Anda di halaman 1dari 9

JSI 3 (1) (2014)

Jurnal Sastra Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

WATAK DAN PERILAKU TOKOH JUMENA MARTAWANGSA DALAM


NASKAH DRAMA SUMUR TANPA DASAR KARYA ARIFIN C. NOER

Muhammad Imam Turmudzi  Mukh. Doyin dan Mulyono

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan watak dan perilaku tokoh Jumena yang menjadi pemantik
Diterima April 2014 konflik, faktor yang mempengaruhi perilaku tokoh Jumena, dan fungsi tokoh Jumena sebagai
Disetujui Mei 2014 pemantik konflik. Pendekatan psikologi sastra berfokus pada teori antarpribadi Schutz, dan teori
Dipublikasikan Juni 2014 perilaku Jalaluddin Rakhmat. Menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan Sumber data berupa
________________ naskah drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer. Hasil penelitian menunjukan berbagai
Keywords: macam watak dan perilaku tokoh Jumena yang menjadi pemantik konflik, faktor yang
Character; behavior; mempengaruhi perilaku tokoh Jumena, dan fungsi tokoh Jumena sebagai pemantik konflik dalam
character function; lighters naskah drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer.
conflct.
____________________ Abstract
___________________________________________________________________
The research objectives were to describe the character and behavior of leaders who became lighter Jumena
conflict, the factors that influence the behavior Jumena figures, and functions as a lighter character Jumena
conflict. The approach focuses on the psychology literature Schutz interpersonal theory and behavioral theory
Jalaluddin Rahmat. Using a qualitative descriptive method of data sources in the form of a play well without
basic work Arifin C. Noer. The results showed a wide range of character and behavior of leaders who became
lighter Jumena conflict, the factors that influence the behavior of leaders Jumena, and functions as a lighter
character Jumena conflict plays well without basic work Arifin C. Noer.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: resilafamido@gmail.com

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan wujud dari modal awal pembentukan aktivitas kejiwaan para
kejiwaan dan pemikiran pengarang. Dalam tokoh. Aktivitas kejiwaan para tokoh dalam
proses berkarya tersebut, pengarang karya sastra sangat menarik untuk dijadikan
menggunakan cipta, rasa, dan karsa sebagai

1
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

objek kajian psikologi sastra. Roekhan (dalam lakon mereka tentang kehidupan kelas
Aminuddin 2002:91). menengah. Oleh karena itu drama dapat
Drama merupakan salah satu bentuk karya diartikan sebagai perbuatan atau tindakan.
yang menjadi perwujudaan kejiwaan dan Menurut Waluyo (2002:2) naskah drama
pemikiran pengarang di samping novel, puisi, adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar
dan cerpen. Selain memiliki elemen-elemen yang dengan prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa
sama dengan novel dan cerpen seperti halnya maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk
dengan tokoh, alur, watak, dan tema Luxembrug sendiri yaitu ditulis dalam bentuk dialog yang
(1984:158). Drama sebagai naskah lakon didasarkan atas konflik batin dan mempunyai
mengandung rangkaian konflik manusia dan kemungkinan dipentaskan.
persoalan-persoalan tersebut dapat mengangkat Tokoh dan penokohan merupakan unsur
persoalan keseharian ataupun persoalan yang yang paling penting dalam sebuah karya sastra
merupakan imajinasi pengarang yang dituangkan khususnya naskah drama. Pengarang dalam
dalam naskah yang dibuatnya Waluyo (2002:2). karyanya berupa naskah drama selalu
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan menunjukan kepada penikmat karyanya
masalah yang dihasilkan peneliti sebagai berikut: mengenai manusia dengan segala kehidupannya.
(1) Bagaimanakah watak tokoh Jumena Manusia yang diperankan oleh tokoh dalam
Martawangsa sebagai pemantik konflik, (2) suatu karya sastra mempunyai kehidupan sendiri
Bagaimanakah perilaku tokoh Jumena sesuai dengan peranannya. Fungsi tokoh dalam
Martawangsa dapat berperan menjadi pemantik cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konflik, (3) Faktor apa sajakah yang tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral
mempengaruhi perilaku tokoh Jumena adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa
Martawangsa, (4) Bagaimanakah fungsi tokoh dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi
Jumena Martawangsa dalam naskah drama dua, yaitu. Tokoh sentral protagonis dan tokoh
Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer sebagai sentral antagonis. Tokoh sentral protagonis
pemantik konflik. adalah tokoh yang membawakan perwatakan
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
mendeskripsikan watak dan perilaku tokoh Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang
Jumena Martawangsa sebagai pemantik konflik, membawakan perwatakan yang bertentangan
faktor yang mempengaruhi perilaku serta fungsi dengan protagonis atau menyampaikan nilai-
tokoh Jumena Martawangsa sebagai pemantik nilai negatif.
konflik. Menurut Abram (dalam Nurgiantoro
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh 2005:165) tokoh cerita adalah orang yang
Ika Sinta Dewi (2001) dengan judul ”Perwatakan ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
dan Perilaku Tokoh Utama Wanita dalam Novel drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
Tirai Menurun Karya NH Dini”. Penelitian ini kualitas moral dan kecenderungan tertentu
menggunakan teori tingkah laku antarpribadi. seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
Pemasalahan yang diangkat dalam novel Tirai yang dilakukan dalam tindakan. Menurut
Menurun karya NH Dini yaitu watak, perilaku, Aminuddin (2002:82) selain terdapat tokoh
serta faktor yang mempengaruhi perilaku tokoh utama dan tokoh tambahan ada juga ragam
utama. tokoh yang lain. Ragam tokoh yang lain tersebut
Secara etimologi, drama berasal dari adalah (1) simple character (sederhana), (2) complex
bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat’, character (kompleks), (3) pelaku dimanis, dan (4)
‘berlaku’, ‘bertindak’, atau ‘beraksi’. Soemanto pelaku statis.
(dalam Dewojati 2010:7), berpendapat bahwa Penokohan adalah pelukisan, gambaran
istilah tersebut mengacu pada drame, sebuah kata yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dari bahasa Perancis yang diambil oleh Diderot dalan sebuah cerita Jones (dalam Nurgiyantoro
dan Beumarchaid untuk menjelaskan lakon- 2005:165). Pendapat ini hampir sejalan dengan

2
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

pendapat Aminuddin (2002:79) bahwa Tipe-tipe perilaku Inklusi. Inklusi adalah


penokohan adalah cara pengarang menampilkan rasa saling memiliki dalam satu situasi kelompok.
tokoh. Kebutuhan yang mendasari adalah hubungan
Baribin (1985:55) menyatakan ada dua yang memuaskan dengan orang lain (Sarwono
macam cara memperkenalkan tokoh dan 2002:151).
perwatakan tokoh dalam fiksi, yakni. Secara Sarwono (2002:153) membagi tipe-tipe
Analitik, penggambaran penokohan secara perilaku inklusi menjadi tiga, yaitu (1) perilaku
analitik yaitu pengarang secara langsung kurang sosial (under social behavior), (2) perilaku
memaparkan tentang watak atau karakter tokoh. sosial (social behavior), (3) perilaku terlalu sosial
Secara Dramatik, penokohan secara dramatik (over social behavior).
adalah penggambaran perwatakan yang tidak Tipe-Tipe Perilaku Kontrol. Kontrol
diceritakan secara langsung. adalah aspek pembuatan keputusan dalam
Psikologi sebagai psikologi filsafat hubungan antarpribadi. Hubungan yang
menurut Plato (dalam Kartono 1996:2) berarti mendasariya adalah keinginan untuk menjaga
ilmu jiwa manusia. Berbeda dengan psikologi dan mempertahankan hubungan yang
yang ditinjau dari segi ilmu bahasa merupakan memuaskan bersama orang lain dalam kaitannya
suatu bentuk pengembangan dari kata psychology. dengan wewenang dan kekuasaan (Sarwono
Psikologi barasal dari kata psyche yang diartikan 2002:151).
dengan jiwa, dan kata logos yang diartikan ilmu Sarwono (2002:154) membagi tipe-tipe perilaku
atau ilmu pengetahuan. Sehingga dengan kontrol menjadi empat, yakni (1) perilaku
demikian psikologi diartikan sebagai ilmu abdikrat (abdicrat behavior), (2) perilaku otokrat
pengetahuan mengenai jiwa atau ilmu tentang (autocrat behavior), (3) perilaku demokrat, (4)
jiwa (Walgito, 1990:1). perilaku patalogik dan tipe kontrol.
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang Tipe Perilaku Afeksi. Sarwono (2002:152)
memandang sastra sebagai aktivitas kejiwaan menyatakan afeksi adalah mengembangkan
(Endraswara 2003:96). Psikologi mengenal karya keterkaitan emosianal dengan orang lain.
sastra sebagai pantulan kejiwaan, dan pengarang Kebutuhan dasarnya adalah hasrat untuk disukai
akan menagkap gejala kejiwaan itu kemudian atau dicintai. Ekspresi tingkah lakunya bisa
diolah ke dalam teks yang dilengkapi dengan ekspterif (bervariasi dan terkesan sampai cinta)
kejiwaan. dan bisa juga negatif (berfariasi dan tidak sampai
FIRO singkatan dari Fundamental benci).
Interpersonal Relation Orientation (Orientasi dasar Sarwono (2002:154) membagi tipe-tipe
dari hubungan-hubungan antarpribadi). Teori ini perilaku afeksi menjadi empat, yaitu (1) perilaku
dikemukakan oleh Schutz dan pada dasarnya kurang pribadi (under personal behavior), (2)
mencoba menerangkan perilaku-perilaku perilaku terlalu pribadi (over personal behavior), (3)
antarpribadi dalam kaitannya dengan orientasi perilaku pribadi (personal behavior), dan (4)
atau pandangan masing-masing individu kepada perilaku patalogik.
individu lainya. Ide pokonya adalah bahwa Faktor yang mempengaruhi perilaku
setiap orang mengorientasikan dirinya kepada manusia ada dua (Rakhmat 2008:32) yaitu faktor
orang lain dengan cara tertentu atau khas dan personal dan faktor situasional. Faktor personal
faktor ini merupakan faktor utama yang meliputi faktor biologis dan faktor
mempengaruhi perilakunya dalam hubungan sosiopsikologis yang dibagi menjadi tiga
antarpribadi (Sarwono 2002:147). komponen, yaitu komponen afektif, komponen
Berdasarkan tiga kebutuhan antarpribadi kognitif, dan komponen konatif. Sedangkan
tersebut, Schutz (dalam Sarwono 2002:152-155) faktor situasional meliputi faktor ekologi, faktor
menggolongkan tipe-tipe perilaku antarpribadi rancangan dan arsitektural, faktor temporal,
sebagai berikut. faktor suasana perilaku, faktor teknologi, faktor
sosial, faktor lingkungan psikososial, faktor

3
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

stimulasi yang mendorong dan memperteguh fungsi tokoh Jumena sebagai pemantik konflik
perilaku, dan faktor budaya. dalam naskah drama Sumur Tanpa Dasar karya
Faktor Personal. Rakhmat (2008:32) menyatakan Arifin C. Noer. Sumur Tanpa Dasar merupakan
bahwa faktor-faktor yang berasal dari dalam naskah drama karya Arifin C Noer. Naskah ini
individu itu sendiri. Faktor-faktor yang personal dicetak pertama kalinya pada tahun 1989 dan
meliputi, (1) faktor biologis, (2) faktor diterbitkan oleh PT Pustaka Utama Grafiti,
sosiopsikologis. dengan tebal 168 halaman.
Faktor biologis adalah faktor yang Teknik pengumpulan data yang
ditentukan oleh warisan biologisnya atau struktur digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
genetisnya. Faktor biologis ini misalnya adalah dokumentasi dan teknik observasi.
kebutuhan akan makan dan minum dan istirahat Pendokumentasian dan observasi dalam
, kebutuhan akan seksual, dan kebutuhan akan penelitian. ini dilakukan dengan mengamati
memelihara kelangsungan hidup dengan kemudian mencatat bagian-bagian teks yang
menghindari sakit dan bahaya. memperlihatkan watak dan perilaku tokoh
Faktor sosiopsikologis adalah faktor perilaku Jumena yang menjadi pemantik konflik, faktor
manusia yang ditentukan oleh proses sosial yang mempengaruhi perilaku tokoh Jumena, dan
dalam kehidupan bermasyarakat atau dengan fungsi tokoh Jumena sebagai pemantik konflik
lingkungannya. Manusia sebagi makhluk sosial dalam naskah drama Sumur Tanpa Dasar karya
mengalami proses sosial sehingga diperoleh Arifin C. Noer.
beberapa kerekter yang mempengaruhi perilaku. Teknik analisis data dalam penelitian ini
Faktor Situasional. Faktor situasional adalah merupakan kajian atas keseluruhan isi teks pada
faktor yang datang dari luar individu yang berupa naskah drama Sumur Tanpa Dasar. Dimulai dari
keadaan atau situasi dan kondisi lingkungan struktur teks yang berupa struktur internal teks
tempat dia tinggal. Menurut Sampson (dalam tersebut, lalu menemukan hal yang menarik dari
Rakhmat 2002:43-47) faktor situasional meliputi teks tersebut dan mengaitkan dengan sisi
(1) faktor ekologi, (2) faktor rancangan dan psikologis pada naskah drama tersebut.
arsitektural, (3) faktor temporal, (4) faktor Pengolahan data yang terkumpul diolah dan
suasana perilaku, (5) faktor teknologi, (6) faktor dianalisis dengan cara diklasifikasikan
sosial, (7) faktor lingkungan psikososial, (8) berdasarkan kategori seahingga dapat menjawab
faktor stimlasi yang mendorong dan rumusan-rumusan masalah.
memperteguh perilaku, dan (9) faktor budaya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Watak tokoh jumena martawangsa
Penelitian ini termasuk penelitian sebagai pemantik konflik yaitu Jumena yang
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang selalu beburuk sangka kepada orang lain juga
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata pengarang gambarkan melalui pikiran Jumena
tertulis. Penelitian ini menggunakan pendekatan sendiri yang sedang berburuk sangka kepada istri
psikologi sastra yang memfokuskan teori dan adiknya yang jelas-jelas mereka semua
antarpribadi Schutz, dan teori perilaku adalah keluarganya. Berikut kutipannya.
Jalaluddin Rakhmat. EUIS
Data dalam penelitian ini adalah data deskriptif besok dia akan menceraikan saya
yang ada dalam naskah drama Sumur Tanpa JUKI
Dasar karya Arifin C. Noer yang berupa bagian- Kenapa?
bagian teks naskah yang berisi tentang berbagai EUIS
macam watak dan perilaku tokoh Jumena yang Dia seperti berada di ujung beribu-ribu
menjadi pemantik konflik, faktor yang pisau dan berusaha untuk menghindarinya. dia
mempengaruhi perilaku tokoh Jumena, dan takut harta-hartanya akan jatuh ke tangan saya

4
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

apabila ia mati dan ia tidak rela hartanya jatuh ke kelimanya tetap tidak mau bergaul dengan orang-
tangan orang lain orang sekelilingnya. Berdasarkan teori FIRO
JUMENA tokoh Jumena termasuk ke dalam tipe perilaku
Kejadian seperti ini mungkin dan tidak kurang sosial. Hal ini tercermin dari kutipan yang
mungkin diungkapkan tokoh lain kepadanya seperti
(STD: 52) berikut.
SABARUDDIN
Penggalan dialog di atas muncul dari pikiran Tapi, bagaimanapun, sekarang mang
buruk Jumena saat itu. Ia berprasangka buruk Jumena tahu , saya bukan orang yang cepat putus
tentang istrinya yang sedang bercengkrama asa untuk meyakinkan seseorang. Memang sejak
dengan Juki adik Jumena tentang perceraian lama saya mendengar orang mengatakan bahwa
yang akan dilakukan Jumena terhadap istrinya mang Jumena adalah seorang a-sosial, sementara
karena Jumena takut kalau istrinya hanya akan semua orang tahu di daerah ini hanya Bapak
mengambil harta yang selama ini ia kumpulkan Jumenalah yang paling kaya
dengan susah payah. Dari penggalan dialog JUMENA
terakir yang keluar dari mulut Jumena tertulis Dan bagaimanapun sekarang, kau betul-
“Kejadian seperti ini mungkin dan tidak betul tahu bahwa saya bukan seperti apa yang
mungkin” cukup membuktikan bahwa dibayangkan orang. Saya punya prinsip
sebenarnya ia sadar kalau itu hanya pikiran SABARUDDIN
buruknya saja yang mungkin atau tidak mungkin Tapi setidaknya mang Jumena bisa lebih
kejadian seperti itu bisa terjadi, karena berperasaan tentang segala rencana yang mulia
sebenarnya ia sadar betul kalau kejadian yang ia itu. Sama sekali saya tidak menduga bahwa
alami saat itu hanyalah perangka buruknya saja mang Jumena sampai hati mencerca sedemikian
karena ia terlalu khawatir istrinya akan rupa semua rencana itu.
melakukan perbuatan serong. JUMENA (Meluap)
Perilaku tokoh jumena martawangsa masuk ke Apakah orang akan mengharap….
dalam tipe perilaku inklusi, yaitu masa kecil (STD: 46)
Jumena memang tidak dipenuhi dengan
dongeng-dogeng seperti anak-anak lainnya pada Dari kutipan di atas, Sabaruddin yang
saat itu. Jumena yang terlahir tanpa sosok ayah merasa kecewa dengan sikap Jumena yang
dan ibu namun dibesarkan seorang pengengemis membatalkan pembangnan masjid dengan alasan
perempuan yang sudah tua membuatnya tidak karena pembangunan itu tidak akan
bisa merasakan kebahagiaan dimasa kecil. menyenangkan diri Jumena membuat
Jumena yang tumbuh menjadi bocah Sabaruudin mengatakan hal yang sama seperti
gelandangan tanpa kasih sayang siapapun mulai orang-orang di luar rumah ungkapkan kepada
berpikir untuk mencari pekerjaan yang lebih baik Jumena. Pada awalya Sabaruddin menolak
lagi dari mengemis. Usianya yang masih enam anggapan orang-orang tentang sikap Jumena
tahun dipaksanya bekerja menjadi kacung dan yang a-sosial atau kurang sosial, namun setelah
kuli panggul di keluarga Juki, sehingga masa Sabaruudin berbincang-bincang dan mengetahui
kecil Jumena selalu di isi dengan bekerja dan watak asli Jumena, sabaruudinpun baru sadar
bekerja tanpa bisa menikmati masa kanak- dan mengatakan kalau Jumena memang orang
kanakya dan membuat sifat Jumena menjadi yang kurang sosial terhadap orang-orang
kurang bersosialisasi terhadap orang-orang disekelilingnya. Jumena yang selaku bekerja
disekelilingnya. siang malam membuatnya tidak pernah bergaul
Kehidupan Jumena yang acuh kepada dengan warga di sekelilingnya, Jumena yang
orang-orang ternyata dibawanya hingga ia kaya dengan sifat kikirnya merasa tidak pantas
dewasa dan memiliki keluarga, Jumena yang apabila terlalu ramah-tamah kepada orang-orang
sudah menikah dengan istri pertama hingga istri

5
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

yang mungkin hanya akan mengharap sedekah Jumena memberikan upah kepada mereka
darinya. dengan perhitungan cermat pada pengeluaran
Jumena yang merasa tidak senang dengan tiap-tiap keluarga dalam sebulan dan berapa sisa
ungkapan Sabaruddin dan mengatakan kalau yang bisa ditabung. Jumena yang selalu
ucapan yang baru saja Sabaruddin katakana menyamaratakan kebutuhan para buruh dengan
adalah omong kosong tanpa bukti. Jumena dirinya itu karena dia yakin kalau kebutuhan
kemudian mengatakan kebaikan-kebaikanya dirinya yang kaya raya saja bisa sedikit apalagi
kepada Sabaruddin yang menurut Jumena itu para buruh yang kurang mampu pasti
adalah bentuk dari sikap sosialnya. kebutuhannya lebih sedikit. Jumena mengambil
Perilaku Jumena masuk ke dalam tipe sikap seperti itu dengan harapan agar para
perilaku kontrol. Tokoh Jumena yang buruhnya bisa bersikap hemat dan bersahabat
mempunyai watak keras kepala itu, selalu dengan uang.
beusaha mengontrol orang lain dalam hal Perilaku Jumena masuk ke dalam tipe
apapun. Jumena yang mempunyai harta dan perilaku afeksi. Pengarang dalam hal ini juga
kekuasaan selalu berpandangan kalau setiap mengambarkan Jumena yang mempunyai
orang juga harus sama seperti dirinya dengan perilaku patalogik. Tokoh Jumena ini digambarkan
segala sifat yang dimilikinya. Dengan semua pengarang selain suka menghindari hubungan
yang ada pada Jumena membuatnya selalu pribadinya yang terlalu dekat dengan orang lain
bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan juga digambarkan sebagai seseorang dengan
dan membuat keputusan-keputusan yang perilaku yang selalu gelisah dan mudah
menurutnya bisa merubah kahidupan dan gaya terpengaruh oleh orang lain, seperti pada kutipan
berpikir dan akan menguntungkan orang lain, di bawah ini.
berukut kutipannya. JUMENA
EMOD Sekarang umur saya sudah lewat jauh
Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang setengah abad, sementara tubuh saya merasa
lain. Juga sifat orang. Maksud saya mungkin saja belum dilahirkan. Saya sungguh tidak tahu
gaji yang diterima seseorang cukup besar tapi bagaimana seharusnya saya hidup. Saya tidak
bukan tidak mungkin ada saja orang yang pernah merasa bahagia. Tapi kalau memang
menganggapnya masih kurang. kebahagiaan hanya suatu keadaan senang yang
JUMENA sesaat mampir dalam hidup, terus terang saya
Itu karena umumnya semua orang boros. pernah merasakannya. Adakalanya saya senang
Saya yakin itu. Cobalah kamu Tanya istri saya setiap kali melihat tumpukan uang saya,
berapa ongkos rumah ini. Barangkali kamu tidak terutama belakangan ini. Seolah-olah saya
percaya kalau saya bilang ongkos bulanan rumah menyaksikan harga saya dalam tumpukan uang
ini kurang dari gaji yang kamu terima setiap itu. Tapi bagaimanapun saya tidak bisa
bulan (STD: 61) menghindari bahwa saya akan mati juga. Kalau
begitu rasanya segala apa yang telah saya
Penggambaran tokoh Jumena sebagai kerjakan selama ini tidak lebih hanya mengisi
seorang yang cenderung lebih banyak mengatur kekosongan lain. Kau mengerti sekarang, kenapa
orang lain digambarkan pengarang melalui tadi saya katakan bahwa sebenarnya bisa saja
dialog Jumena dengan tooh lain pada kutipan di saya luluskan permintaan pekerja-pekerja itu, toh
atas. Hal ini menunjukan kalau Jumena adalah sama saja bagi saya.
seorang yang selalu mengatur orang lain, Jumena (STD: 38 & 39)
yang ditemui beberapa pekerjanya guna meminta
agar Jumena bersedia menaikkan upah para Kutipan di atas menunjukan sikap Jumena
pegawainya menolak dengan tegas bahwa yang selalu gelisah karena keadaannya yang
Jumena tetap tidak aka menaikkan upah para sudah mulai berangsur-angsur tua namun belum
pegawainya sedikitpun. mempunyai anak sebagai penerus pekerjaanya

6
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

dan pewaris harta kekayaannya. Terkadang ia menjalani kehidupan sehari-hari seperti Jumena
merasa senag saat melihat harta-hartanya yang yang menjalaninya hidupnya pada kutipan
menggambarkan kebesaran Jumena, namun berikut ini.
keadaan Jumena yang tidak mempunyai anak JUMENA
memabuatnya merasa kalau sudah tidak ada lagi Kalau kau tahu kenapa saya dua puluh
orang yang memperdulikannya. Hari-hari tahun yang lalu memutuskan untuk tinggal di
Jumena yang sepi membuatnya selalu melamun sini, barangkali kau tidak akan menyarankan
dan gelisah memikirkan nasibnya. seperti itu. Dua puluh tahun lalu saya pun
Faktor personal adalah faktor-faktor yang menasehati diri saya sendiri agar saya melancong
berasal dari dalam individu itu sendiri. Secara ke tempat lain, minggat dari Jakarta, minggat
garis besar faktor personal meliputi faktor dari politik-politikan dan lain-lain pekerjaan yang
biologis dan faktor sosiopsikologis. memang bukan bidang saya.
Perilaku Jumena Martawangsa Barangkali saya bisa sedikit lebih tenang
dipengaruhi oleh faktor biologis yaitu berupa kalau bisa jadi pengarang. Terlalu banyak yang
kebutuhan akan makan dan minum, hal itu dapat saya bisa kandung, tapi saya tidak mampu
dilihat dalam kutipan dibawah ini. melahirkannya. Tidak, saya tidak punya bakat
PEREMPUAN TUA MUNCUL untuk itu. (Tertawa) dua puluh tahun lalu saya
MEMBAWA MAKANAN benamkan seluruh diri saya dalam kegiatan
P. TUA perusahaan saya, dengan harapan bisa tentram.
Lebih baik makan malam dulu, gan Saya tutup mata saya, telinga dan hati saya,
JUMENA (Masih melayang pikirannya) bahkan seluruh mimpi saya.
Saya kira…. Sekarang setelah dua puluh tahun, kau
P. TUA menyarankan agar saya melancong ke tempat
Di sini atau di ruang makan, gan? Di sana lain untuk istirahat. Saya jadi merasa geli, apa
banyak angina, lebih baik di sini saja mungkin hidup hanya bisa diatasi dengan
(STD: 14) pelancongan seperti itu!? Kau tahu benar apa
sebenarnya yang sanagt merisaukan saya
Jumena juga manusia normal yang juga terutama akhir-akhir ini?
membutuhkan makan dan minum, umurnya (STD: 26)
yang sudah tua dengan keadaannya sedang sakit
membuatnya membutuhkan makan minum yang Jumena lahir disebuah kota kecil di Jawa
teratur, namun keadaan Jumena yang selalu Barat yang bernama Cirebon, ia mengawali
melamun membutnya lupa makan dan minum hidupnya sebagai pengemis di kota Cirebon
dan membuat sakitnya tak kunjung sembuh. bersama perempuan tua yang telah merawatnya
Perempuan tua yang selalu mengerti keadaan sejak masih bayi. Jumena yang semakin tumbuh
Jumena selalu rutin mengingatkan dan menjadi bocah mulai meninggalkan pekerjaanya
membawakan makan untuknya, walaupun sebagai pengemis dan mencari pekerjaan lain.
Jumena tidak memintakan untuk dibawakan Saat berumur enam tahun Jumena mulai bekerja
makanan. sebagai kuli di keluarga Juki, ia disekolahkan
Faktor situasional adalah faktor yang ayah Juki karena kegigihannya dalam bekerja,
datang dari luar individu yang berupa keadaan keinginan Jumena untuk merubah nasib
atau situasi dan kondisi lingkungan tempat dia membuatnya terus berusaha sebisa mungkin
tinggal. menjalani segala macam pekerjaan. Jumena
Faktor yang mempengaruhi perilaku kemudian mencoba peruntungan lain dengan
Jumena Martawangsa yaitu faktor ekologi menjadi pedagang balon keliling, kemaunan
perilaku seperti ini disebabkan oleh keadaan yang keras membawa Jumena yang telah dewasa
alam. Keadaan alam ini dapat mempengaruhi ke ibu kota Jakarta. kerasnya kehidupan di
gaya hidup dan perilaku seseorang dalam Jakarta membuatnya semakin giat bekerja .

7
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

Kehidupan di kota Jakarta yang sangat Euis namun ia tidak berani menyatakannya
keras dan individual secara tidak langsung karena Euis masih bersetatus menjadi istri
membentuk perilaku tokoh Jumena menjadi Jumena dan membuat Juki memendam
orang yang suka bekerja keras dan a-sosial. Ia perasaannya. Juki yang merasa siap dengan
selalu memikirkan dirinya sendiri dan tidak tuduhan yang akan ditujukannya tetap berusaha
pernah perduli dengan keadaan orang lain, selain sabar, bahkan ia tahu kalau Jumena akan
itu Jumena juga mempunyai perilaku yang menuduh lebih keterlaluan dari itu.
kurang sosial. Gaya hidup masyarakat Jakarta Juki semakin marah ketika Jumena
perlahan membentuk Jumena menjadi orang munuduh kalau kehamilan Euis dan bayi yang
yang penuh kerja keras, kurang ramah kepada sekarang ada di dalam kandungannya adalah
orang lain dan kurang sosial. hasil dari hubungan gelap yang Euis lakukan
Fungsi tokoh jumena martawangsa dengan Juki di dalam gudang kacang di tengah
sebagai pemantik konflik antar tokoh, yaitu malam saat Jumena pergi. Jumena berbicara
ketegangan terjadi antara Jumena dengan Juki seperti itu kerena selama ini ia menugaskan
adiknya sendiri, ketegangan terjadi karena siedan Kamil untuk mengawasi Juki dan Euis
Jumena menuduh Juki melakukan sehingga Jumena mendapatkan informasi itu dari
perselingkuhan dengan Euis istrinya, seperti pada si dan Kamil yang sebenarya tidak
kutipan nerikut ini. wearas.Konflik yang terjadi antara Juki dan
Jumena juga disebabkan oleh Jumena. Ia
JUKI (Mulai marah) menuduh Juki melakukan perselingkuhan
Apakah akang menuduh di rumah ini telah dengan Euis dan menghamilinya, Juki yang tidak
terjadi perbuatan mesum? terima dengan tuduhan itu menjadi marah karena
JUMENA merasa semua tuduhan yang ditujukan
Selalu kau mendahului. Ya! Dan apa yang kepadanya itu tidak benar sama sekali.
terjadi di gudang kacang setiap malam pada jam-
jam dinihari? Bagaimana Euis bisa hamil tanpa PENUTUP
mengadakan hubungan gelap?
JUKI Peneliti menyimpulkan dalam naskah
Darimana akang dapat cerita-cerita seram drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer
seperti itu? Saya kira seorang tidak waras telah ditemukan watak tokoh Jumena yang selu
meniupkan fitnah ke telinga akang berpotensi menjadi pemantik terjadinya konflik
(STD: 67) dengan tokoh lain. Jumena Martawangsa
digambarkan pengarang dengan fisik sebagai
Dari kutipan di atas menjelaskan orang yang sudah tua dan penyakitan dengan
ketegangan yang terjadi antara Jumena dan Juki, berbagai macam watak yang selalu berotensi
ketegangan tersebut berubah menjadi konflik menjadi pemantik konflik sesuai dengan
dimana Jumena menjadi penyababnya dengan persoalan yang dihadapinya. Watak tokoh
menuduh Juki berselungkuh dengan isrtinya. Jumena Martawangsa yang berpotensi menjadi
Perkataan Jumena yang tidak terduga sontak pemantik konflik diantaranya adalah keras
membuat Juki kaget mendengarnya. Juki yang kepala, selalu meremehkan, mempermainkan,
merasa heran berusaha sabar menaggapi tuduhan dan menganggap orang lain seperti hewan. Selain
yang ditujukan kepadanya itu. itu ia juga mempunyai watak yang sombong,
Sikap sabar Juki teryata malah membuat pemarah, kasar, sinis, mudah jengkel dan selalu
Jumena menjadi semakin jengkel, dengan menekan orang lain. Jumena juga digambarkan
menyangkal aklau itu bukan sebuah tuduhan pegarang dengan watak penakut, dan mudah
melainkan sebuah pertanyaan apakah selama ini putus asa
Juki mencintai Euis, karena selama ini Jumnea Berdasarkan tipe-tipe perilaku menurut
melihat kalau Juki sebenarnya sangat mencintai teori FIRO tokoh Jumena Martawangsa dalam

8
Muhammad Imam Turmudzi dkk / Jurnal Sastra Indonesia 3 (1) (2014)

tipe perilaku inklusi masuk dalam perilaku kurang DAFTAR PUSTAKA


sosial. Berdasarkan tipe perilaku kontrol perilaku
tokoh Jumena Martawangsa masuk ke dalam Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
jenis tipe perilaku abdikrat, dan perilaku patalogik Bandung: Sinar Baru Algesindo.
dan tipe kontrol, sedangkan dari tipe perilaku afeksi Baribin, Raminah. 1985. Toeri dan Apresiasi Prosa
tokoh Jumena Martawangsa masuk ke dalam Fiksi. Semarang: IKIP Semarang press.
Dewi, Ika Shinta. 2002. “Perwatakan dan Perilaku
jenis perilaku kurang pribadi dan perilaku pata logik,
Tokoh Utama Wanita dalam Novel Tirai
namun dalam tipe perilaku inklusi tidak
Menurun Karya Nh Dini”. Skripsi. Unversitas
ditemukan perilaku kurang sosial, dan pada tipe Negeri Semarang, Semarang.
perilaku kontrol tidak ditemukan perilaku abdirat Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama, Sejarah,
dan perilaku demokrat, sedangkan pada tipe Teori, dan Penerapannya. Jogja: Gadjah Mada
perilaku afeksi juga tidak ditemukan perilaku terlalu University Press.
pribadi dan perilaku kurang pribadi. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian
Faktor yang mempengaruhi perilaku tokoh Sastra (Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi). Yogjakarta: Universitas Negeri
Jumena Martawanga berdasarkan teori dari
Yogyakarta.
Jalaluddin Rakhmad, dipengaruhi oleh dua
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung:
faktor, yaitu. Faktor personal dan faktor
Penerbit Mandar Maju.
situasional. Faktor personal yang mempengaruhi Luxemburg, Jan van, 1984. Pengantar Imu Sastra:
perilaku tokoh Jumena Martawangsa meliputi Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Jakarta:
faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Gramedia.
Sedangkan faktor situasional yang Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi.
mempengaruhi perilaku tokoh Jumena Yogjakarta: Gadjah Mada
martawangsa meliputi faktor ekologi, faktor University.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi.
rancangan dan arsitektural, faktor temporal,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
faktor suasana perilaku, faktor teknologi, faktor
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002: Teori-teori Psikologi
sosial, faktor lingkungan psikososial, faktor
Sosial. Jakarta. Rajawali.
stimulasi yang mendorong dan memperteguh Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial.
perilaku, dan faktor budaya, kecuali dua, yaitu Jogjakarta:Andy.
faktor teknologi dan faktor lingkungan yang Waluyo, Herman J. 2002. Drama : Teori dan
terletak pada faktor situasional. Pengajarannya. Yogyakarta : PT Hanindita
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang Graha Widya.
peneliti berikan adalah merekomendasikan
peneliti selanjutnya untuk meneliti naskah Sumur
Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer menggunakan
pendekatan lain karena masih banyak hal-hal
yang sangat menarik untuk di kaji dalam naskah
drama tersebut.
Saran khusus penelitian ini untuk
pembaca, yaitu agar menghindari watak dan
perilaku seperti Jumena, karena watak yang
semacam itu dapat mempengaruhi perilaku kita
yang berampak pada pandangan, tanggapan dan
perbuatan kita kepada orang lain yang selalu
berpotensi menjadi pemantik terjadinya konflik.

Anda mungkin juga menyukai