Anda di halaman 1dari 46

MODUL MAKESTA

[MASA KESETIAAN ANGGOTA]

PIMPINAN ANAK CABANG


IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
KECAMATAN KOTA – KOTA KEDIRI
Kaderisasi yakni menyiapkan, menebarkan, dan mengembangkan dengan lahir
batin. Kita terdidik dan mendidik, kita terlatih dan melatih. Semua berasaskan
baik dan dan dengan semangat kewelas-asihan

Khoyrul Anwar
(Ketua Bidang Kaderisasi PP IPNU 2019-2022)
MODUL MAKESTA
[MASA KESETIAAN ANGGOTA]
PIMPINAN ANAK CABANG IPNU IPPNU
KECAMATAN KOTA – KOTA KEDIRI

Penanggung Jawab
Reynald Bagus A. (Ketua Umum PAC IPNU)
Yunita Wijayani (Ketua Umum PAC IPPNU)
Yuliantoro Wahyu T.B. (Sekretaris Umum PAC IPNU)
Ardya Khoirun Nisa’ (Sekretaris Umum PAC IPPNU)

Pengarah
Koordinator PAC IPNU IPPNU Bidang Kaderisasi

Penulis
Departemen Kaderisasi

Editor
Mohamad Fani Alfian

Desain Cover
Mohamad Fani Alfian

Cetakan pertama, Desember 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan modul Makesta (Masa Kesetiaan
Anggota) Pimpinan Anak Cabang IPNU IPPNU Kecamatan Kota, Kota Kediri. Tidak lupa,
showalat serta salam semoga senantiasatercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
kita mampu keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang.

Makesta atau Masa Kesetiaan Anggota menjadi gerbang awal untuk mengukuhkan
diri sebagai anggota IPNU IPPNU yang memiliki legalitas secara administrasi maupun
kaderisasi. Sebagai organisasi kader yang membidangi pelajar, mahasiswa, dan santri, IPNU
IPPNU merupakan organisasi dengan lingkup ulmu pengetahuan dan agama. Oleh karena itu
disusunlah modul Makesta sebagai literature bagi calon anggota IPNU IPPNU yang siap
diterjunkan dalam lingkungan masyarakat luas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memperlancar penyusunan modul Makesta.

Demikian modul Makesta ini disusun, penulis menyadari bahwa modul ini masih
terdapat banyak kekurangan dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar modul Makesta yang telah disusun dapat menjadi lebih baik
ke depannya serta bermanfaat bagi semua kalangan.

Kediri, 12 Desember 2023


Ketua Umum PAC IPNU Kec. Kota

Reynald Bagus A.
DAFTAR ISI
MARS IPNU

Wahai pelajar Indonesia

Siapkanlah barisanmu

Bertekad bulat bersatu

Di bawah kibaran panji IPNU

Wahai pelajar islam yang setia

Kembangkanlah agamamu

Dalam Negara Indonesia

Tanah air yang kucinta

Dengan berpedoman kita belajar

Berjuang serta bertaqwa

Kita bina watak nusa dan bangsa

Tuk kejayaan masa depan

Bersatu wahai pelajar islam jaya

Tunaikanlah kewajiban yang mulia

Ayo maju pantang mundur

Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan

Ayo maju pantang mundur

Pasti tercapai adil makmur


MARS IPPNU

Sinarlah gelap terbitlah terang

Mentari timur sudah bercahya

Ayunkan langkah pukul gendering

Segala rintangan mundur semua

Tiada laut sedalam iman

Tiada gunung setinggi cita

Sujud kepala kepada Tuhan

Tegak kepala lawan derita

Di malam yang sepi dipagi yang terang

Hatiku teguh bagimu ikatan

Di malam yang hening di hati membakar

Hatiku penuh bagimu pertiwi

Mekar seribu bunga di taman

Mekar cintaku pada ikatan

Ilmu kucari amal kuberi

Untuk agama bangsa dan negeri


MARS SYUBBANUL WATHAN

Yalal wathon Yalal wathon Yalal wathon

Hubbul wathon minal iman

Wala takun minal hirman

Inhadlu alal wathan

Indonesia biladi

Anta unwanul fakhoma

Kullu may ya tika yauma

Thomihay yaiqo himama

Pusaka hati wahai tanah airku

Cintamu dalam imanku

Jangan halangkan nasibmu

Bangkitlah hai bangsaku

Indonesia negeriku

Engkau panji martabatku

Siapa datang mengancammu

Kan binasa di bawah durimu


INDIKATOR CAPAIAN PELATIHAN
MODUL KADERISASI MAKESTA PAC IPNU IPPNU
KECAMATANKOTA

No Materi Tujuan Pelatihan Pembahasan

a. Peserta memahami a. Pengertian, Dasar, dan


kebenaran Islam sejarah Islam
ahlussunnah waljamaah ahlussunnah waljamaah
sebagai gerakan dakwah yang rahmatal lilalamin.
Islamiyah yang benar b. Kilasan sejarah gerakan
dan berkesinambungan. Islam ahlussunnah
b. Peserta memahami dalil- waljamaah dan
dalil kebenaran yang perkembangannya di
menjadi rujukan Indonesia.
ahlussunnah waljamaah. c. Islam rahmatal lilalamin
c. Peserta memahami sebagai wujud paham
prinsip-prinsip Islam ahlussunnah waljamaah
1 ASWAJA ahlussunnah waljamaah d. Prinsip-prinsip dasar
dan sejarah kelahiran gerakan Islam
serta perkembangannya ahlussunnah waljamaah
di Indonesia. e. Pengertian Madzhab dan
d. Peserta memahami peran Jenis-Jenis Madzhab
Ulama nusantara dan berdasarkan ahlussunnah
Wali Songo dalam waljamaah.
perkembangan Islam di
Indonesia.
e. Peserta memahami
Madzhab dan Jenis-Jenis
Madzhab berdasarkan
ahlussunnah waljamaah.
2 Nahdlatul Ulama a. Peserta memahami a. Sejarah kelahiran
dan Amaliyah sejarah kelahiran Nahdlatul Ulama dan
Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama dan perkembangannya dalam
perkembangannya baik konteks lokal maupun
lokal maupun nasional nasional.
b. Peserta memahami misi, b. Misi, bentuk, dan sistem
bentuk, struktur, dan organisasi Nahdlatul
sistem organisasi Ulama.
Nahdlatul Ulama c. Makna lambang
c. Peserta memahami Nahdlatul Ulama.
makna lambang d. Pengertian dan
Nahdlatul Ulama kedudukan ulama dalam
d. Peserta memahami Nahdlatul Ulama
kedudukan dan peran e. Jenis-jenis tradisi
ulama dalam Nahdlatul keagamaan di dalam
Ulama. Nahdlatul Ulama.
e. Peserta memahami
tradisi-tradisi keagamaan
di dalam Nahdlatul
Ulama.
a. Peserta memahami a. Sejarah kelahiran IPNU
sejarah kelahiran IPNU IPPNU baik nasional
IPPNU baik nasional maupun lokal.
maupun lokal. b. Prinsip perjuangan IPNU
b. Peserta memahami c. Hubungan IPNU dengan
prinsip perjuangan IPNU Nahdlatul Ulama beserta
c. Peserta memahami banom maupun ormas
hubungan IPNU dengan lainnya.
Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama beserta d. Makna lambang IPNU
Nahdlatul Ulama
banom maupun ormas IPPNU
(IPNU) dan Ikatan
3 lainnya. e. Tingkatan organisasi
Pelajar Putri
d. Peserta memahami IPNU IPPNU
Nahdlatul Ulama
makna lambang IPNU f. Materi-materi dasar
(IPPNU)
IPPNU organisasi (PD PRT
e. Peserta memahami IPNU).
tingkatan organisasi
IPNU IPPNU
f. Peserta memahami
materi-materi dasar
organisasi (PD PRT
IPNU).
4 Keindonesiaan a. Peserta memahami a. Sejarah singkat
sejarah singkat kemerdekaan Indonesia.
kemerdekaan Indonesia. b. Peran dan kontribusi
b. Peserta memahami peran Nahdlatul Ulama dalam
dan kontribusi Nahdlatul kemerdekaan Indonesia.
Ulama dalam c. Cara menanamkan dan
kemerdekaan Indonesia. memupuk rasa cinta
c. Peserta memahami cara tanah air.
menanamkan dan d. Tokoh-tokoh tokoh
memupuk rasa cinta Nahdlatul Ulama sebagai
tanah air. pahlawan Nasional.
d. Peserta memahami e. Jati diri bangsa
tokoh-tokoh Nahdlatul Indonesia.
Ulama sebagai pahlawan
Nasional.
e. Peserta memahami jati
diri bangsa Indonesia.
a. Peserta memahami a. Pengertian, ciri-ciri, dan
pengertian, ciri-ciri, dan unsur-unsur organisasi
unsur-unsur organisasi. jenis-jenis organisasi
b. Peserta memahami jenis- berdasarkan klasifikasi.
jenis organisasi b. Struktur organisasi IPNU
berdasarkan klasifikasi. IPPNU.
c. Peserta memahami c. Pentingnya organisasi
struktur organisasi IPNU bagi pelajar.
IPPNU. d. Definisi kepemimpinan.
d. Peserta memahami e. Teori kepemimpinan.
Keorganisasian dan pentingnya organisasi f. Fungsi, tipe, dan tugas
5
Kepemimpinan bagi pelajar. pemimpin.
e. Peserta mengetahui g. cara meningkatkan
definisi kepemimpinan. kualitas kepemimpinan.
f. Peserta memahami teori
kepemimpinan.
g. Peserta mengetahui
fungsi, tipe, dan tugas
pemimpin.
h. Peserta memahami cara
meningkatkan kualitas
kepemimpinan.

BAB I
ASWAJA I

A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami pengertian, Dasar, dan sejarah Islam ahlussunnah
waljamaah yang rahmatal lilalamin.
2. Peserta Memahami kilasan sejarah gerakan Islam ahlussunnah waljamaah dan
perkembangannya di Indonesia.
3. Peserta memahami islam rahmatal lilalamin sebagai wujud paham
ahlussunnah waljamaah
4. Peserta memahami prinsip-prinsip dasar gerakan Islam ahlussunnah
waljamaah.
5. Peserta memahami pengertian Madzhab dan hukum Islam di Indonesia
berdasarkan ahlussunnah waljamaah.

B. Pembahasan Materi
1. Pengertian, Dasar, dan Sejarah Islam Aswaja
Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah atau sering disebut Aswaja secara bahasa
berasal dari kata “Ahlun” yang berarti keluarga, golongan, dan pengikut.
Ahlussunnah berarti orang-orang yang mengikuti sunnah (perkataan,
pemikiran, atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW). Sedangkan al-
Jamaah adalah sekelompok orang yang memiliki tujuan. Apabila dikaitkan
dengan madzhab, maka memiliki arti kelompok orang yang berpegang teguh
kepada salah satu imam madzhab dengan tujuan untuk mendapatkan
keselamatan dunia dan akhirat. Secara, istilah, dapat diartikan golongan umat
Islam yang dalam bidang Tauhid menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al-
AsyAri dan Abu Mansur Al-Maturidi, sedangkan dalam ilmu fiqih menganut
empat madzhab, yakni (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam
Hambali) serta dalam bidang tassawuf menganut kepada Imam Al-Ghazali dan
Imam Junaid Al-Baghdadi.
Kata Sunnah berasal dari Sanna Yasunnu yang bermakna perjalanan
dan tradisi yang dijaga. Secara istilah, bermakna jalan yang ditempuh dalam
agama tanpa ada ketetapan hukum wajib. Artinya, Sunnah Nabi Muhammad
SAW yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan sesekali meninggalkannya. Sunnah Nabi Muhammad SAW terdiri atas
dua macam. Pertama, Sunnah yang berhubungan dengan ibadah yaitu Alhuda
(petunjuk) dan barang siapa yang melakukan akan menyempurnakan
keimanannya misalnya menghindari makruh. Kedua, Sunnah yang
berhubungan dengan adat atau budaya disebut Sunnah Al-Zawaid (tambahan)
dan siapa yang melakukan akan mendapat pahala serta yang meninggalkan
tidak menjadi keburukan baginya misalkan kebiasaan Nabi Muhammad SAW
berdiri, duduk, dan berpakaian.
Penggunaan istilah Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah atau Aswaja menurut
Az-Zabidi dalam Ithaf Sadatul Muttaqin, penjelasan dari Ihya Ulumuddinnya
Al-Ghazali: jika disebutkan ahlussunnah, maka yang dimaksud adalah
pengikut Al-Asy’ari dan Al-Maturidi. Pada hadist Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa Ahlussunnah Wal Jamaah adalah “Ma ana Alaihi Wa
Ashabi” hadist ini sangat jelas menunjukkan bahwa istilah Ahlussunnah di
gunakan untuk orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya.
K.H. Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah
adalah mereka yang ahli dalam tafsir, hadist, dan fiqih. Mereka adalah orang-
orang yang mendapatkan petunjuk dan berpegang teguh pada Sunnah Nabi
Muhammad SAW dan Khulafa’Al-Rashidin (sekelompok orang yang
selamat). Para ulama juga menegaskan bahwa pada masa sekarang, mereka
telah berkumpul di empat madzhab, yakni Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali. Apabila terdapat orang yang keluar dari empat
madzhab tersebut, maka akan disebut golongan ahli bid’ah.
Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah adalah ajaran sebagaimana yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist: Abdullah bin Amr berkata:
“Rasulullah bersabda: Sesungguhnya umat Bani Israil terpecah-belah
menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah-belah menjadi
tujuh puluh tiga golongan, kesemuanya akan masuk ke neraka kecuali satu
golongan yang selamat”. Para sahabat bertanya: “siapa satu golongan yang
selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu golongan yang
mengikuti ajaranku dan ajaran sahabatku.” (HR. Tirmidzi, 2565).
Oleh karena itu, Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah adalah ajaran dari wahyu
Allah SWT yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat-
sahabat-Nya dan beliau mengamalkannya begitu juga dengan para sahabat.
Rasulullah menjelaskan bahwa kaum yahudi akan terpecah menjadi 71
golongan, kaum nasrani menjadi 72 golongan, dan umat Rasulullah SAW
terpecah menjadi 73 golongan. Namun, terdapat satu umat yang selamat dari
semua golongan tersebut, yakni Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah.
Penggunaan istilah Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah sebagai salah satu
paham dalam agama Islam adalah memiliki landasan kuat dari hadist Nabi
Muhammad SAW. Hadist tersebut termasuk kategori hadist shahih menurut
beberapa huffads antara lain Ibnu Hibban, Al-Tirmidzi, Ibnu Hajar Al-
Atsqalani, Aliraqi, Al-Ahkawi, Al-Suyuthi, dan Al-Hakim.

2. Kilasan Sejarah Gerakan Islam Aswaja dan Perkembangannya di


Indonesia
Perkembangan Aswaja di Indonesia tidak terlepas dari proses
masuknya agama Islam di Indonesia. Agama Islam memasuki Indonesia
pertama kali melalui perdagangan, ulama arab, serta pedagang Persia dan
India (Gujarat). Para pedagang dan pelaut dari Tiongkok yang beragama Islam
di bawah pimpinan Cheng Ho juga ikut dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia.
Islam sebagai agama samawi terakhir memiliki banyak ciri khas yang
membedakan dengan agama lain. Ciri khas agama Islam adalah tawassuth,
ta’adul, dan tawazun.Ciri khas tersebut adalah beberapa ungkapan yang
memiliki arti yang sangat berdekatan bahkan hampir sama. Oleh karena itu,
tiga ungkapan tersebut dapat disatukan menjadi wasathiyah. Watak
wasathiyah dalam Islam dinyatakan langsung oleh Allah SWT dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143 yang artinya: “Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Qs. Al-Baqarah: 143).
Watak wasathiyah dalam Islam Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah
mencerminkan semua aspek ajarannya, yakni aqidah, syariah, dan akhlaq\
tasawwuf serta dalam manhaj. Menurut jam’iyyah Nahdlatul Ulama sebagai
bagian dari Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah, watak wasathiyah terjadi dalam hal-
hal sebagai berikut.
a. Melandaskan ajaran Islam kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai sumber pokok dan sumber-sumber sekunder yang mengacu
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah seperti ijma’ dan qiyas.
b. Menjadikan ijtihad sebagai otoritas dan aktivitas khusus bagi orang-
orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang tidak mudah untuk
dipenuhi. Sedangkan, bagi yang tidak memenuhi syarat-syarat
ijtihad, tidak ada jalan lain kecuali harus bermadzhab dengan
mengikuti salah satu madzhab yang diyakini penisbatannya kepada
ashabul madzhahib.
c. Berpegang teguh pada petunjuk Al-Qur’an dalam melakukan
dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar, yakni dakwah dengan
hikmah/kearifan, mau’izhab hasanah, dan mujadalah bil husna.
d. Sebagai salah satu wujud dari watak wasathiyah dengan pengertian
Al-Waqi,iyyah (realistis), NU menghukumi NKRI dengan pancasila
sebagai dasar Negara yang sah menurut pandangan Islam dan tetap
berusaha melakukan perbaikan sehingga menjadi Negara adil,
makmur, dan berketuhanan Yang Maha Esa.
e. Mengakui keutamaan dan keadilan para sahabat Nabi Muhammad
SAW, mencintai dan menghormati, serta menolak dengan keras
segala bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap mereka, bahkan
menuduh mereka kafir.
f. Perbedaan yang terjadi di kaum muslimin merupakan salah satu
fitrah kemanusiaan. Hal tersebut, menghormati perbedaan pendapat
dalam masa’il furu’iyyah-ijtihadiyah adalah keharusan. Nahdlatul
Ulama (NU) tidak perlu melakukan klaim kebenaran dalam masalah
ijtihadiyah.

3. Islam yang Rahmatal Lil-Alamin sebagai Wujud Paham Aswaja


Islam adalah agama yang bersifat universal, humanis, dinamis,
kontekstual, serta abadi sepanjang waktu. Agama Islam merupakan agama
terakhir yang memiliki kitab suci resmi dari Allah SWT dengan rasul terakhir-
Nya penutup para nabi-nabi serta tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad
SAW. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 40 sebagai
berikut.
(Ayat dalam bentuk arab)
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu,
melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. Al-Ahzab:40)
Allah SWT memberikannya Al-Qur’an sebagai panduan hidup
umatnya yang bersifat universal. Sedangkan ucapan, tingkah laku, dan diam
Nabi Muhammad SAW disebut hadist serta Sunnah adalah panduan hidup
kedua umat Muslim. Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-
agama sebelumnya. Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya perihal
pentingnya toleransi menjalin hubungan tang ramah dalam bingkai toleransi
antarumat beragama. Hal ini sebagai bukti bahwa ajaran agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan ajaran rahmat bagi alam
semesta. Dalam menumbuhkan nilai-nilai toleransi, harus memiliki
kesadaran bahwa perbedaab dalam agama merupakan hal niscaya yang
memang tidak dapat dihindari. Peristiwa tersebut tercermin dalam Al-Qur’an
surat Al-Kafirun ayat 6.
(Ayat dalam bentuk arab)
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (Qs. Al-Kafirun:6)
Ayat ini menjadi bukti bahwa adanya agama selain Islam tidak daoat
terbantahkan. Hal ini banyak menimbulkan perspektif bahwa agama Islam
adalah agama yang paling benar. Namun. dalam konteks social perspektif
tersebut tidak boleh sampai mengganggu agama-agama lain untuk hidup
dengan aman. Selain itu, ayat tersebut menjelaskan tentang kebebasan
beragama atau keragaman beragama. Nabi Muhammad SAW juga
menerapkan nilai-nilai toleransi dalam rumusan Piagam Madinah.
Terdapat ayat lain yang justru menjadi dalil pokok perihal sprit
diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
(Ayat dalam bentuk arab)
“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai
rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiya:107)
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT menegaskan kembali bahwa di
antara tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menanamkan
kasih saying kepada semua umat manusia, bahkan kepada seluruh alam serta
tanpa memandang larat belakangnya. Cara menciptakan persatuan antarumat
beragama yakni dengan bersikap toleran, ramah, dan penuh kasih saying
kepada mereka. Oleh karena itu, toleransi menempati posisi sangat penting
dalam ajaran agama Islam.

4. Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Islam Aswaja


Gerakan Islam Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah memiliki lima prinsip-
prinsip sebagai berikut.
a. At-tawassuth: sikap tengah-tengah, sedang-sedang, dan tidak ekstrim
kiri ataupun ekstrim kanan. Posisi tersebut menjadikan manusia tidak
memihak ke kanan ataupun ke kiri dan dapat mengantarkan manusia
berlaku adil serta dapat dilihat oleh siapapun dalam penjuru yang
berbeda sehingga menjadi teladan bagi semua pihak.
b. At-tawazun: sikap tidak berat sebelah atau tidak berlebihan
atau kekurangan suatu unsur termasuk dalam penggunaan dalil aqli
(dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (dalil
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist).
c. Al-i’tidal: sikap tegak lurus atau tidak condong ke kanan maupun ke
kiri. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8 yang
artinya “Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian
menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah
menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah
kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak
adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada
taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Al-Maidah: 8)
d. Tasamuh/tolerasi: sikap menghargai perbedaan serta
menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
Namun, bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang
berbeda dalam meneguhkan apa yang diyakini.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar: segala hal yang dianggap baik oleh
manusia dan mengamalkannya serta tidak mengingkarinya. Menurut
bahasa Arab, ma’ruf adalah sesuatu yang dianggap baik oleh hati dan
hati menjadi tenang dengan ma’ruf tersebut. Amar yaitu suatu
tuntunan atau perbuatan dan pihak yang lebih tinggi kedudukannya
kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya. Kata Nahi menurut
bahasa ialah suatu lafadz yang digunakan untuk meninggalkan suatu
perbuatan yang dilarang. Sedangkan munkar adalah kata untuk
menyebut sesuatu yang dipungkiri, tidak sesuai, dan tidak dianggap
baik oleh jiwa. Secara singkat, Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan
suatu perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik
dan mencegah hal-hal yang menimbulkan keburukan bagi
masyarakat. Hal ini pernah diajarkan oleh K.H Hasyim Asy’Ari dan
yang menjadi pokok penting yaitu tauhid, anti fanatisme, toleransi,
dan persaudaraan.

5. Pengertian Madzhab beserta Jenis-Jenisnya.


Madzhab memiliki dua pengertian menurut istilah (1) madzhab
merupakan jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang Imam
Mujtahid dalam menentukan hukum suatu peristiwa berdasarkan Al-Qur’an
dan hadist. (2) madzhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid
tentang hukum suatu peristiwa yang diambil dari Al-Qur’an dan hadist. Dua
istilah tersebut dapat disambil kesimpulan bahwa madzhab adalah pokok
pikiran atau dasar yang dugunakan dalam memecahkan permasalahan atau
mengistinbathkan hukum Islam (Yanggo, 1997:72).
Pada agama Islam khusunya golongan Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah
menganut empat madzhab sebagai berikut.
a. Madzhab Imam Syafi’i: Imam Syafi’i lahir di Askheon, Palestina
pada tahun 150 H/767 M dan wafat pada 29 Rajab 204 HY yang
bertepatan dengan 19 Januari 829 M di usia 54 tahun. Beliau memiliki
nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin
As-Syafi’I bin Ustman bin As-Sabi bin Ubaid bin Abd Yaazid bin
Hasyim bin Muththalib bin Abd Manaf bin Qushay al Quraisyi al-
Muthallibi. Nasab Imam Syafi’I bertemu dengan nasab Nabi
Muhammad SAW pada titik Abd Manaf. Dasar-dasar fatwa Imam
Syafi’i adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, qiyaz, serta Istidlal.
(Fadillah, dkk: 2021)
b. Madzhab Imam Hambali: Imam Hambali dilahirkan di Ibu Kota
Abbasiyah, Irak pada tahun 164 H/780 M yang saat itu sebagai pusat
peradaban dunia. Para ahli di berbagai bidang berkumpul untuk
belajar dan meneliti ilmu pengetahuan dalam lingkungan keluarga
tradisional dan lingkungan keluarga memiliki tradisi menjadi orang
hebat. Hal ini yang menjadikan Imam Hambali sangat terbantu
dengan lingkungan dan berpeluang menjadi manusia yang lebih baik
lagi. Pada prinsip Imam Hambali hampir sama dengan madzhab
Imam Syafi’I. Namun Imam Hambali memiliki dasar-dasar utama
yakni Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, fatwa sahabat, pendapat individu
sahabat, hadist dhoif, dan mursal.
c. Madzhab Imam Hanafi: Imam Hanafi memiliki nama lengkap Abu
Hanifah Al Nu’man bin Tsabit bin Zuta Al Kufi yang lahir di Kota
Irak pada tahun 80 H/699 M. Beliau digelari dengan nama Abu
Hanifah yang berarti suci dan lurus karena sejak kecil dikenal dengan
kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia, dan menjauhi
perbuatan dosa dan keji. Madzhab Imam Hanafi mensyaratkan bahwa
hadist yang bias dipergunakan harus masyur (dikenal secara luas).
d. Madzhab Imam Maliki: Imam Maliki dilahirkan di Madinah dan lahir
pada tahun 94 H berdasarkan kitab Thabaqat fuquha. Menurut Ibn
Khalikan, Imam Maliki lahir pada tahun 95 H serta Imam Al-Dzahabi
meriwayatkan Imam Maliki lahir tahun 90 H. Madzhab Imam Maliki
memiliki metodologi yang berbeda dengan Madzhab yang lain yakni
(1) menjadikan amal ahli Madinah (hujjah) lebih utama daripada
qiyaz, (2) menjadikan maslahat mursalah sebagai salah satu
penetapan hukum pada masanya, (3) memposisikan atsar di atas
qiyaz, (4) tidak mensyaratkan kemasyhurab Al-Qur’an dan hadist
dalam urusan perkara hukum, (5) menggunakan hadist mursal untuk
mensyaratkan hadist ahad, dan (6) menetapkan hukum istihsan tidak
sebanyak penggunaannya pada fuqaha Madzhab Hanafi.
BAB II
NAHDLATUL ULAMA & AMALIYAH NAHDLATUL ULAMA

A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami sejarah kelahiran Nahdlatul Ulama dan perkembangannya
dalam konteks lokal maupun nasional.
2. Peserta memahami misi, bentuk, dan sistem organisasi Nahdlatul Ulama.
3. Peserta memahami makna lambang Nahdlatul Ulama.
4. Peserta memahami struktur Organisasi Nahdlatul Ulama dan Lembaga Badan
Otonom Nahdlatul Ulama.
5. Peserta memahami pengertian dan kedudukan ulama dalam Nahdlatul Ulama.
6. Peserta memahami jenis-jenis tradisi keagamaan di dalam Nahdlatul Ulama.

B. Pembahasan Materi
1. Sejarah Lahirnya Nahdlatul Ulama dan Perkembangannya
Lahirnya Nahdlatul Ulama dilatarbelakangi oleh mental maupun
ekonomi yang kurang mendukung akibat penjajahan dan buruknya tradisi di
Indonesia. Hal ini menggugah rakyat Indonesia dalam memperjuangkan
martabat bangsa Indonesia melalui jalan pendidikan dan organisasi. Kalangan
pesantren yang selama ini gigih dalam melawan kolonialisme dan merespon
kebangkitan nasional dengan membentuk organisasi pergerakan seperti
Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Lalu, didirikan
Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran) tahun 1918.
Tidak hanya itu, didirikan juga Nahdlatul Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar)
sebagai wahana social politik dan keagamaan kaum santri.
Nahdlatul Ulama (NU) berarti Kebangkitan Ulama yang didirikan oleh
para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1334 H di Kampung
Kertopaten, Surabaya. NU menjadi salah satu organisasi social keagamaan di
Indonesia yang pembentukannya merupakan kelanjutan dari perjuangan
kalangan pesantren dalam melawan kolonialisme Belanda di Indonesia.
Organisasi tersebut diprakasai oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Berdirinya NU
berkaitan dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam
kala itu. Pada tahun 1924 terjadi arus pembaharuan di Arab Saudi. Syarif
Huesin dan Raja Hijaz (Mekkah) yang berpaham Sunni dikalahkan oleh Abdul
Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Selain itu, pada tahun yang sama K.H.
wahab Chasbullah mulai memberikan gagasannya pada K.H. Hasyim Asy’ari
untuk perlunya mendirikan NU. Dua tahun kemudian, para ulama
mendapatkan izin untuk mendirikan Nahdlatul Ulama.
Berdirinya NU tidak terlepas dari upaya mempertahankan ajaran Ahlu
Sunnah Wa Al-Jamaah yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan
qiyaz seperti yang dikutip oleh Marijan dari K.H. Mustofa Bisri yakni (1)
hukum-hukum Islam menganut salah satu ajaran dari empat madzhab (Imam
Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki) yang dalam
implementasinya lebih banyak menganut Madzhab Imam Syafi’i, (2) Dalam
soal tauhid, menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-Asy-ari dan Imam Mansur
Al-Maturidi, dan (3) Dalam bidang tasawuf, menganut ajaran Imam Abu
Qosim Al-Junaidi.

