Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

TERJEMAHAN CHAPTER 10

DISUSUN OLEH :

1. ILMA FITRIANTI
2.VIVI OKTARINA

Dosen Pengampu :Dr.Ns.Naila Sulung,S.Pd.M .Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KHUSUS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK TAHUN AJARAN 2019/2020
BUKITTINGGI
Komunikasi, kolaborasi, dan kontrak adalah alat utama bagi para perawat kesehatan
masyarakat. Ketiga hal tersebut menjadi dasar dari hubungan yang efektif yang berkontribusi
terhadap pencegahan penyakit dan perlindungan serta kemajuan kesehatan masyarakat. Untuk
dapat menggunakan ketiga konsep ini secara terampil dalam praktik kesehatan masyarakat,
adalah penting untuk memahami arti dan nilai dari ketiganya. Karena hubungannya dengan
kemajuan kesehatan dan pencegahan serta pengelolaan penyakit, literasi kesehatan
merupakan suatu konsep yang menjadi lebih penting bagi para penyedia layanan kesehatan,
terutama bagi mereka yang bekerja untuk publik. Bagi perawat yang biasa berkomunikasi
secara pribadi dengan klien, komunikasi dengan kelompok masyarakat, berbagai tenaga
profesional dan pekerja lainnya, memerlukan keterampilan yang baru. Kelompok kerja adalah
komponen kunci bagi perawatan kesehatan masyarakat dan penerapan keterampilan yang
efektif dalam bekerja secara berkelompok akan memudahkan pekerjaan baik dalam
penyelesaian tugas maupun dukungan terhadap kelompok. Kemajuan teknologi menciptakan
kesempatan untuk mengembangkan cara-cara yang inovatif dalam memberikan layanan
kesehatan berbasis komunitas kepada klien-klien individual, keluarga mereka, populasi, dan
komunitas. Komputer, dengan telekonferensinya, telehealth, internet dan e-mail, serta
teknologi smartphone yang terus berubah, posisi global, dan sistem informasi, memperkaya
komunikasi dan secara virtual dapat membawa informasi tentang dunia ke dalam rumah dan
tempat kerja.

Tidak seperti hubungan sosial pada umumnya, hubungan kolaboratif didasarkan pada
pendekatan tim dengan tanggung jawab bersama dan partisipasi mutual dalam menciptakan
dan mencapai tujuan. Kolaborasi profesional yang efektif dapat meningkatkan atau
memperbaiki hasil-hasil kesehatan dan memperkuat komitmen organisasional. Konsep
kontrak dapat lebih lanjut membantu proses kolaborasi. Klien dan tenaga profesional
penyedia layanan kesehatan berada dalam satu persetujuan kerja, atau kontrak, yang
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan khusus klien. Bab ini membahas perangkat-
perangkat tersebut dan mendiskusikan integrasinya dalam praktik keperawatan kesehatan.

KOMUNIKASI DAAM KEPERAWATAN KESEHATAN

Pentingnya komunikasi seringkali dianggap remeh karena orang-orang menghabiskan


sebagian besar waktu mereka untuk berkomunikasi: berbicara, mendengarkan, membaca, atau
menulis. Padahal, kualitas komunikasi seseorang memiliki dampak yang luas. Dalam
keperawatan, kurangnya komunikasi yang efektif menyebabkan kesalahpahaman, performa
yang buruk, konflik antar personal, perkembangan program yang kurang efektif, kesalahan
medis, dan hal-hal merugikan lainnya. Maka dari itu, “perawat harus terampil dalam
berkomunikasi sebagaimana halnya mereka harus terampil dalam bidang klinis” (Zavertnik,
Huff, & Munro, 2010, p.65).

Komunikasi yang efektif sangat penting dalam semua bidang keperawatan namun dianggap
merupakan kompetensi yang paling fundamental yang diperlukan dalam praktik keperawatan
kesehatan masyarakat (Education Committee of the Association of Community Health Nurse
Educators [ACHNE], 2010). Quad Council PHN Competencies (2003) menyertakan
keterampilan komunikasi sebagai salah satu dari delapan kompetensi inti yang esensial.
Berkomunikasi secara efektif, meminta masukan dari orang lain, dan mendengarkan orang
lain tanpa menghakimi adalah sebagian kecil dari keterampilan penting yang disoroti dalam
dokumen tersebut. Para perawat yang bekerja dalam bidang kesehatan masyarakat harus
dibekali keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menjaga hubungan dengan para
klien secara individu, dengan anggota keluarga pasien dan masyarakat secara keseluruhan,
para anggota tim perawatan kesehatan, dan para mitra komunitas. Keterampilan komunikasi
yang baik memungkinkan para perawat kesehatan masyarakat untuk memberikan edukasi
kesehatan dan layanan kesehatan yang berkualitas; melakukan advokasi secara efektif kepada
klien, keluarga dan masyarakat; inisiasi kebijakan kesehatan publik; dan implementasi
program-program yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan para klien (Young, 2009).
Dalam keperawatan kesehatan masyarakat, komunikasi kelompok dan individual yang efektif
akan memperbaiki hasil pasien, meningkatkan kolaborasi profesional, dan memperkuat
komitmen organisasional (Propp, Apker, Zabava-Ford, Wallace, Serbenski, & Hofmeister,
2010).

Komunikasi memberikan aliran informasi dua arah yang memperkuat hubungan antara tenaga
profesional–klien dan tenaga profesional–tenaga profesional. Komunikasi juga menjadi dasar
informasi di mana keputusan perencanaan kesehatan dibuat dan program-program
dikembangkan. Agar komunikasi berlangsung, klien dan tenaga profesional perlu
mengirimkan dan menerima pesan. Perawat yang melayani sekelompok wanita yang
mengalami pelecehan harus belajar “membaca” pesan yang disampaikan oleh para wanita ini.
Serupa dengan itu, sebagai seorang anggota tim perancang, perawat harus bisa mendapatkan
ide serta berkontribusi terhadap proses perencanaan dengan cara berbicara dan bertindak
dengan cara yang mendukung proses berbagi informasi.
Komunikasi memiliki beberapa fungsi dalam keperawatan kesehatan masyarakat.
Komunikasi memberikan informasi untuk pembuatan keputusan di semua tingkatan
kesehatan masyarakat. Dari mulai pemilihan tujuan bagi kelompok kecil pendukung klien
hingga kebijakan kesehatan yang mempengaruhi populasi yang berisiko, keputusan
meningkat dengan adanya komunikasi yang efektif. Komunikasi berfungsi sebagai sebuah
motivator melalui penjelasan informasi, sehingga konsensus dapat dicaai dan orang-orang
yang terlibat dapat bergerak maju dengan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi yang efektif memfasilitasi ekspresi perasaan dan mendukung adanya hubungan
kerja yang lebih erat. Komunikasi yang efektif juga mengendalikan perilaku dengan adanya
pemberian ekspektasi dan batasan yang jelas atas tindakan-tindakan anggota kelompok.

Proses Komunikasi

Komunikasi dalam bentuk paling sederhananya adalah mengirim dan menerima sebuah
pesan; sebuah proses di mana seseorang memberikan dan menyampaikan makna dalam upaya
untuk menciptakan pemahaman bersama. Proses ini menggabungkan aspek-aspek
konvensional komunikasi – pengirim,
penerima, .........................................................................................

Praktik Berbasis Bukti

Komunikasi Antara Perawat–Klien dalam Bidang Kesehatan Masyarakat

Penelitian awal tentang komunikasi antara perawat – klien di bidang kesehatan masyarakat
mengungkapkan bahwa hubungan ini mendorong kepercayaan diri melalui pola komunikasi
verbal dari suatu kegiatan berbagi informasi, negosiasi, memberi dukungan/semangat,
menenangkan, mengkonfirmasi, bersenda-gurau, mendengarkan, dan diam (Vehvilamen-
Julkunen, 1992, hal. 900). Penelitian yang terbaru telah memverifikasi pentingnya
menciptakan hubungan dan kepercayaan, memahami klien, dan keterampilan komunikasi
yang kompleks yang digunakan oleh para perawat kesehatan masyarakat dalam melayani
klien mereka (Philibin dkk., 2010; Porr, 2005; Winters dkk., 2007).

Salah satu penelitian telah mengkaji tentang prasyarat yang diperlukan untuk menciptakan
hubungan yang saling percaya selama melakukan konsultasi, sebuah aktivitas PHN umum
(Eriksson & Nilsson, 2008). Penelitian kualitatif berskala kecil yang menggunakan
wawancara terbuka terhadap para perawat distrik di Swedia ini mengungkapkan dua tema
utama: kompetensi perawat dan pertemuan antara perawat – klien. Para perawat menyadari
akan pentingnya komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) dalam pengembangan
hubungan yang saling percaya dengan klien mereka. Mereka menyadari bahwa mereka perlu
mengendalikan reaksi mereka terhadap keputusasaan klien atau emosi-emosi negatif mereka,
serta harus bisa mengendalikan kondisi stress atau kendala beban kerja yang mereka rasakan,
karena lingkungan yang tenang dimana klien merasa “diterima dan dianggap penting selama
pertemuan” (hal. 2355) adalah salah satu syarat penting dalam mengembangkan hubungan
yang didasarkan rasa saling percaya. Sentuhan yang tepat, keseimbangan informasi yang
diberikan dan diterima, dan keharusan untuk dilihat oleh klien sebagai orang yang tidak
mengkritik dan menghakimi akan menumbuhkan kepercayaan. Kemampuan untuk bertemu
dengan klien “dalam tingkatan yang sama dengan mereka” (hal. 2355), dengan
mempertimbangkan kapasitas mereka untuk mengubah gaya hidup, dan dengan memahami
“kehidupan sehari-hari mereka serta mengidentifikasi motif mereka untuk berubah” (hal.
2355) terbukti dapat membantu menciptakan sebuah iklim yang memastikan adanya
partisipasi dan kedekatan Kredibilitas tenaga profesional juga penting, dan semua edukasi
kesehatan harus berdasarkan bukti dan terus terbarui. Seama pertemuan pertama dengan
klien, pentingnya menetapkan jumlah waktu yang cukup untuk “membangun dasar bagi
hubungan yang saling percaya” (hal. 2356), dan waktu yang cukup saat pertemuan tindak
lanjut adalah hal umum yang diketahui bersama. Kontinuitas adalah prasyarat penting lainnya
untuk suatu hubungan yang dilandasi kepercayaan, yaitu perawat memberikan respon
terhadap kebutuhan klien selama pertemuan-pertemuan sesudahnya dan membantu mereka
“memahami bahwa mereka adalah penting dan bahwa para perawat distrik selalu ada untuk
mereka” (hal.2356). Komunikasi yang saling menghormati dikatakan paling baik ditunjukkan
dengan cara mendengarkan secara aktif, serta menunjukkan sensitivitas dan kerendahan hati.
Para perawat menyadari bahwa akan sangat membantu apabila mereka mendengarkan
kekhawatiran para klien, bahkan ketika kekhawatiran tersebut tidak berkaitan dengan tujuan
pertemuan, karena upaya untuk melihat keseluruhan gambaran adalah penting dalam
membangun kepercayaan. “Sebuah percakapan yang adil dan efektif” digambarkan sebagai
percakapan dimana perawat mendengarkan, menanyakan pertanyaan terbuka, menjelaskan
istilah-istilah medis atau mengajarkan konsep, dan melakukan negosiasi serta berbagi
kekuatan” dengan klien (hal. 2357).
Meskipun tinjauan sistematik tentang topik ini belum ada, tema-tema ini masih cukup
konsisten. Bahas temuan-temuan penelitian ini dengan pembimbing atau instruktur PHN anda
dan lihat apakah mereka setuju dengan hasilnya.

kesulitan dengan otoritas orangtua dapat mendengarkan saran dari perawat “untuk belajar
lebih banyak tentang penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual” sebagai sebuah
perintah yang otoriter atau upaya untuk melakukan kontrol. Meminta klarifikasi akan
membantu memverifikasi bahwa pesan diterima sebagaimana mestinya.

Kultur saling menghormati antara pemberi dan penerima pesan akan mempengaruhi
pemahaman dan penerimaan suatu pesan. Komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan
klien yang memiliki kultur dan latar belakang bahasa yang sama seringkali bersifat kompleks,
namun berbeda dalam kultur, .................................................................................................

TINGKATAN PIRAMIDA PENCEGAHAN YANG DITERAPKAN DALAM


KESEHATAN ANAK DAN LINGKUNGANNYA: PELUANG-PELUANG
KOLABORATIF BAGI PARA PERAWAT KESEHATAN MASYARAKAT DI
KETIGA TINGKATAN PENCEGAHAN

KONDISI: Kadar timbal darah yang tinggi teridentifikasi di suatu komunitas

TUJUAN: Menggunakan tiga tingkatan pencegahan:

 Program-program dan kebijakan akan dikembangkan untuk mencegah keracunan


timbal pada anak.
 Anak-anak akan diskrining untuk memeriksa kenaikan kadar dalam darah.
 Bayi dan anak yang keracunan timbal akan mendapatkan tindak lanjut dan perawatan
medis yang sesuai (tepat).

PENCEGAHAN TERSIER (MENGURANGI MORBIDITAS YANG TERKAIT


DENGAN PAPARAN TIMBAL ATAU KERACUNAN)
Mencegah Kematian dan Diabilitas Intervensi
Lanjutan  Pengobatan medis sebagaimana
 Memulihkan anak ke kondisi sehat yang diindikasikan; dapat mencakup
 Memulihkan kondisi lingkungan terapi khelasi
menjadi lingkungan yang sehat  Pemindahan anak dari lingkungan
yang terpapar
 Remediasi lingkungan yang agresif
PENCEGAHAN SEKUNDER (MINIMALISASI ABSORPSI TIMBAL DAN
ELIMINASI PAPARAN KRONIS)
Diagnosa Awal Penanganan yang Cepat
Aktivitas pengawasan dan skrining untuk Identifikasi anak yang mengalami kenaikan
deteksi dini, penanganan dan rujukan kadar timbal darah.
penanganan paparan timbal lingkungan Pemeliharaan dan perbaikan rumah secara
rutin untuk rumah komunitas berisiko tinggi
PENCEGAHAN PRIMER (MENGHILANGKAN TIMBAL DARI LINGKUNGAN
SEHINGGA PAPARAN TIDAK DAPAT TERJADI)
Promosi dan Edukasi Kesehatan Proteksi Kesehatan
 Identifikasi area, populasi dan  Penggunaan data pengawasan,
aktivitas yang berisiko tinggi yang demografis dan tempat tinggal untuk
berkaitan dengan paparan timbal di identifikasi area-area geografis yang
lingkungan rumah berisiko tinggi
 Penggunaan data lokal dan ahli  Identifikasi keluarga-keluarga yang
untuk mengembangkan sumber daya berisiko tinggi yang bisa
dan mendorong tindakan-tindakan mendapatkan manfaat dari penilaian
pencegahan primer dan layanan segera dalam rangka
 Mengembangkan strategi-strategi mengurangi paparan timbal
dan memastikan penciptaan tempat  Edukasi para mitra komuniras
tinggal yang aman dari timbal tentang biaya kerugian dari
 Kemitraan kolaboratif dalam kelambanan menangani masyarakat
komunitas untuk memberikan dan keluarga yang terpapar; soroti
program-program edukasi dalam perbedaan risikonya
rangka meningkatkan pengetahuan  Masukkan skrining hazard timbal
tentang keamanan dari timbal dalam dalam pertemuan rumahan yang
populasi yang berisiko dilakukan oleh para perawat
 Evaluasi dan perancangan ulang kesehatan masyarakat
program-program pencegahan  Pastikan bahwa program-program
terkini untuk mencapai pencegahan yang ada saat ini dapat memenuhi
primer sembari memastikan adanya kebutuhan komunitas atau sesuaikan
intervensi-intervensi sekunder yang kembali prioritas
memadai
Karakteristik yang membedakan kolaborasi dengan jenis interaksi lainnya: tujuan bersama,
partisipasi mutual, sumber daya yang maksimal, tanggung jawab yang jelas, dan penentuan
batas.

Tujuan/target Bersama

Pertama-tama, kolaborasi dalam keperawatan kesehatan masyarakat harus berdasarkan pada


tujuan. Perawat, klien dan pihak lainnya yang terlibat dalam upaya kolaborasi atau kemitraan
harus menyadari alasan mereka ikut dalam suatu kemitraan. Sebagai contohnya, sebuah
perusahaan kayu dengan 150 pekerja ingin mengembangkan program kesehatan. Para
perawat kesehatan masyarakat, perwakilan pekerja dari perusahaan, pakar keamanan, pakar
higienitas industri, edukator kesehatan, ahli terapi olahraga, ahli nutrisi, dan psikolog harus
bekerja sama mengembangkan target0target atau tujuan kesehatan mental dan fisik yang
spesifik. Tim ini akan memasuki hubungan kolaboratif yang memiliki beragam keperluan
atau tujuan yang harus dipenuhi serta target-target spesifik yang harus dicapai.

Partisipasi Mutual

Kedua, dalam keperawatan kesehatan masyarakat, kolaborasi melibatkan partisipasi mutual;


semua anggota tim berkontribusi dan mendapatkan manfaat secara mutual (Petri, 2010).
Kolaborasi melibatkan pertukaran timbal balik, dimana......................................................

Gambar 10.2. Konsep dan proses pembuatan kontrak. Kontrak didasarkan pada empat fitur
yang berbeda, yang ditunjukkan dalam gambar ini sebagai jari-jari yang menopang roda.
Fitur-fitur ini membentuk dasar hubungan timbal balik antara klien, perawat, dan pihak
lainnya. Hubungan ini tidaklah statis; hubungan ini merupakan suatu proses dinamis yang
bergerak melalui beberapa fase, yang ditampilkan dalam gambar ini sebagai pelek luar roda.
Proses terus bergerak maju, berfokus pada pemenuhan kebutuhan klien, dan memungkinkan
kelompok yang berkolaborasi untuk memfasilitasi pencapaian target-target klien.

Karena para perawat kesehatan masyarakat menggunakan proses ini untuk menegosiasikan
sebuah kontrak, maka mereka harus mengadaptasikannya dengan masing-masing kondisi.
Urutan fase bisa berubah, dan beberapa tahapan mungkin akan tumpang tindih. Meski
demikian, elemen dasar masih menjadi pertimbangan yang penting bagi pembuatan kontrak
yang sukses (Gambar 10.2).
Tingkatan Pembuatan Kontrak

Para perawat kesehatan masyarakat menggunakan kontrak pada tingkatan formal hinggal
non-formal. Tingkat formalitas bergantung pada tuntutan kondisi. Untuk mengumpulkan
dana program kesehatan masyarakat dalam rangka mencegah pelecehan anak misalnya,
sebuah kontrak formal dalam bentuk proposal tertulis mungkin diperlukan. Untuk melakukan
penilaian kebutuhan populasi tunawisma dengan skala yang luas, layanan dari ahli
epidemiologis dan ahli statistik mungkin akan memerlukan kontrak formal untuk
memperjelas peran dan ekspektasi, serta bayaran. Pembuatan kontrak formal melibatkan
negosiasi kontrak tertulis dari semua pihak melalui persetujuan bersama, penandatanganan
surat persetujuan, dan terkadang memerlukan saksi atau notaris. Tingkatan kontrak semacam
ini biasa digunakan oleh klien yang mengalami gangguan mental atau melakukan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dimana keseriusan persetujuan kerja dan kebutuhan
akan keterlibatan aktif klien menjadi aspek penting dari terapi.

Beberapa kondisi lebih cocok untuk penggunaan kontrak yang dimodifikasi dan tidak terlalu
formal, dimana rencana keperawatan menjadi kontrak tertulisnya. Sebagai contoh, seorang
perawat sekilah membentuk kelompok bimbingan bagi para remaja yang hamil. Perawat akan
menggunakan kontrak yang dimodifikasi dengan cara membahas tentang tujuan kelompok
dan jumlah sesi yang diperlukan oleh para remaja itu dan mendapatkan persetujuan mereka
untuk menghadiri semua sesi.

Pembuatan kontrak non-formal melibatkan beberapa bentuk persetujuan verbal tentang


tujuan-tujuan dan tugas yang cukup jelas. Sekelompok klien dapat menyetujui untuk
memprioritaskan daftar kebutuhan mereka, perawat dapat menyetujui untuk melakukan sesi
edukasi kesehatan, para pekerja sosial dapat menyetujui untuk mengumpulkan materi-materi
informasi, dan sebagainya. Terkadang, para perawat menggunakan pembuatan kontrak secara
informal tanpa menyadarinya. Mereka menutup sebuah sesi bersama klien dengan membuat
kesepakatan bersama tentang tujuan dan waktu pertemuan selanjutnya. Meskipun demikian,
penggunaan pembuatan kontrak secara sadar akan lebih efektif dalam membentuk sebuah
hubungan dan memperkuat lingkungan klien, terlepas pada tingkatan mana persetujuan itu
diterapkan.

Tingkatan pembuatan kontrak juga bisa berubah selama perkembangan komunikasi dan
kolaborasi. Para klien seringkali memerlukan edukasi tentang pilihan-pilihan mereka. Pada
awalnya, mereka bisa saja kesulitan mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan pilihan.
Tim tenaga profesional dapat bekerja untuk mendorong rasa percaya diri klien dan membantu
mereka meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kesehatan pribadi mereka. Melalui
upaya-upaya ini, pembuatan kontrak menjadi bagian yang secara sadar dikenali dalam suatu
hubungan, dan klien menjadi sepenuhnya berpartisipasi.

RANGKUMAN

Komunikasi dan kolaborasi adalah perangkat penting bagi para perawat kesehatan
masyarakat dalam mempromosikan kesehatan masyarakat. Komunikasi melibatkan transfer
dan pemahaman makna antar individu (lihat Display 10.13).

Proses komunikasi terdiri dari tujuh bagian: pesan, pengirim pesan, penerima pesan,
pembuatan kode, saluran, penguraian kode, dan lingkaran timbal balik. Hambatan-hambatan
dari komunikasi yang efektif diantaranya adalah persepsi yang selektif, keterbatasan bahasa,
klien yang membuang/mengabaikan pesan, dan pengaruh emosi. Keterampilan inti yang
penting bagi komunikasi yang efektif dalam keperawatan kesehatan masyarakat adalah
keterampilan mengirim pesan, yang memungkinkan perawat menyampaikan pesan secara
efektif; keterampilan menerima pesan, yang memungkinkan perawat mendapatkan pesan
yang akurat dan lengkap; dan keterampilan interpersonal, yang memungkinkan perawat
berinteraksi dan merespon pesan dari klien. Keterampilan-keterampilan ini mencakup teknik-
teknik khusus mendengarkan secara aktif, kemampuan untuk menunjukkan rasa hormat
terlepas dari apapun pesannya (baik positif ataupun negatif), kemampuan untuk berempati
terhadap pemikiran dan perasaan klien, dan kemampuan untuk mengembangkan
kepercayaan. Banyak faktor dapat mempengaruhi kualitas komunikasi, seperti pengalaman
negatif di masa lalu, pengaruh budaya, dan hubungan antar orang yang terlibat. Perawat
kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan semua faktor tersebut ketika mencoba
membangun komunikasi yang baik.

Dalam kesehatan masyarakat, para perawat seringkali perlu membangun komunikasi dalam
kelompok dan membuat keputusan secara berkelompok. Keputusan yang dibuat oleh
kelompok memiliki banyak keuntungan, seperti saling bertukar pengalaman dan keahlian
antar anggota, keberagaman pilihan, potensi perspektif anggota yang lebih luas, dan adanya
fokus untuk mencapai konsensus solusi. Beberapa metode untuk meningkatakan pembuatan
keputusan secara berkelompok telah tersedia, diantaranya adalah brainstorming, teknik
kelompok nominal, dan teknik memotivasi. NIs, yang mencakup semua perangkat yang
dihasilkan oleh komputer yang diciptakan untuk meningkatkan komunikasi, telah mengubah
bentuk komunikasi dalam keperawatan kesehatan masyarakat, sebagaimana yang terjadi pada
departemen perawatan akut.

Pembentukkan kolaborasi dan kemitraan adalah sebuah interaksi yang memiliki tujuan antara
perawat, klien, anggota komunitas, dan tenaga profesional lainnya yang didasarkan pada
partisipasi mutual dan upaya bersama. Kolaborasi dicirikan dengan adanya target/tujuan
bersama, partisipasi mutual, penggunaan sumber daya yang maksimal, tanggung jawab yang
jelas, dan penetapan batas. Para klien memiliki peran penting dalam hubungan kolaboratif.

Pembuatan kontrak merupakan alat yang dapat membantu mendorong partisipasi klien,
kebebasan, dan motivasi. Pembuatan kontrak digunakan di semua tingkatan keperawatan
kesehatan masyarakat untuk membentuk kemitraan dalam proses kolaboratif, untuk
mendorong komitmen terhadap target-target kesehatan, dan untuk memastikan sebuah format
dan cara untuk bernegosiasi antar anggota kelompok yang berkolaborasi. Kotrak dapat berupa
formal dan informal, tertulus ataupun verbal, sederhana ataupun rumit. Perawat harus
mengetahui kebutuhan dan kemampuan klien dan harus menyesuaikan jenis pembuatan
kontrak dengan yang paling cocok untuk kondisi khusus klien.

DISPLAY 10.13 PERCOBAAN DALAM KOMUNIKASI

Tujuan

Percobaan akan menunjukkan perbedaan antara komunikasi satu arah dan dua arah dan
menunjukkan keunggulan dari komunikasi dua arah.

Tempat

Percobaan dapat dilakukan di ruang kelas dengan jumlah anggota kelompok yang bebas.
Masing-masing orang akan memerlukan kertas dan pensil.

Prosedur

Minta anggota kelompok untuk memilih salah satu orang yang dipercaya dapat
berkomunikasi secara jelas dan efektif sebagai “pengirim pesan”. Tempatkan pengirim pesan
ini di suatu tempat dimana mereka tidak bisa dilihat namun bisa didengar secara jelas oleh
semua anggota kelompok lainnya (“para penerima pesan”). Pengirim pesan harus
menjelaskan sebuah diagram, dan penerima harus menggambarnya. Pengirim pesan harus
menjelaskan diagram sedemikian rupa sehingga para penerima pesan dapat membuat ulang
diagram secara tepat, tanpa berkomunikasi lebih lanjut dengan pengirim pesan atau dengan
anggota kelompok lainnya. Beri waktu. Ketika penerima pesan selesai, beri peringkat akurasi
gambar mereka dengan memberi nilai skala Likert (skala 10 poin, dengan nilai 1 sebagai
paling tidak akurat hingga 10 sebagai paling akurat). Tanyakan kepada penerima pesan
tentang bagaimana perasaan mereka dan apa yang mungkin dirasakan oleh pemberi pesan.
Tanyakan pemberi pesan tentang bagaimana perasaan mereka.

Selanjutnya, mulai demonstrasi komunikasi dua arah dengan mengizinkan pemberi pesan
untuk terlihat oleh para penerima pesan kemudian pengirim pesan menjelaskan diagram
kedua dan penerima pesan menggambarnya. Izinkan penerima pesan untuk bertanya.
Pengirim pesan boleh membalas, tetapi mereka tidak boleh menggunakan gestur. Catat waktu
yang diperlukan dan beri peringkat akurasi gambar. Diskusikan bagaimana perasaan
penerima pesan dan apa yang mungkin dirasakan oleh pengirim pesan. Tanyakan pengirim
pesan tentang apa yang mereka rasakan kali ini.

Analisa

Bandingkan temuan-temuan anda dengan pernyataan berikut:

1. Komunikasi dua arah memerlukan waktu lebih lama


2. Komunikasi dua arah memberikan hasil gambar yang lebih akurat
3. Dalam komunikasi satu arah, pengirim pesan seringkali merasa lebih percaya diri;
penerima pesan merasa tidak pasti atau frustasi
4. Dalam komunikasi dua arah, pengirim pesan bisa saja merasa frustasi atau marah;
pengirim pesan cenderung lebih percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai