Khoyrul Anwar
(Ketua Bidang Kaderisasi PP IPNU 2019-2022)
MODUL MAKESTA
[MASA KESETIAAN ANGGOTA]
PIMPINAN ANAK CABANG IPNU IPPNU
KECAMATAN KOTA – KOTA KEDIRI
Penanggung Jawab
Reynald Bagus A. (Ketua Umum PAC IPNU)
Yunita Wijayani (Ketua Umum PAC IPPNU)
Yuliantoro Wahyu T.B. (Sekretaris Umum PAC IPNU)
Ardya Khoirun Nisa’ (Sekretaris Umum PAC IPPNU)
Pengarah
Koordinator PAC IPNU IPPNU Bidang Kaderisasi
Penulis
Departemen Kaderisasi
Editor
Mohamad Fani Alfian
Desain Cover
Mohamad Fani Alfian
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan modul Makesta (Masa Kesetiaan
Anggota) Pimpinan Anak Cabang IPNU IPPNU Kecamatan Kota, Kota Kediri. Tidak lupa,
showalat serta salam semoga senantiasatercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
kita mampu keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang.
Makesta atau Masa Kesetiaan Anggota menjadi gerbang awal untuk mengukuhkan
diri sebagai anggota IPNU IPPNU yang memiliki legalitas secara administrasi maupun
kaderisasi. Sebagai organisasi kader yang membidangi pelajar, mahasiswa, dan santri, IPNU
IPPNU merupakan organisasi dengan lingkup ulmu pengetahuan dan agama. Oleh karena itu
disusunlah modul Makesta sebagai literature bagi calon anggota IPNU IPPNU yang siap
diterjunkan dalam lingkungan masyarakat luas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memperlancar penyusunan modul Makesta.
Demikian modul Makesta ini disusun, penulis menyadari bahwa modul ini masih
terdapat banyak kekurangan dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar modul Makesta yang telah disusun dapat menjadi lebih baik
ke depannya serta bermanfaat bagi semua kalangan.
Reynald Bagus A.
DAFTAR ISI
MARS IPNU
Siapkanlah barisanmu
Kembangkanlah agamamu
Indonesia biladi
Indonesia negeriku
BAB I
ASWAJA I
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami pengertian, Dasar, dan sejarah Islam ahlussunnah
waljamaah yang rahmatal lilalamin.
2. Peserta Memahami kilasan sejarah gerakan Islam ahlussunnah waljamaah dan
perkembangannya di Indonesia.
3. Peserta memahami islam rahmatal lilalamin sebagai wujud paham
ahlussunnah waljamaah
4. Peserta memahami prinsip-prinsip dasar gerakan Islam ahlussunnah
waljamaah.
5. Peserta memahami pengertian Madzhab dan hukum Islam di Indonesia
berdasarkan ahlussunnah waljamaah.
B. Pembahasan Materi
1. Pengertian, Dasar, dan Sejarah Islam Aswaja
Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah atau sering disebut Aswaja secara bahasa
berasal dari kata “Ahlun” yang berarti keluarga, golongan, dan pengikut.
Ahlussunnah berarti orang-orang yang mengikuti sunnah (perkataan,
pemikiran, atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW). Sedangkan al-
Jamaah adalah sekelompok orang yang memiliki tujuan. Apabila dikaitkan
dengan madzhab, maka memiliki arti kelompok orang yang berpegang teguh
kepada salah satu imam madzhab dengan tujuan untuk mendapatkan
keselamatan dunia dan akhirat. Secara, istilah, dapat diartikan golongan umat
Islam yang dalam bidang Tauhid menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al-
AsyAri dan Abu Mansur Al-Maturidi, sedangkan dalam ilmu fiqih menganut
empat madzhab, yakni (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam
Hambali) serta dalam bidang tassawuf menganut kepada Imam Al-Ghazali dan
Imam Junaid Al-Baghdadi.
Kata Sunnah berasal dari Sanna Yasunnu yang bermakna perjalanan
dan tradisi yang dijaga. Secara istilah, bermakna jalan yang ditempuh dalam
agama tanpa ada ketetapan hukum wajib. Artinya, Sunnah Nabi Muhammad
SAW yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan sesekali meninggalkannya. Sunnah Nabi Muhammad SAW terdiri atas
dua macam. Pertama, Sunnah yang berhubungan dengan ibadah yaitu Alhuda
(petunjuk) dan barang siapa yang melakukan akan menyempurnakan
keimanannya misalnya menghindari makruh. Kedua, Sunnah yang
berhubungan dengan adat atau budaya disebut Sunnah Al-Zawaid (tambahan)
dan siapa yang melakukan akan mendapat pahala serta yang meninggalkan
tidak menjadi keburukan baginya misalkan kebiasaan Nabi Muhammad SAW
berdiri, duduk, dan berpakaian.
Penggunaan istilah Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah atau Aswaja menurut
Az-Zabidi dalam Ithaf Sadatul Muttaqin, penjelasan dari Ihya Ulumuddinnya
Al-Ghazali: jika disebutkan ahlussunnah, maka yang dimaksud adalah
pengikut Al-Asy’ari dan Al-Maturidi. Pada hadist Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa Ahlussunnah Wal Jamaah adalah “Ma ana Alaihi Wa
Ashabi” hadist ini sangat jelas menunjukkan bahwa istilah Ahlussunnah di
gunakan untuk orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya.
K.H. Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah
adalah mereka yang ahli dalam tafsir, hadist, dan fiqih. Mereka adalah orang-
orang yang mendapatkan petunjuk dan berpegang teguh pada Sunnah Nabi
Muhammad SAW dan Khulafa’Al-Rashidin (sekelompok orang yang
selamat). Para ulama juga menegaskan bahwa pada masa sekarang, mereka
telah berkumpul di empat madzhab, yakni Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali. Apabila terdapat orang yang keluar dari empat
madzhab tersebut, maka akan disebut golongan ahli bid’ah.
Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah adalah ajaran sebagaimana yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist: Abdullah bin Amr berkata:
“Rasulullah bersabda: Sesungguhnya umat Bani Israil terpecah-belah
menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah-belah menjadi
tujuh puluh tiga golongan, kesemuanya akan masuk ke neraka kecuali satu
golongan yang selamat”. Para sahabat bertanya: “siapa satu golongan yang
selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu golongan yang
mengikuti ajaranku dan ajaran sahabatku.” (HR. Tirmidzi, 2565).
Oleh karena itu, Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah adalah ajaran dari wahyu
Allah SWT yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat-
sahabat-Nya dan beliau mengamalkannya begitu juga dengan para sahabat.
Rasulullah menjelaskan bahwa kaum yahudi akan terpecah menjadi 71
golongan, kaum nasrani menjadi 72 golongan, dan umat Rasulullah SAW
terpecah menjadi 73 golongan. Namun, terdapat satu umat yang selamat dari
semua golongan tersebut, yakni Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah.
Penggunaan istilah Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah sebagai salah satu
paham dalam agama Islam adalah memiliki landasan kuat dari hadist Nabi
Muhammad SAW. Hadist tersebut termasuk kategori hadist shahih menurut
beberapa huffads antara lain Ibnu Hibban, Al-Tirmidzi, Ibnu Hajar Al-
Atsqalani, Aliraqi, Al-Ahkawi, Al-Suyuthi, dan Al-Hakim.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami sejarah kelahiran Nahdlatul Ulama dan perkembangannya
dalam konteks lokal maupun nasional.
2. Peserta memahami misi, bentuk, dan sistem organisasi Nahdlatul Ulama.
3. Peserta memahami makna lambang Nahdlatul Ulama.
4. Peserta memahami struktur Organisasi Nahdlatul Ulama dan Lembaga Badan
Otonom Nahdlatul Ulama.
5. Peserta memahami pengertian dan kedudukan ulama dalam Nahdlatul Ulama.
6. Peserta memahami jenis-jenis tradisi keagamaan di dalam Nahdlatul Ulama.
B. Pembahasan Materi
1. Sejarah Lahirnya Nahdlatul Ulama dan Perkembangannya
Lahirnya Nahdlatul Ulama dilatarbelakangi oleh mental maupun
ekonomi yang kurang mendukung akibat penjajahan dan buruknya tradisi di
Indonesia. Hal ini menggugah rakyat Indonesia dalam memperjuangkan
martabat bangsa Indonesia melalui jalan pendidikan dan organisasi. Kalangan
pesantren yang selama ini gigih dalam melawan kolonialisme dan merespon
kebangkitan nasional dengan membentuk organisasi pergerakan seperti
Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Lalu, didirikan
Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran) tahun 1918.
Tidak hanya itu, didirikan juga Nahdlatul Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar)
sebagai wahana social politik dan keagamaan kaum santri.
Nahdlatul Ulama (NU) berarti Kebangkitan Ulama yang didirikan oleh
para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1334 H di Kampung
Kertopaten, Surabaya. NU menjadi salah satu organisasi social keagamaan di
Indonesia yang pembentukannya merupakan kelanjutan dari perjuangan
kalangan pesantren dalam melawan kolonialisme Belanda di Indonesia.
Organisasi tersebut diprakasai oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Berdirinya NU
berkaitan dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam
kala itu. Pada tahun 1924 terjadi arus pembaharuan di Arab Saudi. Syarif
Huesin dan Raja Hijaz (Mekkah) yang berpaham Sunni dikalahkan oleh Abdul
Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Selain itu, pada tahun yang sama K.H.
wahab Chasbullah mulai memberikan gagasannya pada K.H. Hasyim Asy’ari
untuk perlunya mendirikan NU. Dua tahun kemudian, para ulama
mendapatkan izin untuk mendirikan Nahdlatul Ulama.
Berdirinya NU tidak terlepas dari upaya mempertahankan ajaran Ahlu
Sunnah Wa Al-Jamaah yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan
qiyaz seperti yang dikutip oleh Marijan dari K.H. Mustofa Bisri yakni (1)
hukum-hukum Islam menganut salah satu ajaran dari empat madzhab (Imam
Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki) yang dalam
implementasinya lebih banyak menganut Madzhab Imam Syafi’i, (2) Dalam
soal tauhid, menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-Asy-ari dan Imam Mansur
Al-Maturidi, dan (3) Dalam bidang tasawuf, menganut ajaran Imam Abu
Qosim Al-Junaidi.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami sejarah kelahiran IPNU IPPNU
2. Peserta memahami orientasi dan Trilogi IPNU dan IPPNU
3. Peserta memahami visi dan misi IPNU IPPNU
4. Peserta memahami hubungan IPNU dan IPPNU dengan Nahdlatul Ulama
beserta banom maupun ormas lainnya.
5. Peserta memahami makna lambang IPNU IPPNU
6. Peserta memahami tingkatan struktur organisasi IPNU IPPNU
7. Peserta memahami pengkaderan formal IPNU IPPNU
8. Peserta memahami tugas dan wewenang struktur organisasi IPNU IPPNU
B. Pembahasan Materi
1. Sejarah Kelahiran IPNU IPPNU
IPNU adalah singkatan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang
dibentuk pada tanggal 24 Februari 1954/20 Jumadil Akhir 1373 H di
Semarang. IPNU merupakan salah satu tempat berhimpun, wadah komunikasi,
wadah aktualisasi, dan wadah potensi generasi muda. Keberadaan IPNU
memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU sekaligus alat
perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai sumber daya insani yang
vital. Selain itu, munculnya organisasi IPNU IPPNU bermula dari adanya
jamiyyah yang bersifat lokal atau kedaerahan yang berupa kumpulan pelajar,
sekolah, dan pesantren yang awalnya dikelola oleh para ulama.
Awal kemunculan IPNU dimulai dari berdirinya Tsamrotul Mustafidin
tahun 1936, kemudian Persatuan Santri Nahdlatul Ulama (PERSANU) tahun
1939. Pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda, banyak pelajar yang ikut
dalam pergerakan melawan penjajah. Organisasi-organisasi tersebut yaitu
IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) yang berdiri tahun 1945, Ijtimauth,
Tolabiah, dan Syubbanul Muslim. Tidak hanya itu, pada tahun 1954 berdiri
organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU) di Bangil, Pasuruan. Lalu,
muncul nama yang hampir sama yakni IPNU di Medan dan diresmikan pada
tanggal 24 Februari 1954 M bertepatan dengan Muktamar LP Ma’arif.
Pada tanggal 24 Februari – 3 Maret 1955 IPNU mengadakan Kongres
pertama di Malang. Bersamaan dengan kegiatan kongres tersebut, remaja putri
mengadakan musyawarah dan berhasil membentuk organisasi Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) pada tanggal 2 Maret 1955. Berdasarkan
Kongres ke-1 sampai ke-6, status IPNU dan IPPNU masih menjadi anak asuh
LP Ma’arif. Kemudian, pada tanggal 20 Agustus 1966 IPNU dan IPPNU
meminta hak otonomi sendiri di bawah naungan Nahdlatul Ulama dengan
tujuan dapat mengatur rumah tangga dan memusatkan organisasi tersebut di
Ibu Kota Negara. Terdapat tiga aspek yang menjadi penyebab berdirinya
organisasi yakni (1) aspek ideologis, Indonesia adalah negara yang mayoritas
beragama Islam dan berpaham Aswaja sehingga perlu menyiapkan dan
melestarikan kader-kader yang akan menjadi penerus perjuangan NU dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Aspek pedagogis, keinginan
untuk menjembatani kesenjangan antara pelajar, mahasiswa, dan santri di
pendidikan umum maupun di pendidikan pondok pesantren. (3) Aspek
sosiologis, adanya persamaan tujuan, kesadaran, dan keikhlasan yang menjadi
suatu wadah pembinaan bagi penerus para ulama dan penerus perjuangan NU.
IPNU dan IPPNU beraqidah Islam yang berpaham Aswaja dengan
mengikuti salah satu madzhab (Imam Hambali, Imam Syafi’i, Imam Hanafi,
dan Imam Maliki). Pada bab II pasal 4 tentang asas disebutkan bahwa IPNU
IPPNU berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. IPNU dan IPPNU bersifat keterpelajaran,
kekeluargaan, kemasyarakatan, dan keagamaan. Fungsi dari IPNU dan IPPNU
yaitu (1) wadah perhimpunan pelajar Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan
semangat nilai-nilai Nahdliyah, (2) wadah komunikasi dalam menggalang
ukhuwah islamiyah, (3) wadah aktualisasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan
pengembangan, serta (4) wadah kaderisasi pelajar NU dalam menyiapkan
kader-kader bangsa.
a. Belajar: IPNU dan IPPNU merupakan wadah bagi semua anggota dan
kader untuk belajar dan melakukan proses pembelajaran tentang
segala hal secara berksinambungan. Dimensi belajar merupakan salah
satu wujud proses kaderisasi
b. Berjuang: IPNU dan IPPNU merupakan medan perjuangan bagi
anggota dan kader dalam mendedikasikan jiwa dan raga untuk
mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Perjuangan yang dilakukan
adalah perwujudan mandat sosial yang diembannya
c. Bertaqwa: IPNU dan IPPNU merupakan organisasi berbasis pada
keagamaan yang diorientasikan sebagai ibadah dan melakukan semua
kegiatan karena Allah SWT.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami sejarah singkat kemerdekaan Indonesia
2. Peserta memahami peran dan kontribusi Nahdlatul Ulama dalam kemerdekaan
Indonesia
3. Peserta memahami jasa para ulama dalam perjuangan kemerdekaan
4. Peserta memahami tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama sebagai pahlawan nasional
5. Peserta memahami jati diri bangsa Indonesia
B. Pembahasan Materi
1. Sejarah Singkat Kemerdekaan Indonesia
Identitas Indonesia baru digunakan pertama kali saat Kongres Pemuda
II tanggal 28 Oktober 1928 yang bertepatan dengan “Sumpah Pemuda”.
Sebelum muncul nama Indonesia, dahulu sering disebut dengan Nusantara.
Indonesia menjadi incaran banyak negara karena bahan-bahan rempah yang
sangat melimpah. Pertama, bangsa Portugis di tahun 1509 berhasil mengusai
serta menjajah wilayah Malaka, Ternate, dan Madura. Hal yang dilakukan
rakyat Indonesia adalah melakukan perlawanan dari Fatahillah (Demak) yang
berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis pada tahun 1602. Kemudian,
pasukan Belanda dating ke wilayah Banten di bawah pimpinan Cornelis de
Houtman. Saat itu, Belanda berkeinginan membentuk VOC (Vereenigde Oost-
Indische Compagnie) dan mengusai rempah-rempah milik Indonesia. Rencana
pembentukan VOC diwarnai dengan beberapa perjanjian antara lain perjanjian
Bongaya, perjanjian Giyanti, dan lain-lain. Berjalan beberapa tahun, VOC
mengalami pembubaran dan kebangkrutan yang disebabkan oleh pegawai
VOC yang melakukan tindakan korupsi. Setelah VOC dibubarkan, Belanda
menunjuk Herman Willam Daendles sebagai Gubernur jenderal Hindia-
Belanda. Program yang ia dilaksanakan yaitu membangun jalan Anyer-
Panarukan.
Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia untuk menjajah dan
menyerang Belanda sehingga Belanda mengalami kekalahan tanpa syarat.
Pemerintahan Jepang berada di tanah air selama kurang lebih 3,5 tahun. Tidak
berlangsung lama, Jepang mengalah dan kembali ke negaranya karena Kota
Hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh pasukan Sekutu dalam Perang
Dunia II. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam dan langsung membentuk
BPUPKI atau Dokuritsu Jumbi Cosakai yang dipimpin oleh Dr. Radjiman
Widyodiningrat. Tanggal 14 Agustus 1945, golongan muda mendesak agar
golongan tua sesegera mungkin melakukan prosesi kemerdekaan.
Terdapat peristiwa dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, yakni
peristiwa penculikan Ir. Soekarno dan M. Hatta oleh golongan muda untuk
mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Peristiwa tersebut
bernama peristiwa Rengasdengklok. Setelah kembali ke Jakarta, Ir. Soekarno
dan M. Hatta mulai menyusun teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik
di Rumah Laksamana Maeda. Tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB teks
proklamasi berhasil dibacakan yang menandakan Indonesia telah merdeka di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Tanggal 18 Agustus 1945, terjadi
koordinasi yang menghasilkan Undang-Undang Dasar 1945, terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penetapan Ir. Soekarno dan
M. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami pengertian, ciri-ciri, dan unsur-unsur organisasi
2. Peserta memahami jenis-jenis organisasi berdasarkan klasifikasi
3. Peserta memahami pentingnya organisasi bagi pelajar
4. Peserta mengetahui filosofis dan defisinisi kepemimpinan
5. Peserta memahami teori kepemimpinan
6. Peserta mengetahui fungsi, tipe, dan tugas pemimpin
7. Peserta memahami cara meningkatkan kualitas kepemimpinan
B. Pembahasan Materi
1. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Unsur-Unsur Organisasi
Menurut Sarwoto organisasi adalah proses kerja sama sejumlah yang
terikat dalam hubungan formal dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama
dan yang telah ditentukan. Pendapat di atas didukung oleh John Gains yang
mengemukakan bahwa organisasi adalah tata hubungan antara orang-orang
untuk dapat memungkinkan tercapainya tujuan serta kerja sama dengan
adanya pembagian tugas dan tanggung jawab. Dari dua pendapat tersebut,
organisasi dapat ditinjau dari dua sorotan. Pertama, organisasi sebagai wadah
kegiatan administrasi yang dilaksanakan sehingga bersifat statis atau seperti
benda mati. Kedua, organisasi sebagai hal yang hidup, manakala kita melihat
bahwa organisasi dapat melawan tindakan sewenang-wenang dari seorang
oknum, organisasi dapat merevolusi, organisasi mendukung atau tidak
mendukung suatu kebijakan.
Ciri-ciri umum organisasi yakni (1) koordinasi upaya adalah kerja
sama antara dua orang atau lebih. (2) Tujuan utama bersama koordinasi upaya
tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak yang telah bersatu mencapai
persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu yang merupakan kepentingan
bersama. (3) Pembagian jobdesk kerja, dengan membagi tugas-tugas untuk
memanfaatkan sumber daya manusia dalam organisasi. (4) Hirarki otoritas,
dengan memilih personal yang bertugas mengarahkan dan mempimpin suatu
kegiatan.
Unsur-Unsur Organisasi
5. Teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat: teori sifat berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik
khas yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan dan
menekankan pada atribut-atribut pribadi dari seorang pemimpin.
Contohnya antara lain kecerdasan, inisiatif, antusiasme, kejujuran,
percaya diri, dan lain-lain.
b. Teori Kelompok: teori kelompok berorientasi pada pertukaran antara
pemimpin dan pengikutnya serta pengambilan keputusan dan
membantu pengikutnya.
c. Teori Situasional & Model Kontingensi: teori ini menghubungkan
pemimpin dan struktur fungsi, derajat tugas dan struktur tugas, serta
mementingkan tugas atau otoritarif dan hubungan kemanusiaan.
d. Teori Jalur-Tujuan: teori jalur-tujuan berusaha meramalkan efektifitas
kepemimpinan dalam berbagai situasi. Teori ini memfokuskan
bagaimana pemimpin memengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan
kerja, pengembangan diri, dan jalan untuk mencapai tujuan.