ANALISIS GEOTEKNIK
1
19 Void Ratio 0.48 1.74
Sumber: Karakteristik Sifat Fisik Batuan Nikel (E.H.Surjino Samnur)
2
16.00.00 5.22 -72.00 5.00 -1.00 -0.55 0.11 -0.32
1800.00 5.87 -84.00 4.00 2.00 -0.64 0.13 -0.38
2000.00 6.52 -95.00 3.00 4.00 -0.72 0.13 -0.47
2200.00 7.17 -105.00 1.00 5.00 -0.80 0.08 -0.64
2400.00 7.83 -299.00 1.00 4.00 -0.91 0.21 -0.49
2600.00 8.48 -155.00 3.00 12.00 -1.18 0.24 -0.70
2800.00 9.13 -165.00 20.00 12.00 -1.26 0.56 -0.14
3000.00 9.78 -205.00 24.00 15.00 -1.56 0.38 -0.79
Sumber: Pengujian Batuan Saprolit (M. Samnur 2020)
3
Bidang-bidang diskontinue yang memotong massa batuan akan
menghasilkan blok. Blok umumnya masih tersambung dengan massa
batuannya. Blok yang terpisah akan membentuk kekar yang terbuka (opened
joint fracture). Jika air hujan atau air permukaan mengisi bukaan ini, maka
akan menambah tekanan di kedua sisinya. Tekanan air sangat tergantung pada
situasi bukaan kekar, meskipun ukuran kecil tetapi dalam daerah yang luas
maka tekanan sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng.
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan
tambang terbuka yaitu:
1. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran bidang relatif jarang terjadi. Namun, jika ada kondisi yang
menunjang terjadinya longsoran bidang, longsoran yang terjadi mungkin
akan lebih besar (secara volume) dari pada longsoran lain. Longsoran ini
disebabkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang, seperti kekar
(joint) ataupun patahan yang dapat menjadi bidang luncur.
Longsoran bidang terjadi bila seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi,
yaitu:
a. Jurus bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar terhadap jurus
bidang permukaan lereng dengan perbedaan maksimal 20˚.
b. Kemiringan bidang luncur harus lebih kecil dari kemiringan bidang
permukaan lereng atau Ψ > Ψ𝑝.
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut geser dalam atau
Ψ𝑝 > ∅.
d. Terdapat bidang bebas yang merupakan batas lateral dari massa
batuan yang longsor.
Model longsoran bidang (plane failure), seperti yang terlihat pada
gambar 4.1 berikut:
4
Gambar 4.1 Longsoran Bidang (Irwandy Arif, 2016)
5
Gambar 4.2 Longsoran Baji (Irwandy Arif, 2016)
6
Data orientasi kekar (orientation of discontinuitas) didapatkan dengan
melakukan pengukuran strike dan dip. Data orientasi kekar yang didapatkan
dari pengukuran dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Data Orientasi Kekar
Strike Dip
115 72
128 80
139 52
136 50
140 81
136 77
236 73
135 80
137 41
140 26
7
ditentukan di lapangan. Hanya nilai gaya normal efektif (P’) yang belum
diketahui. Pada cara bishop besarnya P’ diperoleh dengan menguraikan gaya –
gaya lain pada arah vertikal (Bowles, 1984).
Dengan cara perhitungan berulang-ulang (iterative) di berbagai busur yang
diperkirakan sebagai bidang gelincirnya, akan diperoleh faktor keamanan
terkecil yang menyatakan bidang gelincir paling berbahaya.
Pilih icon new lalu icon job control ketikkan nama dari project yang akan
dibuat, pilih data strike dan dip pada bagian global orientation format.
8
Kemudian isi kolom yang tersedia dengan memasukkan nilai strike dan
dip yang didapatkan dari hasil pengukuran.
Lalu plih icon contour preset untuk menentukan arah shear joint dan
untuk melihat titik strike dan dip nya.
9
Kemudian tentukan set joint satu (SJ 1) dengan mengklik icon add user
plane kemudian arahkan kursor ke elevasi tertinggi.
Beri nama set joint satu (SJ 1) sebagai tanda agar dapat dibaca dengan
mudah.
10
Lakukan hal yang sama untuk mencari set joint dua (SJ 2) dengan
mengklik bagian yang bukan milik set joint satu (SJ 1).
Beri nama set joint 2 (SJ 2) sebagai tanda agar dapat dibaca dengan
mudah.
Untuk mengetahui letak dari lereng klik kembali add user plane kemudian
arahkan kursor ke titik perpotongan set joint satu (SJ 1) dan set joint dua
(SJ 2).
Beri nama Lereng sebagai tanda agar dapat dibaca dengan mudah.
11
Setelah tampilan streonet selesai amatilah bentuk dari streonet disesuaikan
dengan gambar tipe longsoran.
12
Hasil interpretasi arah umum kelongsoran dari proyeksi stereografis di
lapangan. Setelah dilakukan analisi kinematik dengan bantuan software dips
6.0 terlihat adanya perpotongan antara bidang lemah set joint satu dengan set
joint dua dan perpotongan antara bidang lemah tersebut mengarah kea rah
lereng. Maka kemungkinan jenis longsoran yang akan terjadi dilokasi adalah
longsoran baji.
Dalam menganalisa faktor keamanan pada pembuatan geometri lereng
tunggal dilakukan menggunakan metode bishop pada perangkat lunak slide
v.6.0. Pada perangkat lunak ini dibutuhkan parameter-parameter pendukung
yang akan dimasukkan sebagai pengolahan data. Parameter pendukung ini
antara lain yaitu, nilai kohesi, sudut geser dan bobot isi batuan (tabel 4.5).
Adapun tahapan yang dilakukan dalam perhitungan dan pembuatan
geometri lereng tunggal adalah sebagai berikut:
Buka software Slide v.6.0
Pilih menu file, pilih import dan pilih klik import DXF seperti pada
gambar dibawah
13
Selanjutnya, pilih file DXF yang sudah dibuat terlebih dahulu pada
software autoCad
14
Selanjutnya, masukkan data-data dari properties materials yaitu unit
weight, cohesion dan phi (sudut geser) sesuai dengan jenis litologi yang
ingin dibuat dan klik ok
Pilih menu project settings (Ctrl + J) kemudian, failure direction ubah dari
right to left jadi left to right dan klik ok
15
Selanjutnya, pilh menu auto grid dan klik ok
16
Tahapan terakhir pilih menu interpret
Dan otomatis hasil akhir akan didapatkan nilai dari Faktor Keamanan (FK)
seperti pada gambar dibawah.
17
Pemberian properties material tiap litologi maka nilai FK dari masing–
masing litologi dapat di lihat dari hasil running yang telah di sediakan dalam
bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 4.6 Hasil Ranning Tinggi Bench 5, 8, 10 dan 12 meter serta Lebar 5
meter
Tinggi
(m) 5 8
Lebar (m) 5
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,8 1,6 1,5 1,4 1,2 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
Top Soil 5 9 5 3 9 3 2 1 5 6
2,6 2,4 2,2 2,0 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2
Limonit 9 6 6 9 4 7 6 7 6 5
1,7 1,6 1,4 1,3 1,2 1,3 1,1 1,0 1,0 0,9
Saprolit 9 3 7 4 3 1 8 7 0 3
Tinggi
(m) 10 12
Lebar (m) 5
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,0 0,9 0,8 0,7 0,7 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6
Top Soil 2 3 3 6 2 8 9 2 8 4
1,4 1,3 1,2 1,0 1,0 1,1 1,0 0,9 0,9 0,8
Limonit 7 4 0 9 3 7 5 5 1 5
1,1 1,0 0,9 0,8 0,8 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7
Saprolit 4 4 5 8 3 3 3 6 0 5
18
Tabel 4.6 Hasil Ranning Tinggi Bench 5, 8, 10 dan 12 meter serta Lebar 8
meter
Tinggi
(m) 5 8
Lebar (m) 8
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,8 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,9
Top Soil 5 9 4 4 2 3 2 1 9 7
2,5 2,3 2,0 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2 1,1
Limonit 1 1 9 8 9 5 5 7 7 6
1,8 1,6 1,4 1,3 1,2 1,3 1,1 1,0 1,0 0,9
Saprolit 0 7 8 5 0 1 9 7 0 3
Tinggi
(m) 10 12
Lebar (m) 8
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,0 0,9 0,8 0,7 0,7 0,8 0,8 0,7 0,6 0,6
Top Soil 2 5 4 9 5 8 0 2 6 0
1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 1,1 1,0 0,9 0,8 0,7
Limonit 6 2 2 1 3 7 9 6 6 7
1,1 1,0 0,9 0,8 0,8 1,0 0,9 0,8 0,7 0,7
Saprolit 3 6 3 6 0 2 3 4 9 5
Tabel 4.6 Hasil Ranning Tinggi Bench 5, 8, 10 dan 12 meter serta Lebar 10
meter
Tinggi
(m) 5 8
Lebar (m) 10
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,8 1,6 1,5 1,2 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
Top Soil 6 8 5 6 2 3 1 2 4 4
2,7 2,4 2,2 2,0 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2
Limonit 1 6 6 8 3 6 6 7 5 1
1,8 1,6 1,4 1,3 1,2 1,3 1,1 1,0 0,9 0,8
Saprolit 0 4 9 7 3 1 9 6 4 6
Tinggi
(m) 10 12
Lebar (m) 10
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,8 0,8 0,7 0,6 0,6
Top Soil 2 5 4 7 9 8 3 8 9 0
19
1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
Limonit 6 5 1 5 0 5 4 4 5 6
1,1 1,0 0,9 0,8 0,7 1,0 0,9 0,8 0,7 0,7
Saprolit 4 6 3 5 8 3 3 3 9 6
Gambar 4.5 Lereng Tunggal Top Soil Lebar 10 m, Tinggi 5 m dan Kemiringan 600
20
Pada (Gambar 4.5) diatas ini merupakan material top soil yang disarankan
menggunakan geometri lereng dengan tinggi (h) = 5 meter dan sudut lereng
(α) = 600 dengan hasil perhitungan faktor keamanan (FK) = 1,86.
Gambar 4.6 Lereng Tunggal Limonit Lebar 10 m, Tinggi 8 m dan Kemiringan 600
Gambar 4.7 Lereng Tunggal Saprolit Lebar 10 m, Tinggi 8 m dan Kemiringan 600
21
membedakannya jumlah properties litologi lebih banyak dan memiliki sudut
kemenerusan masing-masing. Dari hasil rekomendasi lereng tunggal atau
single yang aman dapat dilakukan pemodelan lereng highwall dengan tinggi
18,19 meter, sudut kemiringan 310 pada kondisi jenuh. Hasil analisis lereng
highwall dalam kondisi kering di rekomendasikan paling aman, yaitu 1,36 dan
mencapai FK yang telah direkomendasikan yang dapat dilihat pada tabel 4.9
dan gambar 4.8 bawah ini.
22
Gambar 4.9 Dimensi Lereng Highwall
4.5 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian geoteknik yang mengacu pada
hasil perancangan dan analisa lereng penambangan pada PT. Praya Resource
Nickel, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil running yang dalam pembuatan lereng tunggal dapat di
rekomendasikan bahwa tinggi 5 meter dan sudut kemeringan 600 untuk
material top soil, untuk material limonit tinggi 8 meter dan sudut 600 dam
untuk saprolit yaitu tinggi 8 meter dengan sudut 600.
2. Sedangkan hasil running yang dalam pembuatan lereng highwall dapat di
rekomendasikan bahwa tinggi 18,19 meter dan sudut 310.
23