Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS MODEL KOMUNIKASI DALAM INSTALASI LAYANAN

RAWAT JALAN: TINJAUAN TERHADAP EFEKTIVITAS DAN


TANTANGAN IMPLEMENTASI

Dosen Pengampu : Safari Hasan,S.IP.,MMRS.

Disusun Oleh :
Cantika Putri Nabila Wiridania
10823009

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era dinamika teknologi informasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan, model komunikasi memainkan peran krusial dalam
menyelenggarakan layanan kesehatan, khususnya dalam hal instalasi
layanan rawat jalan (Arya & Sri Rahayu, 2021). Instalasi layanan rawat
jalan merupakan fondasi dari sistem pelayanan kesehatan yang berpusat
pada pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kondisi kesehatan tanpa
memerlukan rawat inap. Dalam hal ini, model komunikasi yang diterapkan
dalam instalasi layanan rawat jalan menjadi sangat penting karena
memengaruhi efektivitas operasional dan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pasien (Wihayati, 2020). Analisis mendalam terhadap
model komunikasi tidak hanya memungkinkan untuk memahami dinamika
interaksi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, tetapi juga
memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi
dalam implementasi model tersebut.
Efektivitas komunikasi dalam pelayanan kesehatan telah terbukti
memiliki dampak langsung terhadap kepuasan pasien, pemahaman
diagnosis dan rencana pengobatan, tingkat kepatuhan terhadap terapi,
serta hasil klinis secara keseluruhan. Oleh karena itu, analisis yang
komprehensif terhadap model komunikasi dalam instalasi layanan rawat
jalan menjadi sangat relevan dalam upaya meningkatkan standar
pelayanan kesehatan dan memastikan pengalaman pasien yang optimal.
Namun, implementasi model komunikasi dalam hal ini juga dihadapkan
pada sejumlah tantangan yang kompleks, mulai dari faktor budaya,
hingga keterbatasan sumber daya dan teknologi yang tersedia (Dano,
2023).
Melalui pendekatan interdisipliner yang mengintegrasikan prinsip-
prinsip komunikasi, manajemen kesehatan, dan psikologi, analisis ini
bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai aspek yang mempengaruhi
efektivitas dan tantangan implementasi model komunikasi dalam instalasi
layanan rawat jalan (Budiarti & Harmanto, 2022). Dengan pemahaman

1
yang mendalam terhadap dinamika ini, diharapkan dapat diidentifikasi
strategi-strategi yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi antara
penyedia layanan kesehatan dan pasien, serta mengatasi hambatan-
hambatan yang mungkin muncul selama proses implementasi (- dkk.,
2022). Dengan demikian, pendahuluan ini menetapkan landasan yang
kokoh untuk menjelajahi isu-isu kunci yang terkait dengan model
komunikasi dalam pelayanan kesehatan rawat jalan, yang pada gilirannya
akan memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan sistem
kesehatan yang lebih inklusif dan berdaya (Fanny dkk., 2022).
Analisis model komunikasi dalam instalasi layanan rawat jalan
memerlukan pemahaman mendalam tentang berbagai faktor yang
memengaruhi interaksi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Salah satu aspek utama yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik
demografis, budaya, dan sosial ekonomi dari populasi pasien yang
dilayani. Setiap individu memiliki latar belakang yang unik, termasuk
kepercayaan, nilai, dan preferensi komunikasi yang berbeda (Ni Nengah
Winarti dkk., 2020). Oleh karena itu, model komunikasi yang efektif harus
mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi individu
pasien, sehingga dapat memfasilitasi pemahaman yang optimal dan
keterlibatan aktif dalam proses perawatan.
Selain itu, implementasi model komunikasi yang efektif dalam
instalasi layanan rawat jalan juga bergantung pada kemampuan penyedia
layanan kesehatan untuk berkomunikasi secara jelas, empatik, dan
berdaya (Hasna dkk., 2022). Pelatihan yang tepat dan kesadaran akan
pentingnya komunikasi yang efektif dalam praktek klinis merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kualitas interaksi antara penyedia layanan
kesehatan dan pasien. Selain itu, integrasi teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam sistem pelayanan kesehatan juga dapat menjadi
sarana yang efektif untuk meningkatkan aksesibilitas, efisiensi, dan
kualitas komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Namun, implementasi model komunikasi dalam instalasi layanan rawat
jalan juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks. Salah
satu tantangan utama adalah keterbatasan waktu dalam proses
konsultasi dan perawatan, yang dapat menghambat kemampuan