2. Misi, bentuk, dan sistem organisasi Nahdlatul Ulama.


Sejak berkembangnya peradaban dunia, Nahdlatul Ulama sebagai
organisasi harus mengikuti perkembangan zaman. Hal ini dilakukan dengan
cara mengembangkan AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga) paling tidak lima tahun sekali. Berdasarkan keputusan Muktamar
tahun 2004 di Donohudan (Boyolali), disebukan “Tujuan Nahdlatul Ulama
didirikan yaitu berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Aswaja serta
menurut pada salah satu keempat madzhab besar (Imam Hambali, Imam
Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki) untuk mewujudkan tatanan
masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan
kesejahteraan umat.
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana penjelasan tersebut, maka NU
hendaknya menjalankan usaha-usaha sebagai berikut.
a. Bidang agama, NU harus berupaya melaksanakan ajaran Islam
yang menganut paham aswaja dan salah satu madzhab dalam
masyarakat.
b. Bidang pendidikan, NU harus berupaya mengembangkan
kebudayaan dan pengajaran sesuai dengan ajaran Islam untuk
membina umat agar menjadi muslim yang bertaqwa, berbudi luhur,
berpengalaman luas, dan berguna bagi bangsa dan Negara.
c. Bidang sosial, NU harus berupaya mewujudkan kesejahteraan lahir
batun bagi penduduk Indonesia.
d. Bidang ekonomi, NU harus berupaya mewujudkan pembangunan
ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan hasilnya
lebih diutamakan kepada ekonomi kerakyatan.
e. Mengembangkan usaha-usaha yang bersifat positif dan bermanfaat
bagi kesejahteraan masyarakat untuk mewujudkan Khaira Ummah.
3. Makna Lambang Nahdlatul Ulama

a. Gambar bola dunia, menggambarkan tempat hidup, berjuang, dan beramal


di dunia serta melambangkan bahwa asal manusia terbuat dari tanah dan akan
kembali menjadi tanah.
b. Gambar peta Indonesia, melambangkan Nahdlatul Ulama dilahirkan
dan didirikan di Indonesia.
c. Tali yang simpul, melambangkan persatuan yang kuat dan dua iktan di
bawahnya merupakan lambang hubungan antar sesama manusia dengan
Tuhan.
d. Sembilan bintang yang melingkari dunia jika disatukan menjadi Wali
Sanga yang melambangkan perjuangan penyebaran Islam dilakukan oleh
Wali Sanga. Bintang yang paling besar melambangkan Nabi Muhammad
SAW. Empat bintang di bawahnya melambangkan Khulaur Rasyidin
(sahabat Nabi). Empat bintang di bawah bola dunia melambangkan empat
madzhab (Imam Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki).
e. Tulisan Arab “Nahdlatul Ulama”, melambangkan nama organisasi yang
berarti kebangkitan ulama.
f. Warna hijau dan putih, melambangkan kesuburan tanah air dan kesucian.

4. Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama dan Lembaga Badan Otonom


Nahdlatul Ulama.
Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama:
1. PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), tingkat pusat yang
bertempat di Jakarta.
2. PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama), tingkat provinsi yang
bertempat di Ibu Kota Provinsi.
3. PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama), tingkat kota/kabupaten
yang bertempat di kota/kabupaten.
4. PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama), untuk luar
negeri, berkantor di Ibu Kota Negara yang telah dibentuk
kepengurusan NU
5. MWCNU (Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama), tingkat
kecamatan.
6. PRNU (Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama), tingkat kelurahan/desa
7. PARNU (Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama), tingkat
dusun/lingkungan.

Struktur Kepengurusan Nahdlatul Ulama:

1. Mustasyar: penasihat yang terdapat pada pengurus besar, pengurus


wilayah, pengurus cabang/pengurus cabang istimewa, dan majelis
wakil cabang.
2. Syuriah: pimpinan tertinggi NU yang terdiri atas rais, wakil rais,
beberapa rais, katib, a’wan, dan beberapa katib
3. Tanfidziyah: pelaksana yang terdiri atas ketua umum, wakil ketua
umum, sekretaris umum, beberapa sekretaris, bendaharan umum, dan
beberapa bendahara.

Badan Otonom NU Berdasarkan Kelompok Usia

1. Muslimat Nahdlatul Ulama


2. Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama
3. Fatayat Nahdlatul Ulama
4. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
5. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
6. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
7. Mahasiswa Ahli Thoriqoh Al-Mu’tabaroh Nahdliyin

5. Pengertian dan Kedudukan Ulama di Nahdlatul Ulama


Jamiyyah Nahdlatul Ulama adalah kumpulan para ulama yang bangkit
dan membangkitkan pengikutnya untuk mengamalkan syariat Islam berpaham
Aswaja. Kedudukan ulama dalam NU menempati posisi sentral sebagai yaitu
(1) ulama sebagai pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama, (2) ulama sebagai
pengelola Nahdlatul Ulama, (3) ulama sebagai pengendali kebijakan-kebijakan
Nahdlatul Ulama, dan (4) ulama sebagai panutan dan suri tauladan bagi
seluruh warga Nahdlatul Ulama. Hal itulah yang menyebabkan NU dan ulama
tidak dapat terpisahkan serta saling melengkapi dalam memberi manfaat. Oleh
karena itu, posisi dan peran ulama dalam NU sangatlah penting karena secara
organisatoris ulama di NU disediakan lembaga khusus yang dinamakan
“Lembaga Syuriah” yang berfungsi sebagai pengendali, pengawas, dan
penentu semua kebijaksanaan dalam Nahdlatul Ulama. Ulama dan Nahdlatul
Ulama merupakan tiang penyangga utama atau soko guru.

6. Jenis-Jenis Tradisi Keagamaan dalam Nahdlatul Ulama


Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial yang memiliki
komitmen terhadap kebangsaan dan kemanusiaan serta berpaham Aswaja. Hal
ini tentu saja dapat diimpelmentasikan melalui tindakan religious yang sesuai
dengan syariat agama Islam, salah satunya dengan menjalankan tradisi-tradisi
keagamaan NU. Berikut adalah tradisi-tradisi keagamaan yang dilakukan
warga NU.
a. Tahlil: tahlil atau tahlilan merupakan salah satu ciri khas warga
Nahdlatul Ulama, bahkan banyak perspektif bahwa seseorang dapat
dikatakan NU apabila mengikuti tahlilan. Tahlil berisi pembacaan
dzikir, tasbih, ayat Al-Qur’an, tahmid, dan lain-lain. Kegiatan tahlil
banyak dilakukan ketika seseorang mendoakan orang yang telah
meninggal dunia yang biasa dilakukan pada malam hari pertama
sampai malam ke-40, kemudian lanjut hingga hari ke-100, ke-1000,
dan haul. Tidak hanya itu, tahlilan biasanya juga dilakukan secara
rutin setiap hari Kamis.
b. Ziarah Kubur: warga NU tentunya sangat akrab dengan budaya
ziarah kubur yang melakukan kegiatan mendoakan arwah di dalam
kubur. Namun, ziarah kubur jangan dimaknai bahwa kaum NU
berdoa kepada kuburan, melainkan melalui orang-orang shalih yang
telah meninggal, mereka merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan
mengingatkan bahwa kehidupan pada hakikatnya adalah fana dan
tidak kekal.
c. Maulid Nabi: kegiatan Maulid Nabi dilakukan untuk
mengungkapkan kecintaan umat NU kepada Nabi Muhammad SAW
yang bertepatan dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW pada bulan
Robiul Awal. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk
keagamaan antara lain maulid diba’, berzanji, pengajian, dan
sebagainya.
d. Istighotsah: Istighotsah memiliki arti memohon pertolongan kepada
Allah SWT yang biasanya dilaksanakan dalam satu majelis.
e. Doa Qunut: Qunut terbagi menjadi tiga. Pertama, qunut shubuh,
Imam Syafi’i, menyatakan bahwa qunut shubuh dibacakan
berdasarkan hadist dari Anas bin Malik. Kedua, qunut nazilah
dibaca ketika sedang menghadapi kesusahan baik wabah penyakit,
tantangan, bencana, dan lain-lain. Ketiga, qunut witir dibaca pada
rakaat terakhir pada sholat witir di malam 16-30 bulan ramadhan.
f. Talqin Mayit: talqin artinya memahamkan atau mengingatkan.
Talqin dilakukan ketika jenazah sudah dikubur dan dipasang batu
nisan. Tata cara melakukan talqin adalah berposisi duduk di hadapan
kepala mayit.
g. Yasinan: Yasinan adalah kegiatan membaca surat Yasin secara
bersama-sama maupun sendiri yang biasanya dilaksanakan pada hari
Kamis atau malam Jum’at.
h. Sholawat: Sholawat merupakan bentuk penghormatan atau pujian
untuk mendoakan Nabi. Hal ini terkandung dalam Al-Qur’an surat
Al-Ahzab ayat 56 yang artinya “Sesungguhnya Allah dan malaikan-
malaikatNya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Qs. Al-Ahzab: 56)
BAB III
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA (IPNU)
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA (IPPNU)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami sejarah kelahiran IPNU IPPNU
2. Peserta memahami orientasi dan Trilogi IPNU dan IPPNU
3. Peserta memahami visi dan misi IPNU IPPNU
4. Peserta memahami hubungan IPNU dan IPPNU dengan Nahdlatul Ulama
beserta banom maupun ormas lainnya.
5. Peserta memahami makna lambang IPNU IPPNU
6. Peserta memahami tingkatan struktur organisasi IPNU IPPNU
7. Peserta memahami pengkaderan formal IPNU IPPNU
8. Peserta memahami tugas dan wewenang struktur organisasi IPNU IPPNU

B. Pembahasan Materi
1. Sejarah Kelahiran IPNU IPPNU
IPNU adalah singkatan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang
dibentuk pada tanggal 24 Februari 1954/20 Jumadil Akhir 1373 H di
Semarang. IPNU merupakan salah satu tempat berhimpun, wadah komunikasi,
wadah aktualisasi, dan wadah potensi generasi muda. Keberadaan IPNU
memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU sekaligus alat
perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai sumber daya insani yang
vital. Selain itu, munculnya organisasi IPNU IPPNU bermula dari adanya
jamiyyah yang bersifat lokal atau kedaerahan yang berupa kumpulan pelajar,
sekolah, dan pesantren yang awalnya dikelola oleh para ulama.
Awal kemunculan IPNU dimulai dari berdirinya Tsamrotul Mustafidin
tahun 1936, kemudian Persatuan Santri Nahdlatul Ulama (PERSANU) tahun
1939. Pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda, banyak pelajar yang ikut
dalam pergerakan melawan penjajah. Organisasi-organisasi tersebut yaitu
IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) yang berdiri tahun 1945, Ijtimauth,
Tolabiah, dan Syubbanul Muslim. Tidak hanya itu, pada tahun 1954 berdiri
organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU) di Bangil, Pasuruan. Lalu,
muncul nama yang hampir sama yakni IPNU di Medan dan diresmikan pada
tanggal 24 Februari 1954 M bertepatan dengan Muktamar LP Ma’arif.
Pada tanggal 24 Februari – 3 Maret 1955 IPNU mengadakan Kongres
pertama di Malang. Bersamaan dengan kegiatan kongres tersebut, remaja putri
mengadakan musyawarah dan berhasil membentuk organisasi Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) pada tanggal 2 Maret 1955. Berdasarkan
Kongres ke-1 sampai ke-6, status IPNU dan IPPNU masih menjadi anak asuh
LP Ma’arif. Kemudian, pada tanggal 20 Agustus 1966 IPNU dan IPPNU
meminta hak otonomi sendiri di bawah naungan Nahdlatul Ulama dengan
tujuan dapat mengatur rumah tangga dan memusatkan organisasi tersebut di
Ibu Kota Negara. Terdapat tiga aspek yang menjadi penyebab berdirinya
organisasi yakni (1) aspek ideologis, Indonesia adalah negara yang mayoritas
beragama Islam dan berpaham Aswaja sehingga perlu menyiapkan dan
melestarikan kader-kader yang akan menjadi penerus perjuangan NU dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Aspek pedagogis, keinginan
untuk menjembatani kesenjangan antara pelajar, mahasiswa, dan santri di
pendidikan umum maupun di pendidikan pondok pesantren. (3) Aspek
sosiologis, adanya persamaan tujuan, kesadaran, dan keikhlasan yang menjadi
suatu wadah pembinaan bagi penerus para ulama dan penerus perjuangan NU.
IPNU dan IPPNU beraqidah Islam yang berpaham Aswaja dengan
mengikuti salah satu madzhab (Imam Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi,
dan Imam Maliki). Pada bab II pasal 4 tentang asas disebutkan bahwa IPNU
IPPNU berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. IPNU dan IPPNU bersifat keterpelajaran,
kekeluargaan, kemasyarakatan, dan keagamaan. Fungsi dari IPNU dan IPPNU
yaitu (1) wadah perhimpunan pelajar Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan
semangat nilai-nilai Nahdliyah, (2) wadah komunikasi dalam menggalang
ukhuwah islamiyah, (3) wadah aktualisasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan
pengembangan, serta (4) wadah kaderisasi pelajar NU dalam menyiapkan
kader-kader bangsa.

2. Orientasi dan Trilogi IPNU IPPNU


Orientasi IPNU dan IPPNU berpijak pada kesemestaan organisasi dan
senantiasa menempatkan gerakan pada ranah keterpelajaran dan kaidah
belajar, berjuang, dan bertaqwa yang bercorak dasar dengan wawasan
kebangsaan, keislaman, keilmuan, dan keterpelajaran.
a. Wawasan Kebangsaan: wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan, mengakui keberagaman
masyarakat, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, hakikat yang
bermartabat manusia, tekad dan kepedulian nasib bangsa dan Negara
yang berlandaskan prinsip keadilan, persamaan, serta demokrasi.
b. Wawasan Keislaman: wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam
sebagai sumber nilai dalam menjalankan segala tindakan dan
peradaban. Ajaran Islam sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam
memiliki sifat memperbaiki dan menyempurnakan seluruh nilai-nilai
kemanusiaan.
c. Wawasan Keilmuan: wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan
sebagai alat untuk mencerdaskan anggota dan kader sehingga ilmu
pengetahuan menjadikan manusia seutuhnya dan tidak menjadi beban
sosial lingkungan. Peran ilmu pengetahuan sangat penting dalam
mencetak anggota dan kader yang mandiri, memiliki harga diri, dan
menumbuhkan kepercayaan diri terhadap kemampuan dirinya dalam
kehidupan bermasyarakat.
d. Wawasan Kekaderan: wawasan yang menempatkan organisasi sebagai
wadah untuk membina anggota agar menjadi kader yang memiliki
komitmen terhadap ideologi dan cita-cita organisasi. Selain itu,
menjadikan kader memiliki rasa tanggung jawab terhadap
pengembangan organisasi serta mampu menghayati dan mengamalkan
ajaran Aswaja.
e. Wawasan Keterpelajaran: wawasan yang menempatkan organisasi dan
anggota pada pemantapan diri sebagai certer of exellen (pusat
keutamaan), pemberdayaan sumber daya manusia terdidik, berilmu,
berkeahlian, memiliki pandangan masa depan, serta rencana yang
memihak kebenaran.
Selain memiliki orientasi, IPNU dan IPPNU memiliki Trilogi yang
menjadi semangat dalam menjalankan roda organisasi yaitu sebagai berikut.

a. Belajar: IPNU dan IPPNU merupakan wadah bagi semua anggota dan
kader untuk belajar dan melakukan proses pembelajaran tentang
segala hal secara berksinambungan. Dimensi belajar merupakan salah
satu wujud proses kaderisasi
b. Berjuang: IPNU dan IPPNU merupakan medan perjuangan bagi
anggota dan kader dalam mendedikasikan jiwa dan raga untuk
mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Perjuangan yang dilakukan
adalah perwujudan mandat sosial yang diembannya
c. Bertaqwa: IPNU dan IPPNU merupakan organisasi berbasis pada
keagamaan yang diorientasikan sebagai ibadah dan melakukan semua
kegiatan karena Allah SWT.

3. Visi dan Misi IPNU IPPNU


Visi IPNU IPPNU: “Terbentuknya pelajar-pelajar bangsa yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia, dan berwawasan
kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at
Islam menurut ahlusunnah wal jamaah yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.”
Misi IPNU IPPNU adalah (1) Menghimpun dan membina pelajar
Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi, (2) Mempersiapkan kader-
kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa, (3) Mengusahakan
tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan
sesuai dengan perkembangan masyarakat guna terwujudnya khairah ummah,
(4) mengusahakan jalinan komunikasi dan kerja sama program dengan pihak
lain selama tidak merugikan organisasi.

4. Hubungan IPNU IPPNU dengan Banom di Bawah Naungan Nahdlatul


Ulama
a. Hubungan dengan NU: sebagai perangkat dan badan otonom NU
memiliki kedudukan yang sama dengan badan otonom lainnya secara
kelembagaan.
b. Hubungan dengan Badan Otonom lain: dalam proses
mengimplementasi visi dan misi, IPNU dan IPPNU perlu mempercepat
kerja sana dan menjalin koordinasi baik dengan badan otonom lain.
Selain itu, melakukan koordinasi perihal posisi IPNU dan IPPNU di
semua tingkatan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam berkegiatan.
c. Hubungan dengan Eksternal: IPNU dan IPPNU merupakan generasi
muda bangsa Indonesia yang mampu melakukan kerja sama dengan
pihak/organisasi lain yang memiliki cita-cita memajukan organisasi
maupun NKRI. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan
kualitas anggota dan kader, organisasi, dan program kerja.

5. Makna lambang IPNU IPPNU


Lambang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
a. Lambang organisasi berbentuk bulat memberi arti perjuangan yang
tidak mengenal henti (continue)
b. Warna dasar hijau menandakan kesuburan
c. Warna kuning melingkar berarti hikmah dan cita-cita yang tinggi
d. Warna putih menandakan kesucian
e. Sembilan bintang melambangkan Nahdlatul Ulama, yakni (1) satu
bintang di atas melambangkan Nabi Muhammad SAW, (2) empat
bintang di kanan dan kiri melambangkan khulafaur rasyidin (Abu
Bakar, Umar bin Khotob, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib),
(3) empat bintang di bawah melambangkan empat madzab ((Imam
Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki).
f. Tulisan IPNU menunjukkan nama organisasi
g. Tiga titik di antara kata IPNU melambangkan trilogi (Belajar,
Berjuang, dan Bertaqwa)
h. Enam garis strip yang mengapit tulisan IPNU menandakan rukun iman
i. Dua kitab di bawah bintang berarti Al-Qur’an dan Hadist
j. Dua burung angsa bersilang mengandung makna ilmu umum dan
agama

Lambang Ikatan Putri Pelajar Nahdlatul Ulama

a. Lambang organisasi berbentuk segitiga memiliki arti iman, islam, dan


ihsan
b. Warna hijau bermakna kebenaran, kesuburan, dan dinamis
c. Warna kuning menandakan hikmah dan cita-cita yang tinggi
d. Warna putih bermakna kesucian atau kejernihan
e. Sembilan bintang melambangkan Nahdlatul Ulama, yakni (1) satu
bintang di atas melambangkan Nabi Muhammad SAW, (2) empat
bintang di kanan dan kiri melambangkan khulafaur rasyidin (Abu
Bakar, Umar bin Khotob, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib),
(3) empat bintang di bawah melambangkan empat madzab ((Imam
Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki)
f. Tulisan IPPNU menunjukkan nama organisasi
g. Dua kitab di bawah bintang berarti Al-Qur’an dan Hadist
h. Bunga melati melambangkan perempuan yang memiliki pemikian
yang bersih dan kesucian hati dengan memadukan dua unsur ilmu
pengetahuan dan agama
i. Lima titik di antara tulisan IPPNU melambangkan rukun Islam

6. Tingkatan Struktur Organisasi IPNU dan IPPNU


a. Pimpinan Pusat: Pimpinan Pusat (PP IPNU IPPNU) berada di tingkat
pusat yang berkedudukan di Ibu Kota Negara dengan masa jabatan tiga
tahun.
b. Pimpinan Wilayah: Pimpinan Wilayah (PW IPNU IPPNU) berada di
tingkat provinsi yang berkedudukan di Ibu Kota Provinsi dengan masa
jabatan dua tahun.
c. Pimpinan Cabang: Pimpinan Cabang (PC IPNU IPPNU) berada di
tingkat kota/kabupaten yang berkedudukan di kota/kabupaten dengan
masa jabatan dua tahun.
d. Pimpinan Anak Cabang: Pimpinan Anak Cabang (PAC IPNU IPPNU)
berada di tingkat kecamatan yang berkedudukan di kecamatan dengan
masa jabatan dua tahun.
e. Pimpinan Ranting: Pimpinan Ranting (PR IPNU IPPNU) berada di
tingkat desa\kelurahan yang berkedudukan di desa/kelurahan dengan
masa jabatan dua tahun.
f. Pimpinan Komisariat: Pimpinan Komisariat (PK IPNU IPPNU) berada
di tingkat sekolah atau universitas yang berkedudukan di sekolah
maupun universitas dengan masa jabatan dua tahun.

7. Pengkaderan Formal IPNU IPPNU


a. Makesta: Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) merupakan jenjang
pengkaderan sebagai wahana untuk mengantarkan calon anggota IPNU
IPPNU untuk belajar dari kehidupan individual menuju kehidupan
sosial. Jenjang ini sebagai gerbang pertama untuk menjadi anggota
IPNU IPPNU
b. Lakmud: Lakmud (Latihan Kader Muda) merupakan latihan kader
tingkat awal yang menekankan pada pembentukan watak, analisis &
pengembangan diri, serta meningkatkan rasa memiliki organisasi.
Syarat mengikuti Lakmud adalah telah melaksanakan jenjang
pengkaderan Makesta.
c. Lakut: Lakut (Latihan Kader Utama) merupakan latihan kader tingkat
tinggi yang menekankan pada pengolahan idealism kader dalam
pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu,
kegiatan Lakut diharapkan menghasilkan pemimpin dan aktivis
organisasi yang berkualitas.

8. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi IPNU IPPNU

Jabatan Hak dan Wewenang Tugas dan Kewajiban

 Menentukan kebijakan  Memegang kepemimpinan


organisasi yang bersifat secara umum.
umum dengan tetap  Koordinator umum
mengindahkan ketentuan pelaksanaan tugas
yang berlaku. personalia pimpinan.
 Pemegang kebijakan  Mengamati dan
tertinggi. mengendalikan tugas
 Meminta personalia pimpinan.
pertanggungjawaban  Mengevaluasi secara
terhadap segala tindakan dan umum program dan
kebijakan fungsionalis kegiatan (tahunan) yang
Ketua pimpinan yang dilakukan telah dilaksanakan selama
atas nama organisasi. kurun waktu masa jabatan
 Menandatangani surat-surat (2 tahun).
yang bersifat umum, baik  Bertanggungjawab
surat masuk maupun surat terhadap kelancaran dan
keluar. keberadaan organiasi
secara regional.
 Bertanggungjawab
terhadap segala tindakan
dan kebijaksanaan
organisasi secara umum
kepada anggota.
Wakil Ketua  Merumuskan dan  Membantu ketua dalam
menentukan kebijaksanaan menjalankan roda
organisasi sesuai dengan organisasi.
bidang atau pelaksana  Mengoordinasikan
program yang di bawah kegiatan-kegiatan sesuai
koodinasinya. dengan program-program
 Menggantikan atau mewakili tiap departemen.
ketua jika berhalangan hadir.  Mengawasi dan
 Menandatangani surat-surat mengendalikan
sesuai bidang atau program pelaksanaan program-
apabila ketua berhalangan program yang berada di
bawah koordinasinya.
 Mengevaluasi secara
umum program dan
kegiatan (tahunan) yang
telah dilaksanakan selama
kurun waktu masa jabatan
(2 tahun).
 Bertanggungjawab kepada
ketua.
 Menyusun dan membuat  Mendampingi dan
kebijakan umum tentang bekerjasama dengan ketua
administrasi. dalam mengatur tugas-
 Bersama ketua membuat tugas organisasi.
garis-garis kebijaksanaan  Mengatur dan
organisasi secara umum menertibkan sistem
 Menandatangani surat-surat administrasi secara umum
Sekretaris yang bersifat umum  Mengelola dan mengawasi
menyangkut internal maupun tugas-tugas sekretariatan
eksternal organisasi. secara umum
 Mendampingi ketua dalam  Mengevaluasi secara
menjalankan kebijakan umum program dan
organisasi serta mewakili kegiatan (tahunan) yang
ketua jika berhalangan. telah dilaksanakan selama
kurun waktu masa jabatan.
Bendahara  Membuat dan menentukan  Mengusahakan sumber
kebijakan umum menyangkut keuangan organisasi yang
keuangan tentang anggaran halal dan mengikat
pendapatan dan belanja melalui persetujuan ketua.
organisasi tahunan dalam  Menyusun anggaran
satu periode bersama ketua. pendapatan dan belanja
 Bersama sekretaris dan ketua organisasi (enam bulan)
mengevaluasi program yang yang telah atau akan
telah dilaksanakan. dilaksanakan dalam kurun
 Meminta waktu satu periode.
pertanggungjawaban  Mengatur dan mengawasi
keuangan dari panitia sirkulasi keuangan
pelaksana dalam organisasi dengan
menjalankan program sepengetahuan ketua
kegiatan.  Melaporkan neraca
 Menandatangani surat-surat keuangan organisasi
yang berkaitan dengan secara berkala kepada
keuangan bersama ketua dan anggota.
sekretaris.  Bertanggungjawab kepada
ketua.
 Menyusun dan merumuskan  Melaksanakan program
langkah-langkah operasional kerja yang telah
program hasil rapat anggota ditetapkan organisasi.
yang berkaitan dengan  Memberikan laporan
pembinaan kader. tahunan atas kegiatan-
 Bersama ketua menetapkan kegiatan yang telah
Departemen
kebijaksanaan organisasi dilaksanakan kepada
Kaderisasi
secara operasional. anggota.
 Mengembangkan program  Bertanggungjawab kepada
pendidikan dan ketua.
pengembangan kader secara
formal dan informal dalam
kurun waktu satu periode.
 Menyusun dan merumuskan  Melaksanakan program
langkah-langkah operasional kerja yang telah
program hasil rapat anggota ditetapkan organisasi.
yang berkaitan dengan  Memberikan laporan
dakwah. tahunan atas kegiatan-
Departemen  Bersama wakil ketua kegiatan yang telah
Dakwah menetapkan kebijaksanaan dilaksanakan kepada
organisasi secara operasional. anggota.
 Menyiarkan dakwah Aswaja  Bertanggungjawab kepada
dan mengembangkan tatanan wakil ketua.
lingkungan dalam kurun
waktu satu periode.
Departemen  Menyusun dan merumuskan  Melaksanakan program
Olah raga, langkah-langkah operasional kerja yang telah
program hasil rapat anggota ditetapkan organisasi.
yang berkaitan dengan minat  Memberikan laporan
dan bakat. tahunan atas kegiatan-
 Bersama wakil ketua kegiatan yang telah
Seni, dan menetapkan kebijaksanaan dilaksanakan kepada
Budaya organisasi secara operasional. anggota.
 Mengembangkan konsep  Bertanggungjawab kepada
pengembangan minat dan wakil ketua.
bakat dalam organisasi dalam
kurun waktu satu periode.
 Menyusun dan merumuskan  Melaksanakan program
langkah-langkah operasional kerja yang telah
program hasil rapat anggota ditetapkan organisasi.
yang berkaitan dengan  Memberikan laporan
organisasi. tahunan atas kegiatan-
Departemen
 Bersama wakil ketua kegiatan yang telah
Organisasi
menetapkan kebijaksanaan dilaksanakan kepada
organisasi secara operasional. anggota.
 Mengembangkan dan  Bertanggungjawab kepada
mengatur organisasi secara wakil ketua.
keseluruhan.
BAB IV
KEINDONESIAAN

A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami sejarah singkat kemerdekaan Indonesia
2. Peserta memahami peran dan kontribusi Nahdlatul Ulama dalam kemerdekaan
Indonesia
3. Peserta memahami jasa para ulama dalam perjuangan kemerdekaan
4. Peserta memahami tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama sebagai pahlawan nasional
5. Peserta memahami jati diri bangsa Indonesia

B. Pembahasan Materi
1. Sejarah Singkat Kemerdekaan Indonesia
Identitas Indonesia baru digunakan pertama kali saat Kongres Pemuda
II tanggal 28 Oktober 1928 yang bertepatan dengan “Sumpah Pemuda”.
Sebelum muncul nama Indonesia, dahulu sering disebut dengan Nusantara.
Indonesia menjadi incaran banyak negara karena bahan-bahan rempah yang
sangat melimpah. Pertama, bangsa Portugis di tahun 1509 berhasil mengusai
serta menjajah wilayah Malaka, Ternate, dan Madura. Hal yang dilakukan
rakyat Indonesia adalah melakukan perlawanan dari Fatahillah (Demak) yang
berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis pada tahun 1602. Kemudian,
pasukan Belanda dating ke wilayah Banten di bawah pimpinan Cornelis de
Houtman. Saat itu, Belanda berkeinginan membentuk VOC (Vereenigde Oost-
Indische Compagnie) dan mengusai rempah-rempah milik Indonesia. Rencana
pembentukan VOC diwarnai dengan beberapa perjanjian antara lain perjanjian
Bongaya, perjanjian Giyanti, dan lain-lain. Berjalan beberapa tahun, VOC
mengalami pembubaran dan kebangkrutan yang disebabkan oleh pegawai
VOC yang melakukan tindakan korupsi. Setelah VOC dibubarkan, Belanda
menunjuk Herman Willam Daendles sebagai Gubernur jenderal Hindia-
Belanda. Program yang ia dilaksanakan yaitu membangun jalan Anyer-
Panarukan.
Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia untuk menjajah dan
menyerang Belanda sehingga Belanda mengalami kekalahan tanpa syarat.
Pemerintahan Jepang berada di tanah air selama kurang lebih 3,5 tahun. Tidak
berlangsung lama, Jepang mengalah dan kembali ke negaranya karena Kota
Hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh pasukan Sekutu dalam Perang
Dunia II. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam dan langsung membentuk
BPUPKI atau Dokuritsu Jumbi Cosakai yang dipimpin oleh Dr. Radjiman
Widyodiningrat. Tanggal 14 Agustus 1945, golongan muda mendesak agar
golongan tua sesegera mungkin melakukan prosesi kemerdekaan.
Terdapat peristiwa dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, yakni
peristiwa penculikan Ir. Soekarno dan M. Hatta oleh golongan muda untuk
mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Peristiwa tersebut
bernama peristiwa Rengasdengklok. Setelah kembali ke Jakarta, Ir. Soekarno
dan M. Hatta mulai menyusun teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik
di Rumah Laksamana Maeda. Tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB teks
proklamasi berhasil dibacakan yang menandakan Indonesia telah merdeka di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Tanggal 18 Agustus 1945, terjadi
koordinasi yang menghasilkan Undang-Undang Dasar 1945, terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penetapan Ir. Soekarno dan
M. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

2. Peran dan kontribusi Nahdlatul Ulama dalam kemerdekaan Indonesia


Perjuangan Nahdlatul Ulama dalam mengawal kemerdekaan Indonesia
tidak terlepas dari sosok yang menjadi pahlawan nasional, yakni K.H Hasyim
Asy-ari sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama. Beliau adalah sosok sentral dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui gerakan Resolusi Jihad pada
Oktober 1945. K.H Hasyim Asy-ari menyuarakan tentang perjuangan rakyat
Indonesia dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini
muncul kaidah yang disuarakan dengan istilah Hubbul wathan Minal Iman
(Mencintai tanah air adalah bagian dari iman). Resolusi Jihad yang digagas
oleh K.H Hasyim Asy-ari memiliki lima butir, yaitu (1) kemerdekaan
Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan,
(2) Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus
dijaga dan ditolong, (3) musuh Republik Indonesia yaitu Belanda yang
kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris pasti akan menggunakan
cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia. (4) Umat
Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah
Belanda dan sekutunya yang ingin menjjah Indonesia kembali, dan (5)
kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi
setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 KM, sedangkan mereka yang
tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap
mereka yang berjuang.

3. Jasa Para Ulama dalam Perjuangan Kemerdekaan


Pada proses perjuangan kemerdekaan Indonesia, ulama memiliki peran
dan andil yang besar serta tidak dapat diabaikan. Terdapat enam jasa utama
para ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
a. Menyadarkan rakyat akan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan
penjajah.
b. Memimpin gerakan non-kooperatif pada penjajah Belanda dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren di daerah terpencil.
c. Mengeluarkan fatwa atau resolusi wajibnya jihat (perjuangan) serta
mengobarkan semangat dalam melawan penjajah.
d. Memobilisasi dan memimpin rakyat dalam perjuangan fisik melawan
penjajah.
e. Menyerukan persatuan membela dan mempertahakan kemerdekaan
Republik Indonesia yang diproklamasikan oleh Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta.
f. Turut berperan aktif dalam mengisi awal kemerdekaan dengan
tergabung dalam BPUPKI.

4. Tokoh-Tokoh Nahdlatul Ulama sebagai Pahlawan Nasional


Para ulama yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Mereka memiliki
semangat khidmah yang sangat luar biasa untuk bangsa, negara, dan agama.
Tokoh-tokoh yang memiliki peran dalam bangsa Indonesia sebagai berikut.
a. K.H Hasyim Asy-ari: Kyai Hasyim atau Mbah Hasyim adalah tokoh
utama sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama. Selain itu, beliau adalah
pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. K.H
Hasyim Asy-ari merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar
NU sampai akhir hayatnya.
b. K.H Abdul Wahid Hasyim: H. Abdul Wahid Hasyim adalah putra K.H
Hasyim Asy-ari sekaligus ayah dari K.H Abdurrahman Wahid,
Presiden ke-4 RI. Beliau tercatat sebagai salah satu anggota BPUPKI
dan PPKI dalam menyiapkan kemerdekaan Indonesia.
c. K.H Zainul Arifin: K.H Zainul Arifin adalah tokoh NU asal Barus,
Sumatra Utara. Beliau bersaja dalam pembentukan pasukan semi
militer Hizbullah, lalu menjadi panglima perang. Selain itu, H. Zainul
Arifin pernah menjadi perdana menteri Indonesia dan ketua DPR-GR.
Beliau juga berjasa dalam menjadi anggota Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan K.H Zainul Arifin sebagai
pahlawan nasional pada 4 Maret 1963.
d. K.H Zainal Mustafa: K.H Zainal Mustafa adalah tokoh NU dari
Tasikmalaya, Jawa Barat dan menjadi salah satu wakil rais syuriah.
Beliau merupakan salah satu kyai yang menentang penjajahan Belanda.
Oleh karena itu, beliau para santrinya dalam peperangan melawan
penjajahan. Dengan jasa-jasa tersebut. K.H Zainal Mustafa ditetapkan
sebagai pahlawan nasional pada tahun 1972.
e. K.H Idham Khalid: K.H Idham Khalid adalah kyai yang pernag
diamanhi sebagai ketua umum PBNU tahun 1956 sampai 1984 yang
menjadikan beliau menjadi ketua umum PBNU dengan masa jabatan
terlama. Beliau pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri
Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda.
Beliau juga pernah menjadi ketua MPR dan DPR. Kyai Idham Khalid
ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2011 dan
gambarnya diabadikan di pecahan uang kertas baru Rp 5.000.
f. K.H Abdul Wahab Hasbullah: Kyai Wahab merupakan salah satu
pendiri NU yang sebelumnya dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi
Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran), Madrasah Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Negeri), dan Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Pedagang).
Beliau pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tambakberas (Jombang) dan seorang penggagas Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI). Kyai Wahab juga pernah menjadi rais PBNU.
g. K.H As’ad Syamsul Arifin: K.H As’ad Syamsul Arifin merupakan
seorang kyai dalam peperangan melawan penjajah. Beliau menjadi
pengasuk Pondok Pesantren Salafiyah (Situbondo) dan pemimpin para
pejuang di Situbondo. Ketika terjadi revolusi fisik, Kyai As’ad menjadi
motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan sekutu
pada 10 November 1945 di Surabaya. Beliau ditetapkan sebagai
pahlawan nasional pada 6 November 2016.
h. K.H Syam’un: K.H Syam’un merupakan tokoh Nu sekaligus perwira
tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA) dan berpangkat mayor
tahun 1943. Tahun 1948 beliau naik pangkat menjad Brigadir Jenderal
dan memimpin perang gerilya di Banten. K.H Syam’un wafat tahun
1949 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November
2018.
i. K.H Masykur: K.H Masykur merupakan tokoh NU yang pernah
menjadi anggota BPUPKI dalam menyiapkan kemerdekaan Indonesia
sekaligus pernah terlibat dalam perumusan Pancasila sebagai dasar
negara. Beliau tercatat sebagai pendiri Pembela Tanah Air (PETA).
Rekam jejak K.H Masykur adalah pemimpin barisan sabilllah tanggal
10 November 1945 di Surabaya, Menteri Agama tahun 1947 – 1949
dan 1953 – 1955, anggota DPR RI tahun 1956 – 1971, dan Dewan
Pertimbangan Agung tahun 1968. Beliau ditetapkan sebagai pahlawan
nasional pada tanggal 8 November 2019.
j. H. Andi Mappanyukki: H. Andi Mappanyukki berasal dari Suku Bugis
pendiri NU di Sulawesi Selatan yang berjuang melawan penjajahan
Belanda dan Jepang tahun 1945 – 1949. Beliau mendapatkan gelar
sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK. Pres RI No. 089 5
November 2004.
k. H. Andi Djemma: H. Andi Djemma berasal dari Suku Lawu pendiri
NU di Sulawesi Selatan. Beliau adalah pejuang pelawan penjajahan
Belanda tahun 1946 – 1948. H. Andi Djemma mendapatkan gelar
pahlawan nasional berdasarkan SK. Pres No. 073 6 November 2002.

5. Jati Diri Bangsa Indonesia


Cinta tanah air adalah rela berkorban untuk tanah air dan membela
tanah air dari segala ancaman dan gangguan dari bangsa luar. Bentuk cinta
tanah air dengan memlihara persatuan dan kesatuan untuk membangun negara.
Selain itu, bentuk cinta tanah air dapat dilakukan seperti memperingati hari
kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, melaksanakan
upacara bendera sebagai bentuk menghargai jasa para pahlawan, serta
melantunkan Lagu Indonesia Raya dan Pancasila sebagai dasar Negara. Hal
ini akan berdampak pada kehidupan rakyat dalam berbangsa maupun
bernegara. Sebagai pemuda generasi penerus bangsa, hal yang dilakukan
antara lain belajar ilmu agama dan umum dengan giat, menjaga kebersihan
lingkungan, menghormati orang tua, menghargai teman meskipun berbeda
keyakinan, serta bermanfaat bagi orang lain.
Jati diri bangsa adalah identitas sutu bangsa yang menjadi pemicu
semangat kesinambungan hidup bangsa yang bersangkutan. Jati diri bangsa
Indonesia adalah identitas bangsa Indonesia yang menjadi pemberi semangat
demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia dapat
diimplementasikan melalui citra budaya dan peradaban bangsa Indonesia yang
telah ada sebelumnya bangsa ini ada hingga merdeka. Jati diri akan tampak
pada karakter bangsa yang merupakan pewujudan dari nilai-nilai luhur bangsa.
Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai luhur terdapat pada dasar Negara yaitu
Pancasila yang berisi konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sove-
reinitas, dan sosialitas. Membangun jati diri bangsa Indonesia berarti
membangun jati diri rakyat Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila.
Proses tersebut akan menampakkan wajah dalam bentuk sikap dan perilaku
setiap manusia terhadap tantangan yang dihadapi.
BAB V
KEORGANISASIAN & KEPEMIMPINAN

A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami pengertian, ciri-ciri, dan unsur-unsur organisasi
2. Peserta memahami jenis-jenis organisasi berdasarkan klasifikasi
3. Peserta memahami pentingnya organisasi bagi pelajar
4. Peserta mengetahui filosofis dan defisinisi kepemimpinan
5. Peserta memahami teori kepemimpinan
6. Peserta mengetahui fungsi, tipe, dan tugas pemimpin
7. Peserta memahami cara meningkatkan kualitas kepemimpinan

B. Pembahasan Materi
1. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Unsur-Unsur Organisasi
Menurut Sarwoto organisasi adalah proses kerja sama sejumlah yang
terikat dalam hubungan formal dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama
dan yang telah ditentukan. Pendapat di atas didukung oleh John Gains yang
mengemukakan bahwa organisasi adalah tata hubungan antara orang-orang
untuk dapat memungkinkan tercapainya tujuan serta kerja sama dengan
adanya pembagian tugas dan tanggung jawab. Dari dua pendapat tersebut,
organisasi dapat ditinjau dari dua sorotan. Pertama, organisasi sebagai wadah
kegiatan administrasi yang dilaksanakan sehingga bersifat statis atau seperti
benda mati. Kedua, organisasi sebagai hal yang hidup, manakala kita melihat
bahwa organisasi dapat melawan tindakan sewenang-wenang dari seorang
oknum, organisasi dapat merevolusi, organisasi mendukung atau tidak
mendukung suatu kebijakan.
Ciri-ciri umum organisasi yakni (1) koordinasi upaya adalah kerja
sama antara dua orang atau lebih. (2) Tujuan utama bersama koordinasi upaya
tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak yang telah bersatu mencapai
persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu yang merupakan kepentingan
bersama. (3) Pembagian jobdesk kerja, dengan membagi tugas-tugas untuk
memanfaatkan sumber daya manusia dalam organisasi. (4) Hirarki otoritas,
dengan memilih personal yang bertugas mengarahkan dan mempimpin suatu
kegiatan.

Unsur-Unsur Organisasi

1. PD dan PRT (Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga)


2. Personalia organisasi
3. Struktur organisasi
4. Program organisasi
5. Pembagian kerja
6. Permusyawaratan

2. Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan Klasifikasi


Organisasi memiliki banyak jenis berdasarkan klasifikasi. Berikut
adalah jenis-jenis organisasi yang terdapat di Indonesia.
a. Organisasi Kesiswaan dan Kemahasiswaan: Badan Eksekutif
Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, OSIS, dan lain-lain
b. Organisasi Profesi: PGRI, IDI, PWI, IKADIN, dan lain-lain
c. Organisasi Minat: Komunitas Seni, Grup Musik, Kelompok Supporter
Tim, dan lain-lain
d. Organisasi Politik: Berbagai Partai Politik
e. Organisasi Keagamaan: NU, Muhammadiyah, IPNU IPPNU, PMII,
dan lain-lain
f. Organisasi Sosial: Lazisnu, BMH, BPD, LMK, LPMK, dan lain-lain

3. Pentingnya Organisasi Bagi Pelajar


Organisasi menjadi suatu wadah sekelompok orang yang memiliki
tujuan tertentu. Tidak hanya itu, dalam berorganisasi setiap personal akan
mendapatkan manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai
pelajar, tentunya tidak dapat terlepas dari kegiatan pembelajaran di sekolah
atau di kampus. Namun, akan memberikan dampak positif tambahan ketika
terjun dalam organisasi. Manfaat dari pentingnya mengikuti organisasi bagi
pelajar adalah sebagai berikut.
a. Sebagai wadah untuk mengasah minat dan bakat
b. Sebagai wadah untuk menambah relasi atau pertemanan
c. Mampu mengatur atau memanajemen waktu
d. Mampu menjadi lebih percaya diri
e. Mampu mengukur kemampuan diri
f. Mamuu belajar menjadi pemimpin
g. Mampu memberi manfaat bagi orang lain
h. Mampu memiliki sifat berani, tegas, adil, arif, dan bijaksana

4. Filosofi dan Definisi Kepemimpinan


Setiap manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri.
Dengan hal ini, kepemimpinan adalah urusan setipa orang. Setiap pemimpin
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Teori kepemimpinan
perlu dipelajari, dihayati, dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada abad 21 minimal individu harus bias memimpin dirinya sendiri kemudian
memimpin orang lain. Terdapat pembekalan dalam proses kepemimpinan,
yakni leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence,
enterprencurship, global citizenship, problem solving, dan team work.
Word Economic Forum, Future of Job Report 2018 mengungkapkan
bahwa salah satu keterampilan di tahun 2022 yang perlu dikembangkan adalah
kepemimpinan. Filosofis ilmu kepemimpinan yaitu ontologi, aksiologi, dan
epistemologi. Ontologi kepemimpinan berkaitan dengan pertanyaan apakah
kepemimpina itu? Apakah kepemimpinan efektif itu? Apakah yakin bahwa
kepemimpinan efektif berpengaruh pada pengikutnya? Apakah yakin bahwa
kepemimpinan efektif dapat mewujudkan tujuan yang telah dirancang?.
Aksiologi kepemimpinan berhubungan dengan pertanyaan untuk apa atau apa
tujuan kepemimpinan itu? Apa manfaat kepemimpinan itu?. Epistemologi
kepemimpinan berkaitan dengan pertanyaan bagaimana melaksanakan
kepemimpinan? Bagaimana mengefektifkan kepemimpinan secara
berkelanjutan? Bagaimana mengembangkan kepemimpinan?.
Kepemimpinan berasal dari terjemahan bahasa Inggris yang berarti
leadership (leader). Kata leader muncul sekitar tahun 1300-an, sedangkan
leadership muncul pada tahun 1700-an. Kepemimpinan adalah tindakan
memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir bersama (Bush, 2008).
Kepemimpinan juga memiliki arti perilaku atau sikap seorang individu yang
memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin
dicapai bersama. Kepemimpinan didefinisikan orang sesuai sudut pandang
masing-masing. Meskipun sudah berbagai definisi tentang kepemimpinan,
tetapi tidak satupun yang dapat ditarik benang merah. Dari kedua pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yaitu proses memengaruhi
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, komponen-komponen kepemimpinan dapat
dimaknai secara fenomenologis yakni (1) kepemimpinan sebagai proses, (2)
kepemimpinan sebagai cara memengaruhi, (3) kepemimpinan sebagai
peristiwa yang terjadi dalam kelompok, (4) kepemimpinan sebagai cara untuk
mencapai tujuan bersama, dan (5) kepemimpinan sebagai cara mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.

5. Teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat: teori sifat berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik
khas yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan dan
menekankan pada atribut-atribut pribadi dari seorang pemimpin.
Contohnya antara lain kecerdasan, inisiatif, antusiasme, kejujuran,
percaya diri, dan lain-lain.
b. Teori Kelompok: teori kelompok berorientasi pada pertukaran antara
pemimpin dan pengikutnya serta pengambilan keputusan dan
membantu pengikutnya.
c. Teori Situasional & Model Kontingensi: teori ini menghubungkan
pemimpin dan struktur fungsi, derajat tugas dan struktur tugas, serta
mementingkan tugas atau otoritarif dan hubungan kemanusiaan.
d. Teori Jalur-Tujuan: teori jalur-tujuan berusaha meramalkan efektifitas
kepemimpinan dalam berbagai situasi. Teori ini memfokuskan
bagaimana pemimpin memengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan
kerja, pengembangan diri, dan jalan untuk mencapai tujuan.

6. Fungsi, Tipologi, dan Tugas Pemimpin


Menurut Haidar Nawawi, terdapat lima fungsi pemimpin dalam
menjalani roda kepemimpinan, yaitu (1) fungsi instruktif, pemimpin berfungsi
sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara
melakukan), bilamana (waktu memulai), dan dimana (tempat melakukan
perintah) agar keputusan yang diambil dapat diwujudkan secara efektif. (2)
Fungsi Konsultatif, pemimpin dapat menggunakan fungsi ini sebagai sarana
komunikasi dua arah. (3) Fungsi Partisipatif, pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpin, baik dalam pengambilan keputusan
maupun pelaksanaannya. (4) Fungsi Delegasi, pemimpin memberikan
limpahan wewenang dalam hal merancang atau memutuskan kebijakan. (5)
Fungsi Pengendalian, pemimpin yang efektif harus mampu mengatur aktivitas
pengikutnya secara terarah dan berkoordinasi secara efektif sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama. Selain memiliki fungsi, ketua
juga memiliki tugas dalam memimpin suatu kegiatan atau organisasi. Berikut
adalah tugas umum sebagai seorang pemimpin.
a. Menyusun rencana kegiatan atau kerja
b. Mendorong motivasi kepada anggota
c. Membina anggota dengan baik
d. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
e. Menyusun fungsi manajemen
f. Menjadi penggerak yang baik
g. Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar.
Pada suatu roda kepemimpinan, pemimpin memiliki tipe atau model
cara dalam memimpin kegiatan maupun organisasi sehingga dapat
membedakan pemimpin satu dengan yang lainnya. Berikut adalah tipe atau
model kepemimpinan.
a. Tipe Kharismatik, pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang
memiliki daya tarik dan wibawa yang luar biasa sehingga pengikutnya
sangat tertarik dengan pemimpin kharismatik.
b. Tipe Paternalistis, pemimpin yang bertipe seperti menjadi orang tua.
Tipe ini memiliki dua ciri-ciri yakni menganggap anggotanya belum
memiliki kedewasaan dan selalu bersikap melindungi serta harus tau
segala hal.
c. Tipe Militeristik, tipe ini memiliki empat ciri-ciri, (1) menggunakan
sistem perintah kepada anggotanya, (2) menuntut kedisiplinan dari
anggotanya, (3) kurang menghendaki saran-saran dari anggotanya, dan
(4) komunikasi hanya berlangsung satu arah. Tipe militeristik bisa
mengarahkan fokus hal yang dilakukan sesuai tujuan yang hendak
dicapai.
d. Tipe Otokratis, tipe kepemimpinan otokrat berlandaskan diri pada
kekuasaan dan perintah yang bersifat memaksa. Pemimpin tipe ini
selalu berperan sebagai pemain tunggal dan menganggap organisasi
adalah kepemilikan pribadi.
e. Tipe Demokratis, tipe pemimpin yang menerima segala kritik dan saran
yang membangun sesuai dengan tujuan bersama. Pemimpin dengan
tipe ini lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi. Terdapat pula koordinasi perkejaan dari semua anggota
dengan penekanan rasa tanggung jawab dan kerja sama.
f. Tipe Laisser Faire, tipe pemimpin yang tidak ikut partisipatif dalam
kegiatan dan tanggung jawab diserahkan kepada anggotanya.
Pemimpin yang memiliki tipe tersebut hanya merupakan pimpinan
simbolis.

7. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW


Berdasarkan ilmu manajemen Nabi Muhammad SAW dapat dijadikan
teladan dan panutan bagi umat Islam. Michael Hart dalam buku berjudul “100
Tokoh Dunia” mengungkapkan bahwa urutan seseorang yang paling dihormati
menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin. Mengapa demikian?
Karena tidak ada pemimpin sekaliber Nabi Muhammad SAW yang mana
pengikutnya begitu banyak dan fanatik meskipun tidak pernah menemuinya,
bahkan semakin mencintai ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW. Sikap
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ditulis dalam firman Allah SWT surat
Al-Ahzah ayat 21 yang artinya “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar
ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat
Allah. Ayat diatas mengukuhkan bahwa Nabi Muhammad SAW hidup bukan
hanya untuk dirinya saja, melainkan hidup untuk umat dan pengikutnya
dengan bermodalkan mandiri, jujur, penyabar, adil, memiliki visi,
berwawasan, tegas, dan penyayang.

8. Cara Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan


Seorang pemimpin harus memiliki kualitas dan elektabilitas dalam
memimpin seuatu kegiatan maupun organisasi. Terdapat upaya-upaya dalam
meningkatkan kualitas elektabilitas sebagai seorang pemimpin. Pertama,
menganalisis diri dengan cara mengetahui kemampuan diri secara
menyeluruh. Kedua, selalu menjadi tauladan dan memiliki perilaku yang baik
agar menjadi contoh untuk anggotanya. Ketiga, selalu berusaha meningkatkan
kemampuan dan wawasan diri. Keempat, selalu berusaha menambah
experience (pengalaman) diri melalui kegiatan-kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai