Anda di halaman 1dari 150

RENCANA PENANGGULANGAN

BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2022-2026

BADAN PENANGGULANGAN
BENCANA DAERAH
(BPBD) PROVINSI SUMATERA
SELATAN
2021
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN
2022-2026

DITETAPKAN DI PALEMBANG
PADA TANGGAL
GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

H. HERMAN DERU

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Penanggulangan bencana adalah tanggung jawab semua pihak baik pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha. Dalam pengertian ini, setiap orang atau komunitas ikut
bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana, Sebagai wujud implementasi
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya
dalam Pasal 36, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya,
diwajibkan untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB).
Dengan Hal tersebutmaka semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya
penanggulangan bencana, mulai dari pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, transisi darurat ke pemulihan hingga ke rehabilitasi dan rekonstruksi,
diharuskan untuk mengacu pada dokumen ini. Dalam tahap implementasi, diharapkan
program/kegiatan yang telah disusun ini dapat dimasukkan ke dalam rencana strategis
(Renstra) dari masing-masing. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan
. Kami berharap agar dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi
Sumatera Selatan ini , dapat membantu implementasi upaya-upaya dalam kegiatan
penanggulangan bencana secara lebih terencana, lebih terarah, dan lebih terintegrasi
sesuai dengan visi dan misi Provinsi Sumatera Selatan dalam penanggulangan
Bencana.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan para pemangku
kepentingan yang telah berperan serta berkontribusi dalam penyusunan dokumen ini,
Semoga dokumen ini bermanfaat dan Allah SWT, selalu memberikan petunjuk dan hidayah-
Nya kepada kita

Amin Ya Rabbal’alamin

Palembang, November 2021


Kepala Pelaksana
BPBD Provinsi Sumatera
Selatan

H. Iriansyah, S.Sos,
S.Km,M.Kes NIP
196310161985011001
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Sumatera Selatan secara astronomis terletak antara 1 – 4° Lintang
Selatan dan 102–106° Bujur Timur, dan luas daerah seluruhnya adalah 87.017.41 km2.
Batas batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi,
• Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung,
• Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, 
Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
Secara topografi, wilayah Sumatera Selatan di Pantai Timur tanahnya terdiri dari
rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa
tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Sedikit makin ke barat merupakan dataran
rendah yang luas. Lebih masuk kedalam wilayahnya semakin bergunung-gunung.
Disana terdapat bukit barisan yang membelah Sumatra Selatan dan merupakan
daerah pegunungan dengan ketinggian 900 – 1.200 meter dari permukaan laut. Bukit
barisan terdiri atas puncak Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo (3.159 m),
Gunung Patah (1.107 m) dan Gunung Bengkuk (2.125 m). Disebelah Barat Bukit
Barisan merupakan lereng. Provinsi Sumatera Selatan mempunyai beberapa sungai
besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai
Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit
Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan,
Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sunga Lakitan, Sungai Rupit dan
Sungai Rawas merupakan anak Sungai Musi.
Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 (tiga belas)
Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat) Pemerintah Kota, dengan Palembang sebagai
ibu kota provinsi. Pemerintah kabupaten dan kota membawahi pemerintah kecamatan
dan desa atau kelurahan. Provinsi Sumatera Selatan memiliki 13 kabupaten, 4 kota
madya, 212 kecamatan, 354 kelurahan, dan 2.589 desa, Kabupaten Ogan Komering
Ilir menjadi Kabupaten dengan luas wilayah terbesar dengan luas 16.905,32 ha, diikuti
oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah sebesar 14.477 ha.

1
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Pada 5 (lima) tahun mendatang, bencana semakin meningkat dengan adanya


permasalahan : fenomena geologi yang semakin dinamis, perubahan iklim yang
semakin ekstrim, peningkatan degradasi lingkungan, bonus demografi yang tidak
terkelola dengan baik.. Berdasarkan hasil evaluasi penanggulangan bencana di
Indonesia diidentifkasi adanya kendala-kendala sebagai berikut : (1) koordinasi dalam
penyadaran masyarakat rentan bencana; (2) sinkronisasi kebijakan vertikal (pusat dan
daerah); (3) pengurangan risiko bencana (PRB) belum menjadi isu strategis
Pemerintah; (4) ketidakpastian anggaran penanggulangan bencana di daerah; (6)
masih lemahnya penegakan hukum terkait penanggulangan bencana.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan
atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat
dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini
belum didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga
seringkali terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak
tertangani. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya
penanggulangan bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana.
Secara lebih rinci disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Oleh karena karena persoalan penanganan bencana tidak sekedar hanya
mengelola saat bencana saja, namun juga pada proses sebelum dan sesudah
terjadinya bencana sehingga dapat mengurangi risiko atau dampak yang timbul
dari bencana.
Saat ini, telah ada perubahan paradigma dalam penanganan
bencana di Indonesia yang menyangkut tiga hal, yakni: a). Penanganan
bencana tidak lagi berfokus pada aspek tanggap darurat tetapi lebih pada
keseluruhan manajemen risiko, b). Perlindungan masyarakat dari ancaman
bencana oleh pemerintah merupakan wujud pemenuhan hak asasi rakyat dan
bukan sematamata karena kewajiban pemerintah, c). Penanganan bencana
bukan lagi menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi urusan
bersama masyarakat, karenanya untuk mencapai sasaran yang diinginkan maka
Rencana Penangulangan Bencana (RPB) bencana provinsi Sumatera Selatan harus
mencakup semua aspek termasuk diantaranya kondisi geografis dan kearifan lokal
masyarakat sehingga penyelenggaraan penanggulangan bencana yang

2
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

diimplementasikan pada kegiatan penanggulangan bencana dalam setiap tahapannya


dapat dilaksanakan secara maksimal.
Dalam hal penangulangan bencana masyarakat menduduki tempat penting
karena masyarakat merupakan subyek, obyek sekaligus sasaran utama upaya
penanggulangan bencan,. dengan mengadopsi dan memperhatikan kearifan lokal
(local wisdom) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang ada dan
berkembang dalam masyarakat. Kedua aspek ini merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan upaya penanggulangan bencana, mengingat banyaknya tradisi
penanganan bencana yang telah ada dan berkembang di masyarakat.
Sebagai subyek masyarakat diharapkan dapat aktif mengakses saluran informasi
formal dan non-formal, sehingga upaya penanggulangan bencana secara langsung
dapat melibatkan masyarakat. Pemerintah bertugas mempersiapkan sarana, prasarana
dan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan rencana ini. Paradigma yang
bekembang bahwa penanganan bencana bukan lagi menjadi tanggung jawab
pemerintah semata tetapi menjadi unsur bersama masyarakat.
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Sumatera Selatan tahun
2022 - 2026 ini, merupakan strategi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang
dikoordinasikan oleh BPBD Provinsi Sumatera Selatan, dengan melibatkan unsur
SKPD-SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga melibatkan
seluruh BPBD Kabupaten dan Kota.

1.2. Tujuan
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Sumatera Selatan ini disusun
sebagai landasan dan strategi yang kuat serta pedoman dalam pengambilan
keputusan dan penyusunan kegiatan dan program prioritas bagi penanggulangan
bencana selama 5 (lima) 2022-2026, yang melibatkan stake holder (pemerintah,
swasta, dan masyarakat), dengan tujuan :
1. Menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) secara terpadu dan terkoordinasi dengan
melibatkan seluruh pemangku kepeningan yang ada, sehingga
dapat menjadi landasan untuk upaya penanggulangan bencana di
Provinsi Sumatera
Selatan

3
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

2. Meningkatkan kinerja antar lembaga dan instansi penanggulangan


bencana di Provinsi Sumatera Selatan menuju profesionalisme dengan
pencapaian yang terukur dan terarah.
3. Membangun dasar yang kuat untuk kemitraan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
4. Melindungi masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan dari ancaman
bencana.
5. Memastikan komparabilitas kegiatan
penanggulangan
bencana di seluruh Provinsi Sumatera Selatan untuk menjamin
tersedianya dukungan politik dan keuangan bagi langkah-langkah
penanggulangan bencana

1.3. Kedudukan Dokumen


Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari perencanaan
pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini
merupakan program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Rencana Strategis instansi maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
tahunan.
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Sumatera SelatanTahun
2022 - 2026 disusun berdasarkan mandat dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sesuai dengan ketentuan Penyusunan
RPB ini juga mengacu kepada kaidah-kaidah yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kurun waktu pelaksanaan RPB (RPB) adalah sama dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yaitu 5 (lima) tahun dan merupakan masukan
bagi RPJMD
Dokumen RPB ini akan dilakukan peninjauan kembali setiap 2 tahun sekali untuk
dievaluasi dan diadakan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kondisi dan
perkembangan kebencanaan daerah beserta penanganan penanggulangan bencana
daerah Provinsi Sumatera Selatan. Dokumen RPB Provinsi Sumatera Selatan
merupakan dokumen daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Selatan beserta jajaran di bawahnya. Dokumen RPB ini akan diproses menjadi

4
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No,10
Tahun 2020, Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Gambar.1.1. Kedudukan Rencana Penanggulangan Bencana

Semua unsur pemangku kepentingan kebencanaan di Provinsi Sumatera


Selatan memiliki komitmen untuk mengawal proses legislasi RPB ini sampai menjadi
Peraturan Gubernur, sebagai payung hukum dalam pelaksanaan penanganan
penanggulangan bencana Provinsi Sumatera Selatan. Dengan demikian, segala
bentuk pertanggungjawaban, hak dan kewajiban, gugatan dan tanggung gugat, dalam
pelaksanaan penanganan penanggulangan bencana daerah Provinsi Sumatera
Selatan ada pada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan beserta lembaga dan
institusi yang terkait di dalam Dokumen RPB, yang terintegrasi dalam :
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi;
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional;
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi;
7. Rencana Aksi PRB baik Rencana Aksi Nasional (RAN RPB) dan Rencana
Aksi Daerah (RAD RPB Provinsi);
8. Rencana Kerja Pemerintah Nasional (RKP Nasional) dan Rencana Kerja

5
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Pemerintah Daerah (RKPD);

Gambar.1.2. Kerangka Koordinasi Perencanaan


Penanggulangan Bencana (RPB)

1.4. Ruang Lingkup


Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Sumatera Selatan tahun
2022 – 2026, merupakan panduan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
disusun berdasarkan berbagai kajian dari seluruh sektor yang dijabarkan dalam visi,
misi, kebijakan, program dan berbagai kegiatan serta alokasi anggaran yang menjadi
mandat Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana selama lima tahun ke depan. Selain itu panduan ini juga
menjabarkan mekanisme yang mampu menjamin penerapan, pemantauan, dan
evaluasi dalam kegiatan pada pra bencana, pada saat bencana dan pasca
bencana. Selain itu dokumen ini juga menjabarkan meknisme yang mampu
menjamin penerapan pemantauan dan evaluasi dari perencanaan

1.5. Landasan Hukum


Kegiatan Penanggungan Bencana Provinsi Sumatera Selatan ini dibuat
berdasarkan landasan hukum yang berlaku di Indonesia dan di Provinsi Sumatera
Selatan. Landasan hukum tersebut adalah:

6
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9.
UndangUndang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang koordinasi
Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun
1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3733);

7
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4663);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah dan
Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 43 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4829);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta

8
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalam


Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 44 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);
18. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 T ahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Keduan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
22. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan RPB;
23. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No,10 Tahun 2020, Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

1.6. Pengertian
Untuk memahami Rencana Penanggulangan Bencana ini, maka disajikan
pengertianpengertian kata dan kelompok kata sebagai berikut:
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
pelaksanaan penanggulangan bencana mulai dari tahapan sebelum bencana,
saat bencana hingga tahapan sesudah bencana yang dilakukan secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
3. Pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction) adalah segala
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan

9
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

kapasitas terhadap jenis bahaya tertentu atau mengurangi potensi jenis bahaya
tertentu.
4. Penanggulangan bencana (disaster management) adalah upaya yang
meliputi: penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana;
pencegahan bencana, mitigasi bencana, kesiap-siagaan, tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi.
5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan, yang
adalah badan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang melakukan
penyelenggaraan penanggulangan bencana di Provinsi Sumatera Selatan
6. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang
diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
7. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
8. Bahaya (hazard) adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis,
geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu
masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi
menimbulkan korban dan kerusakan.
9. Kerentanan (vulnerability) adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu
masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan
menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan
fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam
penyebab.
10. Kemampuan (capacity) adalah penguasaan sumber-daya, cara dan kekuatan
yang dimiliki penduduk, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan
diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta
dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.
11. Risiko (risk) bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
12. Pencegahan (prevention) adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya sebagian atau seluruh bencana.

10
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

13. Mitigasi (mitigation) adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
14. Mitigasi fisik (structure mitigation) adalah upaya dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau
meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan
membangun infrastruktur.
15. Mitigasi non-fisik (non structure mitigation) adalah upaya yang dilakukan
untuk mengurangi risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/ atau
meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan
meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi
bencana.
16. Kesiap-siagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
17. Peringatan dini (early warning) adalah upaya pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
18. Tanggap darurat (emergency response) bencana adalah upaya yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan,
evakuasi korban dan harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan pra-sarana dan sarana.
19. Bantuan darurat (relief) bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
20. Pemulihan (recovery) adalah upaya mengembalikan kondisi masyarakat,
lingkungan hidup dan pelayanan publik yang terkena bencana melalui
rehabilitasi.
21. Rehabilitasi (rehabilitation) adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
22. Rekonstruksi (reconstruction) adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada

11
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan


berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
23. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai
akibat dampak buruk bencana.
24. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan
hukum.
25. Prosedur tetap adalah serangkaian upaya terstruktur yang disepakati secara
bersama tentang siapa berbuat apa, kapan, dimana dan bagaimana cara
penanganan bencana.
26. Gagal teknologi adalah jenis ancaman bahaya yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya atau kesalahan operasi suatu media/aplikasi tertentu.
27. Sistem penanganan darurat bencana adalah serangkaian jaringan kerja
berdasarkan prosedur-prosedur yang saling berkaitan untuk melakukan
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.

12
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

BAB II
ISU STRATEGIS KONDISI BENCANA
PROVINSI SUMATERA SELATAN

2.1. Potensi Bencana di Provinsi Sumatera Selatan


Potensi bencana alam di Provinsi Sumatera Selatan diketahui berdasarkan data
sejarah kejadian bencana dan data hasil kajian bencana serta kejadian bencana yang
sedang berlangsung dan tidak tercatat dalam sejarah kejadian bencana
sebelumnya, yaitu pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia sejak awal
tahun 2020 hingga saat disusunnya dokumen ini, dan masih berpotensi besar
terus berlangsung dalam waktu yang tidak dapat diperkirakan.

13
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Gambar. 2.1. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Selatan

Dari catatan kejadian bencana DIBI, diketahui bahwa wilayah Provinsi


Sumatera Selatan memiliki potensi terjadi 7 (tujuh) jenis bencana, yang tidak tertutup
kemungkinan untuk terjadi lagi. Sedangkan dari hasil analisis menggunakan
pendekatan sistem informasi geografis (SIG) teridentifikasi adanya potensi jenis
bencana lainnya. Potensi bencana yang dapat terjadi di Provinsi Sumatera
Selatan, dan yang membutuhkan penanganan untuk pengurangan risiko masing-
masing bencana serta menjadi subjek kajian dalam Dokumen Peta Bahaya dan
Kerentanan di Provinsi Sumatera Selatan ini meliputi 13 (tiga belas) jenis bencana
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.(tabel. 2.1.) ;
Tabel. 2.1.
Potensi Bencana di Provinsi Sumatera Selatan
No Jenis Bencana
1 Banjir
2 Banjir Bandang
3 Tanah Longsor
4 Kebakaran hutan dan Lahan
5 Gampa Bumi
6 Cuaca Ekstrim
7 Kekeringan
8 Letusan Gunung Api
9 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
10 Kegagalan Teknologi

14
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

11 Epidemi dan Wabah Penyakit


12 Liquifaksi
13 Pandemi Covid 19

2.1.1. Potensi Bencana Banjir


Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan volume air
akibat hujan deras, luapan air sungai atau pecahnya bendungan. Banjir bisa terjadi
saat curah hujan normal karena buruknya daya serap tanah terhadap air atau saat
jumlah curah hujan di atas normal dan melebihi daya serap tanah. Ada beberapa jenis
banjir, antara lain adalah banjir bandang dan banjir genangan.
Banjir bandang umumnya terjadi pada sungai dengan kemiringan dasar sungai
yang curam. Aliran banjir bandang tinggi, sangat cepat dan limpasannya dapat
membawa batu besar, bongkahan tanah, lumpur dan material lain yang merusak dan
menghanyutkan apa saja yang berada di jalurnya, namun tinggi dan kecepatan air
tidak bertahan lama.
Banjir genangan terjadi saat tinggi air melebihi muka air normal sungai dan
menyebabkan genangan air di lahan rendah di sepanjang sisi sungai. Banjir berasal
dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didahului oleh curah hujan yang tinggi dan
menyebabkan genangan air yang luas dengan ketinggian air minimal 1 meter dan
kehadirannya dapat diprediksi. Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air
normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada
lahan rendah disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi
mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air.
Pada umumnya bencana banjir yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistim
pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem
saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu
menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya
tampung sistem pengaliran air di maksud tidak selamanya sama, tetapi berubah
akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia,
Penggundulan hutan di terutama daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir.
Ancaman banjir berpotensi terjadi karena Sumatera Selatan memiliki DAS yang
tersebar di semua wilayah Sumatera Selatan. DAS yang ada saat ini sebagian besar
tidak mampu lagi menampung debit air sehingga terjadi luapan air yang menggenangi

15
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

daerah sepanjang sungai. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan curah hujan akibat
perubahan iklim, adanya alih fungsi lahan hutan yang tidak terkontrol dan pemanfaatan
DAS sebagai kawasan budidaya. Berkurangnya daerah resapan dan daerah terbuka
hijau di kawasan permukiman/perkotaan turut berkontribusi menambah potensi
ancaman banjir

Gambar. 2.2. Peta Bahaya Bencana Banjir Provinsi Sumatera Selatan

Potensi bahaya banjir memaparkan jumlah luas wilayah yang memiliki kondisi
rentan terhadap bencana banjir berdasarkan kajian bahaya. Luas bahaya
Provinsi Sumatera Selatan ditentukan berdasarkan total luas bahaya banjir seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang terdampak bahaya banjir. Kelas
bahaya banjir Provinsi Sumatera Selatan ditentukan dengan melihat kelas bahaya
maksimum seluruh Provinsi Sumatera Selatan yang terdampak banjir.
Tabel. 2.2.
Potensi Bahaya Bencana Banjir di Provinsi Sumatera Selatan

16
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Total potensi luas bahaya banjir di Provinsi Sumatera Selatan secara


keseluruhan adalah 6.476.932,00 Ha dan berada pada kelas Tinggi. Luas bahaya
banjir tersebut dirinci menjadi 3 kelas bahaya, yaitu luas bahaya dengan kelas rendah
adalah 2.690.327,00 Ha, kelas sedang seluas 1.774.850,00 Ha, sedangkan daerah
yang terdampak bahaya banjir pada kelas tinggi adalah seluas 2.011.755,00
Ha.517.009,00 Ha. Pada kelas sedang, kabupaten yang memiliki luas tertinggi bahaya
banjir adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas 421.576,00 Ha.
Sedangkan untuk kelas tinggi, kabupaten yang memiliki luas bahaya banjir tertinggi
adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas 907.907,00 Ha.
2.1.2. Pergerakan Tanah (Longsor)
Tanah longsor merupakan suatu peristiwa perpindahan maupun pergerakan
material seperti tanah, bebatuan ataupun gumpalan besar tanah. Tanah longsor
dipicu oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor tanah, kemiringan lereng,
kondisi batuan induk, dan curah hujan. Mekanisme terjadinya longsor dimulai ketika
terjadi penyusupan air ke dalam tanah. Kondisi ini jika terus menerus terjadi dan
dapat memberikan massa tanah atau material menjadi lebih berat dan hal ini
mempengaruhi gaya berat/gravitasi sehingga material tanah mudah jatuh menuruni

17
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

lereng bukit. Tanah longsor di provinsi Sumatera Selatan terjadi sebagai akibat kondisi
tanah yang bergerak, selain faktor tingginya curah hujan, kemiringan lereng, dan gaya
gravitasi.
Ada 5 (lima) kondisi yang menjadi penentu terjadinya bencana longsor, yaitu
kondisi geomorfologi, geologi, tanah atau batuan penyusun lereng, iklim, dan hidrologi
lereng. Sumatera Selatan terdiri dari wilayah-wilayah yang sebagian besar merupakan
perbukitan atau penggunungan sehingga banyak dijumpai lahan miring ataupun
bergelombang. Lereng pada lahan miring ini berpotensi mengalami gerakan massa
tanah atau batuan. Wilayah Sumatera Selatan juga memiliki kondisi geologi yang
dinamis karena adanya pergerakan Lempeng Samudera Australia yang menunjam di
bawah Lempeng Benua Eurasia.

Gambar. 2.3. Peta Bahaya Bencana Tanah Longsor Provinsi Sumatera Selatan
Tanda-tanda terjadinya longsor dapat dilihat dari beberapa parameter; antara lain
timbulnya keretakan pada tanah di lereng bukit atau gunung, runtuhnya bagian-bagian
tanah dan batu dalam jumlah besar atau jumlah kecil dengan intensitas sering, adanya
suara gemuruh dan tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya penurunan kualitas
landskap dan ekosistem.
Potensi luas bahaya tanah longsor merupakan luasan wilayah yang memiliki
kondisi rentan terhadap bencana tanah longsor berdasarkan kajian bahaya tanah
longsor. Total luas bahaya Provinsi Sumatera Selatan ditentukan berdasarkan

18
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

rekapitulasi total luas bahaya seluruh kabupaten/kota yang terdampak bahaya


tanah longsor, sedangkan kelas bahaya tanah longsor Provinsi Sumatera Selatan
ditentukan dengan melihat kelas bahaya maksimum dari setiap kabupaten/kota yang
terdampak bencana tanah longsor.
Tabel. 2.3.
Potensi Bahaya Bencana Tanah Longsor di Provinsi Sumatera Selatan

Potensi luas bahaya tanah longsor adalah 906.740,00 Ha dan berada pada
kelas Tinggi. Secara lebih rinci, luas bahaya dengan kelas rendah 205.740,00 Ha,
kelas sedang seluas 538.709,00 Ha, dan kelas tinggi seluas 162.291,00 Ha.

2.1.3. Kebakaran Hutan dan Lahan


Kebakaran lahan/hutan biasanya disebabkan karena faktor manusia seperti
pembukaan lahan pertanian baru dengan cara pembakaran, baik yang dilakukan
secara perorangan maupun kelompok tanpa ijin atau menyalahi peraturan yang ada.
Potensi risiko pada masyarakat berupa kerugian harta benda, kerusakan hutan,
kerusakan lahan pertanian, perkebunan, perternakan, dan rumah penduduk.
Asap disebabkan oleh terjadinya proses pembakaran baik lahan maupun hutan.
Secara umum, tingkat kadar asap tergantung dari banyak titik api (fire spot) yang
berpotensi membakar area hutan dan lahan. Semakin banyak titik api (fire spot) di
suatu wilayah yang rentan terbakar, maka semakin besar potensi kebakaran yang

19
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

menimbulkan asap. Dampak yang ditimbulkan asap sangat mengkhawatirkan bagi


kesehatan, selain itu sangat menganggu aktivitas berbagai sektor. Asap dengan kadar
ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) > 200 ppm dari aspek kesehatan akan
berakibat pada kondisi kesehatan masyarakat yang beresiko, sedangkan dari aspek
transportasi dilihat dari sisi jarak pandang yang akan berdampak pada kelancaran
transportasi terutama untuk penerbangan.
Dampak buruk kebakaran hutan dan lahan adalah gangguan pernafasan akibat
asap yang ditimbulkan, serta perubahan-perubahan baik langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik atau hayati sehingga menyebabkan berkurangnya fungsi
hutan atau lahan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan antara lain adalah :
1. Adanya aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan
2. Kekeringan akibat kemarau yang panjang ditandai dengan adanya tumbuhan
yang meranggas

Gambar. 2.4. Peta Bahaya Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan


Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan, antara
lain adalah : Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI),
Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Kabupaten Musirawas, Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dan
Kabupaten Musirawas Utara (Muratara) Serta Kabupaten Muara Enim.

20
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Tabel. 2.4.
Potensi Bahaya Bencana Kebakatan Hutan dan Lahan
di Provinsi Sumatera Selatan

Potensi luas bahaya kebakaran hutan dan lahan adalah sebesar 8.851.703,00
Ha dan berada pada kelas Tinggi, yang meliputi luas bahaya dengan kelas rendah
seluas 2.319.835,00 Ha, kelas sedang 3.249.973,00 Ha, dan kelas tinggi dengan luas
3.281.895,00 Ha.Pada grafik di atas, dapat terlihat sebaran luas bahaya
kebakaran hutan dan lahan masing-masing kabupaten/kota. Luas tertinggi bahaya
kebakaran hutan dan lahan pada kelas rendah adalah 381.050,00 Ha, yaitu
Kabupaten OKU Selatan, sedangkan pada kelas sedang, luas tertinggi bahaya
kebakaran hutan dan lahan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas
673.019,00 Ha. Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah wilayah yang memiliki potensi
bahaya bencana kebakaran hutan dan lahan yang tertinggi untuk kelas tinggi,
yaitu 1.258.461,00 Ha

2.1.4. Gempa Bumi


Gempa bumi merupakan peristiwa berguncangnya bumi yang dapat disebabkan
oleh tumbukan antar lempeng tektonik, aktivitas gunung berapi atau runtuhan

21
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

batuan. Gempa tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik. Aktivitas


tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia yang bergerak dan menunjam ke
lempeng Eurasia. Penunjaman tersebut menyebabkan terjadinya sesar Mentawai dan
Sesar/Patahan Sumatera yang membentang sepanjang 1.900 km (dari Banda Aceh
hingga Teluk Semangko di Selatan Lampung), membentang paralel dengan
palung/zona subduksi sebagai pengaruh dari konvergensi Lempeng Eurasia dengan
Lempeng Indo-Australia.

Gambar. 2.5. Peta Bahaya Bencana Gempa Bumi


Dari gambar. terlihat sebaran luas bahaya gempa bumi masing-masing
kabupaten/kota. Untuk kabupaten/kota yang memiliki luas tertinggi bahaya gempa
bumi pada kelas rendah adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas
1.714.393,00 Ha, kabupaten/kota yang memiliki luas tertinggi bahaya gempa bumi
pada kelas sedang adalah Kabupaten OKU Selatan dengan luas 218.826,00 Ha,
dan yang memiliki luas tertinggi bahaya gempa bumi pada kelas tinggi adalah
Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas 74.201,00 Ha
Tabel. 2.5.
Potensi Bahaya Bencana Kebakatan Hutan dan Lahan
di Provinsi Sumatera Selatan

22
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

2.1.5. Cuaca Ekstrim (Angin Putting Beliung)


Peningkatan suhu secara global menyebabkan gangguan pada komposisi
atmosfir dan variablitias iklim atau disebut perubahan iklim. Perubahan iklim
adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir dan
variabilitas iklim alamiah secara global yang teramati pada kurun waktu yang
dapat dibandingkan.
Fenomena perubahan iklim ini mengakibatkan perubahan frekuensi dan
intensitas kejadian cuaca ekstrim, badai tropis yang semakin sering, dan pergeseran
musim. Cuaca ekstrim merupakan fenomena meteorologi yang ekstrim dalam
sejarah (distribusi), khususnya fenomena cuaca yang mempunyai potensi
menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang
menimbulkan korban jiwa manusia.
Pada umumnya cuaca ekstrim didasarkan pada distribusi klimatologi, dimana
kejadian ekstrim lebih kecil sama dengan 5 % distribusi. Tipenya sangat bergantung
pada Lintang tempat, ketinggian, topografi dan kondisi atmosfer. Misalkan pada
bulan November 2010 curah hujan sebesar 150 mm, disebut ekstrim apabila jika
dibandingkan dengan curah hujan rata-rata 30 tahun (1981 - 2010) selisihnya

23
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

mencapai 5 %. Sehingga memicu terjadinya atau memperburuk kejadian banjir,


longsor, badai, kekeringan, hujan es, dan gelombang laut tinggi.
Kondisi demikian berpotensi menimbulkan kerugian baik materi ataupun korban jiwa.

Gambar. 2.6. Peta Bahaya Bencana Cuaca Ekstrim (Angin Putting Beliung)

Total luas bahaya cuaca ekstrim di Provinsi Sumatera Selatan secara


keseluruhan adalah 6.339.456,00 Ha dan berada pada kelas Tinggi. Dari total
luas bahaya tersebut, luas bahaya dengan kelas rendah adalah 21,00 Ha, pada
kelas sedang seluas 2.737.388,00 Ha, sedangkan daerah yang terdampak bahaya
banjir pada kelas tinggi adalah seluas 3.602.047,00 Ha.

Tabel. 2.6.
Potensi Bahaya Bencana Cuaca Ekstrim
di Provinsi Sumatera Selatan

24
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

2.1.6. . Kekeringan
Kekeringan mempunyai arti sebagai berkurangnya pasokan air yang diperlukan
oleh masyarakat. Pasokan air oleh masyarakat dimanfaatkan untuk dua hal, yaitu
keperluan seharihari dan keperluan pertanian. Indikator atau penyebab terjadinya
kekeringan antara lain adalah pengaruh curah hujan di bawah rata-rata. Kawasan
dengan bahaya kekeringan menengah hampir merata di wilayah provinsi Sumatera
Selatan, seperti gambar dibawah ini,

Gambar. 2.7. Peta Bahaya Bencana Kekeringan

25
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Potensi bahaya kekeringan pada tabel tersebut memaparkan jumlah luas


wilayah yang memiliki kondisi rentan terhadap bencana kekeringan berdasarkan
kajian bahaya. Luas bahaya Provinsi Sumatera Selatan ditentukan berdasarkan
total luas bahaya tiap kabupaten. Kelas bahaya kekeringan Provinsi Sumatera
Selatan ditentukan dengan melihat kelas bahaya maksimum dari Provinsi
Sumatera Selatan yang terdampak kekeringan.
Tabel. 2.7.
Potensi Bahaya Bencana Kekeringan di Provinsi Sumatera Selatan

Total luas bahaya kekeringan di Provinsi Sumatera Selatan secara


keseluruhan adalah 8.853.691,00 Ha dan berada pada kelas Sedang. Secara
terinci, luas bahaya dengan kelas rendah 1.171.586,00 Ha kelas sedang seluas
7.676.694,00 Ha dan kelas tinggi seluas 5.411,00 Ha.Sebaran luas bahaya kekeringan
masing-masing kabupaten/kota memperlihatkan bahawa kabupaten/kota yang
memiliki luas tertinggi bahaya kekeringan pada kelas rendah adalah Kabupaten
Ogan Komering Ilir, yaitu 1.007.667,00 Ha, sedangkan Kabupaten Musi Banyuasin
dalah kabupaten yang memiliki luas tertinggi bahaya kekeringan pada kelas

26
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

sedang dengan luas 1.405.948,00 Ha, dan Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan
wilayah yang memiliki luas tertinggi potensi bahaya kekeringan dengan kelas tinggi di
Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas 5.411,00 Ha.

2.1.7 Letusan Gunung Api


.
Gunung Dempo merupakan Gunung
Api tertinggi di Sumatera Selatan yang
terletak di
antara pegunungan bukit barisan dan Gumai. Puncak tertinggi disebut G.
Merapi deng
an ketinggian 3173 m dpl atau
2900m di atas dataran tinggi Pasumah.
Puncak lainnya
adalah G. Serpeh (2863 m), G. Gentengtoi and G. Kumbang (2862 m)
yang merupakan
sisa kegiatan vulkanik masa lalu.

Gambar. 2.8. Peta Bahaya Bencana Letusan Gunung Api


Bahaya. Luas bahaya di wilayah Provinsi Sumatera Selatan ditentukan
berdasarkan total luas bahaya tiap kabupaten/kota. Kelas bahaya letusan gunungapi
ditentukan dengan melihat kelas bahaya maksimum dari Provinsi Sumatera Selatan
yang terdampak letusan gunungapi. Total luas bahaya letusan gunungapi di
Provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan adalah 34.058,00 Ha dan berada
pada kelas Sedang. Secara terinci, luas bahaya dengan kelas rendah adalah
26.432,00 Ha kelas sedang seluas 6.816,00 Ha dan kelas tinggi seluas 810,00 Ha.
Sebaran luas bahaya letusan gunungapi masing-masing kabupaten/kota.
Kabupaten/kota yang memiliki luas tertinggi bahaya letusan gunung api pada
kelas rendah adalah Kabupaten Lahat, yaitu 9.800,00 Ha, sedangkan Kabupaten

27
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Empat Lawang adalah kabupaten yang memiliki luas tertinggi bahaya letusan
gunungapi pada kelas sedang dengan luas 5.667,00 Ha, dan Kabupaten Muara Enim
merupakan wilayah yang memiliki luas tertinggi potensi bahaya letusan gunungapi
dengan kelas tinggi di Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas 312,00 Ha.

Tabel. 2.8.
Potensi Bahaya Bencana Gunung Api di Provinsi Sumatera Selatan

2.1.8. Gelombang Pasang dan Abrasi


Gelombang ekstrim dan abrasi pada umumnya disebabkan oleh gelombang
angin yang timbul akibat tiupan angin di permukaan laut. Gelombang ekstrim
dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan
transpor sedimen dalam arah tegak lurus di sepanjang pantai. Angin yang bertiup
dengan kecepatan dan arah tertentu di permukaan laut akan menimbulkan riakan
(gerakan) air yang semula kecil menjadi besar dan kemudian menjadi gelombang.
Energi gelombang yang datang tegak lurus dari arah utara pantai mengikis
kawasan tersebut sehingga menimbulkan abrasi yang terjadi secara terus-menerus
dapat mengakibatkan perubahan garis pantai.Penentuan indeks bahaya
gelombang ekstrim dan abrasi didasarkan pada:
• Tinggi gelombang

28
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

• Arus
• Tipologi pantai
• Tutupan vegetasi
• Bentuk garis pantai.
Potensi luas bahaya gelombang ekstrim dan abrasi merupakan luasan
wilayah yang memiliki kondisi rentan terhadap bencana gelombang ekstrim dan
abrasi berdasarkan kajian bahaya gelombang ekstrim dan abrasi.

Gambar. 2.9. Peta Bahaya Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi

Total luas bahaya gelombang ekstrim dan abrasi di wilayah Provinsi


Sumatera Selatan ditentukan berdasarkan rekapitulasi total luas bahaya seluruh
kabupaten/kota yang terdampak gelombang ekstrim dan abrasi, sedangkan kelas
bahaya gelombang ekstrim dan abrasi di Provinsi Sumatera Selatan ditentukan
dengan melihat kelas bahaya maksimum dari seluruh wilayah yang terdampak
bencana gelombang ekstrim dan abrasi. Potensi luas bahaya gelombang ekstrim dan
abrasi di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 12.128,00 Ha dan berada pada
kelas Sedang. Secara terinci, luas bahaya dengan kelas rendah adalah 10.513,00 Ha,
kelas sedang seluas 1.106,00 Ha, dan kelas tinggi seluas 509,00 Ha

29
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Tabel. 2.9.
Potensi Bahaya Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi
di Provinsi Sumatera Selatan

2.1.9. Kegagalan Teknologi


Kegagalan teknologi adalah bencana yang terjadi akibat adanya kesalahan
desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia dalam penggunaan
teknologi dan/atau industri. Penyebab kegagalan teknologi adalah:
• Kebakaran, kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik/teknologi
• Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik/teknologi
• Kerusakan komponen
• Kebocoran reaktor nuklir
• Kecelakaan transportasi (darat, laut, udara)
• Sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan
• Dampak ikutan dari bencana alam (gempabumi, banjir) Kegagalan teknologi
adalah bencana yang terjadi akibat adanya kesalahan desain,
pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia dalam penggunaan
teknologi dan/atau industri.

30
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Penyebab kegagalan teknologi adalah:


• Kebakaran, kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik/teknologi
• Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik/teknologi
• Kerusakan komponen
• Kebocoran reaktor nuklir
• Kecelakaan transportasi (darat, laut, udara)
• Sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan
• Dampak ikutan dari bencana alam (gempabumi, banjir)

Gambar. 2.10. Peta Bahaya Bencana Kegagalan Teknologi

Potensi luas bahaya terpapar kegagalan teknologi tiap kabupaten/kota.


Potensi bahaya kegagalan teknologi pada tabel tersebut memaparkan jumlah luas
wilayah yang memiliki kondisi rentan terhadap bencana kegagalan teknologi
berdasarkan kajian bahaya. Luas bahaya Provinsi Sumatera Selatan ditentukan
berdasarkan total luas bahaya tiap kabupaten/kota.
Kelas bahaya kegagalan teknologi Provinsi Sumatera Selatan ditentukan
dengan melihat kelas bahaya maksimum dari Provinsi Sumatera Selatan yang
terdampak kegagalan teknologi. Total luas bahaya kegagalan teknologi di Provinsi
Sumatera Selatan secara keseluruhan adalah 919,00 Ha dan berada pada
kelas

31
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Rendah. Potensi luas bahaya dengan kelas rendah adalah 919,00 Ha, sedangkan
untuk kelas sedang dan tinggi, tidak terdapat di wilayah provinsi ini. Sebaran luas
bahaya kegagalan teknologi masing-masing kabupaten/kota. Di Provinsi Sumatera
Selatan ini, potensi bahaya kegagalan teknologi hanya terdapat pada kelas rendah,
dan kabupaten/kota yang memiliki luas tertinggi bahaya kegagalan teknologi pada
kelas rendah adalah Kota Palembang, yaitu 277,00 Ha.

Tabel. 2.10.
Potensi Bahaya Bencana Kegagalan Teknologi di Provinsi Sumatera Selatan

2.1.10. Epidemi dan Wabah Penyakit


Epidemi dan wabah penyakit adalah peningkatan kejadian kesakitan atau
kematian pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dengan laju yang
melebihi laju dugaan yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Epidemi
digolongkan dalam berbagai jenis berdasarkan pada asal-muasal dan pola
penyebarannya. Epidemi dapat melibatkan paparan tunggal (sekali), paparan
berkali-kali, maupun paparan terus-menerus terhadap penyebab penyakitnya.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, dilakukan kajian bahaya epidemi dan

32
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

wabah penyakit. Penentuan indeks bahaya epidemi dan wabah penyakit menggunakan
parameter yakni:

• Kepadatan penduduk penderita campak


• Kepadatan penderita malaria
• Kepadatan penderita demam berdarah
• Kepadatan penderita HIV AIDS  Kepadatan penduduk.
Sebaran luas bahaya epidemi dan wabah penyakit masing-masing
kabupaten/kota. Kabupaten yang memiliki luas tertinggi bahaya epidemi dan wabah
penyakit pada kelas rendah adalah Kabupaten Banyuasin, yaitu 0,00 Ha,
sedangkan Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah kabupaten/kota yang memiliki
luas tertinggi bahaya epidemi dan wabah penyakit pada kelas sedang dengan
luas 1.698.884,00 Ha, dan Kabupaten Musi Banyuasin merupakan wilayah yang
memiliki luas tertinggi potensi bahaya epidemi dan wabah penyakit dengan kelas
tinggi di Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas 56.573,00 Ha.

Gambar. 2.11. Peta Bahaya Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

33
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Tabel. 2.11.
Potensi Bahaya Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit
di Provinsi Sumatera Selatan

2.1.11. Pandemi Covid 19


Potensi luas bahaya pandemi COVID-19 dari tabel di atas merupakan luasan
wilayah yang memiliki kondisi rentan terhadap bencana pandemi COVID-19
berdasarkan kajian bahaya pandemi COVID-19. Total luas bahaya Provinsi
Sumatera Selatan ditentukan berdasarkan rekapitulasi total luas bahaya seluruh
kabupatenterdampak bahaya pandemi COVID-19, sedangkan kelas bahaya
pandemi COVID-19 Provinsi Sumatera Selatan ditentukan dengan melihat kelas
bahaya maksimum dari wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang terdampak bahaya
pandemi COVID-19. Potensi luas bahaya pandemi COVID-19 adalah 174.336,00 Ha
dan berada pada kelas Tinggi.
Luas bahaya pandemi COVID-19 tersebut dirinci menjadi 3 kelas bahaya, yaitu
luas bahaya dengan kelas Grafik di atas memperlihatkan sebaran luas bahaya
pandemi COVID19 masing-masing di kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang memiliki
luas tertinggi bahaya pandemi COVID-19 pada kelas rendah adalah Kabupaten
Musi Banyuasin dengan luas 1.259,00 Ha, dan pada kelas sedang dengan luas
tertinggi adalah Kabupaten Musi Banyuasin seluas 4.709,00 Ha. Kabupaten Musi

34
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Banyuasin merupakan wilayah yang memiliki luas tertinggi bahaya pandemi COVID-
19 pada kelas tinggi, yaitu 24.982,00 Ha.rendah adalah 5.321,00 Ha, kelas sedang
seluas 18.901,00 Ha, sedangkan daerah yang terdampak bahaya pandemi COVID-19
pada kelas tinggi adalah seluas 150.114,00 Ha.

Gambar. 2.12. Peta Bahaya Bencana Covid 19 di Provinsi Sumatera Selatan


Tabel. 2.12.
Potensi Bahaya Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit
di Provinsi Sumatera Selatan

35
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

2.2. Isu Strategis Penanganan Bencana di Provinsi Sumatera Selatan


2.2.1. Analisis Akar Masalah
Masalah pokok yang teridentifikasi adalah masalah-masalah yang terkaji di
dalam Hasil Kajian Kapasitas Daerah dan Kajian Risiko Bencana. Akar
permasalahan dalam isu strategis yang dijadikan permasalahan pokok sejalankan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang merupakan
acuan dalam kegiatan pembangunan daerah. Analisis akar masalah ini yang
nantinya diperhitungkan dan juga dipertimbangkan dalam program/kegiatan
penanggulangan bencana tahun 2022 – 2026 sebagai isu strategis yang diselesaikan
dalam jangka waktu tersebut.
Selain itu juga penentuan akar masalah dari program penanggulangan
bencana disesuaikan dengan karakteristik dari provinsi Sumatera Selatan sendiri.
Sehingga dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal diharapkan
program-program penanggulangan bencana yang akan dilaksanakan dapat tepat
sasaran dan sesuai dengan tujuan dan indikator sasaran yang telah ditentukan
dan menjadi komitmen bersama.
Kondisi internal terkait dengan kelebihan dan kelemahan dari program
penanggulangan bencana yang akan dilakukan, dan untuk kondisi eksternal ndiri
terkait dengan peluang dan tantangan kedepan yang akan dihadapi terutama
dalam melaksanakan program penanggulangan bencana.

2.2.2. Rumusan Isu Strategis


Perumusan isu strategis penanggulangan bencana yang dilakukan didasari
pada Kajian Risiko Bencana Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 (kajian dilakukan

36
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

oleh BPBD Provinsi Sumatera Selatan untuk 3 bencana prioritas) dan Kajian Risiko
Bencana Tahuan 2020 oleh BNPB), Dalam penentuan isu strategis ada beberapa
indikator yang di gunakan sebagai dasar dalam penentuan tingkat prioritas bencana
yang akan ditangani. Menurut Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, luaran dari
perumusan isu kajian risiko bencana yang dilakukan adalah adanya perencanaan yang
tertuang dalam
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB). Alur pengkajian risiko bencana yang
dijadikan dasar pengkajian isu strategis daerah termuat dalam gambar berikut.

Gambar. 2.12. Alur Pengkajian Risiko Bencana

Dasar pengkajian isu strategis daerah termuat dalam gambar berikut.


Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dirumuskan isu-isu strategis yang
menjadi prioritas diselesaikan dalam penanggulangan bencana. Setelah isu-isu
dirumuskan, maka akan berkorelasi dengan tujuan diselenggarakannya rencana
program penanggulangan bencana di Sumatera Selatan, isu-isu strategis tersebut
secara umum adalah:
a. Kurang selarasnya regulasi antara pusat dan daerah terkait dengan
penanggulangan bencana;
b. Lemahnya kapasitas pihak-pihak dan masyarakat dalam
penanggulangan bencana;
c. Kurang terpadunya perencanaan dan pelaksanaan bencana.

37
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Ketiga isu strategis yang dirumuskan pada RPB merupakan isu strategis
yang dianalisis diidentifikasi dari akar masalah yang ada dan merupakan
permasalahan pokok keterpaparan atau indeks sumber bahaya yang
direkomendasikan dalam dokumen Kajian Risiko Bencana dan diselaraskan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Karakteristik alam dan sosial
yang cukup kompleks menyebabkan provinsi Sumatera Selatan menjadi daerah
yang rawan bencana.
Ancaman bencana yang tidak dapat diprediksi seperti gempabumi perlu
antisipasi dan pemetaan daerah berpotensi bencana, kebakaran hutan dan lahan,
banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan kekeringan yang merupakan
bencana musiman menjadi agenda yang selalu ditemukan setiap tahun. Faktor-faktor
pendorong yang diperkirakan mempengaruhi kecenderungan masa depan bidang
bencana alam, antara lain:

1. Aktivitas manusia yang memanfaatkan lahan tanpa mempertimbangan


kaidah konservasi
2. Rusaknya hutan dan kawasan lindung diatasnya serta beralihnya fungsi
daerah tangkapan air hujan menjadi lahan terbangun
3. Semakin terbatasnya sumber air baku untuk air bersih karena penurunan
tingkat kualitas air permukaan dan sedimentasi
4. Pembangunan yang tidak sesuai dengan daya tampung dan daya
dukung lahan
5. Masih rendahnya pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan
dengan penggunaan lahan khususnya di kawasan lindung dan daerah
resapan air
6. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang bencana
7. Belum maksimalnya dukungan dana penanggulangan bencana baik dari pusat,
provinsi dan kabupaten

Bencana alam terus terjadi di provinsi Sumatera Selatan akan menimbulkan


dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat. Kerugian lingkungan terkait
dengan terganggunya ekosistem dan fungsi dari lingkungan itu sendiri. Bagi
masyarakat bencana alam menimbulkan kerugian baik material maupun non
material seperti menurunnya kesehatan masyarakat bahkan terjadinya korban jiwa
dan cidera. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa bencana menimbulkan dampak

38
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

kerusakan maupun kerugian sebagai dampak dari tingkat kerentanan (sosial,


ekonomi, budaya) dan ancaman bencana. Pembangunan dan aktivitas manusia
yang dilakukan tanpa mempertimbangan pentingnya menjaga fungsi dan daya
dukung lingkungan akan memicu terjadinya bencana alam. Dampak negatif terjadinya
bencana antara lain:
1. Rusaknya infrastruktur di daerah terdampak
2. Terhentinya aktivitas mata pencaharian masyarakat
3. Rusaknya permukiman dan lahan-llahan pertanian
4. Munculnya berbagai penyakit
5. Korban jiwa, cidera, cacat
6. Menimbulkan dampak psikologis/trauma pada masyarakat terdampak
Upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya menjaga kelestarian fungsi ekosistem perlu dilakukan. Perlu adanya
kerjasama para pemangku kepentingan di provinsi Sumatera Selatan untuk menjaga
ekosistem alam agar berfungsi optimal, Upaya pengurangan risiko bencana baik
melalui kegiatan peringatan dini bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan seluruh
masyarakat menghadapi bencana agar meminimalisasikan dampak risiko bencana
Isu-isu strategis dalam penanggulanan bencana di Provinsi Sumatera Selatan,
adalah sebagai berikut:

1. Geografis, Sarana dan Prasaran


• Sebagian besar wilayah jawa tengah merupakan daerah rawan bencana,
baik bencana alam, non alam maupun social, dan sebagian besar
masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tersebut
• Perlu peningkatan upaya kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
ancaman bencana, mengingat banyaknya masyarakat yang tinggal di
daerah rawan bencana
• Fasilitasi pembentukan jumlah desa tangguh bencana masih belum ideal
dengan banyaknya jumlah desa yang mempunyai risiko tinggi bencana
• Sarana dan Prasaran Penanggulangan Bencana yang belum tercukupi dan
berfungsi secara maksimal.

2. Penguatan Kebijakan dan Kelembagaan


• Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
namun belum secara optimal mampu mendukung Penyelenggaraan

39
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Bencana di Sumatera Selatan karena Provinsi Sumatera Selatan belum


memiliki Aturan turunan yang menjabarkan penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana tersebut. (Misalnya Peraturan Gubernur)
• Aturan dan mekanisme belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan fungsi
koordinasi, komando dan pelaksanaan Penanggulangan di Provinsi
Sumatera Selatan yang melibatkan seluruh Perangkat Daerah (SKPD) dan
stakeholder terkait pada fase pra, saat dan pasca bencana. (RPJM,RPJP,
Dana CSR dll)
• Provinsi Sumatera Selatan belum memiliki aturan dan mekanisme
pembentukan Forum diskusi yang melibatkan multistakeholder sebagai
upaya yang mendukung upaya penyelenggaraan PB.
• Aturan terkait tata guna lahan dan pendirian bangunan yang tersedia di
Provinsi Sumatera Selatan belum mempertimbangkan prinsip-prinsip PRB.
• Dukungan terhadap sumberdaya BPBD Provinsi Sumatera Selatan dalam
bentuk dana, sarana, prasarana, personil belum terpenuhi sesuai standar
yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan
bencana secara optimal.
• RPB Provinsi Sumatera Selatan yang telah disusun dengan melibatkan dan
mengakomodirlintas Perangkat Daerah, aspirasi masyarakat, akademisi,
dunia usaha, maupun organisasi non pemerintah dalam upaya
penanggulangan bencana di daerah belum diperkuat dengan aturan
penyusunan yang menjabarkan implementasi RPB tersebut
• Belum sinkron kegiatan PB, Pusat-Provinsi-Kabupaten

3. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik


• Kegiatan sosialisasi tersebut belum dilaksanakan secara rutin dan belum
menjangkau seluruh lapisan masyarakat pada setiap kecamatan yang ada
dengan isi materi yang terstandarkan yang disesuaikan dengan ancaman di
Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, belum mampu menciptakan
masyarakat yang berperilaku dan berbudaya untuk melakukan
sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan secara mandiri. .
• Provinsi Sumatera Selatan telah melakukan kajian kebutuhan peralatan
dan logistik kebencanaan di daerah yang didasarkan pada Rencana
Kontinjensi atau dokumen kajian lainnya. Namun realisasinya belum
terwujud

40
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

• Penyelenggaraan latihan (gladi) kesiapsiagaan tersebut belum dilakukan


secara bertahap dan berlanjut (mulai dari Pelatihan, Simulasi, hingga Uji
Sistem) sehingga belum mampu menciptakan masyarakat dan pemangku
kepentingan yang memiliki kesadaran pentingnya merasa aman.
• Provinsi Sumatera Selatan sudah memiliki lembaga di pemerintahan
yang bertanggung jawab dalam pemenuhan pangan daerah untuk
kebutuhan darurat bencana namun belum memiliki strategi pemenuhan
kebutuhan pangan denganh mempertimbangkan skenario bencana
terparah (berdasarkan Rencana Kontijensi) dan skenario bencana jangka
panjang (slow onset) di daerah yang disepakati oleh seluruh pemangku
kepentingan (pemerintah-masyarakat-sektor swasta).

4. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana


• Provinsi Sumatera Selatan belum memiliki kebijakan tentang pengelolaan
lingkungan hidup di pemerintahan maupun dikomunitas sehingga upaya
restorasi sungai di daerah belum secara optimal mmapu menurunkan
frekuensi dan luasan banjir
• Provinsi Sumatera Selatan belum memiliki kebijakan tentang pengelolaan
lingkungan hidup di pemerintahan maupun di komunitas sehingga upaya
penguatan lereng di daerah belum secara optimal mampu menurunkan
frekuensi dan luasan tanah longsor . .
• Provinsi Sumatera Selatan telah melakukan kajian kebutuhan peralatan
dan logistik kebencanaan di daerah yang didasarkan pada Rencana
Kontinjensi atau dokumen kajian lainnya. Namun realisasinya belum
terwujud
• Provinsi Sumatera Selatan telah memiliki inisiatif mitigasi struktural bencana
namun belum diperkuat dengan kebijakan yang mendukung kegiatan
tersebut (misal revitalisasi tanggul/embung/waduk dan taman kota).
• Belum semua daerah di provinsi Sumatera Selatan yang rawan bencana
mempunyai :
a. Alat system peringatan dini (EWS)
b. Rambu petunjuk jalur evakuasi
• Penerapan Protokol Kesehatan untuk mencegah penuralan Virus Covid 19.

41
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

5. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana


• Mekanisme dan/atau rencana pemulihan pelayanan dasar pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan secara formal sudah disepakati (Perda No. 10
tahun 2020) tetapi belum disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan
dan belum di dirumuskan peran pemerintah, komunitas, dan sektor swasta
dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. .
• Kegiatan Rehabilitasi dan Rekontruksi belum optimal /Belum memadainya
dukungan anggaran untuk BPBD Provinsi Sumatera Selatan.

BAB III
KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN BENCANA

3.1 Kebijakan Penanggulangan Bencana Nasional


Kebijakan Penanggulangan Bencana Nasional dilakukan oleh Pemerintah Pusat
yang dikoordinir oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik
Indonesia. Dalam penyusunan kebijakan skala nasional, pemerintah pusat
menyusun Rencana Nasional Penanggulangan Bencana.
Sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
bertanggungjawabmelindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan
termasuk perlindungan atas bencana untuk menjadikan “Bangsa yang Tangguh
Menghadapi Bencana”. Bangsa yang tangguh bencana adalah bangsa yang
mempunyai kemampuan dalam mengatasi bencana melalui adaptasi dalam
membangun kembali kehidupan dengan cara yang lebih baik.
Kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia diatur terutama melalui UU No.
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah No. 21 tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan peraturan-peraturan
pemerintah serta peraturan presiden turunan dari UU No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Dengan demikian arah kebijakan nasional yang akan
diwujudkan melalui RENAS PB 2015-2019 adalah: Meningkatkan efektivitas
penanggulangan bencana Indonesia dengan :

42
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

(1) Penguatan Tata Kelola Penanggulangan Bencana,


(2) Peningkatan Ketangguhan dalam Menghadapi Bencana.
Pelaksanaan kebijakan Penanggulangan Bencana Nasional diatur dalam
regulasi sebagai berikut:
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
• Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara);
• Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
• Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau Kecil-Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739;
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 16; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315)
• Undang-undang no 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
• Undang-undang Kesehatan no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
• Peraturan Pemerintah no 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular.
• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
• Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 43, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);
• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta
Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

43
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

3.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana Daerah


Kebijakan Penanggulangan Bencana dibangun berdasarkan prinsip-prinsip
dasar Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Selatan yang juga selaras dengan
prinsip- prinsip dasar Penanggulangan Bencana di tingkat Nasional, yaitu:
a. Cepat dan Tepat
b. Prioritas
c. Koordinasi dan Keterpaduan
d. Berdaya guna dan Berhasil guna
e. Transparansi dan Akuntabilitas
f. Kemitraan
g. Pemberdayaan
h. Nondiskriminatif
i. Nonproletis
Berdasarkan Visi dan misi pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Than 2019-
2023, dan memperhatikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, mendukung Prioritas
pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019, maka tujuan dan sasaran yang hendak
dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut:
1. Membangun Sumatera Selatan berbasis ekonomi kerakyatan, didukung sektor
pertanian, industri, dan UMKM yang tangguh untuk mengatasi pengangguran
dan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan.
2. Meningkatkan kualtas SDM, baik laki-laki maupun perempuan yang sehat,
berpendidikan, professional dan menjunjung tinggi nilai keimanan, ketagwaan,
kejujuran dan integritas.
3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bebas KKN dengan
mengedepankan tranpsransi dan akuntabilitas yang didukung aparatur
pemerintahan yang jujur, berintegritas, professional dan responsif.
4. Membangun dan meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, termasuk
infrastruktur dasar guna percepatan pembangunan wilayah pedalaman dan
perbatasan, memperlancar arus barang dan mobilitas penduduk, serta
mewyjudkan daya saing daerah dengan mempertimbangkan pemerataan dan
kesimbangan daerah.
5. Meningkatkan kehidupan beragama, seni dan budaya untuk membangun
karakter kehidupan social yang agamis dan berbudaya, ditopang fisik yang
sehat melalui kegiatan olahraga, dan pengembangan pariwisata religious.

44
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

3.3. Pendanaan Penanggulangan Bencana


3.3.1. Mekanisme Pendanaan
Mekanisme pengajuan anggaran kegiatan kebencanaan di SKPD mengikuti
ketentuan sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, dengan prosedur sebagai berikut :
a. BPBD menyusun RPB (lima tahunan)
b. Program dan Pilihan Tindakan dalam RPB dituangkan ke dalam bentuk
Kegiatan Sektoral pada RAD (tiga tahunan)
c. Dikoordinir oleh BPBD, SKPD menyusun Rencana Kerja (Renja)
Kebencanaan SKPD yang merupakan penjabaran dari kegiatan
yang tercantum dalam RAD yang dipilih (dari rencana kegiatan tiga
tahunan) berdasar pertimbangan:
1. Tingkat urgensi dari kegiatan untuk dilaksanakan
pada tahun anggaran bersangkutan.
2. Merupakan kegiatan yang bersifat sekuensial
terhadap kegiatan berikutnya
3. Ketersediaan dana
4. Renja SKPD memuat Kegiatan Kebencanaan dari
SKPD bersangkutan (selain kegiatan utamanya)
d. Renja SKPD dibahas dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan
Tingkat Provinsi (Musrenbang)
e. Musrenbang Tingkat Provinsi menghasilkan Rencana Kerja
Pemerintah
Daerah (yang di dalamnya memuat Kegiatan Kebencanaan SKPD)
f. Berdasar RKPD, Pemda kemudian menyusun Rencana Kebijakan
Umum Anggaran (RKUA) yang kemudian dibahas di DPRD dan
disepakati menjadi
Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
g. Berdasar KUA yang telah disepakati DPRD, disusun Prioritas
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang setelah dibahas di DPRD
dan disepakati maka disahkan menjadi Prioritas Plafon Anggaran (PPA)

45
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

h. Berdasar PPA, masing-masing SKPD menyusun ulang


kegiatankegiatan (termasuk kegiatan kebencanaan) untuk digabung
bersama
SKPD lainnya menjadi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD)
i. RAPBD dibahas di Panitia Anggaran DPRD dan setelah disetujui,
kemudian disahkan sebagai APBD tahun bersangkutan
j. Berdasar APBD, SKPD membuat Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) SKPD
k. Berdasar DPA, SKPD melaksanakan kegiatan menggunakan dana
yang tersedia dalam APBD dengan mengikuti prosedur administrasi
keuangan daerah yang berlaku.

3.3.2. Sumber Pendanaan


Sumber pendanaan penanggulangan bencana sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 4 ayat (2) PP No. 22/2008 berasal dari (1) Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), (2) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan atau (3)
Masyarakat. Yang dimaksud dengan masyarakat sebagaimana tercantum dalam
penjelasan PP No. 22/2008 ini adalah orang perseorangan, lembaga usaha,
lembaga swadaya masyarakat baik dalam dan luar negeri.
Angggaran penanggulangan bencana yang disediakan baik melalui APBN
ditingkat pusat maupun APBD ditingkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
PP No. 22/2008 disediakan untuk tahap pra bencana, saat bencana dan
pascabencana. Selain itu, pemerintah menyediakan pula dana kontinjensi, dana siap
pakai dan dana bantuan berpola hibah.
Selanjutnya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal ayat (2) huruf c PP No. 22/2008, mendorong partisipasi masyarakat
dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat. Dana yang bersumber
masyarakat yang diterima oleh pemerintah dicatat dalam APBN, dan yang diterima
oleh Pemerintah Daerah dicatat dalam APBD.
Pemerintah Daerah hanya dapatmenerima dana yang bersumber dari
masyarakat dalam negeri, hal ini ditegaskan dalam Pasal 7 ayat 4 PP No. 22/2008.
Dalam mendorong partisipasi masyarakat,Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dapat (1) memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan bantuan dana
penanggulangan bencana, (2) memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan

46
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

pengumpulan dana penanggulangan bencana, dan (3) meningkatkan kepedulian


masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyediaan dana. Setiap pengumpulan
dana penangulanganbencana wajib mendapat izin dari instansi/lembaga yang
berwenang. Setiap izin yang diberikan oleh instansi/lembaga, maka salinannnya
disampaikan kepada BNPB atau BPBD.

3.3.3. Pengelolaan Dana


Pengelolaan dana PB dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
BPNB dan/atau BPPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dana
penanggulangan digunakan sesuai dengan penyelenggaraan PB yang meliputi
tahap prabencana, saat tanggap darurat dan/atau pascabencana. BNPB atau BPBD
sesuai dengan kewenangannya mengarahkan penggunaan dana penanggulangan
bencana yang dialokasikan dalam APBN dan APBD.

3.3.3.1.Penggunaan Dana Pra Bencana


Penggunaan dana yang bersumber dari APBN atau APBD pada tahap
bencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketentuanyang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pertanggungjawabannya. Dana penanggulangan pada tahap prabencana
dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi:
a) Tidak terjadi bencana, maka penggunaan dananya meliputi
1. Fasilitasi penyusunan rencana penanggulangan bencana
2. Program pengurangan risiko bencana,
3. Program pencegahan bencana,
4. Penyusunan analisis risiko bencana,
5. Fasilitasi pelaksanaan penegakan rencana tataruang,
6. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana dan,
7. Penyusunan standar teknis penanggulangan bencana.
b) Terdapat potensi bencana, maka penggunaan dananya meliputi:
1. Kegiatan kesiapsiagaan yang meliputi: penyusunan dan uji coba
rencana
2. Kedaruratan,pengorganisasian,pemasangan dan pengujian sistem
peringatan dini,penyediaan dan penyiapan barang pasokan,
pengorganisasian penyuluhan dan latihan tentang mekanisme
tanggap darurat, penyiapan lokasi evakuasi dan lain-lain, pembangunan

47
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

sistem peringatan dini antara lain meliputi: pengamatan gejala bencana,


analisis hasil pengamatan gejala bencana, pengambilan keputusan
oleh pihak yang berwenang, penyebarluasan informasi tentang
peringatanbencana dan pengambilan tindakan oleh masyarakat, dan,
3. Kegiatan mitigasi bencana antara lain meliputi pelaksanaan penataan
ruang, pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata
bangunan, serta penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan
baik secara konvensional maupun modern.

3.3.3.2. Penggunaan Dana Saat Bencana (Tanggap Darurat)


Dana penanggulangan bencana yang digunakan pada saat tanggap darurat
meliputi:
(1) Dana penanggulangan bencana yang telah dialokasikan dalam APBN atau
APBD untuk masing-masing instansi/lembaga terkait;
(2) Dana siap pakai yang dialokasikan dalam anggaran BNPB; dan
(3) Dana siap pakai yang telah dialokasikan pemerintah daerah dalam anggaran
BPBD. Dana Siap Pakai adalah dana yang selalu tersedia dan
dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada Status Keadaan
Darurat Bencana yang dimulai dari status Siaga Darurat, Tanggap Darurat
dan Transisi Darurat ke Pemulihan.
Penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat,
meliputi:
(1) Pelaksanaan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, dan sumber daya;
(2) Kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
(3) Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana;
(4) Pelaksanaan perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
(5) Kegiatan pemulihan darurat prasarana dan sarana. Dana siap pakai
digunakan sesuai dengan kebutuhan tanggap darurat bencana.
Penggunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan barang dan/atau jasa
untuk :
(1) Pencarian dan penyelamatan korban bencana;
(2) Pertolongan darurat;
(3) Evakuasi korban bencana;
(4) Kebutuhan air bersih dan sanitasi;

48
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

(5) Pangan;
(6) Sandang;
(7) Pelayanan kesehatan; dan penampungan serta tempat hunian sementara.
Penggunaan dana siap pakai dilaksanakan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Kepala BNPB nomor 6A/2012 tentang Penggunaan Dana Siap Pakai
(DSP).
Dalam hal pemerintah daerah mengalokasikan dana siap pakai dalam
anggaran BPBD, pengaturan penggunaan dana siap pakai berlaku mutatis mutandis
Pasal 17 PP No. 22/2008.
3.3.3.3.Penggunaan Dana Pascabencana
Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber
dari APBN dan APBD pada tahap pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 1. Kegiatan Rehabilitasi, meliputi:
1. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. Pemulihan sosial psikologis;
5. Pelayanan kesehatan;
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
7. Pemulihan sosial ekonomi budaya; keamanan dan ketertiban
8. Pemulihan fungsi pemerintahan; atau
9. Pemulihan fungsi pelayanan publik.
2. Kegiatan rekonstruksi, meliputi:
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. Membangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan bencana;
4. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
lembaga usaha dan masyarakat;
5. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
6. Peningkatan fungsi pelayanan public; atau
7. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

49
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

4. Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk pembiayaan pascabencana


kepada pemerintah daerah yang terkena bencana berupa dana bantuan
sosial berpola hibah. Untuk memperoleh bantuan, pemerintah daerah
mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah melalui BNPB.
5. Berdasarkan permohonan, BNPB melakukan evaluasi, verifikasi, dan
mengkoordinasikannya dengan instansi/lembaga terkait. Hasil evaluasi
dan verifikasi ditetapkan oleh Kepala BNPB dan disampaikan kepada
Menteri Keuangan untuk selanjutnya diajukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan penggunaan dana bantuan sosial
berpola hibah.

BAB IV
PENILAIAN RISIKO BENCANA

50
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Perhitungan pengkajian risiko bencana di Provinsi Sumatera Selatan


didasarkan pada bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Dengan melihat tingkat bahaya,
tingkat kerentanan, dan tingkat kapasitas terkait bencana di Provinsi Sumatera
Selatan dapat diperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat
suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi
luas bahaya, potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan
kerusakan lingkungan. Perhitungan semua potensi negatif tersebut menghasilkan
tingkat bahaya, tingkat kerentanan, tingkat kapasitas yang menentukan tingkat risiko
bencana. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan mampu menghasilkan peta risiko
untuk setiap bencana yang ada pada suatu kawasan.
Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang memadai
bagi daerah untuk menyusun rekomendasi kebijakan penanggulangan
bencana .Hasil pengkajian diharapkan di tingkat masyarakat dapat menjadi dasar
yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana di Provinsi
Sumatera Selatan.
Kajian risiko bencana menjadi landasan untuk memilih strategi yang dinilai
mampu mengurangi risiko bencana. Untuk mendapatkan nilai risiko bencana
tergantung dari besarnya ancaman dan kerentanan yang berinteraksi. Interaksi
ancaman, kerentanan dan faktor-faktor luar menjadi dasar untuk melakukan
pengkajian risiko bencana terhadap suatu daerah. Seluruh data-data yang ada di Bab
IV ini diperoleh dari hasil pengkajian risiko bencana yang dimuat dalam
Dokumen Kajian Risiko Bencana pada tahun 2020, yang disusun oleh BNPB. (hasil
Kajian Risiko Bencana Provinsi Sumatera Selatan detail pada lembar lampiran)

4.1. Rekapitulasi Bahaya


Penjabaran kajian bahaya setiap potensi bencana memperlihatkan hasil yang
berbeda-beda. Secara umum rekapitulasi hasil pengkajian bahaya setiap
kabupaten/kota menentukan hasil kajian tingkat Provinsi Sumatera Selatan.
Rangkuman hasil potensi luas bahaya dan kelas bahaya di Provinsi Sumatera
Selatan untuk setiap bencana di atas adalah sebagai berikut.
Tabel. 4.1. Potensi Bahaya di Provinsi Sumatera Selatan

51
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

4.2. Rekapitulasi Kerentanan


Tabel. 4.2. Rekapitulasi Potensi Penduduk Terpapar Bencana
di Provinsi Sumatera Selatan

Tabel. 4.3. Rekapitulasi Potensi Kerugian Bencana


di Provinsi Sumatera Selatan

52
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Tabel. 4.4. Potensi Multibahaya


di Provinsi Sumatera Selatan

Tabel. 4.5. Potensi Kerentanan Multibahaya


di Provinsi Sumatera Selatan

53
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Gambar. 4.1. Peta Multi Bahaya di Provinsi Sumatera Selatan

54
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Gambar. 4.2.Peta Multi Kerentanan di Provinsi Sumatera Selatan

BAB V

55
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

TUJUAN, SASARAN STRATEGI, ARAH


KEBIJAKAN
DAN PROGRAM

5.1 Tujuan dan Sasaran

Tujuan Penanggulangan Bencana ditentukan berdasarkan isu bencana yang


akan dijadikan prioritas dalam program penanggulangan bencana yang diselaraskan
dengan isu yang termuat dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 – 2023. Tujuan dari RPB
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022 – 2026 adalah:
1. Menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) secara terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepeningan yang ada, sehingga dapat menjadi landasan
untuk upaya penanggulangan bencana di Provinsi Sumatera Selatan
2. Meningkatkan kinerja antar lembaga dan instansi penanggulangan
bencana di Provinsi Sumatera Selatan menuju profesionalisme dengan
pencapaian yang terukur dan terarah.
3. Membangun dasar yang kuat untuk kemitraan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
4. Melindungi masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan dari ancaman bencana.
5. Memastikan komparabilitas kegiatan
penanggulangan
bencana di seluruh Provinsi Sumatera Selatan untuk menjamin
tersedianya dukungan politik dan keuangan bagi langkah-langkah
penanggulangan bencana

Sasaran Penanggulangan Bencana, dirumuskan dan ditetapkan untuk


tercapainya arah kebijakan penanggulangan bencana yang sesuai dengan
prioritas daerah yang ditetapkan dalam RPJMD Provinisi Sumatera Selatan Tahun
2018 – 2023.
Sasaran RPB Sumatera Selatan Tahun 2022 – 2026 diarahan untuk:

56
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

1. Tersedianya perangkat hukum yang mendorong penyelenggaraan


penanggulangan bencana yang efektif dan mandiri di tingkat daerah secara
proporsional.
2. Terintegrasinya penanggulangan bencana pada kegiatan pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintahdan non pemerintah untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan.
3. Diterapkannya strategi yang menjamin terlaksananya pemberdayaan
masyarakat secara sinergi yang beroritentasi kepada penurunan risiko bencana
dengan kearifan lokal dan kemandirian daerah.
4. Meningkatnya kemitraan multi-pihak (pemerintah, lembaga usaha dan
masyarakat ) dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
5. Meningkatnya kapasitas SDM serta kelembagaan pemerintah dan non
pemerintah terkait penanggulangan bencana.
6. Meningkatnya upaya pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi potensi
korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan akibat bencana.
7. Meningkatnya kesiapsiagaan dan penanganan darurat untuk menghadapi
bencana secara mandiri dan proaktif.
8. Tersedianya mekanisme pendukung dalam menjamin terselenggaranya
pemulihan dampak bencana yang lebih baik dan lebih aman secara
mandiri, efektif dan bermartabat.
9. Terselenggaranya pemulihan dampak bencana secara lintas sektor sesuai
dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.

5.2. Strategi dan Program


Potensi bencana yang tinggi pada dasarnya tidak hanya sekedar refleksi
fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk suatu wilayah, namun
merupakan kontribusi beberapa permasalahan lain sehingga meningkatkan
kerentanan. Sebelum melakukan analisa risiko dan menentukan metode dan teknik
yang akan digunakan dalam pengurangan risiko bencana, perlu dibangun kriteria
dan kondisi sebagai berikut :
1. Adanya komitmen politik untuk melakukan tindakan pengurangan risiko
bencana sebagai suatu keharusan.
2. Harus ada peluang yang realistis bahwa hasil dari analisa risiko dapat
diimplementasikan dan diterapkan, yakni harus ada sumber daya yang tersedia

57
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

atau mampu memobilisasi. Hasil analisa risiko harus dipertimbangkan


kesesuaiannya dengan rencana kebijakan yang lain seperti rencana tata ruang.
3. Kontribusi terhadap kepemilikan bersama dan inisiatif personal atas
proses, hasil serta dan penggunaannya
4. Analisa risiko dapat diterapkan pada berbagai tingkatan dan dalam
konteks yang berbeda. Harus ada kejelasan sasaran produk tersebut,
apakah untuk masyakarat, lembaga teknis, lembaga keuangan, atau
pengambil kebijakan.
5. Adanya perhatian dan kejelian dalam mengumpulkan data sehingga data yang
ada berkontribusi pada tujuan penyelanggaraan analisa risiko yang
dimaksudkan.Aspek kajian risiko suatu wilayah sangat diperlukan sebagai
landasan penyusunan strategi pengurangan risiko bencana meliputi:
a. Koordinasi, Integrasi, dan Sinkronisasi antar pemerintahan
Pengelolaan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan
saling mendukung antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
masyarakat dan stakeholders di semua sektor secara terpadu
didasarkan pada kerjasama yang baik sehingga penanganannya
terintegrasi sesuai dengan rencana. Demikian pula bagi
Pemerintah dan Lembaga Donor non Pemerintah juga dituntut untuk
mewujudkan sinkronisasi dalam pengelolaan bencana utamanya
dalam menentukan prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
b. Transparansi dan Akuntabilitas , Semua kegiatan penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam
pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
c. Berdayaguna dan berhasil guna, Dalam kegiatan penanggulangan
bencana harus berdaya dan berhasil guna khususnya dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya yang berlebihan.
d. Kemitraan dan Pemberdayaan, Pelaksanaan penanggulangan
bencana dilakukan dengan menberdayakan secara optimal
struktur/tata pemerintahan yang ada, mulai dari kecamatan,
desa/kelurahan/dusun/RW –RT dan kelompok-kelompok
masyarakat (termasuk organisasi profesi) yang ada di daerah

58
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

serta kemitraan dengan Lembaga Non Pemerintah serta dengan


Perguruan Tinggi.
e. Nondiskriminatif dan Nonproletisi , Pemerintah dan Lembaga Non
Pemerintah dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, ras dan
aliran politik apapun serta dilarang menyebarkan agama atau
keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui
pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

Seluruh program yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana


didasarkan pada komponen-komponen dalam pengelolaan bencana yang mencakup
antara lain:
a. Kesiapsiagaan
Program kesiapsiagaan dimaksudkan untuk mengkaji risiko terhadap
suatu bencana, perencanaan dalam menghadapi bencana, penataan dalam
pengelolaan bencana serta pelatihan untuk peningkatan kapasitas
masyarakat rentan dan pengampu kebencanaan. Program yang terkait
dengan kesiapsiagaan adalah :
1. Perluasan dan Peningkatan Akses Jangkauan Pelayanan
Pendidikan.
2. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
3. Pendidikan Menengah.
4. Manajemen Pelayanan Pendidikan.
5. Upaya Pelayanan Kesehatan.
6. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan.
7. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.
8. Pembangunan Sistem Informasi/Database Jalan dan
Jembatan.
9. Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
10. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.
11. Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam
Pembangunan.
12. Peningkatan Kerjasama antar Pemerintah Daerah.

59
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

b. Pencegahan-mitigasi
Program pencegahan-mitigasi dilakukan ketika kondisi normal
dan dimaksudkan untuk engurangan risiko, kerentanan dan ancaman.
Programprogram yang termasuk dalam mitigasi adalah :
1. Peningkatan Perencanaan Tata Ruang.
2. Peningkatan Pemahaman Masyarakat dan Pelayanan dalam
Penataan Ruang.
3. Pengelolaan Lingkungan.
4. Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat.
5. Penguatan dan Dukungan Penanganan Permasalahan Pembangunan
Perdesaan dan Perkotaan.
6. Fasilitasi Pengembangan Masyarakat.
7. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi.
8. Pengendalian Banjir.
9. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
10. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
11. Pengendalian Kebakaran Hutan dan lahan
12. Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan
Sumber Daya Air lainnya.
13. Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan.
14. Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi
Merusak Lingkungan.
15. Perbaikan Gizi Masyarakat.
16. Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya.
c. Penanganan tanggap darurat
Program tanggap darurat merupakan rangkaian tindakan pasca
bencana yang berkaitan dengan penanganan/penyelamatan korban,
penyelamatan aset, penyediaan kebutuhan dasar dan pencegahan dampak
yang lebih luas. Programprogram tersebut adalah :
1. Penanggulangan Bencana.
2. Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam 3.
Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular.
4. Upaya Kesehatan Masyarakat.
5. Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan

60
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

d. Rehabilitasi
Program dalam rehabilitasi dimaksudkan untuk pemulihan kondisi
korban dari trauma, pemulihan sarana/ prasarana kehidupan hingga
keadaan berangsur kembali ke keadaan normal. Program-program yang
termasuk dalam rehabilitasi adalah :
1. Perbaikan Perumahan akibat Bencana Alam/Sosial.
2. Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Pendidikan.
3. Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
4. Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan.
5. Pembangunan Infrastruktur Perdesaan.
6. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan lainnya.
7. Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif. viii)
Pengembangan Kewirausahaan dan Keuanggulan Kompetitif
Usaha Kecil Menengah.
8. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah.
9. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.
10. Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial.

Pokok program dalam pengelolaan bencana tersebut, selain berpijak


pada kemampuan pengampu dalam pengelolaan bencana juga dikembangkan
pada arah penggunaan teknologi yang berguna untuk peringatan dini,
pengurangan ancaman dan penyebaran informasi ketika terdapat ancaman
bencana.
Keterpaduan antara kemampuan masyarakat dalam mengelola bencana
dan pemanfataan teknologi dalam pengurangan ancaman merupakan langkah
yang efektif agar dampak bencana dapat dibatasi secara signifikan. Selain itu,
program pembangunan yang berfokus pada peningkatan perekonomian dan
pemberdayaan masyarakat berdampak pada pengurangan kerentanan
sekaligus peningkatan kapasitas. Masyarakat yang semakin berdaya dengan
tingkat perekonomian yang memadai akan memiliki akses lebih luas dalam
pengelolaan bencana sehingga akan menurunkan risiko bila terjadi bencana.

61
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

BAB VI
KERANGKA KERJA PENYELENGGARAAN
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA

5.1 Pra Bencana


5.1.1 Bencana Banjir
• Penyusunan kajian zona banjir di Provinsi Sumatera Selatan
• Penyusunan Rencana Kontigensi Bencana Banjir
• Pelatihan Satgas Banjir
• Mengintensifkan rapat dan diskusi dengan stage holder (SKPD, BMKG, SAR,
BPBD Kabupaten dan Kota, dll).
• Melakukan pembersihan Daerah Aliran Sungai secara berkala dan partisipatif
di daerah aliran sungai yang berisiko bencana banjir
• Memperbaiki dan pembersihan saluran pengairan pada setiap kelurahan
berisiko bencana banjir
• Sosialisasi tentang bencana banjir dengan kearifan lokal, pembuatan brosur,
baliho, tentang bencana banjir dan diskusi terkait pengurangan risiko
bencana banjir.
• Penentuan tempat lokasi evakuasi dengan akses yang mudah di capai oleh
masyarakat
• Pengadaan sarana rambu-rambu peringatan bencana dan publikasi (baliho
dll) dan rambu jalur evakuasi.
• Pemasangan alat EWS bencana banjir
• Penataan Tata Ruang

5.1.2. Bencana Tanah Longsor


• Penyusunan kajian zona longsor di Provinsi Sumatera Selatan
• Penyusunan Rencana Kontigensi Bencana tanah longsor
• Pelatihan Satgas bencana tanah longsor
• Mengintensifkan rapat dan diskusi dengan stage holder (SKPD, BMKG, SAR,
BPBD Kabupaten dan Kota, dll).

62
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

• Pengadaan sarana rambu-rambu peringatan bencana dan publikasi (baliho


dll) dan rambu jalur evakuasi.
• Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
• Terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase pada teras - teras
dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah)
• Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan
lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu
rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di
bagian dasar ditanam rumput).
• Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat
• Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan
• Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall)
• Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat
kedalam tanah.
• Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya
liquefaction (infeksi cairan).

5.1.3. Bencana Kebakaran hutan dan Lahan


• Penyusunan Rencana Kontigensi bencana kebakaran hutan dan lahan
• Pelatihan Satgas bencana kebakaran hutan dan lahan
• Mengintensifkan rapat dan diskusi dengan stage holder (Dinas Kehutanan,
DLH, BRG, SKPD, BMKG, SAR, BPBD Kabupaten dan Kota, dll).
• Pengadaan sarana rambu-rambu peringatan bencana dan publikasi (baliho dll)
dan rambu jalur evakuasi.
• Penambahan jumlah dan pemeliharaan perangkat pendukung pemadaman
kebalaran hutan dan lahan (operasi udara, darat dan sungai)
• Penyempurnaan atau revisi Perda tentang Rancang Bangun Bangunan yang
• mempertimbangkan proteksi terhadap kebakaran (sarana, akses, manajemen
• penyelamatan)
• mempertimbangkan proteksi terhadap kebakaran (sarana, akses, manajemen
• penyelamatan)
• Kampanye media untuk pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran
• Pengembangan Sistem Pendidikan pencegahan kebakaran pada usia dini

63
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

• Sosialisasi informasi mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran


terutama pada daerah (kecamatan dan desa/kelurahan) yang rawan kebakaran
• Pembentukan tim relawan kebakaran (tim siaga bencana)di tingkat
desa/kelurahan (khususnya di kelurahan rawan kebakaran)
• Penguatan kapasitas dan pengadaan sarana pendukung untuk tim relawan
kebakaran kelurahan
• Pengembangan sistem informasi dini dan cepat
• Gladi dan simulasi untuk para pemangku kepentingan secara berkala

5.1.4. Bencana Epidemi dan Pandemi covid 19


• Sosialisasi tentang bencana epidemic dan pandemic covid 19
• Penyusunan Rencana Kontinjensi bencana epidemic dan pandemic covid 19
• Penerapan prilaku Hidup Sehat
• Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan

5.1.5. Bencana Gempa Bumi


• Sosialisasi tentang bencana gempa bumi, pembuatan brosur, baliho, tentang
bencana Gempa Bumi
• Penyusunan Rencana Kontinjensi bencana gempa bumi
• Penentuan tempat lokasi evakuasi dengan akses yang mudah di capai oleh
masyarakat
• Pengadaan sarana rambu-rambu peringatan bencana dan publikasi (baliho dll)
dan rambu jalur evakuasi.

5.2. Saat Darurat Bencana


5.2.1 Bencana Banjir
• Kaji Cepat Bencana banjir
• Pencarian, penyelamatan & evakuasi
• Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan
• kesehatan, air bersih dan sanitasi
• Pemulihan darurat fungsi -prasarana dan sarana kritis

5.2.2. Bencana Tanah Longsor


• Kaji Cepat Bencana Tanah Longsor
• Pencarian, penyelamatan & evakuasi
• Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan

64
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

• kesehatan, air bersih dan sanitasi


• Pemulihan darurat fungsi -prasarana dan sarana kritis

5.2.3 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan


• Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (operasi Darat, Udara dan Air)
• Pengkajian Kerusakan dan Kerugian
• Pencarian, penyelamatan & evakuasi
• Melakukan Pengkajian terhadap Kebutuhan apa Saja yang (Makanan, Obat-
• Obatan, Air Bersih) diperlukan pada Saat terjadi Bencana Kebakaran hutan
dan lahan
• Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan
kesehatan, air bersih dan sanitasi

5.1.5. Bencana Epidemi dan Pandemi covid 19


Penerapan
• Protokol acara resmi penanganan covid-19
• Protokol di tempat publik Penanganan covid-19
• Protokol lembaga pemasyarakatan (lapas)
• Protokol perdagangan pasar rakyat
• Protokol layanan penjual
• Protokol area pendidikan
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (LANSIA)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (anak-anak)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (Pelajar)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (Sekolah dan
Taman Kanak-kanak)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (Perawat)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (Tempat Kerja)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (Transportasi
Umum)
• Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu (Pusat
Keramaian)
• Protokol karantina mandiri

5.2.5 Bencana Gempa Bumi


• Pengkajian Kerusakan dan Kerugian

65
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

• Pencarian, penyelamatan & evakuasi


• Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan
kesehatan, air bersih dan sanitasi
• Pemulihan darurat fungsi prasarana dan sarana kritis

5.3. Saat Pasca Bencana 5.3 Pasca Bencana


5.3.1 Bencana Banjir
• Pengkajian kerusakan dan kerugian
• Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
• Pengkajian jumlah korban dan kerusakan perekonomian serta lingkungan 
Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis

5.3.2. Bencana Tanah Longsor


• Pengkajian kerusakan dan kerugian
• Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
• Pengkajian jumlah korban dan kerusakan perekonomian serta lingkungan 
Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis

5.3.3. Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan


• Pengkajian kerusakan dan kerugian
• Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
• Pengkajian jumlah korban dan kerusakan perekonomian serta lingkungan 
Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis

5.1.6. 5.3.4 Bencana Epidemi dan Pandemi covid 19


• Perbaikan perekonomian
• Penerapan prilaku hidup sehat
• dll

5.3.5 Bencana Gempa Bumi


• Pengkajian kerusakan dan kerugian
• Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
• Pengkajian jumlah korban dan kerusakan perekonomian serta lingkungan 
Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis

66
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

5.4 Pembagian Peran dan Pelaku


1. Masyarakat : Masyarakat sebagai pelaku awal penanggulangan
bencana sekaligus sebagai korban bencana harus mampu dalam
batasan tertentu menangani bencana sehingga diharapkan bencana
tidak berkembang ke skala yang lebih besar;
2. Swasta : Peran Swasta akan sangat berguna bagi peningkatan ketahanan
dalam menghadapi bencana misalnya pemberian bantuan darurat.
3. Lembaga Non-Pemerintah : Dengan koordinasi yang baik,
lembaga Non Pemerintah dapat memberikan kontribusi dalam upaya
penanggulangan bencana;
4. Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian : Penanggulangan bencana dapat
efektif dan efisien bila dilakukan berdasarkan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tepat;
5. Media : Media memiliki kemampuan besar untuk membentuk opini publik.
Oleh karena itu peran media sangat penting dalam hal membangun
ketahanan masyarakat menghadapi bencana melalui kecepatan dan
ketepatan dalam memberikan informasi kebencanaan.
6. Lembaga Internasional : Pada dasarnya Pemerintah dapat menerima bantuan
dari Lembaga Internasional dan hal ini telah diatur melalui Peraturan
Perundang – undangan yang berlaku.

BAB VI
KEBIJAKAN DAN RENCANA AKSI

67
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Berdasarkan kajian Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera


merupakan salah satu pelaksanaan penanggulangan bencana. Upaya tersebut harus
tersusun di dalam program dan kegiatan yang menjadi prioritas bagi Rencana
Penanggulangan Bencana , Prioritas program terpetakan di dalam kegiatan-kegiatan
yang lebih detail untuk dapat segera dilaksanakan.

6.1. Kebijakan Dan Program


Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Selatan
diproses dengan beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut antara lain:
merumuskan prioritas program yang disusun oleh semua pihak, mempertimbangkan
aspek berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak terkait serta membuat komitmen
yang kuat dengan mengedepankan tindakan-tindakan yang harus diprioritaskan,
sehingga bisa dijadikan landasan yang kuat untuk melaksanakan komitmen bersama
Penanggulangan Bencana di Provinsi Sumatera Selatan.
Kebijakan-kebijakan Penanggulangan Bencana yang diambil adalah:
1. Meletakkan upaya Penanggulangan Bencana sebagai prioritas daerah yang
pelaksanaannya didukung oleh sistem dan kelembagaan yang kuat;
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan pengurangan risiko bencana serta
pelaksanaan mitigasi bencana termasuk sistem peringatan dini yang berbasis
pada kearifan lokal;
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua
tingkatan masyarakat
4. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana sehingga tingkat kerentanan
bencana pada setiap aspek dapat dikurangi;
5. Meningkatkan kesadaran, kesiapsiagaan dan kepedulian pemerintah dan
masyarakat dalam menghadapi bencana sehingga dapat mengurangi dampak
yang timbul akibat bencana;
6. Meningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam upaya
penanggulangan bencana.

Program-program Penanggulangan Bencana yang harus dilakukan adalah:


1. Program Peningkatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Hidup;
2. Program Pengembangan Komunikasi dan Informasi dan Media Massa;

68
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

3. Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas Pendidikan Formal dan Non


Formal;
4. Program Peningkatan Kualitas Produk Hukum Daerah;
5. Program Perencanaan Pembangunan Daerah;
6. Program Pengembangan Data dan Informasi;
7. Program Penelitian dan Pengembangan;
8. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Pemerintah Daerah;
9. Program Perbaikan/Pemeliharaan Saluran Irigasi dan Drainase;
10. Program Pengembangan Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci
Kawasan;
11. Program Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;
12. Program Pengelolaan Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan Permukiman,
Pemeliharaan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman;
13. Program Peningkatan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam;
14. Program Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pengendalian tanah longsor
15. Program Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran
kebakaran hutan dan lahan
16. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pemerintahan;
17. Program Upaya Pelayanan Kesehatan;

18. Program Peningkatan Ketrentaman dan Ketertiban;


19. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
20. Program Pengembangan Kerjasama Daerah

6.2. Upaya Dan Rencana Aksi


Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara Republik
Indonesia berkewajiban untuk melindungi segenap segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia tumpah darah. Untuk mewujudkan hak-hak
masyarakat atas perlindungan tersebut, Pengurangan resiko bencana mempunyai
prinsip atas penyusunan dan pelaksanaan upaya dan rencana aksi bagi pengurangan
risiko bencana. Beberapa prinsip tersebut adalah:
a. Penanggulangan bencana bukan lagi menjadi tanggung jawab
pemerintah semata tetapi menjadi kewajiban bersama dengan
masyarakat Provinsi Sumatera Selatan.

69
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

b. Masyarakat sebagai obyek dan subyek bagi pelaksanaan pengurangan


risiko bencana mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan
usulan dan gagasan yang akan dimasukan di dalam prioritas program
yang disusun pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
c. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan malalui BPBD Sumatera Selatan
menyediakan ruang dan akses yang mudah, agar semua pihak bisa
memberikan urun gagasan atas upaya penanggulangan bencana;
d. Semua pihak mempunyai persepsi/pemahaman yang sama dan
mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan upaya dan
rencana aksi yang telah dirumuskan, agar dalam pelaksanannya tidak
terjadi benturan dan berjalan sesuai tujuan yang diharapkan;
Dengan berdasarkan kepada kebijakan upaya penanggulangan bencana, maka
upaya dan rencana aksi yang dilakukan sebagai terjemahan dari kebijakan tersebut,
meliputi:
1. Penanggulangan bencana sebagai prioritas daerah yang didukung oleh sistem dan
kelembagaan yang kuat, pelaksanaannya meliputi: a. Kelembagaan daerah dan
kerangka hukum
1) Menyusun atau memperkuat mekanisme upaya penanggulangan bencana
yang terpadu dengan melibatkan seluruh Instansi horisontal (SKPD-SKPD
terkait) dan instansi vertikal.
2) Integrasi upaya penanggulangan bencana ke dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan, termasuk perencanaan sektoral dan multi
sektoral;
3) Mengadopsi atau memodifikasi hukum yang mendukung pengurangan
risiko bencana, termasuk peraturan dan mekanisme untuk memberikan
insentif bagi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko dan mitigasi bencana;
4) Mengenali karakteristik dan kecenderungan pola risiko bencana lokal,
melaksanakan desentralisasi kewenangan dan sumber daya untuk upaya
penanggulangan bencana kepada tingkatan pemerintahan yang lebih
rendah;

b. Sumber daya
1) Mengkaji kapasitas sumber daya manusia yang ada dan menyusun
rencana serta program peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk
memenuhi kebutuhan di masa mendatang;

70
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

2) Mengalokasikan sumber daya untuk penyusunan dan pelaksanaan


kebijakan, program-program, hukum dan peraturan dalam upaya upaya
penanggulangan bencana;
3) Pemerintah harus menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk
menerapkan upaya pengurangan risiko bencana yang terpadu ke dalam
program pembangunan.

c. Partisipasi Masyarakat
Secara sistematis melibatkan masyarakat dalam upaya penanggulangan
bencana termasuk dalam pengambilan keputusan di dalam proses pemetaan
masalah, perencanaan, implementasi, pemantauan, dan evaluasi, melalui
pembentukan jejaring termasuk jejaring relawan, pengelolaan sumber daya
yang strategis, penyusunan peraturan hukum dan pendelegasian otoritas.

2. Identifikasi dan kajian terhadap upaya penanggulangan bencana serta pelaksanaan


mitigasi bencana, pelaksanaannya meliputi:
a. Pengkajian penanggulangan bencana pada tingkat Provinsi
1) Mengembangkan, memperbarui dan menyebarluaskan informasi
penanggulangan bencana kepada para pengambil kebijakan dan
masyarakat umum;
2) Mengembangkan sistem indikator penanggulangan bencana dan
keberhasilan penanganan bencana yang akan membantu para pengambil
keputusan dalam mengkaji dampak bencana;
3) Merekam, menganalisis, merangkum dan menyebarluaskan informasi
statistik mengenai kejadian bencana, dampak dan kerugian;
4) Mengumpulkan dan melakukan standarisasi data dan informasi statistik
mengenai penanggulangan bencana, dampak dan kerugian bencana.

b. Mitigasi Bencana dan Peringatan Dini


1) Mengembangkan sistem peringatan dini termasuk petunjuk tindakan yang
harus dilakukan pada saat ada peringatan bencana yang memasukan
nilainilai kearifan lokal;
2) Melakukan peninjauan berkala dan memelihara sistem informasi sebagai
bagian dari mitigasi bencana;

71
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

3) Melakukan penguatan kapasitas yang menunjukkan bahwa sistem


peringatan dini terintegrasi dengan baik dalam kebijakan pemerintah dan
proses pengambilan keputusan serta kesadaran masyarakat;
4) Memperkuat koordinasi dan kerjasama multi sektor dan multi pemangku
kepentingan dalam rantai mitigasi bencana;
5) Mendukung pengembangan dan peningkatan basis data serta pertukaran
dan penyebarluasan data untuk keperluan pengkajian, pemantauan dan
peringatan dini.

3. Pemanfaatan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran


keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana, pelaksanaannya meliputi:
a. Manajemen Informasi dan Pertukaran Informasi
1) Menyediakan informasi penanggulangan bencana dan pilihan perlindungan
bencana yang mudah dipahami terutama untuk masyarakat di daerah
berisiko tinggi;
2) Memperkuat jaringan ahli bencana, pejabat berwenang dan perencana
antar sektor dan wilayah, dan menyusun atau memperkuat prosedur untuk
memanfaatkan keahlian dalam menyusun rencana penanggulangan
bencana .
3) Meningkatkan dialog dan kerjasama antar para ahli dan praktisi di bidang
penanggulangan bencana;
4) Meningkatkan pemanfaatan dan penerapan informasi terkini, komunikasi
dan teknologi untuk mendukung upaya penanggulangan bencana;
5) Dalam jangka menengah, mengembangkan direktori, inventarisasi sistem
pertukaran informasi di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional;
6) Institusi yang berhubungan dengan pengembangan infrastruktur perkotaan
harus menyediakan informasi mengenai pemilihan konstruksi, pemanfaatan
lahan atau jual beli tanah;

b. Pendidikan dan Pelatihan


1) Memasukkan unsur pengetahuan penanggulangan bencana yang relevan
pada kurikulum sekolah;
2) Mempelopori implementasi penanggulangan bencana dan program-program
kesiapsiagaan bencana di sekolah-sekolah;

72
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

3) Mempelopori penerapan program dan kegiatan minimalisasi dampak


bencana di sekolah-sekolah;
4) Mengembangkan program-program pelatihan dan pembelajaran
penanggulangan bencana pada sektor tertentu (perencana pembangunan,
penanggung jawab keadaan darurat dan pemerintah Kabupaten di wilayah
provinsi Sumatera Selatan);
5) Mempelopori pelatihan-pelatihan berbasis masyarakat dengan penekanan
pada aturan-aturan bagi sukarelawan;
6) Menyediakan akses pelatihan dan pendidikan yang sama bagi perempuan
dan konstituen rentan lainnya.
c. Penelitian
1) Membangun metode lanjutan untuk pengkajian prediksi bencana multi
risiko dan analisis sosio-ekonomi serta cost-benefit dalam kegiatan
pengurangan risiko bencana;
2) Memperkuat kapasitas teknis dan ilmiah untuk mengembangkan dan
menerapkan metodologi, kajian dan model pengkajian kerentanan, serta
dampak bencana geologis, cuaca, iklim dan air.
d. Kepedulian Publik
Memperkuat peran media dalam membangun budaya kesiapsiagaan bencana
dan meningkatkan keterlibatan masyarakat.
4. Pengurangan faktor-faktor penyebab risiko bencana, pelaksanaannya meliputi:
a. Manajemen sumber daya alam dan lingkungan
1) Memperkuat pemanfaatan ruang yang baik dan kegiatan pembangunan
yang mengurangi risiko dan kerentanan;
2) Menerapkan pendekatan manajemen sumber daya alam dan lingkungan
terpadu yang berhubungan dengan upaya pengurangan risiko bencana.

b. Pengembangan sektoral dan penguatan infrastruktur kota


1) Menggabungkan perencanaan penanggulangan bencana dalam sektor
kesehatan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari dampak
bencana;
2) Melindungi dan memperkuat fasilitas-fasilitas publik (sekolah, rumah sakit,
dll) agar tidak rentan terhadap bencana;
3) Menyatukan penanggulangan bencana dalam pemulihan paska bencana
dan proses rehabilitasi;

73
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

4) Meminimalkan risiko bencana dan kerentanan yang diakibatkan oleh


perpindahan manusia dan keanekaragaman budaya;
5) Membangun mekanisme pendanaan penanggulangan bencana seperti
asuransi bencana;
6) Memfasilitasi kerjasama dengan pihak swasta dan meningkatkan partisipasi
swasta dalam kegiatan penanggulangan bencana.
c. Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya
1) Memasukkan aspek pengkajian penanggulangan bencana ke dalam
perencanaan pemukiman tahan bencana;
2) Mengintegrasikan penanggulangan bencana dalam prosedur perijinan dan
perencanaan pembangunan infrastruktur, termasuk kriteria desain,
standarisasi struktur bangunan dan pelaksanaan kegiatan tersebut;
3) Menyusun pedoman dan perangkat pengawasan penanggulangan bencana
dalam konteks kebijakan dan perencanaan pemanfaatan lahan dan
meningkatkan pemanfaatan perangkat-perangkat ini;
4) Mengintegrasikan penanggulangan bencana ke dalam perencanaan
pengembangan wilayah.
.
5. Peningkatan kesadaran, kesiapsiagaan dan kepedulian pemerintah dan
masyarakat dalam menghadapi bencana, pelaksanaannya meliputi:
a. Memperkuat kebijakan, kemampuan teknis dan kelembagaan dalam
penanggulangan bencana termasuk yang berhubungan dengan teknologi,
pelatihan, sumber daya manusia dan lain-lain;
b. Mendukung dialog dan pertukaran informasi dan koordinasi antara
lembagalembaga yang menangani mitigasi bencana, pengurangan risiko
bencana, tanggap darurat, pembangunan, dan sebagainya pada semua
tingkatan;
c. Menyiapkan atau mengkaji ulang dan secara periodik memperbarui
rencana kesiapan bencana serta kebijakan dan rencana tanggap darurat
pada semua tingkatan;
d. Mengupayakan diadakannya dana darurat, logistik dan peralatan untuk
mendukung tanggap darurat bencana, pemulihan dan langkah-langkah
kesiapsiagaan bencana;

74
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

e. Membangun mekanisme khusus untuk menggalang partisipasi aktif dan


rasa memiliki dari para pemangku kepentingan terkait termasuk
masyarakat.
6. Peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan
bencana, pelaksanaannya meliputi:
a. Mendukung pengembangan dan pelestarian infrastruktur, ilmu
pengetahuan, teknologi, kapasitas teknis dan institusi yang diperlukan
dalam penelitian, pengamatan, analisis, pemetaan, pelatihan dan apabila
memungkinkan perkiraan bencana, kerentanan dan dampak bencana di
masa mendatang;
b. Mendukung peningkatan metode ilmiah dan teknis serta kapasitas
pengkajian risiko, pemantauan dan peringatan dini melalui penelitian,
kerjasama, pelatihan dan peningkatan kapasitas teknis;
c. Peningkatan kapasitas sumber daya alam, sistem perangkat hukum dan
partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana;
d. Menciptakan dan memperkuat kapasitas merekam,
menganalisis, merangkum, menyebarluaskan dan saling bertukar data
dan informasi ;
e. Meneliti, menganalisis dan melaporkan perubahan jangka panjang dalam
hal peningkatan kerentanan dan risiko serta kapasitas masyarakat dalam
merespons bencana.

75
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

BAB VI
PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan


program agar sesuai dengan rencana yang disusun. Monitoring pelaksanaan program
dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran yang telah
direncanakan.

6.1. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring yang dimaksud adalah kegiatan mengamati perkembangan
pelaksanaan Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Selatan dan
mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul agar dapat diambil
tindakan sedini mungkin untuk penyelesaian masalah tersebut. Pemantauan dilakukan
terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target
keluaran (output) dan kendala yang dihadapi. Pemantauan harus dilakukan secara
berkala untuk mendapatkan informasi akurat tentang pelaksanaan kegiatan, kinerja
program serta hasil-hasil yang dicapai. Selain untuk menemukan dan menyelesaikan
kendala yang dihadapi, kegiatan ini juga berguna untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan Penanggulangan Bencana provinsSumatera Selatan serta
mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pengurangan risiko bencana.

76
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memperhatikan asas: 1.


Efisiensi, yakni derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan melalui
suatu program/kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan barang/jasa tersebut yang diukur dengan biaya per unit
keluaran (output);
2. Efektivitas, yakni tingkat seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil
dan manfaat yang diharapkan; dan
3. Kemanfaatan, yaitu kondisi yang diharapkan akan dicapai bila keluaran
(output) dapat diselesaikan tepat waktu, tepat lokasi dan tepat sasaran
serta berfungsi dengan optimal.

Selain ketiga asas tersebut, pelaksanaan pemantauan sebaiknya juga menilai


aspek konsistensi, koordinasi, konsultasi, kapasitas dan keberlanjutan dari
pelaksanaan suatu rencana program/kegiatan. Monitoring pelaksanaan
Penanggulangan Bencana provinsi Sumatera Selatan dilaksanakan oleh Pimpinan
institusi sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Kegiatan monitoring
juga dapat melibatkan masyarakat (misalkan melalui Forum Daerah PRB), LSM dan
kelompok profesional. Keterlibatan aktif unsur luar dapat diakomodasi dalam bentuk
kelompok kerja yang dikoordinasikan oleh pemerintah. Monitoring dapat dilaksanakan
antara lain melalui kunjungan kerja ke program-program dan kegiatan pengurangan
risiko bencana, rapat kerja atau pertemuan dengan pelaksana kegiatan untuk
mengidentifikasi hambatanhambatan dan kendala yang ditemui, dan pengecekan
laporan pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko yang dikaji berdasarkan rencana
kerja yang tercantum dalam Penanggulangan Bencana provinsi Sumatera Selatan.
Pasal 6 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana mengamanatkan agar “Rencana
penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
sewaktuwaktu apabila terjadi bencana”. Evaluasi berkala ini bertujuan untuk menilai
hasil yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan pengurangan risiko
bencana serta efektivitas dan efisiensi program dan kegiatan tersebut. Selain dinilai
berdasarkan efektivitas dan efisiensinya, kinerja program Penanggulangan Bencana
yang tercantum dalam dokumen Penanggulangan Bencana provinsi Sumatera Selatan
diukur juga berdasarkan kemanfaatan serta keberlanjutannya.
Evaluasi pelaksanaan Penanggulangan Bencana provinsi Sumatera Selatan
dilaksanakan terhadap keluaran kegiatan yang dapat berupa barang atau jasa dan

77
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

terhadap hasil (outcome) program yang dapat berupa dampak atau manfaat bagi
masyarakat dan/atau pemerintah. Pada hakikatnya evaluasi adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan berdasarkan sumber daya yang
digunakan serta indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan dan/atau
indikator dan sasaran kinerja hasil untuk program. Kegiatan ini dilaksanakan secara
sistematis, menyeluruh, objektif dan transparan. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi
penyusunan rencana program berikutnya.

Selain berguna untuk memperbaiki pengelolaan program di masa yang akan


datang, evaluasi juga menjamin adanya tanggung-jawab (akuntabilitas) dan membantu
meningkatkan efisiensi serta efektivitas pengalokasian sumber daya dan anggaran. Di
samping membandingkan antara target dan pencapaian indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam Penanggulangan Bencana provinsi Sumatera Selatan, evaluasi juga
dapat dilakukan dengan mengkaji dampak yang ditimbulkan melalui pelaksanaan
Penanggulangan Bencana Sumatera Selatan. Kedua cara ini dapat saling mendukung
dalam memberikan informasi yang bermanfaat untuk kepentingan perencanaan dan
pengendalian pelaksanaan Penanggulangan Bencana provinsi Sumatera Selatan.
Sebagaimana halnya monitoring, evaluasi pelaksanaan Penanggulangan
Bencana provinsi Sumatera Selatan juga dilaksanakan oleh pimpinan institusi sesuai
dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Evaluasi dapat melibatkan pihak luar,
tetapi tetap di bawah koordinasi instansi pemerintah terkait.

6.2. Pelaporan

Pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana


harus dilaporkan dalam sebuah laporan tertulis. Harapannya adalah agar semua
laporan mengenai penanggulangan bencana dapat terdokumentasi dengan baik dan
secara resmi dikeluarkan oleh BPBD provinsi Sumatera Selatan. Laporan tersebut
selain berisi laporan kegiatan dan pencapaiannya juga berisi kajian atas
keberhasilan/kegagalan dari semua program dan kegiatan pengurangan risiko yang
telah dilaksanakan selama kurun waktu Penanggulangan Bencana. Laporan juga akan
berisi rekomendasi tindak lanjut bagi instansi/lembaga tertentu jika diperlukan.

78
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

BAB VII
PENUTUP

Pelaksanaan Penanggulangan Bencana membutuhkan komitmen kuat secara


politis maupun teknis. Beberapa strategi advokasi dalam dokumen ini diharapkan dapat
membangun komitmen tersebut secara optimal pada seluruh jenjang Pemerintah
Sumatera Selatan hingga terbangun dan terlestarikannya budaya aman terhadap
bencana di masyarakat sesuai dengan Visi Penanggulangan Bencana Provinsi
Sumatera Selatan.

Dokumen ini perlu selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan


dan perubahan-perubahan lingkungan serta kemajuan yang mempengaruhi terjadinya
bencana. Selain proses evaluasi, dokumen ini juga perlu diterjemahkan menjadi
Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk Penanggulangan Bencana. Rencana Aksi ini juga
memberikan ruang bagi para mitra pemerintah untuk turut serta untuk berkontribusi
dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan budaya aman terhadap bencana di
Provinsi Sumatera Selatan

79
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2022
-2026

PUSTAKA

1. BNPB, 2020. Dokumen Kajian Risiko Bencana, Penyusunan Dokumen


Pemutakhiran Peta Bahaya dan Kerentanan Skala Nasional
2. BPBD Kabupaten Kendal. Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten
Kendal Tahun 2017-2021
3. BPBD Provinsi Jawa Tengah., Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi
Jawa Tengah 2019-2023
4. BPBD Provinsi Sumatera Selatan, 2019. Rencana Strategis Badan
Penanggulangan Bencana Daerah. (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan. Tahun
2019-2023
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008, Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
6. Tim Kerja Kemetrian Dalam Negeri Untuk dukungan gugus Tugas Covid -19,
2020., Pedoman Umum Menhadapi Pademi Covid -19 Bagi Pemerintah
Daerah., Pencegahan, Pengendalian, diagnossi dan Manajemen, Jakarta tahun
2020.

80
LAMPIRAN
LAMPIRAN
RENCANA AKSI

6.1. Fokus, Program dan Kegiatan Penanggulangan Bencana


6.1.1. Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
Berdasarkan kebijakan penanggulangan bencana yang telah dipaparkan, maka
program dan kegiatan dalam upaya penguatan peraturan perundangan dan kapasitas
kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Fokus, Program dan Kegiatan Penguatan Peraturan Perundangan


dan Kapasitas Kelembagaan

NO FOKUS PROGRAM KEGIATAN


1 Memperkuat Kerangka 1 Penyusunan 1 Penyusunan Peraturan
Kerja Bersama untuk Regulasi Sistem Gubernur tentang
Penyelenggaraan KODAL dan Prosedur Pembagian
Penanggulangan Mekanisme Peran, Tanggung Jawab
Bencana (PB) dengan Pembagian Peran dan Kewenangan saat
dasar hukum yang kuat saat tanggap darurat bencana
dalam pelaksanaannya darurat bencana 2 Penyusunan Peraturan
Gubernur tentang
Penetapan Skala
Bencana Daerah
3 Peningkatan mekanisme
koordinasi BPBD
4 Penyusunan pergub
tentang Zona Prioritas
Penanggulangan
Provinsi Sumatera
Selatan 2012-2017
5 Mengintegrasikan Zona
Prioritas
penanggulangan
Bencana Provinsi ke
dalam Tata Ruang
Provinsi Sumsel
2 Pembangunan 6 Penyusunan Peraturan
Mekanisme Gubernur tentang
Anggaran Mekanisme dan
Partisipatif untuk Partisipasi
Penyelenggaraan Penganggaran
PB Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana

Lampiran |1
3 Pembangunan 7 Penyusunan Peraturan
Mekanisme Insentif Gubernur tentang
Keterlibatan Dunia Mekanisme Dukungan
Usaha dalam Partisipasi Dunia Usaha
Penyelenggaraan dalam
PB Penyelenggaraan PB
2 Pembangunan kapasitas 4 Membangun 8 Menyusun Kurikulum
kelembagaan kapasitas personil Pendidikan Standar
penanggulangan PB sesuai dengan Personil BPBD Provinsi
bencana dan sistem kriteria standar dan Kabupaten untuk
pendukungnya yang dibutuhkan tingkat pelaksana,
administrasi, pengelola
dan pengambil kebijakan
9 Pelaksanaan Diklat
BPBD berdasarkan
Kurikulum yang telah
ditetapkan
10 Pelaksanaan latihan
dan simulasi internal
secara periodik untuk
sistem penanggulangan
bencana di Provinsi
Sumatera Selatan
11 Pengisian formasi
fungsional dalam BPBD
Provinsi dan
Kabupaten
12 Pendampingan
pembentukan Forum
PRB kabupaten/kota di
Zona Prioritas
Penanggulangan
Bencana di Provinsi
Sumatera Selatan
13 Membangun
Mekanisme
Pemantauan
Pelaksanaan RPB di
Provinsi Sumatera
Selatan yang mandiri,
transparan dan
akuntabel pada Forum
PRB di Provinsi
Sumatera Selatan
14 Membangun
kerjasama antar
provinsi untuk
peningkatan kapasitas

Lampiran |2
PB di Provinsi
Sumatera Selatan

6.1.2. Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu


Berdasarkan kebijakan penanggulangan bencana yang telah dipaparkan, maka
program dan kegiatan dalam strategi perencanaan penanggulangan bencana
terpadu dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6..2. Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu
NO FOKUS PROGRAM KEGIATAN
1 Pembangunan Zona 1. Penyusunan 1 Pembaruan Kajian
Prioritas Zona Prioritas Risiko Bencana
Penanggulangan Penanggulangan Provinsi Sumatera
Bencana Provinsi Bencana Provinsi Selatan
Sumatera Selatan Sumatera
Tahun 2022-2026 Selatan
2 Penyusunan Zonasi
Risiko Bencana Lintas
Batas berdasarkan
Kajian Risiko Bencana
3 Penetapan Zona
Prioritas
Penanggulangan
Bencana Provinsi
Sumatera Selatan
4 Sosialisasi Penerapan
Zona Prioritas
Penanggulangan
Bencana Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pembangunan 5 Penyusunan
Mekanisme Mekanisme
Penyelenggaraan PB
Penyelenggaraan Lintas Batas
Penanggulangan 6 Konsolidasi Periodik
Zona Prioritas
Bencana Lintas
Penanggulangan
Batas Bencana Provinsi
Sumatera Selatan
2 Penyusunan Rencana 3. Penyusunan 7 Pembaruan Kajian
Kontinjensi di Zona Rencana Risiko Bencana pada
Prioritas Kontinjensi Zona Prioritas
Penanggulangan berdasarkan Penanggulangan

Lampiran |3
Bencana Kajian Risiko Bencana Provinsi
Bencana Provinsi Sumatera Selatan
Sumatera 8 Penyusunan Rencana
Selatan Kontinjensi Bencana
pada Zona Prioritas
Penanggulangan
Bencana Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pembangunan 9 Pembentukan Tim
Gabungan
Mekanisme kabupaten/kota -
provinsi untuk
Penerapan
menyusun Rencana
Rencana Kontinjensi
Kontinjensi 10 Sinkronisasi Prosedur
Operasi Standar
Bencana dengan
Rencana Kontinjensi
Daerah
3 Pembangunan Sistem 5. Penjaminan 11 Penyusunan kontrak
Distribusi Logistik yang Stabilitas Harga kerjasama antara
menjamin stabilitas pemerintah dengan
Kebutuhan produsen-produsen
harga pasar kebutuhan
tanggap darurat provinsi Penanganan Darurat kebutuhan pokok
darurat bencana
12 Pengadaan kebutuhan
darurat bencana
langsung ke produsen
13 Penerapan sanksi dan
penghargaan atas
komitmen produsen
dalam penanganan
darurat bencana
6. Pembangunan 14 Pembangunan jalur
fasilitas distribusi logistik daerah
dari produsen hingga
pendukung masyarakat
Sistem Distribusi 15 Pembangunan Pos
KODAL Lapangan
Logistik di Zona
Kabupaten/Kota di
Prioritas Zona Prioritas
Penanggulangan Penanggulangan
Bencana Provinsi
Bencana Provinsi Sumatera Selatan
Sumatera
Selatan

Lampiran |4
6.1.3. Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan
Berdasarkan strategi penanggulangan bencana yang telah dipaparkan, maka
program dan kegiatan dalam upaya penelitian, pendidikan dan pelatihan dapat dilihat
pada Tabel 6.3.
Tabel .6.3. Fokus, Program dan Kegiatan Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan
NO FOKUS PROGRAM KEGIATAN
1 Pendidikan 1 Pembentukan dan 1 Pembentukan
Kebencanaan di Penerapan Kelompok Kerja
Lembaga Pendidikan Kurikulum Penyusun Kurikulum
Formal untuk Pendidikan Pendidikan

meningkatkan Kebencanaan di Kebencanaan Provinsi


ketangguhan Provinsi Sumatera Sumatera Selatan
masyarakat dan Selatan 2 Penyusunan Kurikulum
pemerintah PB di Lembaga
Pendidikan Formal
3 Penerapan Kurikulum
PB pada seluruh jenjang
pendidikan formal

4 Pembentukan
Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP)
Kebencanaan
2 Internalisasi 5 Penyusunan dan
Kearifan Lokal dan pembaruan materi
Ketangguhan pembelajaran
Masyarakat ketangguhan
Provinsi Sumatera masyarakat Provinsi
Selatan Sumatera Selatan
menghadapi menghadapi bencana
bencana dalam 6 Kampanye
Sistem Ketangguhan
Penanggulangan Masyarakat Provinsi
Bencana Provinsi Sumatera Selatan
Sumatera Selatan terhadap Bencana pada
peserta didik
7 Penerbitan Jurnal Riset
Inventarisir Kearifan
Lokal Masyarakat
Provinsi Sumatera
Selatan Menghadapi
Bencana
8 Internalisasi Kearifan
Lokal kedalam Sistem
Penanggulangan

Lampiran |5
Bencana Provinsi
Sumatera Selatan
2 Kemitraan antara 3 Penggalangan 9 Fasilitasi Dukungan
Pemerintah, Forum Anggaran Riset Penggalangan
PRB Provinsi Sumatera Kebencanaan Anggaran Kebutuhan
Selatan, dan Akademisi Riset Kebencanaan
untuk Riset Inovasi Forum PRB Provinsi
Teknologi Sumatera Selatan
Kebencanaan dalam 10 Penggalangan
Menurunkan Jumlah Anggaran Riset
potensi masyarakat Kebencanaan
terpapar dan pemakaian
11 Penerapan hasil riset
dana pemulihan kebencanaan dalam PB
Provinsi Sumatera
Selatan
4 Penyempurnaan 12 Monitoring penggunaan
dan inovasi Riset hasil riset di daerah
Terapan 13 Pembangunan Pusat
berdasarkan Pembelajaran Riset
pengalaman Bidang Kebencanaan
pengguna hasil 14 Internalisasi Hasil Riset
riset
PB kedalam kehidupan
masyarakat
15 Sinkronisasi prosedur
izin Tugas Belajar
dengan Arah Penerapan
inovasi teknologi untuk
penanggulangan
bencana
3 Memberdayakan 5. Pemberdayaan 16 Pembentukan Dewan
kapasitas riset internal kapasitas internal Riset Provinsi
pemerintah untuk pemerintah untuk riset Sumatera Selatan
meningkatkan rasio dan penelitian 17 Pemberdayaan peneliti
perbandingan investas kebencanaan internal pemerintah
pra bencana dengan Provinsi Sumatera
biaya pemulihan Selatan untuk PB
18 Inventarisasi Kegiatan
dan Dampak upaya
PRB di Provinsi
Sumatera Selatan
19 Penerapan Mekanisme
Analisis Risiko Bencana
bagi proyek
pembangunan berskala
besar
5. Pemantauan 20 Penerbitan Rasio
efektivitas upaya investasi dan biaya
pengurangan risiko

Lampiran |6
bencana Provinsi pemulihan dampak
Sumatera bencana
Selatan

6.1.4. Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat dan Pemangku


Kepentingan Lain dalam Pengurangan Resiko Bencana
Berdasarkan Strategi penanggulangan bencana yang telah dipaparkan, maka
program dan kegiatan peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dan
pemangku kepentingan lain dalam pengurangan risiko bencana dapat dilihat pada
Tabel 6.4.

Tabel 5.4. Fokus, Program dan Kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lain dalam Pengurangan Risiko
Bencana

NO FOKUS PROGRAM KEGIATAN


1. Pendayagunaan hasil 1. Penggunaan 1. Penetapan arah
riset dan teknologi hasil riset dan penerapan dan inovasi
dalam penyelenggaraan teknologi untuk teknologi untuk
penanggulangan penyelenggaraan pemulihan dampak
bencana penanggulangan bencana
bencana 2. Pengembangan riset dan
inovasi teknologi
kebutuhan kontinjensi
bencana daerah
3. Pendayagunaan
Teknologi pada
operasionalisasi TRC
Provinsi Sumatera
Selatan
2. Sentralisasi 4. Pembangunan Pusat
informasi Informasi Kebencanaan
kebencanaan BPBD
5. Pembangunan Jaringan
Informasi Kebencanaan
Terpusat
6. Aktivasi Jaringan
Informasi Kebencanaan
Terpusat pada fasilitas

Lampiran |7
publik
2. Sinkronisasi dan 3. Sinkronisasi 7. Penetapan SektorSektor
Pengembangan Program Pengembangan
Program Pengentasan Pengentasan Mata Pencarian
Kemiskinan Pemerintah Kemiskinan Alternatif masyarakat di
secara sektoral di Zona Pemerintah di Zona Prioritas PB
Prioritas PB Provinsi Zona Prioritas Provinsi Sumatera
Sumatera Selatan PB Provinsi Selatan
Sumatera 8. Pelatihan Sektoral
Selatan Keterampilan
Pengembangan Mata
Pencarian Alternatif
9. Pemberian modal dan
insentif bergilir untuk
pengembangan Mata
Pencarian Alternatif
10. Pemberdayaan
Lembaga Pendidikan
Keterampilan Untuk
Mata Pencarian
Alternatif Masyarakat
Rentan secara sektoral di
Zona Prioritas PB
Provinsi Sumatera
Selatan

4. Pengembangan 11. Pembangunan Jaringan


Mata Pencarian Pemasaran Produk
Alternatif Mata Pencarian
Berdasarkan Alternatif Masyarakat Di
Peta Sektor Zona Prioritas PB
Pengentasan Provinsi Sumatera
Kemiskinan Di Selatan
Zona Prioritas 12. Adaptasi teknologi
PB Provinsi pengembangan lanjut
Sumatera usaha masyarakat
Selatan 13. Pengembangan usaha
masyarakat dengan
inovasi teknologi
14. Penerapan sistem Anak
Angkat pada perusahaan
besar

Lampiran |8
6.1.5. Perlindungan Masyarakat dari Bencana
Berdasarkan strategi penanggulangan bencana yang telah dipaparkan, maka
program dan kegiatan dalam memberikan perlindungan masyarakat dari bencana
dapat dilihat pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Fokus, Program dan Kegiatan Perlindungan Masyarakat dari
Bencana
NO FOKUS PROGRAM KEGIATAN
1. Pencegahan dan 1. Penegakan 1. Penyusunan dan
Mitigasi Bencana aturan terkait percepatan penerapan
pengurangan aturan 'Building Code'
risiko bencana pada setiap
kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera
Selatan
2. Pelatihan Pengawas
Standar Mutu dan
Kekuatan Bangunan
Tingkat kabupaten/kota
3. Penegakan Peraturan
.
Lingkungan Hidup
terkait pencegahan
bencana banjir dan
longsor

4. Penguatan aturan tata


ruang dan
pengembangan di
kawasan domestik dan
industri
5. Penerapan Mekanisme
Perizinan dan
Pungutan Pajak bagi
Pengambilan Air Tanah
dan air permukaan bagi
Industri
6. Pembangunan
mekanisme kerjasama
dengan perusahaan
daerah untuk distribusi
air bersih di daerah
kekeringan
7. Deteksi Dini dan
Respon Dini Kasus
Potensi Konflik di
Masyarakat
2. Pembangunan 8. Peningkatan Kapasitas
Daerah Daerah Resapan di

Lampiran |9
Penyangga dan Zona Prioritas PB
Pengurangan Banjir dan Daerah
Dampak Bencana Rawan Longsor di Zona
Prioritas PB Banjir
9. Pembangunan Sumur
Resapan sesuai dengan
Standar Di Kantor
Pemerintahan
3. Pembangunan 10. Pembangunan dan
Infrastruktur Pemeliharaan
Pencegah Infrastruktur Pengendali
Bencana Banjir dan Pengaman
Lereng di Zona
Prioritas PB Banjir
11. Ketersediaan Sarana
dan Prasarana
Pemadam Kebakaran
dan Bencana
Kegagalan Teknologi

4. Pengembangan 12. Mengembangkan


dan Publikasi Kapasitas Riset untuk
Teknologi Memperkuat Sistem
Pendeteksi, Deteksi Dini Bencana

Lampiran |1
0
Pencegah dan 13. Pengembangan inovasi
Mitigasi Bencana teknologi untuk
napencegahan bencana
Longsor berdasarkan
kajian risiko bencana
14. Publikasi Panduan
Standar Bangunan
Rumah Aman Gempa
bumi
15. Pengembangan inovasi
teknologi untuk deteksi
dini potensi bencana
puting beliung

2. Kesiapsiagaan 1. Pembangunan 1. Pembangunan Jaringan


Bencana Sistem Informasi Kebencanaan
Peringatan Dini Terpusat
Bencana di Zona 2. Pembangunan Sistem
Prioritas Peringatan Dini Multi
Penanggulangan Bencana Fase-1 (
Bencana Provinsi Gunung Api dan Banjir)
2. Peningkatan 3. Penyusunan dan
kapasitas Penetapan Rencana
evakuasi Evakuasi di Zona
masyarakat Prioritas
Penanggulangan
Bencana (Bencana
Gempa bumi, Gunung
Api dan Banjir)
4. Publikasi Panduan
Standar Minimum
Penyelamatan diri saat
terjadi bencana
3. Pembangunan 5. Pemeliharaan Gedung
dan Penyelamatan/Pengun
Pemeliharaan gsian (escape building)
prasarana dan untuk masyarakat di
sarana Zona Prioritas bencana
kesiapsiagaan Gunung Api
bencana 6. Pembangunan Shelter
Pengungsian untuk
masyarakat di Zona
Prioritas bencana

Lampiran | 11
gunung api
7. Peningkatan Kapasitas
Prasarana dan Sarana
Evakuasi Masyarakat

pada Zona Prioritas


Penanggulangan
Bencana Provinsi
4. Gladi dan 8. Gladi Posko Berkala
Simulasi Sistem Prosedur Operasi
Peringatan Dini Standar Peringatan Dini
dan Evakuasi dan Penanganan
Masyarakat Darurat Bencana
Gempa bumi
9. Gladi Posko Berkala
Prosedur Operasi
Standar Peringatan Dini
dan Penanganan
Darurat Bencana Banjir
10. Gladi Posko Berkala
Prosedur Operasi
Standar Peringatan Dini
dan Penanganan
Darurat Bencana
Gunung Api

11. Simulasi Evakuasi


Masyarakat terhadap
Bencana Banjir
12. Simulasi Penangan
Darurat Bencana
Kebakaran dan
Kegagalan Teknologi
berbasis masyarakat
13. Simulasi Evakuasi
Masyarakat terhadap
Bencana Gunung Api
1.Penanganan Bencana 1. Tanggap Darurat 1. Kaji Cepat Bencana
2. Pencarian,
Penyelamatan dan
Evakuasi
3. Pemenuhan kebutuhan
dasar pangan, sandang,
hunian sementara,
layanan kesehatan, air
bersih dan sanitasi
4. Pemulihan darurat

Lampiran | 12
fungsi prasarana dan
sarana kritis
2. Rehabilitasi dan 1. Pengkajian Kerusakan
Rekonstruksi dan Kerugian
2. Penyusunan Rencana
Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
3. Pemulihan prasarana
sarana publik dan
rekonstruksi rumah
warga korban bencana
4. Pemulihan kesehatan
dan kondisi psikologis

6.5. Indikator Keberhasilan dan Pagu Indikatif Kegiatan Penanggulangan


Bencana
Secara umum, setiap kegiatan memiliki indikator pencapaian yang harus dicapai
oleh instansi terlibat dalam 5 tahun masa perencanaan ini. Spesifik pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh setiap instansi amat bergantung pada sistem dan
mekanisme yang berlaku pada saat pelaksanaan perencanaan. Spesifik pekerjaan
penanggulangan bencana yang menjadi tanggung jawab instansi dimasukkan ke
dalam Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan SKPA.
Pada beberapa indikator pencapaian, terlihat pengindikasian lokasi-lokasi yang
harus diprioritaskan. Lokasi-lokasi ini telah dipilih sedemikian rupa menjadi Zona
Prioritas Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Selatan, Mekanisme zonasi
dalam penanggulangan bencana Provinsi Sumatera Selatan bertujuan untuk
memfokuskan upaya pengurangan risiko bencana kepada beberapa daerah yang
paling rentan.

Tabel 6.6. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan Instansi


dan Pagu Indikatif untuk Program Generik, berlaku untuk semua bencana

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
A. Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
Penanggulangan Bencana

Lampiran | 13
1. Penyusunan 1. Adanya Peraturan Instansi Utama : 1,9
Peraturan Gubernur tentang Prosedur - BPBD
Gubernur Operasi Standar (POS), - Biro Hukum dan
tentang Peran dan Fungsi Instansi Humas
Prosedur Pemerintah, Instansi - Biro Organisasi dan
Pembagian
Vertikal dan Lembaga Tatalaksana
Peran,
Masyarakat
Tanggung
2. Mempersingkat waktu Instansi Terkait :
Jawab dan
pelaksanaan penanganan - Bappeda
Kewenangan
saat darurat darurat bencana dari - Dinas Kesehatan
bencana rencana kontinjensi yang - Dinas Sosial
disusun - Dinas Pengairan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Penyusunan Adanya Peraturan Gubernur Instansi Utama : 0,475
Peraturan tentang Status Bencana - BPBD
Gubernur - Biro Hukum dan
tentang Humas
Penetapan Instansi Terkait :
Skala Bencana - Bappeda
Daerah - Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Pengairan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
sumsel
-
B. Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
Penanggulangan Bencana

Lampiran | 14
3. Penyusunan 3. Adanya Peraturan Instansi Utama : 1,9
Peraturan Gubernur tentang Prosedur - BPBD
Gubernur Operasi Standar (POS), - Biro Hukum dan
tentang Peran dan Fungsi Instansi Humas
Prosedur Pemerintah, Instansi - Biro Organisasi dan
Pembagian Vertikal dan Lembaga Tatalaksana
Peran, Masyarakat
Tanggung
4. Mempersingkat waktu Instansi Terkait :
Jawab dan
pelaksanaan penanganan - Bappeda
Kewenangan
saat darurat darurat bencana dari - Dinas Kesehatan
bencana rencana kontinjensi yang - Dinas Sosial
disusun - Dinas Pengairan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
Instansiinstansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
4. Penyusunan Adanya Peraturan Gubernur Instansi Utama : 0,475
Peraturan tentang Status Bencana - BPBD
Gubernur - Biro Hukum dan
tentang Humas
Penetapan

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Skala Bencana Instansi Terkait :
Daerah - Bappeda
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Pengairan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan

Lampiran | 15
5. Peningkatan Terbentuk Unsur Pengarah dari Instansi Utama : 1,475
Mekanisme Instansi Pemerintah di - BPBD
Koordinasi BPBD dan BPBD - Biro Hukum dan
BPBD Kabupaten/Kota Humas
- Biro Organisasi dan
Tatalaksana

Instansi Terkait :
- Bappeda
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Pengairan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
Instansiinstansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
6. Penyusunan Adanya Peraturan Gubernur Instansi Utama : 0,2375
Peraturan tentang Zona Prioritas - BPBD
Gubernur Penanggulangan Bencana - Biro Hukum dan
tentang Zona berdasarkan kajian risiko di Humas
Prioritas Provinsi Sumatera Selatan
Penanggulang 2012 – 2017 Instansi Terkait :
an Bencana
- Bappeda
Provinsi
- Dinas Kesehatan
Sumatera
- Dinas Sosial
Selatan
- Dinas Pengairan
20122017
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
Instansiinstansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Selatan

Lampiran | 16
7. Promosi RPB Institusi memiliki dana dan Instansi Utama : 2,85
Provinsi kontribusi dalam - BPBD
Sumatera penyelenggaran Instansi Terkait :
Selatan untuk penanggulangan bencana - Bappeda
Penggalangan - Dinas Kesehatan
Anggaran - Dinas Sosial
Partisipatif PB - Dinas Pengairan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
Instansi Vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
8. Penyusunan Adanya aturan/kebijakan Instansi Utama : 0,2375
Peraturan terkait penegakan hukum yang - BPBD
Gubernur diatur dengan melibatkan - Biro Hukum dan
tentang lintas institusi secara terpadu Humas
Mekanisme terkait dunia usaha dalam
Dukungan meningkatkan kapasitas Instansi Terkait :
Partisipasi masyarakat rentan - Bappeda
Dunia Usaha
- Disperindagkop dan
dalam
UKM
Penyelenggara
- Instansi – instansi
an PB
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan
9. Pelaksanaan 1. Adanya persetujuan Instansi Utama : 0,45
malam donasi perusahaan besar untuk - Disperindagkop dan
komitmen menjamin komitment UKM
antara bersama (yang di ketahui - BPBD
pemerintah dan dan disetujui oleh lintas
perusahaan stakeholder) dalam Instansi Terkait :
untuk mengembangkan
Pengentasan - Dinas Sosial
kapasitas masyarakat di
Kerentanan daerah rentan - BPM
masyarakat di 2. Dunia usaha - Instansi – instansi
Zona Prioritas melaksanakan program pemerintah lainnya di
Penanggulang lingkungan pemerintah
peningkatan masyarakat di
Provinsi Sumatera
daerah rentan.
Selatan Instansi –

KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN KETERLIBATAN PAGU

Lampiran | 17
INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
an Bencana instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
10. Pelaksanaan Adanya peningkatan Instansi Utama : 4,75
latihan dan ketrampilan teknis PB di setiap - BPBD
simulasi BPBD. - BKPP
internal secara
periodik untuk
Instansi Terkait :
sistem
penanggulang - BPBD
an bencana - Dinas Pengairan
Provinsi - Dinas Sosial
Sumatera - Dinas Kesehatan
Selatan - Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan

C. Program Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu


1. Penyusunan dan Disepakatinya Zona Prioritas Instansi Utama : 0,38
Penetapan Penanggulangan Bencana - BPBD
Zona Risiko Provinsi Sumatera Selatan - BPBD Kabupaten/Kota
Bencana oleh Pemangku kepentingan Instansi Terkait :
Lintas Batas terkait - Bappeda
berdasarkan
- Dinas Pengairan
Kajian Risiko
- Dinas Sosial
Bencana
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

2. Konsolidasi 1. Pendeknya birokrasi Instansi Utama : 0,7125


Periodik Zona penyelenggaraan - BPBD
Prioritas penanggulangan bencana
Penanggulang 2. Terbangunnya komunikasi Instansi Terkait :
an Bencana antar penyelenggara

Lampiran | 18
Provinsi penanggulangan bencana - Dishubkomintel
Sumatera di dalam zona yang telah - Bappeda
- Dinas Sosial

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Selatan ditetapkan - Dinas Kesehatan
- BPBD kabupaten/kota
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
5. Pendalaman Tersedianya skenario kontijensi Instansi Utama : 0,475
Kajian Risiko untuk bencana : - BPBD
Bencana pada - Gempa bumi
Zona Prioritas - Letusan Gunungapi Instansi Terkait :
Penanggulang - Banjir - BPBD kabupaten/kota
an Bencana - Tanah Longsor - Bappeda
Provinsi - Kekeringan - Dinas Pengairan
Sumatera - Kebakaran - Dinas Sosial
Selatan
- Puting Beliung pada - Dinas Kesehatan
masing-masing zona prioritas - Instansi – instansi
penanggulangan bencana pemerintah lainnya di
Provinsi Sumatera lingkungan pemerintah
Selatan Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
6. Sinkronisasi Operasi darurat dilakukan Instansi Utama : 0,57
Prosedur sesuai dengan Rencana - BPBD
Operasi kontijensi yang telah disusun.
Standar Instasi Terkait :
Bencana - BPBD kabupaten/kota
dengan - Bappeda
Rencana
- Dinas Pengairan
Kontinjensi
Daerah - Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah

Lampiran | 19
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
7. Penyusunan Terjaminnya kebutuhan darurat Instansi Utama : 0,57
kontrak saat terjadi bencana - BPBD

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATIF
KEBERHASILAN INSTANSI
(Milyar )
kerjasama antara dengan jumlah yang cukup. - Disperindagkop dan
pemerintah UKM
dengan
produsenproduse Instasi Terkait :
n kebutuhan - Bappeda
pokok darurat - Dinas Sosial
bencana - Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
8. Pengadaan Terjaminnya kebutuhan Instansi Utama : Bergantung
kebutuhan darurat saat terjadi bencana - BPBD anggaran
darurat bencana dengan harga yang wajar. - Disperindagkop dan operasi darurat
langsung ke UKM pada setiap
produsen bencana
Instasi Terkait :
- Bappeda
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan

Lampiran | 20
9. Penerapan sanksi Meningkatnya jumlah Instansi Utama : 0,57
dan penghargaan produsen yang - BPBD
atas komitmen menandatangani kontrak - Disperindagkop dan
produsen dalam kerjasama untuk penanganan UKM
penanganan darurat bencana
darurat bencana
Instasi Terkait :
- Bappeda
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATIF
KEBERHASILAN INSTANSI
(Milyar )
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan
10. Pembangunan Diterimanya barang bantuan Instansi Utama : 1,425
jalur distribusi dari produsen induk ke - BPBD
logistik daerah tangan masyarakat penerima - Dishubkomintel
dari produsen manfaat. - Dinas BMCK
hingga
masyarakat Instasi Terkait :
- Disperindagkop dan
UKM
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan

Lampiran | 21
11. Pembangunan Adanya bufferstock di Instansi Utama : 14,75
Pos KODAL setiap zona prioritas PB - BPBD
Lapangan sesuai dengan rencana - Dinas Sosial
Kabupaten/Kot a kontijensi. - Dinas BMCK
di Zona
Prioritas
Instasi Terkait :
Penanggulang
-
an Bencana
- Dinas Kesehatan
Provinsi
- Instansi – instansi
Sumatera
pemerintah lainnya di
Selatan
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan

D. Program Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan

1. Pembentukan Tim Gabungan Pengembang Instansi Utama : 0,95


Tim Gabungan Kurilkulum yang berasal dari - Dinas Pendidikan
Penyusun guru, praktisi PB dan
Kurikulum akademisi Instasi Terkait :

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Pendidikan - BPBD
Kebencanaan - BPPD Kabupaten/Kota
Provinsi - Instansi – instansi
Sumatera pemerintah lainnya di
Selatan lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
2. Penyusunan Kurikulum Pendidikan Instansi Utama : 2,375
Kurikulum PB Kebencanaan diperbarui - Dinas Pendidikan
di Lembaga secara periodik sesuai dengan
Pendidikan kondisi kebencanaan Provinsi Instasi Terkait :
Formal Sumatera Selatan dan - BPBD
3. Penerapan difokuskan kepada - BPPD Kabupaten/kota 3,8
Kurikulum PB peningkatan keterampilan serta

Lampiran | 22
pada seluruh kemampuan inovasi teknologi - Instansi – instansi
jenjang peserta didik untuk mengurangi pemerintah lainnya di
pendidikan risiko bencana lingkungan pemerintah
formal Provinsi Sumatera
4. Pembentukan Selatan Instansi – 0,5
Musyawarah instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Guru Mata
Sumatera
Pelajaran
Selatan
(MGMP)
Kebencanaan
5. Kampanye Terjaminnya informasi Instansi Utama : 0,2375
Ketangguhan kebencanaan di peserta didik - Dinas Pendidikan
Masyarakat yang bisa dicapai dengan - BPBD
Provinsi komunikasi dua arah.
Sumatera Instasi Terkait :
Selatan - Dinas Sosial
terhadap - Dinas HUBKOMINTEL
Bencana pada
- Instansi – instansi
peserta didik pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan Instansi –
instansi vertikal lainnya
di wilayah Provinsi
Sumatera
Selatan
6. Fasilitasi 1. Tersedianya anggaran riset Instansi Utama : 0,45
Dukungan yang memadai untuk - Bappeda
Penggalangan melakukan inovasi - BPBD
Anggaran teknologi yang dibutuhkan
Kebutuhan sesuai dengan hasil Instansi Terkait :

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Riset monitoring. - Instansi – instansi
Kebencanaan 2. Terbentuknya kepercayaan pemerintah lainnya di
Forum PRB lembaga pendanaan untuk lingkungan pemerintah
Provinsi mendukung riset inovasi Provinsi Sumatera
Sumatera teknologi. Selatan
Selatan - Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 23
10. Penggalangan Minimal 5 riset PB didanai oleh Instansi Utama : 1,0
Anggaran lembaga dana dalam 1 tahun. - BAPPEDA
Riset - BPBD
Kebencanaan
Instasi Terkait :
- Distamben
- Dinas Kelautan &
Perikanan
- Dinas Pengairan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
11. Penerapan Satu dari lima hasil riset Instansi Utama : 0,5
hasil riset tersebut diimplementasikan - BPBD
kebencanaan dalam PB di Provinsi
dalam PB Sumatera Selatan. Instasi Terkait :
Provinsi - BPBD kabupaten/kota
Sumatera - Bappeda
Selatan - Distamben
- Dinas Kelautan &
Perikanan dan
Perikanan
-
- Dinas Pengairan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
-
12. Monitoring Tersusunnya mekanisme Instansi Utama : 0,2375
penggunaan pemantauan obyektif mengacu - BPBD
hasil riset di kepada pengembangan - Bapedal
daerah inovasi teknologi atau riset
kebencanaan. Instasi Terkait :
- Bappeda
- Distamben
- Dinas Kelautan &

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )

Lampiran | 24
Perikanan dan
Perikanan
-
- Dinas Pengairan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
13. Internalisasi Masyarakat Provinsi Instansi Utama : 0,2375
Hasil Riset PB Sumatera Selatan memahami - BPBD
ke dalam dan menerapkan hasil riset - Bapedal
kehidupan
masyarakat Instasi Terkait :
- Dishubkomintel
- BPBD kabupaten / kota
- Bappeda
- BPM
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
14. Sinkronisasi Adanya 10 % dari kuota PNS Instansi Utama : 2,85
prosedur izin tiap kabupaten/kota yang fokus - BKPP
Tugas Belajar penelitian untuk - BPBD
dengan Arah penanggulangan bencana
Penerapan Instasi Terkait :
inovasi - Bappeda
teknologi untuk - BPBD
penanggulang - Instansi – instansi
an bencana pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
15. Pemberdayaan 1. Adanya persyaratan karya Instansi Utama : 0,475
peneliti internal ilmiah tentang - BIRO humas
pemerintah kebencanaan untuk PNS
Provinsi yang akan tugas belajar Instasi Terkait :
Sumatera 2. Arah penelitian PB menjadi
- BPBD

Lampiran | 25
PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Selatan untuk prioritas bagi PNS yang - Bappeda
PB akan melakukan tugas - Instansi – instansi
belajar pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
E.
F.
G. Peningkatan Kapasitas, Partisipasi Masyarakat, dan Pemangku Kepentingan
1. Penetapan arah Adanya kesepakatan antara Instansi Utama : 0,95
penerapan dan Badan Penanggulangan - BPBD
inovasi Bencana Provinsi Sumatera - Bappeda
teknologi untuk Selatan dengan lembaga riset
pemulihan dalam praktek penyusunan Instasi Terkait :
dampak rencana pemulihan bencana. - Distamben
bencana - Dinas Pengairan
- Dinas Kesehatan
- Dinas Pendidikan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pengembanga Penerapan hasil inovasi Instansi Utama : 0,95
n riset dan teknologi dari lembaga riset - BPBD
inovasi dalam penanggulangan - Bappeda
teknologi bencana sesuai dengan
kebutuhan kebutuhan kontijensi. Instasi Terkait :
kontinjensi
- Dinsos
bencana
- Distamben
daerah
-
- Dinas Pengairan
- Dinas Kesehatan
- Dinas Pendidikan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di

Lampiran | 26
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pendayagunaa Adanya TRC yang Instansi Utama : 4,75
n Teknologi terlatih/terampil di setiap zona - BPBD

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
pada prioritas.
operasionalisa Instasi Terkait :
si Tim Reaksi - BPBD Kabupaten/Kota
Cepat (TRC) - Bappeda
Provinsi -
- Dinas Pengairan
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pembangunan Tersedianya 1 sumber informasi Instansi Utama : 0,7125
Pusat Kebencanaan skala - BPBD
Informasi Provinsi - Dishubkomintel
Kebencanaan
BPBD Instasi Terkait :
- Bappeda
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
ertical lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 27
5. Penetapan Adanya peta sektoral Instansi Utama : 0,475
Sektor-Sektor pengembangan mata - BPM
Pengembanga pencarian alternatif di Zona - Disperindagkop dan
n Mata Prioritas PB Provinsi Sumatera UKM
Pencarian Selatan yang disepakati
Alternatif seluruh pemangku kepentingan Instansi Terkait :
masyarakat di
Zona Prioritas - Bappeda
PB Provinsi - BPBD
Sumatera - Dinas Sosial
Selatan - Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

6. Pelatihan Terselenggaranya Instansi Utama : 1,425


Sektoral pelatihanpelatihan - BPM
Keterampilan keterampilan oleh lembaga - Dinas sosial
Pengembanga pelatihan masyarakat yang ada - Disperindagkop dan
n Mata UKM
Pencarian
Alternatif
Instansi Terkait :
- Bappeda
- BPBD
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
ertical lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 28
7. Pemberian Terselenggaranya permodalan Instansi Utama : 23,75
modal dan bergilir yang sehat tanpa kredit - Disperindagkop dan
insentif bergilir macet di masyarakat pengguna UKM
untuk bantuan - BPM
pengembanga - Dinas Sosial
n Mata
Pencarian
Alternatif Instasi Terkait :
- Bappeda
- BPBD
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
8. Pemberdayaan Meningkatnya ketrampilan Instansi Utama : 1,9
Lembaga masyarakat dalam pengelolaan - Disperindagkop dan
Pendidikan mata pencarian UKM
Keterampilan alternatif - BPM
Untuk Mata - Dinas Sosial
Pencarian
Alternatif Instasi Terkait :
Masyarakat - Bappeda

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Rentan secara - BPBD
sektoral di - Instansi – instansi
Zona Prioritas pemerintah lainnya di
PB Provinsi lingkungan pemerintah
Sumatera Provinsi Sumatera
Selatan Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 29
9. Pembangunan Terjaminnya mata pencaharian Instansi Utama : 7,125
Jaringan alternatif yang berkelanjutan di - Disperindagkop dan
Pemasaran daerah rentan. UKM
Produk Mata - BPM
Pencarian - Badan Investasi &
Alternatif Promosi
Masyarakat Di
Zona Prioritas Instasi Terkait :
PB Provinsi - Bappeda
Sumatera - BPBD
Selatan
- Dinas Sosial
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
10. Adaptasi Tersedianya teknologi tepat Instansi Utama : 9,5
teknologi guna - BPM
pengembanga - Disperindagkop dan
n lanjut usaha UKM
masyarakat
Instasi Terkait :
- Bappeda
- BPBD
- Dinas Tenaga Kerja
dan Mobilitas
Penduduk
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi

PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
Sumatera Selatan -

Lampiran | 30
11. Penerapan Tersalurnya produk usaha Instansi Utama : 0,2375
sistem Anak masyarakat di - Disperindagkop dan
Angkat pada perusahaanperusahaan mapan UKM
perusahaan - Dinas Sosial
besar
Instansi Terkait :
- Bappeda
- BPBD
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
Adanya produk masyarakat Instansi Utama : 0,2375
yang terpakai untuk memenuhi - Disperindagkop dan
kebutuhan perusahaan besar. UKM
- BPM
- Dinas Sosial

Instansi Terkait :
- Bappeda
- BPBD
- Badan Investasi &
Promosi
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
Usaha masyarakat dipakai Instansi Utama : 0,2375
oleh perusahaan mapan untuk - Disperindagkop dan
men-supply kebutuhan UKM
perusahaan besar. - BPM

Instasi Terkait :
- Bappeda
- BPBD
- Badan Investasi &
Promosi

Lampiran | 31
PAGU
KETERLIBATAN
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN INDIKATIF
INSTANSI
(Milyar )
- Instansi – instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi – instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Tabel 6.7. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan Instansi


dan Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Gempa bumi

PAGU
INDIKATIF
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN KETERLIBATAN INSTANSI
(Milyar
Rupiah)
1. Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana Gempa bumi

1. Penyusunan dan 1. Memasukkan ‘Building Instansi utama: 0,7125


percepatan Code’ dalam koefisien - Biro Hukum dan
penerapan kegempaan bangunan Humas
aturan ‘Building dalam penerbitan Izin
Code’ pada Mendirikan Bangunan Instansi terkait:
setiap (IMB) - Bappeda
kabupaten/kota 2. 60% Penerbitan IMB
- BPBD
di Provinsi Bangunan baru
Sumatera berdasarkan Building Code - Dinas BMCK
Selatan 3. Sosialisasi kepada 10 - Dishub Komintel
Badan asosiasi - Bapedal
perencanaan terkait - Distamben
pengguanan material - instansi-instansi lainnya
bangunan tahan gempa. dilingkungan
4. Kajian detail ilmiah skala pemerintah Provinsi
1:5.000 di zona prioritas Sumatera Selatan
bencana - instansi-instansi vertikal
lainya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan

KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN KETERLIBATAN INSTANSI PAGU


INDIKATIF

Lampiran | 32
(Milyar
Rupiah)
2. Publikasi 1. terbangunnya 10 contoh Instansi Utama : 1,425
Panduan Rumah rumah tahan gempa tipe 45 - Dinas BMCK
Aman Gempa melalui program rumah - Biro Hukum dan
bumi duafa. Humas
2. adanya 1 kali penerbitan
- Dishubkomintel
khusus per tahun publikasi
rumah tahan gempa di 5 - BPBD
media massa baik cetak -
maupun elektronik. Intansi Pendukung :
3. Adanya 2.300 poster KIE - Distamben
(Komunikasi, Informasi dan - Dinsos
Edukasi) dan promosi - instansi-instansi
Rumah Aman Gempa. lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Program Kesiapsiagaan Bencana Gempa bumi
1. Publikasi Tersedianya poster standar Instansi utama 0,2375
Panduan panduan penyelamatan diri - BPBD
Standar saat terjadi gempa bumi ukuran - Dishubkomintel
Minimum A2 di setiap bangunan
- Biro Hukum dan
Penyelamatan pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan dan kabupaten/kota di Humas
Diri saat terjadi
bencana Zona Prioritas PB Provinsi
Sumatera Selatan Instansi terkait:
- Dinas Pendidikan
- Distamben
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pembangunan 1. Adanya 200 fasilitas publik Instansi Utama: 1,425
Jaringan terhubung langsung - BPBD
Informasi dengan Pusat Informasi - Dishubkomintel
Kebencanaan Pusdalops PB Provinsi
Terpusat dengan Sumatera Selatan Instansi terkait:
memanfaatkan 2. Adanya kesepakatan -
fasilitas publik antara pemerintah dengan
- Biro Hukum dan Humas
sebagai interface 3 perusahaan telpon

Lampiran | 33
seluler untuk menyebarkan - instansi-instansi lainnya
SMS yang berisi informasi dilingkungan

PAGU
INDIKATIF
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN KETERLIBATAN INSTANSI
(Milyar
Rupiah)
mengenai bencana pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi vertikal
lainya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan
3. Program Penanganan Darurat Bencana Gempa bumi
1. Kajian Cepat Tersedianya hasil kajian cepat Instansi Utama : 0,2375
Bencana Gempa dan rekomendasi status darurat - BPBD
bumi bencana maksimal 1x 24 jam
sejak kejadian bencana Instansi terkait :
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Distamben
- instansi-instansi lainnya
dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi vertikal
lainya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan
2. Pencarian, 1. Maksimum 1x6 jam setelah Instansi Utama : 2,375
penyelamatan & kejadian bencana telah - BPBD
evakuasi memulai pelaksanaan tugas
2. Maksimum 3x24 jam Instansi terkait
setelah kejadian bencana, - instansi-instansi lainnya
telah selesai melakukan
dilingkungan
evakuasi semua korban
pemerintah Provinsi
selamat ke pusat kesehatan
Sumatera Selatan
3. Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana, - instansi-instansi vertikal
telah selesai lainya di wilayah
melaksanakan penguburan Provinsi Sumatera
Selatan
seluruh jenazah

3. Pemenuhan Maksimum 2x24 jam setelah Instansi Utama : 6,65


kebutuhan dasar kejadian bencana, logistik - BPBD
pangan, dasar telah sampai ke seluruh - Dinas Kesehatan
sandang, hunian titik pengungsian
- Dinas Sosial
sementara, -

Lampiran | 34
layanan
kesehatan, air Instansi terkait
bersih dan - Badan Ketahanan
sanitasi Pangan
- instansi-instansi lainnya
dilingkungan

PAGU
KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN
INSTANSI (Milyar
Rupiah)
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pemulihan 1. Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 6,65
darurat fungsi setelah kejadian bencana, - Dinas BMCK
prasarana dan telah diketahui status - Dinas Pengairan
sarana kritis seluruh fasilitas kritis yang
ada di daerah bencana
Instansi terkait
2. Maksimum 7x24 jam
- BPBD
setelah kejadian bencana,
telah dapat memfungsikan - Dinas Kesehatan
fasilitas kritis yang rusak - instansi-instansi
(baik secara permanen lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
ataupun temporer).
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Program Pemulihan Bencana Gempa bumi
1. Pengkajian Maksimal 10 hari setelah Instansi Utama : 0,57
kerusakan dan dikeluarkannya status darurat - BPBD
kerugian bencana telah dimiliki hasil - BAPPEDA
perhitungan kerusakan dan
kerugian (Damage and Losess Instansi terkait
Assessment = DALA). - Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas BMCK
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi

Lampiran | 35
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Penyusunan Perencanaan selesai paling Instansi Utama : 0,2375
rencana aksi lama 14 hari setelah - BPBD
rehabilitasi ditetapkannya status darurat - BAPPEDA
rekonstruksi bencana
Instansi terkait
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Pendidikan
PAGU
KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN INDIKATOR KEBERHASILAN
INSTANSI (Milyar
Rupiah)
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemulihan Terselenggaranya Rencana Instansi Utama : 6,65
prasarana Rehabilitasi Rekonstruksi - BPBD
sarana publik paling lama 6 bulan setelah
dan rekonstruksi kejadian bencana Instansi terkait
rumah warga - Dinas Kesehatan
korban bencana - Dinas Sosial
- Bappeda
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pemulihan Normalisasi kehidupan Instansi Utama : 7,125
kesehatan dan masyarakat korban selamat - Dinas Kesehatan
kondisi paling lama 6 bulan setelah - Dinas Sosial
psikologis kejadian bencana
Instansi terkait
- BPBD
- instansi-instansi

Lampiran | 36
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Tabel 6.8. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan


Instansi dan
Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Banjir

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Mitigasi Bencana Banjir
1. Penegakan Peraturan 1. Berkurangnya alih Instansi Utama: 3,5625
Lingkungan Hidup fungsi lahan pada - Dishutbun,
terkait pencegahan daerah kawasan - Bapedal
bencana banjir resapan (hutan, DAS,
hutan kota,taman kota,
Instansi terkait:
waduk, situ, dll)
2. Berkurangnya aktifitas - Dinas Pengairan,
ilegal di kawasan - BPBD
hutan - Disperindagkop dan
3. Berfungsinya lembaga UKM
adat untuk - Dinas Kelautan Dan
pengawasan fungsi Perikanan
hutan di 3 - instansi-instansi
Kabupaten/Kota lainnya dilingkungan
Prioritas untuk pemerintah Provinsi
pembangunan Sumatera Selatan
kesadaran publik akan - instansi-instansi
manfaat infrastruktur vertikal lainya di
pencegahan banjir wilayah Provinsi
pada zona prioritas Sumatera Selatan
bencana banjir

Lampiran | 37
2. Peningkatan Kapasitas Ditanamnya 10.000 Instansi Utama: 1,9
Daerah Resapan di batang tanaman keras - Dishutbun
Zona Prioritas PB yang produktif per tahun di - Bapedal
Banjir zona proritas banjir
Instansi terkait:
- BPBD
- Dinas Pengairan
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pembangunan 1. Peningkatan Instansi Utama: 3,8
Infrastruktur kapasitas dan - Dinas Pengairan
Pengendali Banjir dan pemeliharaan
Pengaman Lereng di drainase minimal di Instansi terkait:
Zona Prioritas PB 3 kabupaten/kota
- Bapedal
pada zona prioritas
Banjir - Bappeda
2. Normalisasi
sungaisungai di zona - BPBD
perioritas banjir - instansi-instansi
lainnya dilingkungan

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Program Kesiapsiaagaan Bencana Banjir
1. Pembangunan Sistem 1. Disampaikannya Instansi Utama: 2,375
Peringatan peringatan awal - Dinas Pengairan
Dini Bencana Banjir potensi banjir - BPBD
berdasarkan prakiraan
- Dishubkomintel
paling lambat 1x24 jam
sebelum kejadian
2. Disebarkannya Instansi terkait:
peringatan evakuasi - Bappeda
banjir berdasarkan - instansi-instansi lainnya
ketinggian muka air dilingkungan
sungai paling lambat pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
30 menit sebelum
- instansi-instansi vertikal

Lampiran | 38
landaan banjir lainya di wilayah
bandang tiba di Provinsi Sumatera
pemukiman di hulu Selatan
DAS
2. Gladi Posko Berkala Satu kali setahun Instansi Utama : 1,14
Prosedur Operasi terselenggara gladi - BPBD
Standar Peringatan posko berdasarkan POS
Dini dan Penanganan penangganan bencana Instansi terkait
Darurat Bencana banjir - Dinas Sosial
Banjir - Dinas Kesehatan
-
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Program Penanganan Darurat Bencana Banjir
1. Kajian Cepat Bencana Ditetapkannya status Instansi Utama : 0,7125
banjir darurat bencana maksimal - BPBD
1x3 jam sejak bencana
selesai Instansi terkait :
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Distamben
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pencarian, 1. Maksimum 1x3 jam Instansi Utama : 7,125
penyelamatan dan setelah kejadian - BPBD
evakuasi bencana selesai telah
memulai pelaksanaan Instansi terkait
tugas
- instansi-instansi
2. Maksimum 3x24 jam
lainnya dilingkungan
setelah kejadian
pemerintah Provinsi
bencana selesai, telah
Sumatera Selatan

Lampiran | 39
selesai mengirim - instansi-instansi
semua korban selamat vertikal lainya di
ke pusat wilayah Provinsi
kesehatan/pengungsi Sumatera Selatan
an
3. Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian
bencana selesai, telah
selesai melaksanakan
penguburan seluruh
jenazah
3. Pemenuhan Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 14,5
kebutuhan dasar setelah kejadian bencana - BPBD
pangan, sandang, selesai, logistik dasar - Dinas Kesehatan
hunian sementara, telah sampai ke seluruh
- Dinas Sosial
layanan kesehatan, air titik pengungsian
bersih dan sanitasi Instansi terkait
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pemulihan darurat 1. Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 6,65
fungsi prasarana dan setelah kejadian - Dinas Pengairan
sarana kritis bencana selesai, telah
diketahui status Instansi terkait
seluruh fasilitas kritis
- BPBD
yang ada di daerah
bencana - Dinas Kesehatan
2. Maksimum 7x24 jam - instansi-instansi
setelah kejadian lainnya dilingkungan
bencana selesai, telah pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
dapat memfungsikan - instansi-instansi
fasilitas kritis yang vertikal lainya di
rusak. wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

1. Program Pemulihan Bencana Banjir

Lampiran | 40
1. Pengkajian kerusakan 5 hari setelah Instansi Utama : 0,75
dan kerugian dikeluarkannya status - BPBD
darurat bencana telah - Bappeda
dimiliki hasil perhitungan
kerusakan dan kerugian
Instansi terkait
(Damage and Losess
Assessment = DALA). - Dinas Kesehatan
- Dinas Pengairan
- Dinas Sosial
-
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Penyusunan rencana Perencanaan selesai Instansi Utama : 0,2375
aksi rehabilitasi paling lama 7 hari setelah - BPBD
rekonstruksi ditetapkannya status - Bappeda
darurat bencana
Instansi terkait
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Pengairan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemulihan prasarana Terselenggaranya Instansi Utama : 23,75
sarana publik dan Rencana Rehabilitasi - Dinas Sosial
rekonstruksi rumah Rekonstruksi paling lama
warga korban bencana 3 bulan setelah kejadian Instansi terkait
bencana - BPBD
- Bappeda
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan

Lampiran | 41
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pemulihan kesehatan Normalisasi kehidupan Instansi Utama : 7,125
dan kondisi psikologis masyarakat korban - Dinas Kesehatan
selamat paling lama 3 - Dinas Sosial
bulan setelah kejadian
bencana Instansi terkait
- BPBD
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Tabel 6.9. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan Instansi


dan Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Api

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Kesiapsiagaan Bencana Gunung Api

1. Pembangunan Shelter Tersedianya 2 shelter Instansi Utama 3,8


Pengungsian untuk sementara di lokasi - Dinas PU
masyarakat di Zona pengungsian berjarak 30 - BPBD
Prioritas bencana km pada Zona Prioritas
gunung api PB Gunung Api
Instansi Terkait :
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di

KEGIATAN INDIKATOR KETERLIBATAN PAGU

Lampiran | 42
INDIKATIF
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

2. Pembangunan Sistem 1. Disampaikannya Instansi Utama: 1,14


Peringatan Dini Multi peringatan - Dishubkomintel
Bencana Fase-1 berdasarkan - BPBD
perubahan status
gunung api dari status
Instansi Terkait:
SIAGA
2. Disebarkannya - Dinsos
peringatan - Dinas Kesehatan
evakuasi Gunung - Instansi-instansi
Api berdasarkan pemerintah lainnya di
pada seluruh lingkungan Pemerintah
masyarakat di Provinsi Sumatera
daerah perkiraan Selatan
landaan bencana. - Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Penyusunan dan 1. Adanya Pergub Instansi Utama: 0,475
Penetapan Rencana tentang standar umum - BPBD
Evakuasi di Zona penyusunan rencana - Bappeda
Prioritas evakuasi daerah,
- Biro hukum
Penanggulangan 2. Tersusunnya rencana
Bencana (Bencana evakuasi gunung api
Instansi Tterkait:
Gempa bumi, Gunung tingkat kabupaten/kota
- BASARDA
Api dan Banjir)
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Gladi Posko Berkala Diadakannya Gladi Posko Instansi Utama : 1,14
Prosedur Operasi Peringatan Dini dan - BPBD
Standar Peringatan Penanganan Darurat
Dini dan Penanganan Bencana Letusan Gunung Instansi Terkait :
Darurat Bencana Api minimal sekali - Dinas Kesehatan
gunung api setahun. - Dinas Sosial
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah

Lampiran | 43
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
5. Simulasi Evakuasi Diadakannya simulasi Instansi Utama : 1,425
Masyarakat terhadap evakuasi dan tanggap - BPBD
Bencana Gunung Api darurat gunung api antara
masyarakat dan Instansi Terkait
pemerintah minimal satu - Dinas Kesehatan
tahun sekali. - Dinas Sosial
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
6. Peningkatan kapasitas 1. Terbangunnya jalur Instansi Utama : 2,375
prasarana sarana evakuasi baru minimal - Dinas PU
evakuasi masyarakat 10 km/tahun
dalam wilayah kerja 2. Pemeliharaan jalur Instansi Terkait
provinsi evakuasi minimal 100 - Bappeda
km/tahun. - Bapedal
- BPBD
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 44
7. Penelitian ilmiah 5 buah Riset ilmiah yang Instansi Utama : 2,375
potensi dan mitigasi mengkaji potensi dan - BPBD
Gunung Api mitigasi bencana gunung
api Instansi Terkait
- Bappeda
- Bapedal
- Perguruan Tinggi
- Instansi-instansi

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

2. Program Penanganan dan Pemulihan Awal Bencana Gunung Api


1. Kajian Cepat Bencana Tersedianya hasil kajian Instansi Utama : 0,2375
gunung api cepat dan rekomendasi - BPBD
status darurat bencana
maksimal 1x 24 jam sejak Instansi Terkait :
kejadian bencana - Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Distamben
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pencarian, 1. Maksimum 1x6 jam Instansi Utama : 0,712
penyelamatan dan setelah kejadian - BPBD
evakuasi bencana telah
memulai pelaksanaan Instansi Terkait
tugas
- Instansi-instansi
2. Maksimum 3x24 jam
pemerintah lainnya di
setelah kejadian

Lampiran | 45
bencana, telah selesai lingkungan Pemerintah
melakukan evakuasi Provinsi Sumatera
semua korban selamat Selatan
ke pusat kesehatan - Instansi-instansi
3. Maksimum 7x24 jam vertikal lainnya di
setelah kejadian Wilayah Provinsi
bencana, telah selesai Sumatera Selatan
melaksanakan
penguburan seluruh
jenazah.

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
3. Pemenuhan Maksimum 2x24 jam Instansi Utama : 12,35
kebutuhan dasar setelah kejadian bencana, - BPBD
pangan, sandang, logistik dasar telah - Dinas Kesehatan
hunian sementara, sampai ke seluruh titik - Dinas Sosial
layanan kesehatan, air pengungsian
bersih dan sanitasi Instansi Terkait
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pemulihan darurat 1. Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 3,8
fungsi prasarana dan setelah kejadian - BPBD
sarana kritis bencana, telah -
diketahui status
- Dinas Pengairan
seluruh fasilitas kritis
yang ada di daerah
bencana Instansi Terkait
2. Maksimum 7x24 jam - Dinas Kesehatan
setelah kejadian - Instansi-instansi
bencana, telah dapat pemerintah lainnya di
memfungsikan lingkungan Pemerintah
fasilitas kritis yang Provinsi Sumatera
rusak (baik secara Selatan
permanen ataupun - Instansi-instansi
temporer). vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 46
3. Program Pemulihan Bencana Gunung Api
1. Pengkajian kerusakan Maksimal 10 hari setelah Instansi Utama : 0,7125
dan kerugian dikeluarkannya status - BPBD
darurat bencana telah - Bappeda
dimiliki hasil perhitungan
kerusakan dan kerugian
Instansi Terkait
(Damage and Losess
Assessment = DALA). - Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
-
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
-
2. Penyusunan rencana Perencanaan selesai Instansi Utama : 0,2375
aksi rehabilitasi paling lama 14 hari - BPBD
rekonstruksi setelah ditetapkannya - Bappeda
status darurat bencana
Instansi Terkait
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
 Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 47
3. Pemulihan prasarana Terselenggaranya Instansi Utama : 125
sarana publik dan Rencana Rehabilitasi -
rekonstruksi rumah Rekonstruksi paling lama
warga korban bencana 6 bulan setelah kejadian Instansi Terkait
bencana - BPBD
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Bappeda
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

4. Pemulihan kesehatan Normalisasi kehidupan Instansi Utama : 1,425


dan kondisi psikologis masyarakat korban - Dinas Kesehatan
selamat paling lama 6 - Dinas Sosial
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
bulan setelah kejadian
bencana Instansi Terkait
- BPBD
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi vertikal
lainnya di Wilayah
Provinsi
Sumatera Selatan

Tabel 6.10. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan


Instansi dan Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Longsor Lahan dan
Gerakan Tanah

Lampiran | 48
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Mitigasi Bencana Tanah Longsor
1. Penegakan Peraturan 1. Penindakan bagi aktifitas Instansi Utama:
Lingkungan Hidup penebangan - Bapedal 2,375
terkait pencegahan liar, termasuk
bencana banjir dan pembakaran hutan dan Instansi Terkait:
longsor aktivias perusakan
- BPBD
lingkungan lainnya
2. Adanya institusi yang - Dishutbun
diproses ke pengadilan. - Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi vertikal
lainnya di Wilayah
Provinsi
Sumatera Selatan
2. Peningkatan Kapasitas 1. Ditanamnya 10.000 Instansi Utama: 4,275
Daerah Batang tanaman keras - Dishutbun
Resapan di Zona di daerah rawan longsor - Bapedal
Prioritas PB Banjir dan di Zona Prioritas PB
Daerah Rawan Banjir
Instansi Terkait:
Longsor di Zona 2. 3 Kawasan rawan
Prioritas PB Banjir - Instansi-instansi
longsor dibuat
pemerintah lainnya di
terasering di zona
lingkungan Pemerintah
prioritas PB Banjir.
Provinsi Sumatera

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
3. Terpetakannya dam Selatan
alami sementara - Instansi-instansi
potensi di hulu sungai di vertikal lainnya di
Zona Prioritas PB Banjir. Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pengembangan 1. Tersedianya Peta DAS Instansi Utama: 3,325
inovasi teknologi detail untuk - Dinas Perairan
untuk pencegahan sungaisungai potensi - Dishutbun
bencana Longsor banjir bandang di Zona - Bapedal
berdasarkan kajian Prioritas PB Banjir.
risiko bencana 2. Adanya hasil penelitian
Instansi Terkait:
tentang inovasi teknologi
yang dilakukan pada - BPBD
kawasan berisiko longsor - Instansi-instansi
minimal 2 publikasi/tahun pemerintah lainnya di

Lampiran | 49
3. Adanya Penerapan hasil lingkungan Pemerintah
teknologi terhadap Provinsi Sumatera
pencegahan longsor Selatan
pada sungai-sungai - Instansi-instansi
potensi banjir bandang di vertikal lainnya di
Zona Prioritas PB Wilayah Provinsi
Banjir Sumatera Selatan
4. Pembangunan 1. Pembangunan 3 talud di Instansi Utama: 7,125
Infrastruktur daerah potensi erosi - Dinas Pengairan
Pengendali Banjir tebing sungai pada Zona
dan Pengaman Prioritas PB Banjir Instansi Terkait:
Lereng di Zona 2. Pembuatan 4 km
- BPBD
Prioritas PB Banjir drainase di bawah
daerah potensi longsor - Bapedal
tebing pada sungai di -
Zona Prioritas PB Banjir. - Bappeda
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Program Penanganan Darurat Bencana Tanah Longsor
1. Kajian Cepat Bencana Ditetapkannya status Instansi Utama : 0,3725
longsor darurat bencana maksimal BPBD
1x3 jam sejak bencana
selesai Instansi Terkait :
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Dishubkomintel

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 50
2. Pencarian, 1. Maksimum 1x3 jam Instansi Utama : 1,14
penyelamatan dan setelah kejadian - BPBD
evakuasi bencana selesai telah
memulai pelaksanaan Instansi Terkait
tugas
- Dinas Sosial
2. Maksimum 3x24 jam
setelah kejadian - Dinas Kesehatan
bencana selesai, telah - Instansi-instansi
selesai mengirim pemerintah lainnya di
semua korban selamat lingkungan Pemerintah
ke pusat Provinsi Sumatera
kesehatan/pengungsia Selatan
n - Instansi-instansi
3. Maksimum 7x24 jam vertikal lainnya di
setelah kejadian Wilayah Provinsi
bencana selesai, telah Sumatera Selatan
selesai melaksanakan
penguburan seluruh
jenazah

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
3. Pemenuhan Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 1,14
kebutuhan dasar setelah kejadian bencana - BPBD
pangan, sandang, selesai, logistik dasar telah - Dinas Kesehatan
hunian sementara, sampai ke seluruh titik
- Dinas Sosial
layanan kesehatan, pengungsian
-
air bersih dan sanitasi
Instansi Terkait
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 51
4. Pemulihan darurat 1. Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 1,425
fungsi prasarana & setelah kejadian - BPBD
sarana kritis bencana, telah -
diketahui status
seluruh fasilitas kritis
Instansi Terkait
yang ada di daerah
bencana - Dinas Kesehatan
2. Maksimum 7x24 jam - Dinas Pendidikan
setelah kejadian - Instansi-instansi
bencana, telah dapat pemerintah lainnya di
memfungsikan lingkungan Pemerintah
fasilitas kritis yang Provinsi Sumatera
rusak (baik secara Selatan
permanen ataupun - Instansi-instansi
temporer). vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
1. Program Pemulihan Bencana Tanah Longsor
1. Pengkajian kerusakan 5 hari setelah Instansi Utama : 0,2375
dan kerugian dikeluarkannya status - BPBD
darurat bencana telah - BAPPEDA
dimiliki hasil perhitungan
kerusakan dan kerugian
Instansi Terkait
(Damage and Losess
Assessment = DALA). - Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
-
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 52
2. Penyusunan rencana Perencanaan selesai Instansi Utama : 0,2375
aksi rehabilitasi paling lama 7 hari setelah - BPBD
rekonstruksi ditetapkannya status - Bappeda
darurat bencana
Instansi Terkait
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
-
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemulihan prasarana Terselenggaranya Instansi Utama : 7,125
sarana publik dan Rencana Rehabilitasi -
rekonstruksi rumah Rekonstruksi paling lama
warga korban 3 bulan setelah kejadian Instansi Terkait
bencana bencana - BPBD
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Bappeda
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 53
4. Pemulihan kesehatan Normalisasi kehidupan Instansi Utama : 1,425
dan kondisi psikologis masyarakat korban - Dinas Kesehatan
selamat paling lama 3 -
bulan setelah kejadian - Dinas Sosial
bencana Instansi Terkait
- BPBD
-
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Tabel 6.11. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan


Instansi dan Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Kekeringan

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Mitigasi Bencana Kekeringan

1. Perkuatan Aturan Menjaga stabilitas kualitas Instansi Utama: 1,14


Tata Ruang dan dan kapasitas daerah - Bappeda
Pengembangan di serapan hutan kota dan - Bapedal
Kawasan Domestik jalur hijau - Dinas Kehutanan dan
dan Industri Perkebunan

Instansi Terkait
- BPBD
-
- Disperindagkop dan
UKM
- Biro Adm dan
Pembangunan
- Biro Hukum dan
Humas
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera

KEGIATAN INDIKATOR KETERLIBATAN PAGU


KEBERHASILAN INSTANSI INDIKATIF
(Milyar

Lampiran | 54
Rupiah)
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Penerapan Teridentifikasinya Instansi Utama: - 0,475
Mekanisme Perizinan peningkatan pajak air tanah
dan Pungutan Pajak dalam dengan Distamben
bagi Pengambilan Air penambahan eksploitasi - Bapedal
Tanah Dalam bagi debit air tanah dalam - Disperindagkop dan
Industri tahunan. UKM

Instansi Terkait :
- BPBD
- BP2TSP
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pembangunan Adanya MOU antara Instansi Utama: 0,2375
mekanisme perusahaan penyuplai air - BPBD
kerjasama dengan minum dan pemerintah -
perusahaan daerah tentang mekanisme
untuk distribusi air penyuplaian air bersih pada
Instansi terkait :
bersih di daerah kawasan yang dilanda - Disperindagkop dan
rentan kekeringan. UKM
- Dinas Kesehatan
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Program Penanganan Darurat Bencana Kekeringan
1. Pemenuhan Maksimum 1x6 jam setelah Instansi Utama : 2,375
kebutuhan dasar titik puncak kekeringan, - Dinas Kesehatan
layanan Bantuan tanki air bersih -
kesehatan, air portabel telah sampai
bersih dan sanitasi diseluruh titik hidran umum
Instansi terkait :
yang telah ditetapkan

Lampiran | 55
- BPBD
- Dinas Sosial

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
-
- Instansi-instansi
pemerintah lainnya di
lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera
Selatan
- Instansi-instansi
vertikal lainnya di
Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemulihan Bencana Kekeringan
2. Pengkajian 3 hari setelah Instansi Utama : 0,2375
kerusakan dan dikeluarkannya status - BPBD
kerugian darurat bencana telah - Bappeda
dimiliki hasil perhitungan
kerusakan dan kerugian
Instansi terkait
(Damage and Losess
Assessment = DALA). - Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Pengairan
-
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemulihan kesehatan Normalisasi kehidupan Instansi Utama : 1,45
dan kondisi masyarakat korban - Dinas Kesehatan
psikologis kekeringan paling lama 1 -
bulan setelah kejadian - Dinas Sosial
bencana

Instansi terkait
- BPBD
-
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan

Lampiran | 56
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
Tabel 6.12. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan
Instansi dan Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Puting Beliung

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana Puting Beliung

1. Pengembangan 1. Terpetakannya daerah Instansi Utama: 1,9


Inovasi Teknologi potensi ancaman - BPBD
Untuk Deteksi Dini puting beliung paling - Dishubkomintel
Potensi Bencana lama 1x24 jam
Puting Beliung sebelum kejadian
Instansi Terkait :
bencana
2. Digunakannya jaringan - MAA
informasi kebencanaan - instansi-instansi
terpusat dalam lainnya dilingkungan
penyebaran peringatan pemerintah Provinsi
dini ancaman puting Sumatera Selatan
beliung. - instansi-instansi
3. Masyarakat mampu vertikal lainya di
mengetahui wilayah Provinsi
tandatanda alam Sumatera Selatan
sebagai peringatan
lokal kejadian
PutingBeliung
berdasarkan kearifan
lokal yang ada.

2. Program Penanganan dan Pemulihan Bencana Puting Beliung

1. Kajian Cepat Bencana Ditetapkannya status Instansi Utama : 0,095


badai/puting beliung darurat bencana maksimal - BPBD
1x3 jam sejak laporan
terjadinya bencana Instansi terkait :
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Distamben
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi

Lampiran | 57
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pencarian, Maksimum 1x3 jam setelah Instansi Utama : 0,2375
penyelamatan dan kejadian bencana, - BPBD
evakuasi penduduk di daerah
terpapar telah berada di Instansi terkait
lokasi evakuasi yang telah
- instansi-instansi
dipersiapkan
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemenuhan Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 0,2375
kebutuhan dasar setelah kejadian bencana, - BPBD
pangan, sandang, logistik dasar telah sampai - Dinas Kesehatan
hunian sementara, ke seluruh titik - Dinas Sosial
layanan kesehatan, pengungsian
air bersih dan Instansi terkait
sanitasi -
- Badan Ketahanan
Pangan
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 58
4. Pemulihan darurat Maksimum 3x24 jam Instansi Utama : 0,75
fungsi prasarana dan setelah kejadian bencana -
sarana kritis selesai, telah dapat - Dinas Pengairan
memfungsikan fasilitas
kritis yang rusak . Instansi terkait
- BPBD
- Dinas Kesehatan
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

3. Program Pemulihan Bencana Puting Beliung


1. Pengkajian 3 hari setelah Instansi Utama : 0,1425
kerusakan dan dikeluarkannya status - BPBD
kerugian darurat bencana telah - Bappeda
dimiliki hasil perhitungan
kerusakan dan kerugian Instansi terkait
(DALA). - Dinas Kesehatan

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
- Dinas Pengairan
- Dinas Sosial
-
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 59
2. Penyusunan rencana Perencanaan selesai paling Instansi Utama : 0,1475
aksi rehabilitasi lama 5 hari setelah - BPBD
rekonstruksi ditetapkannya status - Bappeda
darurat bencana
Instansi terkait
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
-
- Dinas Pengairan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
3. Pemulihan prasarana Terselenggaranya Instansi Utama : 1,425
sarana publik dan Rencana Rehabilitasi -
rekonstruksi rumah Rekonstruksi paling lama 1 - Dinas Sosial
warga korban bulan setelah kejadian
bencana bencana Instansi terkait
- BPBD
- Bappeda
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Pemulihan kesehatan Normalisasi kehidupan Instansi Utama : 0,47
dan kondisi masyarakat korban selamat - Dinas Kesehatan
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
psikologis paling lama 1 bulan setelah -
kejadian bencana - Dinas Sosial

Instansi terkait
- BPBD
-
- instansi-instansi lainnya
dilingkungan

Lampiran | 60
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi vertikal
lainya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan

Tabel 6.13. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan


Instansi dan Pagu Indikatif untuk Penangulangan Kejadian Luar Biasa

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Mitigasi Bencana KLB

1. Pemetaan Wilayah Ketersedian dokumen Instansi Utama: 0,475


KLB sebagai Deteksi pemetaan wilayah rentan - Dinkes
Dini KLB setiap potensi - Dinas Kesehatan
kejadian Hewan dan
Peternakan
- Dinas Pertanian THP

Instansi Terkait :
- BPBD
-
- Dinas Sosial
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)

Lampiran | 61
2. Penyebarluasan 1. Tersedianya 50 kader Instansi Utama : - 0,475
informasi potensi kesehatan terlatih di Dinkes
kejadian luar biasa setiap kabupaten. - Dinas Kesehatan
musiman 2. Pembuatan 2300 poster Hewan dan
KIE untuk seluruh Peternakan
potensi kejadian luar - Dinas Pertanian THP
biasa musiman.
3. Penyebarluasan
informasi melalui media Intansi Terkait :
cetak dan elektronik 2 - BPBD
kali perbulan - instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Program Penanganan Darurat Bencana KLB
1. Kajian Cepat Ditetapkannya status Instansi Utama : 1,3
Bencana KLB darurat bencana - BPBD
berdasarkan kriteria dasar
KLB Instansi terkait :
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- Dinas Kesehatan
Hewan dan
Peternakan
- Dinas Pertanian THP
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Pencarian, Maksimum 3x24 jam Instansi Utama : 1,9
penyelamatan dan setelah penetapan status - BPBD
Karantina KLB, seluruh penduduk
terpapar di daerah Instansi terkait :
karantina telah
- Dinas Kesehatan
diidentifikasi
tingkat keterpaparannya - Dinas Kesehatan
Hewan dan
Peternakan
- Dinas Pertanian THP
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi

Lampiran | 62
PAGU
INDIKATOR INDIKATIF
KEGIATAN KETERLIBATAN INSTANSI
KEBERHASILAN (Milyar
Rupiah)
Sumatera Selatan
- instansi-instansi vertikal
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan
3. Pemenuhan Maksimum 1x24 jam Instansi Utama : 4,75
kebutuhan dasar setelah penetapan status - Dinas Kesehatan
layanan kesehatan KLB, logistik dasar - Dinas Sosial
pelayanan kesehatan telah
sampai ke seluruh pusat
Instansi Pendukung
penanganan KLB
- BPBD
-
- instansi-instansi lainnya
dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi vertikal
lainnya di wilayah
Provinsi Sumatera
Selatan

Tabel 6.13. Sandingan Program, Kegiatan, Indikator Keberhasilan, Keterlibatan


Instansi dan Pagu Indikatif untuk Penanggulangan Bencana Kegagalan Teknologi
dan Kebakaran

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
1. Program Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi dan Kebakaran
1. Penguatan Aturan Pemberlakuan aturan Instansi Utama: - 1,425
Tata Ruang dan standar aksesibilitas Bapedal
Pengembangan di pemadam kebakaran pada - Bappeda
Kawasan Domestik daerah domestik, hotel dan
dan Industri kawasan industri yang baru Instansi terkait :
dibangun - BPBD
-
- Biro Administrasi
Pembangunan
- Biro Hukum dan
Humas
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi

Lampiran | 63
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
2. Ketersediaan sarana 1. Terwujudnya Waktu Instansi Utama : 47,5
dan prasarana Respon Pasukan - DPKKA
pemadam kebakaran Pemadam Kebakaran - BPBD
dan bencana paling lama 30 menit
kegagalan teknologi setelah pengaduan Instansi terkait :
masyarakat diterima
- Bapedal
2. Terbentuknya 1 (satu)
kelompok - Dinas Perindagkop
masyarakat/relawan UKM
yang peduli bencana - Dishutbun
kebakaran dan - instansi-instansi
kegagalan teknologi di lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
setiap daerah rawan
Sumatera Selatan
bencana kebakaran dan
- instansi-instansi
kegagalan tehnologi
vertikal lainnya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
2. Program Kesiapsiagaan Bencana Kegagalan Teknologi dan Kebakaran
1. Simulasi Evakuasi Dilaksanakannya latihan Instansi Utama : 1,425
Masyarakat bersama kebakaran dan - BPBD
terhadap Bencana bencana kegagalan
Kebakaran dan teknologi 1 kali setahun Instansi terkait
Kegagalan bagi masyarakat yang
- Dinas Sosial
Teknologi berada di wilayah rawan.
- Dinas Kesehatan
- Dishubkomintel
- Dishutbun
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan

Lampiran | 64
3. Program Penanganan Darurat Bencana Kegagalan Teknologi dan Kebakaran
1. Kajian Cepat Bencana Pasukan penanganan Instansi Utama : 0,285
kebakaran/kegagalan bencana - BPBD
teknologi kebakaran/kegagalan
teknologi telah tiba dilokasi Instansi terkait :
kejadian paling lama 30 - Dinas Sosial
menit setelah laporan -
kejadian yang diverifikasi - Dinas Kesehatan
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
PAGU
INDIKATOR KETERLIBATAN INDIKATIF
KEGIATAN
KEBERHASILAN INSTANSI (Milyar
Rupiah)
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan -
2. Pencarian, Lokalisasi dampak Instansi Utama : 1,425
penyelamatan dan kejadian, hingga tidak - BPBD
evakuasi terjadi penyebaran
kebakaran maupun Instansi terkait
dampak kegagalan - instansi-instansi
teknologi lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi
vertikal lainya di
wilayah Provinsi
Sumatera Selatan
4. Program Pemulihan Bencana Kegagalan Teknologi dan Kebakaran
1. Pengkajian Paling lama 1 jam setelah Instansi Utama : 0.19
kerusakan dan berakhirnya kejadian, telah - BPBD
kerugian teridentifikasi total jiwa - Bapedal
terpapar kejadian dan total
kerugian materi dari
Instansi terkait
kejadian
(Damage and Losess - Dinas Kesehatan
Assessment = DALA). - Dinas Sosial
- Dinas Pendidikan
- Dishubkomintel
- instansi-instansi
lainnya dilingkungan
pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan
- instansi-instansi

Lampiran | 65
vertikal lainya di
wilayah Sumsel

Lampiran | 66

Anda mungkin juga menyukai