatkan sekresi insulin inisiasi PD
Meningkatka resistensi insulin Kadang-kadang pasien
Hiperglikemia memerlukan obat hipoglikemia
Peningkatan BB akumulasi atau insulin
lemak rekomendasi : HbA1c < 7.5%.
Kehilangan Protein
Penyebab : Penanganan :
1. Hilang melalui dialisat : 1. Konsultasi dietisien
5-15 g protein/hari 2. Beri asupan tinggi protein
2. Asupan yang buruk, 3. Beri suplemen protein
kebiasaan diet Cegah peritonitis
3. Peritonitis 4. Nutrineal (Amino Acid )
4. Penyakit komorbid
Malnutrisi
Penilaian :
Riwayat diet dan nafsu makan
Albumin serum
Adanya edema
Kehilangan protein dalam efluen 24 jam
Intervensi :
Monitor albumin serum albumin dan
indikator malnutrisi lainnya
Suplemen nutrisi
Asam amino IP Ketidak seimbangan
antara asupan dan
keluaran protein
Kelainan metabolisme lipid
Penyebab : Penanganan :
1. Absorbsi glukosa jangka 1. Kurangi penggunaan larutan
panjang dengan tonisitas yang tinggi
2. Asuan lemak dan karbohidrat 2. Batasi konsumsi makanan
berlebih yang mengandung lemak
3. Kurang latihan/OR dan karbohidrat tinggi
4. Terjadi pada 60-80% pasien PD 3. Hindari Alcohol
5. Hipoalbuminemia terkait 4. Latihan / OR rutin
kehilangan protein melalui 5. Medikasi :
effluen HMG-CoA reductase
inhibitors
Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS)
Terjadi pada pasien PD • Identifikasi faktor risiko
lama
Lamanya PD
Insidensi : 1.5-4.6
kasus/1000 pasien tahun Awalnya dg trasporter
yang tinggi
Diagnosis :
UF gagal, nausea, vomitus, Penggunaan dialisat
obstruksi usus, overhidrasi, hipertonis
hemoperitoneum Peritonitis rekuren
Foto BNO, USG, CT
abdomen
Dialisat mengandung
Lab : CRP, TGF B
asetat
Laparoskopi, biopsi Milieu uremik
Encapsulating Peritoneal Sclerosis
Pencegahan :
Penggunaan heparin i.p bila ditemukan fibrin
Hindari hemoperitoneum persisten
Kurangi peritonitis
Hindari larutan glukosa hipertonik
Penggunaan larutan dalisis yang
biocompatible
Istirahatkan peritoneal paling sedikit 1 bulan
bila curiga terdapat kegagalan membran tipe II
Encapsulating Peritoneal Sclerosis
Suplementasi nutrisi • Anti-inflamasi atau
parenteral dan TPN immunosupressif :
Pembedahan : obstruksi / – Corticosteroids
nekrosis usus – Azathioprine
Hentikan PD • Antifibrotik :
– Tamoxipen
– Sirolimus
Terima Kasih
Infeksi ‘Exit
Exit--site’ akut :
Nyeri
Bengkak
Tampak merah dengan
diameter eritema >13 mm
Jaringan granulasi yang
berlebihan
• Mudah berdarah bila dipegang
• Disekitar ‘exit-site’ dan/atau
sinus yang terbentuk
Drainase
– Purulent dan/atau hemoragis
– mengeluarkan eksudat yang
menyebabkan ‘balutan’
senantiasa basah
Krusta atau keropeng
disekitar exit-site/sinus
Penilaian:
• Inflow baik, outflow baik kemudian secara tiba-tiba
berhenti
• Diagnosis: Peritoneography
Penilaian : Penanganan :
1. Edema skrotum 1. PD dihentikansementara
2. Volume drain berkurang 2. Scan abdomen
3. Berat badan bertambah 3. Reparasi bedah
4. Rasa nyeri 4. HD sampai luka sembuh
(sekitar 4 minggu)
5. Dimulai dengan pertukaran
volume yang sedikit
Kebocoran pada dinding abdomen
dan perikateter
Insidensi jarang, tetapi lebih sering daripada hernia
Penilaian : Penanganan :
1. Tiba-tiba ukuran pinggang 1. CAPD dihentikan sementara
bertambah
2. Edema abdomen 2. USG, CT Scan, MRI
3. Berat badan bertambah 3. Surgical repair
4. Tidak ada edema di tempat lain 4. Sementara HD sampai luka
sembuh (4 minggu)
Kebocoran Peri Kateter
Penilaian : Penanganan :
1. Edema subkutan 1. Hentikan CAPD 24-48 jam HD.
2. Kenaikan BB 2. CT scan
Dapat terjadi :
– Pada awal PD
– Beberapa bulan /tahun
Penanganan :
Thoracocentesis
Pleurodesis
HD
Diagnosis
– Bengkak pada abdomen setelah latihan fisik atau batuk,
mengedan
– CT scan abdomen
– Scanning dengan gamma camera
Hernia
Penyebab: Penanganan :
1. Defek anatomi kongenital 1. CAPD hentikan sementara,
2. volume dialisat dengan HD
jumlah yang banyak 2. Dimulai dengan volume yang
kecil
3. Riwayat hernia 3. Surgical repair
4. Riwayat pembedahan 4. Tunggu 4-8 minggu pasca
operasi
Jenis hernia :
1. Umbilikal
2. Inguinal
3. Insisional, termasuk di
tempat kateter
Umbilical
hernia
Encapsulating Peritoneal Sclerosis
Perubahan
histopatologis yang luas
dari membran peritoneal
terdapat penebalan dan
sklerosis membran dengan
atau tanpa adhesi, jaringan
yang padat dan fibrosis,
hilangnya sel mesotel,
deposit dan inflitrasi
inflamatori kronik serta Fig 4. Photomicrograph of a biopsy specimen
manifestasi paling berat of peritoneum. Note absence of mesothelium
timbulnya encapsulated and proliferation of collagenous
peritoneal sclerosis fibroconnective tissue. (Original magnification
x 2OCl.)
Initial Management of Peritonitis Outcomes Evaluation
Patient Education Collect data to include :
• Date of culture, organism identified, drug therapy used
• Immediately report cloudy effluent,
• Date infection resolved
abdominal pain, and/or fever to PD unit
• Recurrent organism, date of drug therapy
• Save drained cloudy dialysate and bring
• Method of interim renal replacement therapy
to clinic
• Date of catheter removal
• Treatment will be adding intraperitoneal
• Date of new catheter reinsertion
antibioticc for up to 3 weeks
• Documentation of contributing factors
• Report worsening symptoms or persistent
• Break in technique, patients factors, exit-site inf
cloudiness to PD unit
• Date of reeducation/training
• Schedule retraining for technique issues
Enter data into catheter management database