Anda di halaman 1dari 3

Nama : Febi Ayu Lisna

Kuswara
Nim: 21043007

1. Perhitungan:

Jumlah penjualan angsuran tahun 2023 = Saldo piutang penjualan angsuran 31/12/23 +
Pelunasan piutang selama tahun 2023
= Rp60.000.000 + Rp60.000.000
= Rp120.000.000

HPP penjualan angsuran 2023 = Penjualan angsuran 2023 x (1 - Laba kotor %)


= Rp120.000.000 x (1 - 0,35)
= Rp78.000.000

LKBD penjualan angsuran tahun 2023 = Saldo piutang penjualan angsuran 31/12/23
= Rp60.000.000

Laba terealisasi tahun 2023 = Pelunasan piutang selama tahun 2023 x Laba kotor %
= Rp60.000.000 x 0,35
= Rp21.000.000

Beban penghapusan piutang tahun 2023 = Data tidak cukup untuk menghitung (diasumsikan
tidak ada penghapusan piutang)

2. Jurnal:

a. Jurnal penjualan angsuran:


Piutang usaha Rp120.000.000
Penjualan Rp120.000.000
b. Jurnal pelunasan piutang:
Kas Rp60.000.000
Piutang usaha Rp60.000.000

c. Jurnal pengakuan HPP:


HPP Rp78.000.000
Persediaan barang jadi Rp78.000.000

d. Jurnal pengakuan laba terealisasi:


Laba terealisasi Rp21.000.000
LKBD penjualan angsuran Rp21.000.000

e. Jurnal penyesuaian akhir tahun (asumsi tidak ada penghapusan piutang):


LKBD penjualan angsuran Rp60.000.000
Piutang usaha Rp60.000.000

f. Jurnal penutup:
Penjualan Rp120.000.000
Laba terealisasi Rp21.000.000
HPP Rp78.000.000
LKBD penjualan angsuran Rp21.000.000

3. Laporan Laba Rugi Tahun 2023:

Penjualan:
Penjualan kredit Rp100.000.000
Penjualan angsuran Rp120.000.000
Total penjualan Rp220.000.000

HPP:
HPP penjualan kredit Rp75.000.000
HPP penjualan angsuran Rp78.000.000
Total HPP Rp153.000.000

Laba kotor Rp67.000.000

Biaya operasi Rp20.000.000

Laba bersih Rp47.000.000

4. Perbedaan pengakuan laba kotor:


a. Pengakuan laba kotor pada saat penjualan:
Dalam metode ini, laba kotor diakui sepenuhnya pada saat penjualan terjadi, tanpa
memperhitungkan penerimaan kas. Metode ini sesuai dengan prinsip akuntansi akrual dan
memberikan gambaran pendapatan yang lebih akurat pada periode terjadinya penjualan.
b. Pengakuan laba kotor proporsional dengan penerimaan kas:
Dalam metode ini, laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas dari pelanggan.
Metode ini lebih menekankan pada arus kas dan memberikan gambaran yang lebih konservatif
terkait pendapatan yang belum terealisasi.
Menurut saya, metode pengakuan laba kotor pada saat penjualan lebih tepat digunakan karena
sesuai dengan prinsip akuntansi akrual dan memberikan gambaran pendapatan yang lebih akurat.
Namun, dalam situasi tertentu, seperti penjualan dengan risiko kredit yang tinggi atau
ketidakpastian penerimaan kas yang signifikan, metode pengakuan laba kotor proporsional
dengan penerimaan kas dapat menjadi pertimbangan untuk mengurangi risiko overstatement
pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai