Bab Iv
Bab Iv
HASIL PENELITIAN
petrografi (Lampiran C), dan XRD (Lampiran D). Analisis dilakukan pada sampel
batuan utuh dan sampel material pengisi kekar. Kekar yang terdapat pada seluruh
sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan kekar dalam satu kemenerusan.
berwarna putih, tekstur non klastik, dan struktur masif. Mineral yang dijumpai pada
pengamatan ini yaitu mineral kalsit. Kalsit berwarna putih dan dijumpai dalam bentuk
urat.
Urat Kalsit
62
Gambar 4.1 Kenampakan Makroskopis sampel Batuan.
batuan berupa grain dan mud. Material grain terdiri dari skeletal grain dengan tekstur
organik berupa foraminifera besar dan foraminifera kecil (berupa fosil bentonik).
Material mud merupakan material-material dengan ukuran butir yang lebih kecil dari
0,01 mm. Persentase material grain yang terdapat pada sampel sekitar 78%,
// - Nikol X – Nikol
terdapat pada sampel yaitu kalsit, dolomit, dan kuarsa. Dolomit dan kuarsa hanya
ditemukan pada hasil analisis XRD, sedangkan pada pengamatan petrografi dolomit
dan kuarsa tidak ditemukan. Kemungkinan penyebab dolomit tidak ditemukan pada
pengamatan petrografi yaitu sulitnya membedakan mineral dolomit dan kalsit pada
pengamatan ini diakibatkan oleh ukurannya yang sangat halus dan kecil sehingga sulit
untuk diamati.
63
Gambar 4.3 Hasil analisis XRD (X-Ray Diffraction) sampel batuan.
mineral kalsit (gambar 4.4). Mineral ini mengisi seluruh bagian kekar yang terbentuk.
Kekar berisi mineral kalsit yang diamati memiliki dimensi lebar 1-1,75 mm dan
panjang 40 mm. Di sekitar tepi kekar banyak dijumpai material-material fosil karena
// - Nikol X - Nikol
64
Berdasarkan hasil analisis XRD sampel kekar (gambar 4.5), mineral yang
terdapat pada sampel yaitu kalsit, dolomit, dan kuarsa. Kuarsa dan dolomit hanya
ditemukan pada hasil analisis XRD, sedangkan pada pengamatan petrografi mineral ini
tidak ditemukan. Kemungkinan penyebab kuarsa dan dolomit ditemukan pada analisis
XRD yaitu terambilnya kedua material tersebut saat proses pemisahan sampel batuan
dan kekar.
Pengujian sifat fisik dilakukan untuk menentukan nilai densitas dan porositas
untuk masing-masing sampel dengan orientasi berbeda. Uji sifat fisik dilakukan pada 2
set sampel batuan, di mana satu set sampel batuan terdiri dari satu batuan utuh dan 7
batuan dengan orientasi kekar berbeda (Gambar 4.6). Hasil pengujian berupa variabel-
variabel yang diperoleh melalui perhitungan menggunakan persamaan 2.4, 2.5, 2.6,
65
2.9, 2.11, 2.12, dan 2.13. Hasil masing-masing variabel hasil uji sifat fisik batuan
Tebal Natural
NO Natural Dry Saturated Degree of
Kekar Water n e
SAMPEL density density density saturation
(mm) Content
MP N2 0,00 2,66 2,66 2,67 0,15 29,41 1,34 0,014
MP 1.2 1,71 2,66 2,66 2,67 0,20 41,18 1,31 0,013
MP 2.2 1,53 2,66 2,66 2,67 0,23 44,44 1,39 0,014
MP 3.2 1,72 2,66 2,66 2,67 0,15 33,33 1,16 0,012
MP 4.2 1,27 2,64 2,64 2,66 0,18 24,00 1,96 0,020
MP 5.2 1,96 2,65 2,65 2,66 0,18 27,27 1,71 0,017
MP 6.2 1,18 2,67 2,66 2,67 0,25 50,00 1,36 0,014
MP 7.2 1,07 2,64 2,63 2,65 0,17 20,69 2,23 0,023
MP N3 0,00 2,67 2,66 2,68 0,21 31,82 1,77 0,018
MP 1.3 1,23 2,63 2,63 2,65 0,21 23,33 2,36 0,024
MP 2.3 1,88 2,65 2,64 2,66 0,15 20,83 1,87 0,019
MP 3.3 1,68 2,67 2,66 2,67 0,33 52,38 1,67 0,017
MP 4.3 1,51 2,54 2,53 2,54 0,49 65,38 1,89 0,019
MP 5.3 1,38 2,67 2,64 2,67 0,86 74,36 3,06 0,032
MP 6.3 1,44 2,66 2,65 2,67 0,19 28,57 1,72 0,018
MP 7.3 1,30 2,67 2,65 2,68 0,51 54,84 2,48 0,025
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pada satu jenis batuan yang sama dapat
memiliki nilai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh bedanya
66
dimensi kekar pada batuan tersebut. Bertambah atau berkurangnya dimensi kekar
pada batuan akan menyebabkan berubahnya perbandingan volume antara batuan dan
Selain variabel pada tabel 4.1, pengujian sifat fisik juga dilakukan untuk
suhu 25 0C menggunakan air deioisasi. Pengujian dilakukan pada empat buah sampel
berbeda seperti pada gambar 4.7 menggunakan mesin tekan dengan kapasitas 200
kPa.
Hasil pengujian permeabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2, di mana sampel 1
dan 3 tidak memiliki nilai permeabilitas selama rentang waktu pengujian dengan
tekanan 3 Mpa. Hal ini dikarenakan sampel 1 merupakan batuan utuh dan sampel 2
memiliki rekahan yang terisi oleh kekar, sehingga kemungkinan batuan untuk
67
meloloskan air sangat kecil karena tidak adanya rongga atau celah untuk mengalirkan
air. Hal ini juga kemungkinan karena batua membutuhkan tekanan yang lebih besar
dan waktu yang cukup lama agar dapat meloloskan air. Sampel 2 dan 4 merupakan
sampel dengan rekahan terbuka, di mana sampe 2 tidak memiliki pengisi dan sampel 4
terisi oleh sedikit material kalsit. Nilai permeabilitas dari kedua sampel cenderung
68
Uji cepat Rambat Gelombang dilakukan pada 3 sisi sampel yang berbeda
untuk mengetahui pengaruh kekar dari sisi kubus yang berbeda seperti pada gambar
4.8. Data hasil pengujian yaitu data waktu tempuh pulsa dari transmitter ke receiver
Tabel 4.3 menunjukan hasil uji cepat rambat gelombang ultrasonik yang
diukur pada masing-masig sisi kubus yang berhadapan. Nilai cepat rambat gelombang
yang diperoleh menunjukan nilai yang cukup variatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh
hambatan yang diterima oleh masing-masing pulsa juga berbeda yang mengakibatkan
NO W L H Vp (m/s) Ketebalan
Sampel (mm)
mm s mm s mm s W L H
MP N1 50,96 9,50 49,78 8,70 50,97 9,57 5363,86 5722,22 5327,53 -
MP 1.1 51,21 11,00 51,12 11,17 50,78 11,57 4655,15 4577,91 4389,91 0,61
MP 2.1 51,37 10,23 51,02 15,17 54,52 17,23 5020,20 3364,18 3163,64 1,06
MP 3.1 50,36 11,13 50,93 15,10 50,44 9,23 4523,65 3373,07 5463,18 0,78
MP 4.1 52,06 10,23 50,78 10,20 51,06 9,87 5087,30 4978,10 5174,66 0,78
MP 5.1 50,95 9,37 51,94 9,63 51,13 14,20 5439,86 5391,70 3600,94 0,77
MP 6.1 51,78 11,30 50,94 14,30 49,99 12,70 4582,30 3562,24 3936,48 0,57
69
MP 7.1 51,26 9,60 48,43 9,13 50,87 12,77 5339,24 5302,92 3984,86 0,60
MP N2 50,67 7,90 49,99 8,35 50,34 8,10 6413,92 5987,23 6214,40 -
MP 1.2 50,72 7,40 50,82 8,30 50,40 8,05 6854,05 6123,29 6260,46 1,71
MP 2.2 50,26 8,25 50,87 7,40 51,00 8,05 6092,53 6874,77 6334,99 1,53
No W L H Vp (m/s) Ketebalan
Sampel (mm)
mm s mm s mm s W L H
MP 3.2 50,69 7,40 51,03 7,90 50,68 7,85 6850,45 6459,49 6456,48 1,72
MP 4.2 50,70 8,90 50,47 8,80 49,88 8,10 5696,25 5735,23 6158,44 1,27
MP 5.2 49,49 7,40 50,35 7,80 51,67 9,00 6687,39 6455,56 5740,74 1,96
MP 6.2 51,11 8,35 35,77 8,10 51,36 8,80 6120,56 4416,05 5835,98 1,18
MP 7.2 50,56 9,00 51,05 8,30 50,56 9,00 5617,78 6151,00 5617,41 1,07
MP N3 48,89 8,65 50,32 8,40 51,38 8,90 5652,02 5990,48 5773,41 -
MP 1.3 50,13 8,55 50,77 8,75 49,86 8,35 5863,16 5802,67 5970,86 1,23
MP 2.3 50,23 7,85 46,90 9,00 50,82 8,90 6398,73 5211,48 5710,11 1,88
MP 3.3 50,59 8,30 50,92 8,35 49,05 8,30 6094,78 6097,80 5910,04 1,68
MP 4.3 51,18 8,80 51,03 8,70 50,59 8,25 5815,91 5865,52 6132,53 1,51
MP 5.3 51,06 8,85 50,57 9,25 49,48 8,85 5769,11 5467,03 5590,58 1,38
MP 6.3 48,88 8,80 50,95 8,60 49,73 8,80 5554,55 5924,03 5650,76 1,44
MP 7.3 49,84 7,90 50,86 7,90 49,75 8,30 6308,44 6437,55 5993,98 1,30
Selain dipengaruhi oleh ketebalan kekar, orientasi dari bidang kekar terhadap
arah rambat gelombang juga memiliki pengaruh. Orientasi bidang kekar pada
pengukuran VL tegak lurus terhadap arah rambat gelombang pada sudut 0 0 higga 450
dan cenderung sejajar ketika sudut lebih dari 45 0. Orientasi bidang kekar pada
pengukuran Vh cenderung sejajar dengan arah rambat gelombang pada sudut 0 0 – 450
dan tegak lurus ketika sudut 45 0 – 900. Sedangkan pada pengukuran VW bidang kekar
selalu tegak lurus dengan arah rambat gelombang. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
4.9 bahwa VL dan VH memiliki grafik yang cenderung berkebalikan, sedangkan grafik
sisi sampel batuan. Pada orientasi 0 0 – 300 grafik VH mengalami penurunan dan naik
yang tidak signifikan. Perbedaan cepat rambat gelombang ini mungkin tidak hanya
70
dipengaruhi oleh orientasi dari kekar saja, namun terdapat faktor lain sepertiperbedaan
ketebalan kekar kandungan air, porositas, dan angka pori yang juga ikut berpengaruh.
Cepat Rambat Gelombang (m/s)
7000
6500
6000
5500
5000
4500
4000
3500
0 15 30 45 60 75 90
VH WV VL Orientasi Kekar
Gambar 4.9 Grafik cepat rambat gelombang berdasarkan orientasi kekar di masing-
masing sisi sampel batuan.
persamaan 2.1. Nilai kuat tekan batuan diambil pada nilai puncak atau nilai tertiggi
selama proses pembebanan. Nilai tertinggi kuat tekan batuan merupakan nilai pada
saat batuan mengalami hancur (failure). Hasil pengujian ditujukan pada tabel 4.4.
71
MP 5.1 60 2646,52 223,08 75,19
MP 6.1 75 2637,67 240,00 81,21
MP 7.1 90 2482,53 183,00 64,80
Orientasi Kekar Luas Permukaan Maksimal Load
NO SAMPEL σc (Mpa)
( 0) (mm2) (kN)
MP N2 - 2528,62 285,00 100,01
MP 1.2 0 2573,53 110,00 38,08
MP 2.2 15 2555,96 245,00 85,07
MP 3.2 30 2573,97 230,00 79,67
MP 4.2 45 2548,73 275,00 96,13
MP 5.2 60 2502,28 295,00 104,29
MP 6.2 75 2607,97 175,00 59,60
MP 7.2 90 2579,56 145,00 50,11
MP N3 - 2449,89 195,00 70,42
MP 1.3 0 2544,91 190,00 66,62
MP 2.3 15 2539,80 210,00 73,31
MP 3.3 30 2578,41 335,00 116,51
MP 4.3 45 2615,63 120,00 40,83
MP 5.3 60 2589,16 195,00 67,32
MP 6.3 75 2465,11 155,00 56,20
MP 7.3 90 2543,84 175,00 61,45
Hasil pengujian kuat tekan menunjukan perubahan nilai kuat tekan pada
sampel degan orientasi berbeda seperti yang diperlihatkan oleh grafik pada gambar
4.10. Nilai kuat tekan pada batuan yang memiliki kekar cenderung memiliki nilai yag
lebih rendah dibandingkan kuat tekan pada batuan utuh. Pada batuan yang memiliki
kekar, nilai kuat tekan mengalami kenaikan dan penurunan seirig kenaikan besar sudut
orientasi kekar. Nilai kuat tekan batuan yang memiliki kekar berada pada 111,18 Mpa
pada sudut 300 untuk nilai maksimumnya dan 51,41 Mpa pada sudut 45 0 untuk nilai
minimumnya. Nilai kuat tekan batuan megalami kenaikan hingga sudut 30 0 dan
72
kembali menurun hingga sudut 45 0. Nilai kuat tekan ini kembali naik ke sudut 60 0 dan
Perbedaan nilai kuat tekat ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor kekar baik
dari ketebalannya maupun posisi dari arah gaya penekan. Orientasi kekar
mempermudah terjadinya retakan pada batuan karena nilai tegangan yang diberikan
melalui penekanan akan berkurang saat melintasi bidang kekar. Sehingga tegangan
akan terakumulasi pada satu sisi batuan, dengan kata lain bidang kekar membagi
120.00
σc tanpa kekar
100.00
80.00
Kuat Tekan (MPa)
60.00
σc dengan kekar
40.00
20.00
0.00
0 15 30 45 60 75 90
Orientasi (...0)
Gambar 4.10 Grafik Kuat tekan pada sampel batuan utuh dan berorientasi kekar.
Efek geometri juga mempengaruhi nilai kuat tekan. Sampel yang diguakan
memiliki perbandingan L/D =1, sehingga menyebabkan kondisi tegangan akan saling
bertemu (Gambar 4.11). Hal ini dapat mengakibatkan berkurangya pengaruh dari
73
Gambar 4.11 Distribusi tegangan untuk sampel L/D=1.
akan berlangsung efektif pada sudut lebih dari 45 0. Pada sudut tersebut, kekar
cenderung tegak lurus terhadap arah gaya penekan sehigga berada dalam keadaan
tertekan dari kedua sisi. Sedangkan untuk sudut di bawah 45 0, kedua bagian yang
dibatasi oleh kekar akan tertekan secara langsung dari kedua sisi. Hal ini
mengakibatkan bidang gelincir tidak berpengaruh secara signifikan pada sudut ini.
4.4.1 Hubungan Kuat Tekan Batuan yang Memiliki Orientasi Kekar Terhadap
Porositas
Nilai porositas memiliki hubungan yang erat dengan nilai densitas dari sampel,
di mana semakin besar nilai porositas mengindikasikan jumlah pori-pori yang dapat
Semakin padat suatu sampel maka akan memiliki densitas yang semakin besar pula,
sehigga dapat dikatakan batuan dengan nilai porositas yang tinggi akan memiliki nilai
kuat tekan yang rendah. Gambar 4.12 menunjukan hubungan antara kuat tekan
74
120.00 3.00
100.00 2.50
80.00 2.00
Kuat Tekan (MPa)
Porositas (%)
60.00 1.50
40.00 1.00
20.00 0.50
0.00 0.00
0 15 30 45 60 75 90
Orietasi (0) UCS Porositas
Gambar 4.12 Grafik hubungan kuat tekan batuan berorientasi kekar terhadap
porositas.
dengan nilai kuat tekan pada orientasi sudut 0 0-450. Pada sudut di atas 450 grafik nilai
kuat tekan dan porositas cenderung sejajar. Kemungkinan terjadinya bentuk grafik
yang sejajar yaitu karena sampel memiliki dua jenis material yang berbeda yaitu
batuan dan material pengisi kekar, sehingga terdapat dua densitas dalam satu sampel.
Apabila material kekar memiliki ketebalan yang berubah, maka nilai densitas juga akan
pastiya nilai porositas pada dua material dalm satu sampel. Hal ini diperlihatkan oleh
Gambar 4.13 dimana sebaran data hubungan antara ketebalan kekar dan porositas
75
1.90
1.80
1.70
Porositas (%)
1.60
1.50
1.40
1.30
1.20
1.10
1.00
1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 2.40 2.60
4.4.2 Hubungan Kuat Tekan Batuan yang Memiliki Orientasi Kekar Terhadap Cepat
Hubungan kuat tekan batuan yang memiliki orientasi kekar terhadap cepat
rambat gelombang ultrasonik tergantung pada panjang sampel, ketebalan kekar, dan
sifat fisik dari sampel yang digunakan. Semakin banyak rongga yang terdapat pada
sampel maka akan semakin banyak hambatan yang diterima oleh gelombang,
akibatnya nilai cepat rambat gelombang menjadi lebih kecil. Demikian pula dengan
keberadaan kekar, semakin tebal kekar maka akan menyebabkan hambatan yag
76
120.00 6200
6100
100.00
6000
80.00
Kuat Tekan (MPa)
5900
UPV (m/s)
60.00 5800
5700
40.00
5600
20.00
5500
0.00 5400
0 15 30 45 60 75 90 105
Gambar 4.14 Grafik hubungan kuat tekan batuan terhadap cepat rambat gelombang
ultrasonik dengan orientasi kekar.
hal ini hubungan antara kuat tekan batuan dan cepat rambat gelombang serta
hubungan antara kuat tekan batuan dengan variabel lain seperti kekar dan sifat fisik
batuan. Langkah yang pertama dilakukan yaitu mengecek kelinieran data untuk
Suatu model dikatakan linier jika nilai signifikansi deviation from linierity lebih
besar dari 0,05 atau nilai F hitung < Ftabel. Jika suatu model tidak memenuhi syarat
tersebut maka tidak terdapat hubungan yang linier antara variabel terikat dan variabel
bebas. Dengan demikian, untuk memeroleh hubungan antara variabel terikat dan
Tabel 4.5 Tabel ANOVA uji linieritas kuat tekan dan orientasi kekar
77
(Combined) 4594,202 6 765,700 8,722 0,006
Total 5208,744 13
Hasil uji linieraitas dapat dilihat pada tabel 4.5, di mana deviation from lienarity
memiliki nilai signifikansi 0,009 atau lebih kecil dari 0,05. Sehingga tidak terdapat
hubungan yang linear antara kuat tekan batuan dan orientasi kekar. Dengan demikian
analisis hubungan antara kuat tekan batuan dan orientasi kekar dilakukan
Berdasarkan Gambar 4.10 dan 4.11 maka model hubungan dapat di bagi
menjadi dua grup model. Di mana pada model grup A terdiri dari sampel dengan
orientasi 00-450 dan model grup B terdiri dari sampel dengan orientasi 45 0-900.
Tabel 4.7 Tabel ANOVA uji linieritas kuat tekan dan orientasi kekar
78
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai signifikansi deviation from lienarity Grup A
0,023 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang linear
antara kuat tekan batuan dan orientasi kekar Grup A. Sedangkan Grup B memiliki nilai
signifikansi deviation from lienarity 0,150 atau lebih besar dari 0,05, sehingga terdapat
hubungan yang linear antara kuat tekan batuan dan orientasi kekar Grup B. Dengan
demikian, model hubungan Grup A akan dianalisis menggunakan regresi nonlinier dan
model pada jenis regresi ini. Apabila terdapat beberapa pilihan model regresi yang
dapat digunakan, maka model regresi yang paling baik diambil dari pertimbangan nilai
R dan R2 yang paling besar serta standar eror yang kecil. Model regresi nonlinier yang
digunakan untuk Grup A yaitu model regresi kuadratik menggunakan variabel bebas
orientasi kekar membentuk model regresi seperti pada Persamaan 4.1, yaitu:
2
σ c =3.848,301 β −2.211,681 β −1.565,514 (4.1)
79
Dimana,
2
σ c =3.848,301 cos θ−2.211,681 cos θ−1.565,514 (4.2)
Artinya jika nilai orientasi sama dengan 00 maka total kuat tekan batuan yang
diperoleh sebesar 71,106 MPa. Nilai koefisien regresi variabel orientasi kekar dengan
orde dua bernilai negatif adalah -2.211,681. Nilai koefisien regresi variabel orientasi
kekar dengan orde satu bernilai positif adalah 3.848,301. Artinya bahwa setiap
perubahan orientasi setiap derajatnya, maka total biaya produksi juga akan meningkat
sebesar (3.848,31- 2.211,681 cos ) cos dengan asumsi nilai variabel yang lain
bernilai tetap.
Model regresi yang diperoleh perlu diuji melalui pengujian koefisien regresi.
Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap pengujian, yaitu pengujian keseluruhan
model regresi dan pengujian individual. Pengujian keseluruhan model regresi dikenal
dengan uji simultan atau uji F. Ketentuan dari uji F adalah nilai signifikan F kurang dari
0,05. Artinya, bahwa model yang terbentuk mampu menerangkan data empiris secara
Tabel 4.8 tabel ANOVA hasil uji F kuat tekan dan orientasi kekar Grup A.
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3442,368 2 1721,184 12,383 0,012
Residual 694,987 5 138,997
Total 4137,355 7
Varibel terikat adalah kuat tekan.
Variabel bebas adalah orientasi.
80
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh signifikansi F sebesar 0,012. Nilai signifikansi F
kurang dari 0,05 maka model yang terbentuk mampu menerangkan data empiris
secara keseluruhan. Pengujian individual dikenal dengan uji simultan atau uji t
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t dengan derajat kepercayaan sebesar 0,05.
Ketetuannya jika signifikansi t kurang dari 0,05 maka variabel bebas orientasi kekar
memiliki pengaruh signifikan terhadap kuat tekan batuan. Hasil uji simultan atau uji t
Tabel 4.2 menunjukkan nilai signifikan t sebesar 0,006 untuk orientasi orde
satu dan dua hal ini berarti lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, hasil uji simultan atau
uji t menjelaskan bahwa orientasi kekar pada dua orde ini memiliki pengaruh yang
regresi kuadratik pada Persamaan 4.2 adalah 0,832 atau 83,2%. Hal ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh variabel lain diluar orientasi kekar yang memengaruhi kuat tekan
batuan pada rentang 00-450 sebesar 16,8%. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,912
menunjukkan hubungan yang sangat tinggi antara variabel terikat dan variabel bebas
yang digunakan.
81
Model konseptual simulasi dikatakan valid apabila representasi dari sistem
nyata yang dimodelkan akurat. Keakuratan model tersebut dapat dilihat melalui
berikut:
|S σ −A σ| |79,45778903−79,45875| −5
E 1= = =1 , 21 x 10
Aσ 79,45875
0,0000121 atau lebih kecil dari 5%. Nilai dari perbandingan varian amplitudo adalah
sebesar 0,000323 atau lebih kecil dari 30%. Dengan demikian model persamaan
menggunakan satu variabel bebas yaitu orientasi kekar. Hasil analisis ini membentuk
σ c =64,191−7 , 4 ᵦ (4.3)
Dimana,
jika nilai orientasi yang dihitung terhadap arah gaya penekan sama dengan 0 maka
besarnya kuat tekan adalah sebesar 64,191 MPa. Model regresi yang diperoleh perlu
82
diuji melalui pengujian koefisien regresi. Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap
Pengujian keseluruhan model regresi dikenal dengan uji simultan atau uji F.
Sedangkan pengujian secara individual disebut dengan uji parsial atau uji t.
Tabel 4.10 Hasil uji ANOVAa hubungan kuat tekan dan orientasi kekar Grup B
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 30,824 1 30,824 0,231 0,648b
Residual 800,033 6 133,339
Total 830,857 7
a. Variabel terikat: Kuat Tekan
b. Variabel bebas: Orietasi Kekar
Ketentuan dari uji F adalah nilai signifikan F kurang dari 0,05. Artinya, bahwa
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh signifikan F sebesar 0,648. Nilai signifikan F lebih
dari 0,05 maka model yang terbentuk tidak mampu menerangkan data empiris secara
keseluruhan.
Tabel 4.11 hasil uji t (tabel Coefficients a) kuat tekan dan orientasi kekar
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Eror Beta
(Constant) 64,191 6,975 9,202 ,000
o2 -7,400 15,390 -,193 -0,481 0,648
a. Variabel terikat
Uji simultan atau uji t dilakukan dengan melihat nilai signifikan t dengan derajat
kepercayaan sebesar 0,05. Ketetuannya jika signifikan t kurang dari 0,05 maka
variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap terikat. Hasil uji simultan atau uji
t pada Tabel 4.11 menunjukan nilai signifikan t sebesar 0,648 yang mana lebih besar
83
dari 0,05. Oleh karena itu, hasil uji simultan atau uji t tidak menjelaskan bahwa
orientasi kekar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kuat tekan batuan.
Koefisien determinasi atau R 2 untuk model regresi pada Persamaan 4.3 adalah
0,037 atau 3,7%. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel lain diluar
orientasi kekar yang memengaruhi kuat tekan batuan sebesar 96,3%. Nilai koefisien
korelasi sebesar 0,193 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel
terikat dan variabel bebas yang digunakan. Hal ini mungkin terjadi karena pada sudut
orientasi tersebut posisi bidang kekar membagi sampel menjadi dua bagian, di mana
setiap bagiannya dipengaruhi langsung oleh satu arah pembebanan (Gambar 4.11).
hingga mengalami gelincir bukan pada besar orientasi sudutnya. Sedangkan orientasi
sudut pada Grup A, setiap bidang yang dibatasi oleh kekar dipengaruhi oleh besarnya
perbandingan tegangan dari arah atas dan tegangan dari arah bawah.
memiliki nilai maksimum pada sudut 0 0 atau 900 dan nilai minimum sekitar 300 atau
lebih tepatnya 450 - ᶲ/2 (ᶲ adalah sudut gesek dalam sepanjang bidang gesek atau
lemah). Hal tersebut dibenarkan oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Brown
dkk (1977), Salcedo dkk (1983), dan Goshtabi dkk (2006) di dalam Rai (2014), di
mana pada batuan Devonian Slate, Graphitic Phyllite, dan batu Sabak memiliki kuat
tekan yang dipengaruhi oleh anisotropik. Hal ini tentunya berbeda dengan model yang
telah dibuat, di mana pengaruh orientasi kekar hanya berada pada sudut 0 0 - 450 yang
berlapis sehingga tidak ada pengaruh jenis material yang berbeda dibidang perlapisan
84
tersebut. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan batuan yang memiliki kekar,
sehingga jenis material pengisi kekar juga berpengaruh penting pada kuat tekan
batuan. selain itu pada penelitian sebelumnya, sampel yang digunakan memiliki
sudut 00 – 150.
4.5.3 Hubungan kuat tekan batuan dengan cepat rambat gelombang dan porositas
gelombang dan sifat fisik mempengaruhi nilai kuat tekan batuan dengan
memperhatikan faktor ketebalan kekar. Uji statistik awal yang digunakan untuk
pemeriksaan terhadap hasil analisis regresi berganda adalah uji asumsi klasik yang
terdiri atas uji normalitas, uji heterokesdastisitas, dan uji multikolinearitas. Uji lanjutan
variabel terikat biaya produksi mengikuti fungsi distribusi normal karena distribusi
histogram berbentuk seperti bel. Gambar 4.15 menunjukkan distribusi histogram yang
85
Gambar 4.15 Distribusi histogram analisis regresi ganda.
Pengujian selanjutnya untuk uji normalitas yaitu dengan melihat grafik normal
karena pencaran data terletak di sekitar garis lurus miring melintang. Grafik normal PP
86
Gambar 4.16 Normal PP plot of regression standardized residual
membandingkan nilai signifikansi terhadap nilai alfa (α). Hipotesis yang digunakan
yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H 1). Hipotesis nol (H0) diterima jika
signifikansi lebih besar dari alfa (α), sebaliknya hipotesis alternatif ditolak jika
87
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
adalah sebesar 0,200 dan uji Shapiro Wilk sebesar 0,769. Nilai signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari 0,05 yang artinya hipotesis nol (H 0) diterima. Hal tersebut
scatterplot. Berdasarkan Gambar 4.17 diperoleh pencaran data berbentuk acak dan
heteroskedastisitas.
yang digunakan pada pengujian ini ada dua yaitu hipotesis nol (H 0) tidak ada masalah
88
multikolinearitas dan hipotesis alternatif (H 1) terdapat masalah multikolinearitas,
dengan kriteria:
Artinya, jika nilai VIF dari data yang digunakan kurang dari 10 maka hipotesis nol (H 0)
diterima dan hipotesis alternatif (H 1) ditolak. Hal ini berarti antara tidak ada hubungan
antara variabel bebas yang digunakan pada analisis. Sementara, jika nilai VIF yang
diperoleh dari data yang digunakan lebih dari 10 maka hipotesis alternatif (H 1) diterima
dan hipotesis nol (H0) ditolak. Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji multikolinearitas.
(Constant)
Tabel 4.13 menunjukkan besarnya nilai VIF dari masing-masing variabel bebas
yang digunakan dalam analisis regresi berganda. Berdasarkan nilai VIF dari setiap
variabel bebas yaitu lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
antar variabel bebas. Uji multikolinearitas terpenuhi dengan tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
Model regresi yang diperoleh perlu diuji melalui pengujian koefisien regresi.
Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap pengujian, yaitu pengujian keseluruhan
model regresi dan pengujian individual. Pengujian keseluruhan model regresi dikenal
dengan uji simultan atau uji F. Ketentuan dari uji F adalah nilai signifikan F kurang dari
89
0,05. Artinya, bahwa model yang terbentuk mampu menerangkan data empiris secara
keseluruhan.
Tabel 4.14 hasil uji F ANOVAa kuat tekan, cepat rambat gelombang, porositas, dan
tebal kekar.
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1236,623 3 412,208 1,048 0,413b
Residual 3933,053 10 393,305
Total 5169,676 13
a. Variabel Terikat: Kuat Tekan Batuan
b. Prediktor : Cepat rambat gelombang, porositas, tebal kekar
lebih dari 0,05 maka model yang terbentuk tidak mampu menerangkan data empiris
secara keseluruhan.
Tabel 4.15 hasil uji t kuat tekan, cepat rambat gelombang, porositas, dan tebal kekar.
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Eror Beta
(Constant) 111,773 188,953 0,592 0,567
Cepat rambat gelombang -0,004 0,027 -0,058 -0,158 0,878
Tebal kekar 11,306 20,000 0,208 0,565 0,584
Porositas -15,162 11,506 -0,398 -1,318 0,217
a. Variabel terikat : Kuat Tekan Batuan
Pengujian individual dikenal dengan uji parsial atau uji t dilakukan dengan
melihat nilai signifikan t dengan derajat kepercayaan sebesar 0,05. Ketetuannya jika
signifikan t kurang dari 0,05 maka variabel bebas cepat rambat gelombang, tebal
kekar, dan porositas memiliki pengaruh signifikan terhadap kuat tekan batuan. Hasil uji
simultan atau uji t dapat dilihat pada Tabel 4.15, di mana nilai signifikansi VH sebesar
0,87, nilai signifikansi t k sebesar 0,584, dan nilai signifikansi porositas sebesar 0,217.
Artinya semua variabel dalam model memiliki nili signifikansi yang lebih besar dari
90
0,05. Oleh karena itu, hasil uji simultan atau uji t tidak menjelaskan bahwa cepat
rambat gelombag, tebal kekar, dan porositas tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kuat tekan batuan. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan perbandingan
pada sifat fisik seperti porositas. Kemungkinan lain yang mempengaruhi cepat rambat
gelombang yaitu bentuk orientasi kekar yang tidak sama merata pada setiap sisinya,
sehingga terdapat jarak kekar sebagai hambatan yang lebih jauh dari sumber
gelombang.
(VH), porositas (n), dan ketebalan kekar (t k), sehingga membentuk model regresi
seperti pada Persamaan 4.4 yang diperoleh berdasarkan Tabel 4.15. Model persamaan
Artinya jika nilai cepat rambat gelombang sama dengan 0, tidak terdapat kekar, dan
tidak memiliki porositas maka nilai total kuat tekan batuan yang diperoleh sebesar
111,773 MPa. Nilai koefisien regresi variabel Cepat rambat gelombang (VH) bernilai
Negatif adalah -0,004 dan porositas bernilai -15,162. Artinya bahwa setiap peningkatan
cepat rambat gelombang dan porositas sebesar 1%, maka nilai kuat tekan batuan juga
akan berkurang sebesar 15,166 MPa dengan asumsi nilai variabel yang lain bernilai
tetap. Sedangkan untuk variabel tebal kekar bernilai +11,306, di mana setiap
peningkatan 1% nilai kuat tekan bertambah 11,306 MPa. Dengan demikian, total nilai
kuat tekan batuan akan mengalami penurunan sebesar 3,860 setiap peningkatan 1%
tiap variabelnya.
91