2
penyedia layanan kesehatan untuk membangun hubungan yang empatik
dan berkelanjutan dengan pasien. Selain itu, ketidakmampuan untuk
menjangkau dan melayani populasi yang memiliki kebutuhan khusus atau
terbatas akses terhadap teknologi TIK juga dapat menjadi hambatan
dalam implementasi model komunikasi yang inklusif dan berdaya.
Dengan demikian, analisis mendalam terhadap model komunikasi
dalam instalasi layanan rawat jalan tidak hanya memerlukan pemahaman
yang komprehensif tentang prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, tetapi
juga mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan teknologi yang
mempengaruhi interaksi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Melalui pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan dapat
diidentifikasi strategi-strategi yang dapat meningkatkan efektivitas
komunikasi, serta mengatasi tantangan-tantangan yang mungkin muncul
selama proses implementasi. Dengan demikian, instalasi layanan rawat
jalan dapat menjadi lebih inklusif, berdaya, dan responsif terhadap
kebutuhan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasi model komunikasi dalam instalasi
layanan rawat jalan?
2. Bagaimana tantangan implementasi komunikasi dalam instalasi
layanan rawat jalan?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Model Komunikasi dalam Instalasi Layanan Rawat
Jalan
Komunikasi merupakan fondasi utama dari interaksi manusia yang
kompleks. Ini tidak hanya melibatkan pertukaran kata-kata, tetapi juga
melibatkan pertukaran ide, emosi, dan informasi antara individu atau
kelompok (Manoppo & Mewengkang, 2014). Dalam perspektif yang lebih
luas, komunikasi adalah proses yang melibatkan pengiriman dan
penerimaan pesan yang dilakukan dengan berbagai cara, baik verbal
maupun non-verbal, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gestur.
Komunikasi efektif memainkan peran penting dalam membangun
hubungan yang sehat, baik dalam lingkungan pribadi maupun profesional.
Ini melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dengan empati,
mengungkapkan diri dengan jelas, dan memahami perspektif orang lain.
Selain itu, komunikasi yang efektif juga melibatkan kesadaran akan sosial
dan budaya yang memengaruhi cara pesan disampaikan dan diterima
(Prasanti & Indriani, 2022). Keterampilan komunikasi yang baik dapat
meningkatkan kolaborasi, mengatasi konflik, dan membangun rasa saling
pengertian dan kepercayaan di antara individu atau kelompok.
Sebaliknya, kegagalan dalam komunikasi bisa menyebabkan
kesalahpahaman, konflik, dan ketegangan dalam hubungan (Fahris &
Soraya, 2022). Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk terus
mengembangkan keterampilan komunikasi mereka agar dapat berhasil
berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan bermakna.
Komunikasi yang efektif juga memiliki dampak yang luas dalam
berbagai aspek sosial, ekonomi, dan politik. Di tingkat sosial, kemampuan
untuk berkomunikasi dengan baik memungkinkan individu untuk
membangun jaringan sosial yang kuat, menciptakan hubungan yang
mendukung, dan memperluas lingkaran pengaruh mereka. Di dunia
bisnis, komunikasi yang efektif merupakan kunci untuk mencapai tujuan

4
organisasi, memimpin tim dengan sukses, menjalin hubungan dengan
pelanggan, dan menjalankan negosiasi yang berhasil (Tangdilambi dkk.,
2019). Sementara dalam politik, komunikasi yang efektif memungkinkan
pemimpin untuk mempengaruhi pendapat publik, membangun dukungan
untuk kebijakan tertentu, dan menjaga stabilitas dalam masyarakat.
Namun, penting untuk diingat bahwa komunikasi bukan hanya tentang
menyampaikan pesan, tetapi juga tentang memperhatikan respon dan
tanggapan orang lain. Ini melibatkan kemampuan untuk mengakomodasi
perbedaan pendapat, bersikap terbuka terhadap umpan balik, dan
bersedia untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah (Oxyandi,
2019). Dengan demikian, komunikasi yang efektif bukanlah sekadar
tentang kemampuan berbicara, tetapi juga tentang kemampuan
mendengarkan, memahami, dan merespons dengan bijak terhadap orang
lain.
Komunikasi dalam dunia kesehatan adalah aspek kunci dalam
menyediakan perawatan yang berkualitas dan berkelanjutan bagi pasien.
Ini mencakup pertukaran informasi antara penyedia layanan kesehatan
dan pasien, serta antara anggota tim perawatan kesehatan sendiri.
Komunikasi yang efektif dalam kesehatan melibatkan kemampuan untuk
menyampaikan informasi medis dengan jelas dan tepat, memahami
kebutuhan dan preferensi pasien, serta membangun hubungan yang
empatik dan saling percaya antara penyedia layanan kesehatan dan
pasien (Ratnasari, 2008). Hal ini tidak hanya melibatkan penggunaan
bahasa yang mudah dipahami dan bebas dari jargon medis yang
membingungkan, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk
mendengarkan dengan empati, mengakomodasi kekhawatiran dan
kebutuhan pasien, serta memberikan dukungan yang tepat secara
psikologis. Komunikasi yang efektif juga diperlukan dalam kolaborasi
antara anggota tim perawatan kesehatan, termasuk dokter, perawat, ahli
farmasi, dan terapis, untuk memastikan perencanaan perawatan yang
terkoordinasi dan konsisten. Selain itu, komunikasi yang baik juga penting
dalam edukasi kesehatan, untuk meningkatkan pemahaman pasien
tentang kondisi mereka, prosedur medis yang direkomendasikan, dan
langkah-langkah untuk merawat diri sendiri dengan baik (Mariyati, t.t.).

5
Dengan demikian, komunikasi yang efektif dalam dunia kesehatan bukan
hanya tentang penyampaian informasi, tetapi juga tentang menciptakan
hubungan yang berarti antara penyedia layanan kesehatan dan pasien,
serta memfasilitasi kolaborasi yang produktif di antara anggota tim
perawatan kesehatan.
Komunikasi yang efektif dalam dunia kesehatan juga berperan
penting dalam mempromosikan kepatuhan pasien terhadap perawatan
dan pengobatan yang direkomendasikan. Melalui komunikasi yang
terbuka dan berdaya, penyedia layanan kesehatan dapat membantu
pasien memahami pentingnya mengikuti rencana perawatan mereka,
mengatasi kekhawatiran atau kebingungan yang mungkin muncul, serta
memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan
dalam kepatuhan. Dalam situasi di mana perawatan kronis atau
pengobatan jangka panjang diperlukan, komunikasi yang terus-menerus
dan berkelanjutan menjadi kunci untuk memantau kemajuan pasien,
menyesuaikan rencana perawatan sesuai kebutuhan baru, dan
mendorong pasien untuk tetap terlibat dalam perawatan mereka sendiri.
Selain itu, dalam situasi darurat atau saat keputusan medis
penting harus diambil, komunikasi yang jelas dan tepat waktu dapat
membantu pasien dan keluarganya merasa lebih percaya diri dalam
membuat keputusan yang tepat. Ini melibatkan penyampaian informasi
yang akurat tentang opsi perawatan yang tersedia, risiko dan manfaat
dari masing-masing opsi, serta menciptakan ruang untuk pasien dan
keluarganya untuk berbagi kekhawatiran, nilai-nilai, dan preferensi pribadi
mereka. Komunikasi yang efektif dalam dunia kesehatan juga melibatkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang inovatif untuk
meningkatkan aksesibilitas dan kualitas perawatan. Telemedicine, pesan
teks, portal pasien online, dan aplikasi kesehatan mobile adalah contoh
alat-alat yang dapat digunakan untuk memfasilitasi komunikasi antara
penyedia layanan kesehatan dan pasien, serta memungkinkan pasien
untuk mengakses informasi kesehatan dengan lebih mudah dan cepat
(Yulia dkk., 2021).
Dengan demikian, komunikasi yang efektif dalam dunia kesehatan
tidak hanya merupakan kunci untuk memberikan perawatan yang

6
berkualitas dan berkelanjutan, tetapi juga merupakan aspek penting dari
pengalaman pasien yang positif dan memuaskan. Melalui komunikasi
yang terbuka, empatik, dan berdaya, penyedia layanan kesehatan dapat
membangun hubungan yang kokoh dengan pasien mereka,
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perawatan, dan menghasilkan
hasil kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan.
Model komunikasi dalam instalasi layanan rawat jalan memegang
peranan penting dalam memastikan pasien mendapatkan perawatan
yang efektif dan berkualitas. Dalam hal ini, komunikasi tidak hanya
melibatkan interaksi antara pasien dan tenaga medis, tetapi juga antara
berbagai pihak yang terlibat dalam proses perawatan, seperti dokter,
perawat, apoteker, petugas administrasi, dan pasien itu sendiri (Fahris &
Soraya, 2022). Pembahasan mengenai model komunikasi dalam instalasi
layanan rawat jalan dapat dilihat dari beberapa aspek berikut (Rosari
dkk., t.t.):
1. Komunikasi Interpersonal
Ini adalah bentuk komunikasi langsung antara pasien dan tenaga
medis atau staf lainnya. Penting bagi tenaga medis untuk mampu
mendengarkan dengan empati, menjelaskan informasi dengan jelas,
dan memberikan dukungan kepada pasien. Sebaliknya, pasien juga
perlu merasa nyaman untuk mengungkapkan kekhawatiran,
pertanyaan, dan kebutuhan mereka kepada tenaga medis.
2. Komunikasi Tim
Instalasi layanan rawat jalan seringkali melibatkan berbagai anggota
tim medis yang bekerja bersama untuk merawat pasien. Komunikasi
yang efektif antara anggota tim diperlukan untuk memastikan bahwa
informasi tentang kondisi pasien, rencana perawatan, dan tindak
lanjut pasien dapat disampaikan dengan jelas dan tepat waktu.
Koordinasi yang baik antara dokter, perawat, ahli gizi, dan
profesional kesehatan lainnya dapat membantu meningkatkan
kualitas perawatan.
3. Komunikasi Antara Instansi
Pasien yang dirujuk dari instalasi layanan primer ke instalasi layanan
rawat jalan seringkali memerlukan komunikasi yang efektif antara

7
dokter primer dan dokter spesialis. Informasi tentang riwayat
kesehatan pasien, hasil pemeriksaan, dan rencana perawatan harus
disampaikan dengan akurat dan cepat untuk memastikan
kelangsungan perawatan yang lancar.
4. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi yang tepat kepada pasien dan keluarga
tentang kondisi kesehatan, prosedur medis, obat-obatan, dan
perubahan gaya hidup yang diperlukan merupakan bagian penting
dari peran tenaga medis dalam instalasi layanan rawat jalan. Pasien
dan keluarga yang terinformasi dengan baik cenderung lebih
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatan
mereka dan lebih mungkin untuk mengikuti rencana perawatan
dengan baik.
5. Komunikasi Elektronik
Dalam era teknologi informasi, komunikasi elektronik seperti sistem
rekam medis elektronik (EMR) dan komunikasi melalui email atau
aplikasi pesan dapat membantu memfasilitasi komunikasi antara
berbagai pihak yang terlibat dalam perawatan pasien. Namun,
penting untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan informasi
kesehatan pasien dalam penggunaan teknologi ini.
Komunikasi yang efektif tidak hanya melibatkan penyampaian informasi,
tetapi juga memperhatikan aspek-aspek seperti empati, penghargaan
terhadap kebutuhan pasien, dan penggunaan bahasa yang mudah
dipahami. Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut, model
komunikasi dalam instalasi layanan rawat jalan dapat membantu
meningkatkan pengalaman pasien, hasil perawatan, dan kepuasan staf
medis (Kassa dkk., 2020).
Model komunikasi dalam instalasi layanan rawat jalan memiliki
peran sentral dalam memastikan pasien mendapatkan perawatan yang
berkualitas. Dengan mengedepankan komunikasi interpersonal yang
empatik antara pasien dan tenaga medis, serta antara anggota tim medis,
instalasi layanan rawat jalan dapat memastikan informasi tentang kondisi
pasien dan rencana perawatan disampaikan dengan jelas dan tepat
waktu. Selain itu, komunikasi antara dokter primer dan spesialis, serta

8
dengan pasien dan keluarganya, juga merupakan bagian penting dari
proses perawatan yang efektif (Prasanti & Fuady, 2019). Penggunaan
teknologi komunikasi seperti telemedicine dan aplikasi kesehatan juga
dapat memperluas akses pasien ke perawatan. Melalui pelatihan
keterampilan komunikasi, pengembangan materi edukasi yang mudah
dipahami, dan keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan,
instalasi layanan rawat jalan dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung komunikasi yang efektif dan kolaboratif. Evaluasi rutin
terhadap proses komunikasi dan penerapan umpan balik dari pasien dan
staf medis menjadi kunci untuk terus meningkatkan kualitas komunikasi
dan perawatan yang diberikan (Komariah dkk., 2013). Dengan demikian,
instalasi layanan rawat jalan dapat memastikan bahwa setiap pasien
menerima perawatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan merasa
didengar, dihargai, dan terlibat secara aktif dalam proses perawatan
mereka.
Implementasi model komunikasi dalam instalasi layanan rawat
jalan memegang peranan penting dalam memastikan efektivitas dan
efisiensi proses pelayanan kesehatan. Model komunikasi yang baik
memungkinkan para penyedia layanan kesehatan untuk berinteraksi
dengan pasien secara efektif, mendengarkan kebutuhan dan
kekhawatiran mereka, serta memberikan informasi yang tepat dan jelas.
Salah satu model komunikasi yang sering digunakan adalah model
komunikasi terapeutik, di mana para penyedia layanan kesehatan mampu
menciptakan hubungan yang empatik dan berempati dengan pasien,
sehingga memungkinkan pasien untuk merasa didengar dan dipahami.
Selain itu, model komunikasi ini juga membantu dalam memfasilitasi
pertukaran informasi yang relevan antara penyedia layanan kesehatan
dan pasien, sehingga memungkinkan pasien untuk terlibat aktif dalam
pengambilan keputusan terkait perawatan mereka (Winarso dkk., t.t.).
Implementasi model komunikasi yang efektif juga memperhatikan
beragam faktor, termasuk kebutuhan komunikasi pasien yang beragam,
bahasa yang digunakan, serta teknologi yang mendukung komunikasi
jarak jauh jika diperlukan (Paramita dkk., 2020). Dengan demikian,
dengan mengintegrasikan model komunikasi yang tepat dalam instalasi

9
layanan rawat jalan, dapat meningkatkan pengalaman pasien,
meningkatkan kepatuhan terhadap perawatan, dan pada akhirnya
meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan.
Selain model komunikasi terapeutik, instalasi layanan rawat jalan
juga dapat mengimplementasikan model komunikasi lainnya, seperti
model komunikasi pasien-tersebut. Model ini menekankan pentingnya
memungkinkan pasien untuk berbagi pengalaman dan pemahaman
mereka tentang kondisi kesehatan mereka sendiri, serta mendukung
mereka dalam memahami informasi medis yang kompleks (Endrawati,
2015). Dengan menerapkan pendekatan yang inklusif dan berorientasi
pada pasien, para penyedia layanan kesehatan dapat membangun
hubungan yang berkelanjutan dengan pasien, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan pasien terhadap perawatan
yang direkomendasikan.
Selain itu, dalam hal instalasi layanan rawat jalan yang modern,
teknologi juga memainkan peran penting dalam mendukung komunikasi
antara penyedia layanan kesehatan dan pasien. Misalnya, penggunaan
sistem pencatatan medis elektronik dapat memfasilitasi pertukaran
informasi yang lebih cepat dan efisien, serta memungkinkan pasien untuk
mengakses catatan kesehatan mereka sendiri secara online. Selain itu,
aplikasi seluler dan platform kesehatan digital juga dapat digunakan untuk
memberikan informasi tentang perawatan, mengingatkan jadwal janji, dan
memungkinkan pasien untuk berkomunikasi dengan penyedia layanan
kesehatan melalui pesan teks atau video konsultasi (Putri, 2018). Dengan
menggabungkan model komunikasi yang tepat dengan dukungan
teknologi yang canggih, instalasi layanan rawat jalan dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung, informatif, dan inklusif bagi pasien mereka
(Pala, 2018). Ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pasien secara
keseluruhan, tetapi juga berpotensi untuk meningkatkan efisiensi
operasional dan hasil kesehatan populasi secara luas.

2.2 Tantangan Implementasi Komunikasi dalam Instalasi Layanan Rawat


Jalan

10
Tantangan implementasi komunikasi dalam instalasi layanan rawat
jalan meliputi berbagai aspek yang harus diatasi untuk memastikan
efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian informasi antara pasien,
tenaga medis, dan pihak terkait lainnya. Salah satu tantangan utama
adalah menciptakan saluran komunikasi yang jelas dan terbuka antara
dokter, perawat, dan pasien. Hal ini mencakup memastikan bahwa
informasi medis disampaikan dengan jelas dan dipahami oleh pasien,
sementara juga memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengajukan
pertanyaan atau menyampaikan kekhawatiran mereka. Selain itu,
koordinasi antara tim medis juga merupakan aspek penting dalam
menjaga kualitas layanan rawat jalan. Tantangan lainnya adalah
mengelola komunikasi antara berbagai sistem informasi yang digunakan
dalam instalasi layanan rawat jalan, termasuk rekam medis elektronik dan
sistem manajemen praktik (Prasanti, 2018). Integrasi yang lancar antara
sistem-sistem ini dapat meningkatkan efisiensi operasional dan
memastikan bahwa informasi pasien tersedia secara tepat waktu dan
akurat. Selain itu, dalam era teknologi digital, tantangan juga termasuk
menyediakan akses yang mudah dan aman ke informasi medis melalui
platform online atau aplikasi seluler, sambil tetap menjaga keamanan dan
privasi data pasien. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, perlu
adanya komitmen untuk meningkatkan komunikasi antara semua pihak
yang terlibat, investasi dalam pelatihan komunikasi bagi staf medis, serta
penggunaan teknologi yang tepat guna untuk mendukung proses
komunikasi dan koordinasi dalam instalasi layanan rawat jalan (Saifuddin
dkk., 2022).
Selain itu, tantangan implementasi komunikasi dalam instalasi
layanan rawat jalan juga melibatkan faktor-faktor seperti keragaman
budaya dan bahasa di antara pasien. Penting bagi penyedia layanan
kesehatan untuk memahami dan mengakomodasi kebutuhan komunikasi
pasien yang berasal dari latar belakang budaya dan linguistik yang
beragam (Widyaningrum dkk., 2024). Ini bisa mencakup penggunaan
interpreter atau penerjemah bahasa yang kompeten, serta memastikan
bahwa materi informasi kesehatan tersedia dalam berbagai bahasa yang
umum digunakan oleh populasi pasien. Selain itu, adopsi teknologi dalam

11
komunikasi juga bisa menjadi tantangan tersendiri. Meskipun teknologi
informasi dan komunikasi telah memberikan banyak kemudahan dalam
hal mengelola data pasien dan menyediakan layanan kesehatan jarak
jauh, tidak semua pasien memiliki akses atau keterampilan dalam
menggunakan teknologi tersebut. Oleh karena itu, instalasi layanan rawat
jalan perlu memastikan bahwa mereka tetap dapat memberikan layanan
yang inklusif, termasuk bagi mereka yang mungkin tidak memiliki akses
ke teknologi digital.
Berdasarkan hal tersebut, mengatasi tantangan implementasi
komunikasi dalam instalasi layanan rawat jalan membutuhkan
pendekatan holistik yang memperhatikan aspek-aspek seperti kejelasan
komunikasi antara pasien dan tenaga medis, koordinasi tim, integrasi
sistem informasi, kebutuhan budaya dan bahasa pasien, serta
aksesibilitas teknologi. Dengan memperhatikan berbagai faktor ini dan
mengembangkan strategi yang sesuai, instalasi layanan rawat jalan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan pengalaman pasien secara
keseluruhan.
Selain tantangan-tantangan yang telah disebutkan sebelumnya,
ada beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan dalam
implementasi komunikasi di instalasi layanan rawat jalan. Salah satunya
adalah mengelola komunikasi dalam situasi darurat atau keadaan yang
memerlukan tindakan cepat. Dalam kasus-kasus seperti itu, komunikasi
yang efektif dan tepat waktu dapat menjadi kunci dalam memberikan
perawatan yang sesuai dan meminimalkan risiko bagi pasien (Putro,
2017). Selanjutnya, dalam mengatasi hambatan-hambatan komunikasi
yang mungkin timbul akibat perbedaan dalam preferensi komunikasi
pasien. Beberapa pasien mungkin lebih nyaman berkomunikasi secara
langsung, sementara yang lain lebih memilih berkomunikasi melalui
pesan teks atau email. Mempertimbangkan preferensi individu dalam
komunikasi dapat membantu membangun hubungan yang lebih baik
antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.
Selain itu, tantangan lainnya adalah memastikan bahwa
komunikasi antara berbagai spesialis dan departemen dalam instalasi
layanan rawat jalan berjalan lancar. Kolaborasi yang efektif antara dokter

12
umum, spesialis, perawat, dan profesional kesehatan lainnya sangat
penting untuk menyediakan perawatan yang terkoordinasi dan holistik
bagi pasien. Adapun pengevaluasian dan peningkatan sistem komunikasi
yang ada berdasarkan umpan balik dari pasien dan staf medis. Dengan
terus menerapkan perbaikan berkelanjutan, instalasi layanan rawat jalan
dapat terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi mereka,
yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pengalaman perawatan
yang lebih baik bagi pasien.
Faktor-faktor keberhasilan dalam implementasi komunikasi di
instalasi layanan rawat jalan mencakup beberapa hal yang dapat
memengaruhi efektivitas dan efisiensi komunikasi antara pasien dan
penyedia layanan kesehatan. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang
dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi komunikasi (Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
dkk., 2018):
1. Komitmen Organisasi
Dukungan dan komitmen dari manajemen dan pemimpin
organisasi kesehatan sangat penting. Mereka perlu
memprioritaskan komunikasi efektif sebagai bagian integral dari
strategi pelayanan kesehatan, serta menyediakan sumber daya
yang diperlukan untuk pelatihan staf, pengembangan infrastruktur
komunikasi, dan inisiatif perbaikan berkelanjutan.
2. Pelatihan Komunikasi
Melatih staf medis dalam keterampilan komunikasi yang efektif
merupakan faktor penting dalam keberhasilan komunikasi. Ini
mencakup memastikan bahwa staf memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan empati, kejelasan, dan kepedulian
terhadap kebutuhan dan preferensi pasien.
3. Integrasi Sistem Informasi
Penggunaan teknologi informasi yang tepat guna dan integrasi
sistem informasi yang lancar dapat meningkatkan aksesibilitas
dan akurasi informasi pasien, serta memfasilitasi komunikasi
antara berbagai departemen dan profesional kesehatan.
4. Kesadaran Budaya dan Linguistik

13
Memahami dan mengakomodasi kebutuhan komunikasi pasien
yang berasal dari latar belakang budaya dan linguistik yang
beragam merupakan faktor penting dalam menciptakan
lingkungan komunikasi yang inklusif dan sensitif.
5. Fleksibilitas Komunikasi
Menyediakan beragam saluran komunikasi yang dapat diakses
oleh pasien, termasuk komunikasi langsung, telepon, pesan teks,
email, dan platform digital lainnya, dapat meningkatkan
aksesibilitas dan kenyamanan pasien dalam berkomunikasi
dengan penyedia layanan kesehatan.
6. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Melakukan evaluasi rutin terhadap sistem komunikasi yang ada,
mengumpulkan umpan balik dari pasien dan staf medis, serta
mengimplementasikan perbaikan berkelanjutan berdasarkan
temuan evaluasi merupakan langkah penting dalam meningkatkan
efektivitas komunikasi dari waktu ke waktu.
Dengan memperhatikan dan mengoptimalkan faktor-faktor ini,
instalasi layanan rawat jalan dapat meningkatkan keberhasilan
implementasi komunikasi mereka, yang pada gilirannya akan
berkontribusi pada peningkatan kualitas perawatan dan pengalaman
pasien secara keseluruhan.
Adapun beberapa faktor penghambat yang dapat menghalangi
implementasi komunikasi yang efektif di instalasi layanan rawat jalan.
Berikut adalah beberapa di antaranya (Saleh & Hendra, 2019):
1. Kurangnya Pelatihan dan Keterampilan Komunikasi
Ketidakmampuan staf medis untuk berkomunikasi secara efektif,
baik dengan pasien maupun sesama profesional kesehatan, dapat
menjadi penghambat utama. Kurangnya pelatihan dalam
keterampilan komunikasi seperti empati, mendengarkan aktif, dan
memberikan informasi secara jelas dapat mengurangi kualitas
komunikasi.
2. Hambatan Budaya dan Linguistik
Perbedaan budaya dan bahasa antara pasien dan penyedia
layanan kesehatan dapat menyulitkan komunikasi yang efektif.

14
Ketidakpahaman terhadap budaya atau bahasa pasien dapat
menghambat pemahaman dan mengurangi kepatuhan terhadap
perawatan yang direkomendasikan.
3. Ketidakcocokan Teknologi
Penggunaan teknologi informasi yang tidak tepat atau kurangnya
infrastruktur teknologi yang memadai dapat menjadi penghambat
dalam komunikasi. Misalnya, jika sistem rekam medis elektronik
tidak terintegrasi dengan baik atau tidak user-friendly, hal ini dapat
mengganggu alur komunikasi antarstaf dan aksesibilitas informasi
pasien.
4. Kurangnya Koordinasi Tim
Kurangnya koordinasi antara berbagai anggota tim medis yang
terlibat dalam perawatan pasien dapat menghambat aliran
informasi dan memperlambat proses pengambilan keputusan. Hal
ini dapat terjadi akibat kurangnya komunikasi terstruktur atau
kurangnya kesadaran akan peran dan tanggung jawab masing-
masing anggota tim.
5. Ketidakmampuan Pasien dalam Berkomunikasi
Beberapa pasien mungkin mengalami hambatan dalam
berkomunikasi, baik akibat masalah kesehatan, keterbatasan
bahasa, atau karena perasaan cemas atau tidak nyaman.
Kurangnya kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan
kekhawatiran atau pertanyaan mereka juga dapat menghambat
komunikasi yang efektif.
6. Ketidakmampuan dalam Mengelola Konflik
Konflik antara pasien dan penyedia layanan kesehatan atau
antara anggota tim medis dapat mengganggu komunikasi dan
mengurangi kualitas perawatan. Kurangnya keterampilan dalam
mengelola konflik secara efektif dapat menyebabkan ketegangan
dan keraguan dalam hubungan antara pasien dan penyedia
layanan kesehatan.
Dengan mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor penghambat
ini, instalasi layanan rawat jalan dapat meningkatkan efektivitas

15
komunikasi mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
perawatan dan pengalaman pasien.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menganalisis model komunikasi dalam instalasi layanan rawat
jalan, penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi
efektivitas dan tantangan implementasi. Model komunikasi yang efektif dalam
hal ini harus memungkinkan pertukaran informasi yang cepat dan akurat
antara pasien, tenaga medis, dan pihak terkait lainnya. Implementasi model
ini dapat menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya,
perbedaan budaya, dan hambatan teknologi. Namun, dengan memperkuat
komunikasi yang terbuka, berbasis bukti, dan terarah, serta dengan
memanfaatkan teknologi yang sesuai, instalasi layanan rawat jalan dapat
meningkatkan efisiensi, akurasi, dan kepuasan pasien.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa model
komunikasi yang efektif sangat penting dalam instalasi layanan rawat jalan
untuk meningkatkan kualitas layanan dan memastikan pengalaman pasien
yang positif. Meskipun terdapat tantangan dalam implementasinya, upaya
untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut dapat membuahkan hasil
yang signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan
kesehatan. Oleh karena itu, investasi dalam pengembangan model
komunikasi yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan spesifik instalasi
rawat jalan dapat membantu mengoptimalkan pengalaman pasien dan
meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan.
3.2 Rekomendasi

16
Untuk meningkatkan model komunikasi dalam instalasi layanan rawat
jalan, disarankan untuk mengadakan pelatihan keterampilan komunikasi
secara teratur bagi tenaga medis dan staf administrasi guna meningkatkan
kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan pasien. Selain itu,
pemanfaatan teknologi komunikasi seperti aplikasi seluler dan platform pesan
dapat memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengatasi
hambatan geografis, dan meningkatkan akses pasien terhadap layanan
medis. Penting juga untuk mendorong komunikasi yang terbuka antara
berbagai anggota tim medis, serta mengembangkan materi edukasi yang
mudah dipahami bagi pasien. Evaluasi berkala terhadap kepuasan pasien
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi area perbaikan dalam model
komunikasi yang ada, sehingga instalasi layanan rawat jalan dapat
meningkatkan efektivitas layanan dan memperkuat hubungan antara pasien
dan penyedia layanan kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

-, H., Faizal, M., & . M. (2022). HUBUNGAAN KOMUNIKASI DENGAN MINAT

KEMBALI PEMANFAATAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT. Jurnal

Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI), 7(2), 91.

https://doi.org/10.31290/jiki.v7i2.2232

Arya, B., & Sri Rahayu, A. Y. (2021). Analisis Faktor-faktor Kualitas Pelayanan

Internal pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 17(2), 120.

https://doi.org/10.24853/jkk.17.2.120-136

Budiarti, A., & Harmanto, D. (2022). Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien

Terhadap Komunikasi Petugas Pendaftaran Rawat Jalan Di RSUD Dr.

M.Yunus Bengkulu. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan (Health

Information Management), 7(1), 1–5.

https://doi.org/10.51851/jmis.v7i1.320

18
Dano, M. G. (2023). Analisis Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Terhadap

Kualitas Pelayanan Publik Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. L. M.

Baharuddin, M.Kes Kabupaten Muna. 6(6).

Endrawati, E. (2015). Penerapan Komunikasi Kesehatan Untuk Pencegahan

Penyakit Leptospirosis Pada Masyarakat Desa Sumberagung,

Kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Komunikasi, 7(1).

Fanny, N., Fatimah, F. S., & Huda, M. I. N. (2022). HUBUNGAN KOMUNIKASI

EFEKTIF PETUGAS PENDAFTARAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT X.

Mariyati, I. (t.t.). PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT JALAN.

Pala, A. (2018). KOMUNIKASI KESEHATAN DI ERA DIGITAL DALAM

PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI KABUPATEN TIMOR

TENGAH UTARA-Kawasan Perbatasan.

Paramita, S., Setyo Utami, L. S., & Sari, W. P. (2020). PERAN KOMUNIKASI

KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT MELALUI “HEALTH

PUBLIC RELATIONS.” Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(2).

https://doi.org/10.24912/jbmi.v2i2.7256

Prasanti, D., & Indriani, S. S. (2022). Strategi Komunikasi Kesehatan

Pencegahan Lonjakan Kasus COVID-19 dalam Youtube Kemenkes RI.

Jurnal Ilmu Komunikasi, 20(3), 398.

https://doi.org/10.31315/jik.v20i3.6349

19
Ratnasari, A. (2008). Komunikasi Kesehatan: Penyebaran Informasi Gaya Hidup

Sehat. Mediator: Jurnal Komunikasi, 9(1), 1–12.

https://doi.org/10.29313/mediator.v9i1.1136

Rosari, M. O., Rahmadani, R. N., MuThiya, M. K., & Salamah, S. (t.t.). Teknologi

Informasi Dalam Bidang Kesehatan Masyarakat.

Tangdilambi, N., Badwi, A., & Alim, A. (2019). Hubungan Kualitas Pelayanan

Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan RSUD Makassar.

Winarso, F. A., Paselle, E., & Rande, S. (t.t.). KUALITAS PELAYANAN

KESEHATAN PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT TK.IV KOTA

SAMARINDA. 8.

20

Anda mungkin juga menyukai