Anda di halaman 1dari 99

INTERVENSI KEPERAWATAN

PADA ANAK
PEMBERIAN DESFERAL PADA
THALASSEMIA

Ns Dian Adriana,M.Kep.
Tujuan Pembelajaran :

Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang


Pemasangan Desferal, mahasiswa mampu
melakukan prosedur pemasangan desferal
dengan benar dan tepat
Pengertian

 Memberikan obat desferal secara sub


cutan yang diberikan melalui alat infus
pump dalam waktu 8-12 jam.
Tujuan

 Menurunkan/mencegah

penumpukan Fe dalam tubuh baik


itu hemocromatosis (penumpukan
Fe di bawah kulit) ataupun
hemosiderosis (penumpukan Fe
dalam organ).
Indikasi & Kontraindikasi
Indikasi :
 Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang

mendapatkan transfusi darah secara rutin


(berulang)
 Kadar Fe ³ 1000 mg/ml

 Dilakukan 4 – 7 kali dalam seminggu post

transfuse

Kontraindikasi :
 Tidak dilakukan pada klien dengan gagal ginjal
KESEIMBANGAN BESI PADA
THALASSEMIA

Absorbsi usus
Normal: 1 Transfusi darah
mg/hari 200 mg/unit
Thal: 1–5 5–15 mg/hari
mg/hari

Kelebihan
besi

Keluaran
(tinja, urin)
1–2 mg/hari
Eleftheriou A. TIF publication 2003
Transfusi darah regular: kelebihan besi
 1 unit (dari 420 mL darah donor)
mengandung 200–250 mg besi1

Kelebihan besi terjadi setelah


• 10 ~ 20 transfusion (3-5 Liter)
 kadar feritin serum >1.000
ng/mL

Whole blood: 0.47 mg besi/mL

“Pure” RBCs: 1.08 mg besi/mL 1. Porter JB. Br J Haematol. 2001;115:-239.


2. Andrews NC. N Engl J Med. 1999;341:1986. 7
Komplikasi pemberian transfusi darah yang rutin (berulang)

Transfusi darah secara rutin (berulang)

pemecahan Hb + Fe

Fe menumpuk atau tertimbun

1) Hemosiderosis
yaitu penumpukan Fe dalam organ baik itu dalam hepar,
spleen, jantung, pancreas, atau kelenjar hypofise

2) Hemocromatosis
yaitu penumpukan Fe di bawah kulit sehingga warna kulit tampak
hitam keabuan.
Deferioksamin (DFO) atau Desferal.
• Dosis DFO pada anak ≤ 3 tahun 20-30 mg/kg
bb/hari dengan monitoring ketat (ES : Gangguan
pertumbuhan)
• Anak > 3 tahun dosis 40-60 mg/kg bb/hari dan
bila mengalami gangguan jantung mendapatkan
dosis 100 mg/kg bb/hari.
• Rute pemberian injeksi SC menggunakan syringe
pump selama 8-12 jam/1 x hari sebanyak 5-7 kali
pemberian/minggu.
• Jika dosis 60-100 mg/kg bb/hari diberikan via
infus selama 24 jam berturut-turut @ hari (1 VIAL
= 500 mg dilarutkan dengan 250 ml NaCl 0.9 %)
selama 8-12 jam/1 x hari .
CARA PEMBERIAN DFO

Lengan
atas

Daerah perut

Daerah
paha

Tempat Penyuntikan Deferoksamin


Dosis 40–60 mg/kg/hari, 5–7 hari/minggu, 8–12 jam, subkutan
Alat Yang Dibutuhkan :
1) Steril :
• Syringe 10 cc
• Wing needle
2) Tidak Steril :
• Alas
• Bengkok
• Kapas alkohol pada tempat tertutup
• infus pump
• Obat yang diperlukan (desferal)
• Pengencer (aquadest steril) dalam botol
• Perban gulung /kantong infusa pump
• Plester
• Gunting plester
Mempersiapkan obat desferal sesuai kebutuhan
• Melakukan cek ulang obat yang akan diberikan sesuai perencanaan
• Mengkalkulasi dosis sesuai kebutuhan klien
Usia > 5 tahun = 1 gram (2 vial)
Usia < 5 tahun = 0,5 gram (1 vial)
• Mengencerkan obat dengan tepat : (catatan : 1 vial (0,5 gram) obat desferal dioplos
dengan aquadest 4-5 cc)
• Membersihkan bagian atas botol aquadest dengan kapas alkohol dan menarik
cairan aquadest dari botol secukupnya dengan menggunakan syringe/spuit 10 cc,
kapas buang ke bengkok
• Membersihkan bagian atas botol vial desferal dengan kapas alkohol dan
membiarkan kering sendiri, membuang kapas alkohol ke bengkok
• Memasukkan jarum syringe 10 cc yang berisi aquadest melalui karet penutup botol
ke dalam botol
• Kocok vial obat sampai mencampur rata
• Memegang botol dengan tangan yang tidak dominan dan tarik obat sejumlah yang
diperlukan
• Memeriksa adanya udara dalam syringe/spuit, bila ada keluarkan
dengan posisi tepat
• Mengecek ulang volume obat dengan tepat
• Menyambungkan syringe/spuit dengan wing needle
• Memeriksa kembali adanya udara dalam syringe/spuit & wing needle,
bila ada keluarkan dengan posisi yang tepat
• Menyiapkan infusa pump
• Membawa peralatan ke dekat klien
MELAKUKAN PEMASANGAN DESFERAL
1. Mencuci tangan
Menggunakan sarung tangan bila pada pasien
yang menderita
penyakit menular (AIDS, Hepatitis B)
2. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan klien
• Mendekati dan mengidentifikasi klien
• Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa yang
jelas
• Memasang sampiran (bila perlu)
3. Memperhatikan teknik aseptic & antiseptik
Mempersiapkan alat dan klien :
• Menyiapkan plester untuk fiksasi
• Memasang alas/perlak
• Mendekatkan bengkok pada klien
4. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril
• Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan
teknik sirkuler atau atas ke bawah sekali hapus
• Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok
• Membiarkan lokasi kering sendiri
• Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan :
area m.deltoid)
• Memfiksasi wing needle dengan plester
• Mengatur obat desferal pada alat infusa pump
• Memfiksasi infusa pump dengan menggunakan
perban gulung (a) atau kantong infusa pump (b
dan c)
• Mencuci tangan
EVALUASI
1. Melihat kondisi klien
2. Memperhatikan respon klien selama tindakan
dilakukan
3. Menanyakan perasaan klien setelah tindakan
dilakukan

MENDOKUMENTASIKAN TINDAKAN
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan
respon klien selama tindakan dan kondisi setelah
tindakan
2. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca,
ditandatangani disertai nama jelas
3. Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret
dengan disertai paraf
4. Catatan dibuat dengan menggunak ballpoint atau
tinta.
Efek samping pemberian deferioksamin :

a) Eritema lokal pada area insersi infus 


respon inflamasi  nodul subkutan .

b) Dosis tinggi dalam jangka waktu lama 


kerusakan retina  abnormalitas fungsi
retina gangguan lapang pandang

c) Pasien rematoid arthritis dan kemampuan


penyimpanan zat besi yang normal 
penurunan neurologi seperti bingung, mual,
muntah dan koma.
Daftar Pustaka
Ashwill & Droske, 1997. Nursing Care of Children. Principle and
Practice.USA: W.B. Sanders Company
Ball & Bindler, 1999. Pediatric Nursing Caring for Children. Stanford
Connecticut: Appleton and Lange
Hazinski, M. F. 1999. Manual of Pediatric Critical Care. St Louis.
Missouri: Mosby Inc
Markum, A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta:
FKUI
Mayers, M & Jacobson, A. 1995. Clinical Care Plans Pediatric
Nursing. New York: MC Graw-Hill,Inc
Rollins, S. & Branty, D. 1991. Preparing the Child for Procedurs. St
louis: Mosby
Wong & Whaley, 1996. Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA :
CV Mosby Company
Wong, D. L. 1996. Clinical Manual For Pediatric Nursing. Fourth
Edition. St Louis; The Mosby Company.
INTERVENSI
KEPERAWATAN PADA
ANAK
PEMBERIAN KEMOTERAPI
TINDAKAN KEMOTERAPI
 
Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker
dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu
zat-zat  yang  dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker.

a.  Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika)


terhadap kanker.
Semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi
maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini
disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin
lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin
rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Obat kemoterapi ada beberapa macam :

1. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns,


dan Antibiotik Anthrasiklin obat golongan ini bekerja
mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak
bisa melakukan replikasi.
2. Obat  golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada
molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat
sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid,
dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan
tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja
dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul
hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel
kanker tersebut
b. Pola pemberian kemoterapi

1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan
massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada
tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass
Tumor) atau pada keganasan darah seperti
leukemia atau limfoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan.
2. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain
seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah
untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro
metastasis).
Pola pemberian kemoterapi…
1. Kemoterapi Primer
Pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif, diberikan
dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya
bedah atau radiasi.
2. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan
/tindakan yang lain seperti pembedahan atau
penyinaran kemudian dilanjutkan dengan
kemoterapi lagi. Tujuannya untuk mengecilkan
massa tumor yang besar sehingga operasi atau
radiasi akan lebih berhasil guna.
c. Cara pemberian obat kemoterapi.
1. Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini,
dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit,
dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau
dengan continous  drip sekitar 24 jam dengan
infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.
2. Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk
memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor
cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan
sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek
radiasi, jenis obat untuk kemoterapi ini antara lain
Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®,
Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®,
Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
C. Cara pemberian obat kemoterapi…

5. Subkutan dan intramuskular


Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya
adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko
syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang
dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6. Topikal
7. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis
yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain
Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam
cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam
cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura
hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.
d.  Tujuan pemberian kemoterapi.
1.Pengobatan.
2.Mengurangi massa tumor selain
pembedahan atau radiasi.
3.Meningkatkan kelangsungan
hidup dan memperbaiki kualitas
hidup.
4.Mengurangi komplikasi akibat
metastase.
e.  Persiapan dan Syarat kemoterapi.
1)  Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali
phosphat.
c. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin
Clearance Test bila serim creatinin meningkat.
d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-
plastinum)
e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
e.  Persiapan dan Syarat kemoterapi…

2)      Syarat
1. Keadaan umum harus cukup baik
2. Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek
samping yang akan terjadi
3. Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar
kreatinin < 1,5 mg % ) dan faal hati baik
4. Diagnosis hispatologik diketahui
5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
6. Hemoglobin > 10 gr %
7. Leucosit > 5000 / ml
8.  Trombosit > 100.000 / ml
f.Prosedur Pelaksanaan Kemoterapi
1.Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB,
luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin
lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu
pemberian obat sebelumnya.
c. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
d. Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
e. Siapkan obat sitostatika.
f. Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
g. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya.
h. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu.
i. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
j. Infus set dan vena kateter kecil.
k. Alkohol 70 % dengan kapas steril.
l. Bak spuit besar.
m. Label obat.
n. Plastik tempat pembuangan bekas.
o. Kardex (catatan khusus).
g. Cara Kerja Pencampuran obat
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli
dibagian farmasi memakai alat “biosafety laminary
airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam
tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan
catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam
pencampuran.
g. Cara Kerja Pencampuran obat
Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran
dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
a. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap
atau kain.
b. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
c. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%,
D5% atau intralit
d. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan
kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
e. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5%
dengan volume cairan yang telah ditentukan.
f. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan
obat kedalam flabot atau botol infus.
g. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta
akhir pemberian atau dengan syringe pump.
h. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
i. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda
atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk
menghindari tusukan.
h. Cara Pemberian kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung
tangan dan sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic.
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah
tusukan infuse.
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan,
zofran, kitril secara intra vena).
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %.
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe
pump) sesuai program.
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan
diikat serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen.
Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan
diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam
dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi
i. Efek samping kemoterapi.
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects)
yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian,
misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects)
yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side
Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai
beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4. Effek samping yang terjadi kemudian ( Late Side
Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai
tahun, misalnya keganasan sekunder.
i. Efek Samping Kemoterapi
Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa
waktu setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak
langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung hingga akhir
pengobatan.
2. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu
ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah.
3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare
disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.
4. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau
infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi
5.  Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit
kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi
setelah kemoterapi selesai.
6.  Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari
tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada
otot.
j. Efek pada Darah

Kemoterapi  mempengaruhi kerja sumsum


tulang  jumlah sel darah menurun.
Penurunan jumlah sel darah dapat
mengakibatkan:
a.Mudah terkena infeksi
b.Perdarahan
c. Anemia
d.Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis
putih melintang.
DAFTAR PUSTAKA
 

Ganiswarna S. Setiabudy R. Suyatna F. Purwatyastuti.


Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. 1995; edisi ke-4 : (13)
702 -713
Behrman R. Kliegman R. Jenson H. Nelson Textbook of
Pediatrics. 2000; 16th edition : (501) 1537 – 1540
Voute P. Kalifa C. Barrett A. Cancer in Children Clinical
Management. 1998; 4th edition : (4) 44 - 57
Haskell C. Cancer Treatment. 1985; 2nd edition : (5) 43 – 98
Berkery R. Cleri L. Skarin A. Oncology Pocket Guide to
Chemotherapy. 1997; 3rd edition : (3) 231 - 260
TERAPI LAIN PADA ANAK
SAKIT KRONIS/TERMINAL
Simptom / keluhan disebabkan oleh
penyakit dasarnya, akibat terapi dan
penyakit lain yang menyertai

Banyak sekali keluhan selain nyeri


 pada kesempatan ini dibicarakan keluhan yg sering dijumpai
• Saluran cerna (xerostomia, stomatitis, gangguan rasa
kecap, mual dan muntah, konstipasi, diare)
• Saluran nafas (batuk, sesak nafas, hemoptisis, efusi pleura,
hiccup = cegukan)
• Kardiovaskuler (limfedema)
• Urogenital (obst. tr. urinarus)
• Dekubitus
• Demam
Pedoman Penting
1. Komunikasi dengan penderita dan keluarga
2. Pengelolaan simtom harus sungguh-sungguh dan
profesional
3. Tidak semua simptom disebabkan oleh kanker
4. Banyak simptom mempunyai beberapa faktor
penyebab
5. Menghilangkan simptom dgn obat-obatan dan
tindakan medik / keperawatan
6. Simptom yang menetap perlu tindakan medik terus
menerus
Pedoman Penting

7. Obat yang sudah tidak diperlukan dihentikan


8. Perlu konsultasi / kerjasama  dengan disiplin ilmu yg
lain
9. Jangan sampai pengatakan : “tidak ada lagi yang
dapat dilakukan” atau “tim medis angkat tangan”
10. Layani penderita dengan penuh perhatian, sikap yang
positif dan percaya diri
akibat penurunan volume/perubahan :
Komposisi saliva (menjadi pekat, pH,
kehilangan komponen organik-inorganik)
• terjadi pada 70-97% penderita :
terutama stadium lanjut
I. Saluran Cerna

• berhubungan dengan penyakit


• berhubungan dengan kanker
• akibat terapi
• lain-lain : anxietas / depresi, DM, DI,
uremia, defisiensi vitamin.
• Mukosa mulut dan lidah halus, merah, kering
• Sering terdapat sisa makanan / minuman,
mukositis, eritema
• Nyeri pada mulut dan penurunan rasa kecap, haus,
sulit menelan, bahkan mengganggu saat bicara
• Mudah infeksi dan terjadi halitosis
 Atasi penyebab :
infeksi, hentikan obat, atasi dehidrasi

 Higiene oral

bersihkan debris, gunakan spatula plastik/ kayu dengan /


tanpa kassa dan gigi dengan sikat gigi lembut, dental floss;
cuci mulut = 1 l air + 1 sendok teh nabic (backing soda) + 1
sendok teh garam + cairan peppermint  gunakan 15-30 ml
kumur-kumur 2 – 4 jam
Terapi Xerostomia

 Petroleum jelly oleskan 2 x/hari atau


saliva artifisial = 1 l air + 10 gram methylcellulose +
0,2 ml lemon essence
 Gunakan 1 ml / jam diteteskan pada mulut

 Basahi mulut (sering minum), mengulum es


batu / air dingin dan potongan kecil nanas, ascorbic
acid lozenges, permen karet rendah gula, makanan
yang lunak dan lembab.
adalah inflamasi, infeksi/ulserasi membrana
mukosa mulut
Penyebab :
khemoterapi, radioterapi, xerostomia, higiene
oral yang jelek, malnutrisi, infeksi, obat

Klinis :
Eritema, ekskoriasis, ulserasi, pseudomembran,
perdarahan
Stomatitis

Higiene oral

Atasi penyebab :
- Perbaiki nutrisi, hentikan obat, atasi infeksi,
hindari makanan terlalu
panas/dingin/pedas/keras.
Anaestesi & Anti Radang Lokal :
Lignocaine Visc. 2%, 15 ml / 4 jam
Benzocaine Sol. 20%, 10-15 ml / 4 jam
Triamcinolone Acetonide Ointment Inorabase
Benzydamide Sol. 0,15%, 15 ml / 4 jam
Diphenhydramine elixir + Kaopectat eq. 15-30 ml / 2-4 jam
Diphenhydramine + Al OH + Liqnocaine Visc.
eq. sol., 15-30 ml / 2-4 jam
• Antiseptik : Povidon Iodine
• Antibiotika : sesuai kuman penyebab
• Anti Jamur : Nystatin Susp., Amphotericin
Loz/Susp., Clotrimazole Loz./Susp., Miconazole
gell. Ketokonazole tab, Fluconazole tab.
• Antivirus Herpes : Acyclovir 5 x 200 mg/hr  7-10
hr
• Halitosis : Metronidazole 250 mg 3-4x/hr p.o. /
Topikal + kumur H2O2 1% 4x/hr
- Hipogeusia - Ageusia - Dysgeusia

Penyebab : 25-50%
• Ujung syaraf rasa  (bedah, radioterapi,
khemoterapi) higiene oral jelek, tumor nekrotik,
stomatitis, xerostomia, lesi N-VII, gangguan
metabolik, penyakit kankernya sendiri

Terapi :
• Atasi penyebab
• Diskusikan dgn penderita makanan yg diinginkan
• Kortikosteroid, alkohol (appetite stimulants)
mual adalah perasaan tidak enak
berhubungan dengan saluran cerna bagian
atas diikuti rasa ingin muntah, pucat,
berkeringat, salivasi dan takhikardi

Muntah : keluarnya isi lambung melalui


mulut
Mual dan Muntah

• Obat : - morfin / opioat lain, khemoterapi, dll


- Azithromycin untuk tx. / Profilaksis mycobacterium
avium complex dan cryptosporidiosis
- Sulfadiazine, untuk toxoplasmosis
• Infeksi
• Pankreatitis, gastritis, peptic ulcer, gastroparesis
• Iritasi dan obstruksi saluran cerna
Mual dan Muntah

Tenangkan penderita, atur posisi yang nyaman


• Atasi penyebab
• Beri makanan porsi kecil tapi sering dan beri
sesuai selera penderita
• Beri makanan kecil seperti kentang panggang,
singkong bakar dll
• Beri minuman yang disukai seperti air, juice
atau teh, air jahe dapat menolong
• Hindari makanan berlemak dan terlalu manis,
pilih makanan lunak atau cair, lakukan relaksasi
Mual dan Muntah

Terapi Farmakologik :
1. Antagonis Reseptor 5HT3
– Ondansetron 4-8 mg p.o/iv 8-12 jam
– Granisetron 3-9/hari
– Tropisetron 5 mg/hari

2. Antagonis Dipamin (D2)


– Haloperidol 0,5-2,0 mg 2-4 x/hari
– Metoclopramid 10 mg 3x1/hari
– Domperidon 10 mg 3x1/hari

3. Phenothiazine
– Chlorpromazine HCl 25-35 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis
Mual dan Muntah

Terapi Farmakologik :
4. Glukokortikoid
– Dexametason 4-12 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis

5. Antihistamin
– Cyclizine 50 mg p.o tiap 4-6 jam/hari
– Diphenhydramine 25-50 mg tiap 4-6 jam

6. Benzodiazepin
– Lorazepam 0,5-2 mg tiap 4-6 jam/hari
Konstipasi dan diare
Konstipasi
• Sulit bab dan frekwensinya jarang, faeses
dapat keras, normal/lunak

• Penyebab : imobilitas, sedasi, asupan


nutrisi , metabolik, gangguan neurologis
& psikologis, gangguan pd colorectal, obat
Penyebab konstipasi

Malignancy
Directly due to tumour
Intestinal obstruction due
i) tumour in the bowel wall
ii) external compression by
abdominal of pelvic tumour

Damage to lumbosacral spinal cord, cauda


equina or pelvic plexus
Hypercalcaemia
Drugs
Opioids
Drugs with anticholinergic effects
Hyoscine
Phenothiazines
Tricyclic antidepressants
Antiparkinsonian agents
Antacids (calcium and aluminium compounds)
Diuretics
Anticonvulsants
Iron
Antihypertensive agents
Vincristine
Concurrent disease
Diabetes
Hypothyroidism
Hypokalaenia
Hernia
Diverticulas disease
Rectocele
Anal fissure or stenosis
Anterior mucosal prolapse
Haermorrhoids
Colitis
 Gejala Klinis

 Sulit BAB dan frekwensinya jarang


 Nyeri abdomen
 bloating = kembung
 Flatulensi
 Nausea
 Malaese
 Headache
 Halitosis
Terapi
• tentukan penyebab
 Anamnesis

 fisik diagnostik

 penunjang

• atasi penyebab
• colok dubur
tonus dan refleks anus
ada tidaknya faecs konsistensinya

faeces teraba keras faeces tak teraba


manual laxative oral
Gagal
enema/supp
Manual
 STIMULAT LAXATIVE • BISACODYL : 5-10 mg p.o
(meningkatkan motilitas • SENNA : 17.5 p
usus)

 OSMOTIC LAXATIVE • LACTULOSE : 15-30 ml 2x/hr


(P.O./P.Rektal)
• SORBITOL 70% : 15-30 ml 2x/hr
(P.O./P.Rektal)

 EMOLLIENT LAXATIVE  Natrium dioctylsulfosuccinate 5 mg do


(Stool softener) awal 1 tab/hari
• Asupan cairan cukup

• Hentikan obat penyebab


konstipasi

• Diet tinggi serat lunak (20-35


g/hr)
buang air besar lembek / cair dan sering
Lebih dari 3x dalam 24 jam
Prevalensi 7 – 10 %
Penyebab
Gejala klinis
BAB lembek atau cair lebih dari 3 x dalam 24 jam

Diare lebih dari 3 minggu disebut diare kronis

Watery diarrhoea dan profus disebut cologenic diarrhoea


disebabkan vagotomi, reseksi ileum, penggunaan laksan
berlebihan

Steatorrhoea (faeces mengandung banyak lemak ) terjadi


pada ca caput pankreas, gastrektomi, reseksi ileum

Diare disertai gejala sistemik febris pertanda infeksi

Diare disertai lendir dan darah kemungkinan akibat


ca/ulseratif
Pemeriksaan

Anamnesis
Frekwensi, konsistensi faeces, waktu, diet,
serat berlebihan, obat-obat termasuk
laksan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan badominal, rektal

• Pemeriksaan penunjang
Analisa faeces, radiografi abdominal
Penatalaksanaan

1. Terapi suportif
Rehidrasi oral / parenteral, penataan diet

2. Terapi spesifik
Terapi spesifik
Couse Treatment
Fat malabsorption Pancreatin (may be more effective if
H2 antogonist given before meals)
Chologenic diarrhoea Cholestyramine 4 – 12 g three times
daily
Radiation diarrhoea Cholestyramine 4 – 12 g three times
daily or aspirin

Zollinger-Ellison syndrome H2-antagonist (e.g. ranitidine),


initally 150 mg three daily

Carcinoid syndrome Cyproheptadine, initaly 12 mg daily ;


methysergide 12-20 mg/day

Pseudomenbranous Vancomycin 125 mg four times daily;


metronidazole 400 mg three times
daily

Ulcerative colitis Mesalazine 1.2-2.4 g/day ; steroids


Merupakan refleks fisiologis untuk
membersihkan bahan iritan/ benda asing
dari saluran nafas

Penyebab : - iritasi saluran nafas


- tumor
- aspirasi
- retensi sputum
- fibrosis paru
- edema paru
- iritasi pleura, perikard dan diafragma
Saluran Nafas

• hindari bahan iritan dan bantu posisi


penderita hingga nyaman
• beri ekspektoran, mukolitik, bronkhodilator,
anti biotik, anti histamin, anti kholinergik,
antitusive (opioid = codein,
dextrometophan), sedasi, steroid
• tx. Spesifik (bedah, radioterapi,
khemoterapi, drainase cairan pleura)
Cough Suppression

Medication Dose Frequency Route

Codeine 10 – 30 mg 4 – 6 hrs PO

Hydrocodone 5 mg 4 – 6 hrs PO

Morphine (enteral) 2 – 5 mg 4 hrs PO, PR


Morphine
1 – 2 mg 4 hrs SC, IV
(parenteral)
Lidocaine (1-2% Inhaled
3 cc 4 to 6 hrs
soln) aerosol
Saluran Nafas

Sulit bernafas dan sering disertai anxietas yang


menyebabkan makin beratnya kesulitan bernafas

Penyebab :
- Obstruksi saluran nafas (Nasal, trachea,
bronchial)
- Penurunan fungsi jaringan paru
- Efusi pleura
- Gangguan ventilasi
- Gangguan pada sistem kardiovaskuler
- Anemia
- Anxietas
• Umum : jangan panik, tenangkan penderita bantu
mengambil posisi nyaman, longgarkan pakaian,
perbaiki sirkulasi udara, relaksasi, oxygen
• Tx. Spesifik : reseksi, stenting, radioterapi,
drainase
• Tx. Simtomatik :- Bronkhodilator nebuliser/oral
- Kortikosteroid
- Opioid nebuliser/oral
- Anestesi lokal
- Anticholinergic
- Respiratory panic : Midazolam/CPZ
Batuk darah warna merah cerah, berbuih
sering bercampur dahak
Penyebab :
- tumor (primer, metastasis)
- infeksi
- khemoterapi
- gagal jantung
- diatesis hemoragik
- trauma
Hemoptisis

Tenangkan penderita beri penjelasan pada


penderita dan keluarga.
- Atur posisi (hindari sufokasi)
- Tranexamic acid (1gr p.o/IV/8 jam)
- Cough supressant (cod500 mg – ein 3-60
mg/4 jam)
- Kortikosteroid
- Morphin 10-15 mg IV / Midazolam 5 mg IV
Adanya cairan dalam rongga pleura  sasak
nafas, batuk non produktif, nyeri pleuritik
Penyebab :
- Inflamasi permukaan pleura
- Obstruksi limfatik
- Keadaan edematus lain

Terapi :
- Efusi pleura minimal dan asimptomatik 
tak perlu terapi
- Aspirasi pleura  pleurodesis atau pleurektomi
1.Limfedema
Pembengkakan pada ekstremitas bersifat
non pitting, tidak membaik dengan istirahat
dan menyebabkan rasa tidak nyaman dan
gangguan fungsi ekstremitas

Penyebab :
Obstruksi/terganggunya/terpotongnya
sistem limfatik akibat tindakan bedah,
radioterapi atau infiltrasi tumor
Limfedema kaki kanan
• Perawatan kulit dan kuku
• Hindari trauma
• Massage
• Latihan gerakan aktif dan waktu istirahat
posisi elevasi
• Compression pumps
• Pemasangan Ellastic Bendage
• Tindakan bedah tidak memberi hasil yang baik
Sistem Kardiovaskuler

• Terapi Farmakologik :

− Diuretika : Furosemid 40 mg p.o


+
Spironolacton 100 mg p.o

− Kortikosteroid : Dexametason 8 mg p.o


Terapi
Merah bengkak secara cepat + tanda
sistemik ( panas, nyeri telan, malaise,
nyeri kepala )
infeksi

terapi,

antibiotika, anti radang, analgetik, anti


peretik
Terapi
Ulserasi pada limfoedema akibat kombinasi
venous oedema + infiltrasi sel tumor
sulit disembuhkan

terapi
perawatan luka kanker, + compression
banndages bersamaan
Terapi
Limforoe
keluarnya cairan limfe melalui kulit pada
limfoedema

Terapi
Ellastic bandages dilepas bila basah diganti
yang baru
1. Obstruksi traktus urinarius
Penyebab :
Atas (renal, pelvis renalis, ureter)
Infiltrasi tumor, struktur, fibrosis retro
peritoneal, blood clott
Bawah (vu, uretra)
Infiltrasi tumor, BPH, blood clott, striktur
uretra, faecal impaction, detrusor
failure, eso anticholinergic, neurogenic
Obstruksi bawah :
Kateterisasi, tindakan bedah radioterapi,
laser terapi reseksi endoskopik

Obstruksi atas :
Retrograde ureteric stenting
Percutaneous nephrostomy
Perawatan Ulkus Kanker

 Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9% (PZ)

 Taburkan bubuk Metronidazole

 Tutup luka dengan kassa steril yang diolesi


dengan Zing Zalf
Pencegahan Dekubitus
1. Pertahankan integritas kulit
dengan usahakan kulit tetap bersih, bebas dari
kontominan seperti urine, faeces

2. Hindari penekanan
khususnya pada daerah penonjolan-penonjolan tulang

3. Usahakan penderita sering bergerak


baik secara aktif maupun pasif, sering dirubah posisinya.

4. Perbaikan status nutrisi


dengan melakukan koreksi defisiensi nutrisi dan hidrasi
yang adekuat.

5. Edukasi
kepada penderita dan keluarga tentang pentingnya
program pencegahan dan peran keluarga
Infeksi

Reaksi Demam pada Drug Related


Transfusi Kanker Fever

Tumor Fever
- Proses Inflamasi
- Nekrosis
Kecurigaan Infeksi

Temperatur > 38,5oC satu kali pemeriksaan


Atau
> 38oC pada tiga kali pemeriksaan selama 24 jam
Atau
38,3oC satu kali pemeriksaan
Atau
38oC dua kali pemeriksaan dalam waktu satu jam
• Hidrasi dan nutrisi yang cukup

• Kompres ICE-pack / air dingin / Fan 


pertahankan dalam keadaan hangat dan kering
Terapi Farmakologis Demam :

• Paracetamol 650-1000 mg p.o/p rektal tiap 6 jam


• Aspirin = acetyl salicylic acid 500-900 mg tiap 4
jam
• NSAID
• Kortikosteroid : Dexametason 4-6 jam/hari

Anda mungkin juga menyukai