Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

ANALISIS GEOTEKNIK

4.1 Sifat Fisik


Nikel merupakan unsur kimia metalik yang termasuk didalam kelompok
VIIIB dalam tabel priodik, nikel memiliki kepadatan spesifik 8,90 g/cm 3.
Dengan titik leleh 1.555 0C dan titik didih 2.837 0C. Nikel memiliki sifat tahan
karat dalam keadaan murni nikel bersifat lembek, sedangkan pada saat nikel
dipaduhkan dengan besi, krom, dan logam lainnya dapat membentuk baja
tahan karat yang sangat keras, bentuk umumnya adalah ion nikel karbonat,
sulfida nikel, dan nikel oksida yang tidak larut didalam air sedangkan nikel
klorida dan nikel nitrat yang dapat larut didalam air.
Berdasarkan hasil dari pengujian dilaboratorium untuk pengujian sifat
fisik pada nikel didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisik


No. Sample 18 25
No
Kedalaman 48,90-48,94 7543-75,47
1 Litologi Limonit Saprolit
2 Cawan V VI
3 Kering (gr) 38,7 34,59
4 Jenuh tergantung (gr) 196,9 193,8
5 Jenuh (gr) 39,2 35,4
6 Berat Conto Asli (gr) 236,6 197,51
7 Berat Conto Kering (gr) 207,8 175,21
8 Berat Conto Jenuh (gr) 244,6 288,6
9 Berat Jenuh Tergantung (gr) 131,7 110,2
10 Bobot Isi Asli (gr/cm3) 2,10 1,11
11 Bobot Isi Kering (gr/cm3) 1,84 0,98
12 Bobot Isi Jenuh (gr/cm3) 2,17 1,62
13 Apperent Specific Gravity 1,84 0,98
14 True Specific Gravity 2,73 2,70
15 Kadar Air Asli % 13,86 12,73
16 Kadar Air Jenuh % 17,71 64,72
17 Drajat Kejenuhan % 78,26 19,67
18 Porositas% 32.60 63.56

1
19 Void Ratio 0.48 1.74
Sumber: Karakteristik Sifat Fisik Batuan Nikel (E.H.Surjino Samnur)

4.2 Sifat Mekanik


Semua massa batuan memiliki bidang-bidang diskontinu seperti kekar,
bidang perlapisan, dan sesar. Pada kedalaman yang terbilang dangkal dimana
memiliki tegangan-tegangan yang bekerja sangat rendah atau dapat diabaikan
dengan deformasi ataupun runtuhan yang terjadi pada batuan utuh (intact
rock) dan massa batuan lebih banyak dikendalikan oleh luncuran pada bidang
diskontinu serta sifat fisik butiran batuan utuh diantara bidang
luncur/gesernya. Salah satu contoh dari kasusnya ini yaitu pembuatan lereng-
lereng pada tambang terbuka. Oleh karena itu, sebelum mendesain lereng
tambang, kita perlu mengetahui parameter-parameter kuat geser batuan yaitu
kohesi (c) dan sudut geser dalam (𝜙) yang diperoleh dengan melakukan uji
geser langsung di laboratorium. Hasil uji sifat mekanik yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Properties Materials


No Litologi Berat Isi (ᵞ) Kohesi (C) Sudut Geser Dalam (𝜙)
kN/m3 kN/m3
1 Top Soil 18,9 25,54 7,23
2 Limonit 19,1 38,55 8,18
3 Saprolit 17,6 17,8 21,2

Tabel 4.3 Hasl Pengujian Kuat Geser Pada Batuan Limonit


No Tegangan Beban geser, kg Kuat geser, kg/cm2
Sampel normal kg/cm2 Puncak Residu Puncak Residu
1 0,66 39,50 19,75 1,33 0,66
2 2,02 88,88 34,56 4,54 1,76
3 2,00 118,50 59,25 3,99 1,66
Sumber: Pengujian Batuan Limonit (M. Samnur 2020)

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Pada Batuan Saprolit


Beban Tegangan Deformasi (x 0,01 mm) Regangan (x 0,01)
(Kg) (Mpa)
Aksial Lat.1 Lat.2 Aksial Lateral Volumetric
0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1200.00 3.91 -22.00 1.00 0.00 -0.17 -0.03 -0.23
1400.00 4.57 -60.00 3.00 -3.00 -0.46 0.03 -0.39

2
16.00.00 5.22 -72.00 5.00 -1.00 -0.55 0.11 -0.32
1800.00 5.87 -84.00 4.00 2.00 -0.64 0.13 -0.38
2000.00 6.52 -95.00 3.00 4.00 -0.72 0.13 -0.47
2200.00 7.17 -105.00 1.00 5.00 -0.80 0.08 -0.64
2400.00 7.83 -299.00 1.00 4.00 -0.91 0.21 -0.49
2600.00 8.48 -155.00 3.00 12.00 -1.18 0.24 -0.70
2800.00 9.13 -165.00 20.00 12.00 -1.26 0.56 -0.14
3000.00 9.78 -205.00 24.00 15.00 -1.56 0.38 -0.79
Sumber: Pengujian Batuan Saprolit (M. Samnur 2020)

Longsoran adalah pergerakan massa tanah atau batuan sepanjang bidang


tergelincir atau suatu permukaan bidang geser. Massa batuan adalah kondisi
material dan bidang-bidang diskontinu yang dimiliki batuan (Bieniawski,
1989). Penyebab longsoran diantaranya:
1. Berkurangnya kekuatan geser material pembentuk lereng akibat:
a. Erosi, baik yang disebabkan oleh aliran sungai, hujan maupun suhu.
b. Pergerakan alami dari lereng akibat pergerakan bidang longsor maupun
akibat penurunan.
c. Aktivitas manusia, antara lain :
1) Penggalian dasar lereng
2) Pengrusakan struktur penahan tanah
3) Penggundulan tanaman pada lereng
2. Bertambahnya tegangan geser pada lereng akibat :
a. Kondisi alam
b. Aktifitas manusia
c. Gempa atau sumber getaran lainnya
d. Pemindahan material di sekeliling dasar material longsoran
e. Timbulnya tekanan tanah (Lateral Vernes, 1978) membagi faktor-faktor
penyebab longsor menjadi dua bagian yaitu, faktor-faktor yang
menyebabkan kenaikan tegangan dan faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan kekuatan geser tanah. Jenis longsoran (Veners D. J. 1978)
dapat di kelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu jatuhan, robohan,
longsoran, pancaran lateral, aliran dan kombinasi.

3
Bidang-bidang diskontinue yang memotong massa batuan akan
menghasilkan blok. Blok umumnya masih tersambung dengan massa
batuannya. Blok yang terpisah akan membentuk kekar yang terbuka (opened
joint fracture). Jika air hujan atau air permukaan mengisi bukaan ini, maka
akan menambah tekanan di kedua sisinya. Tekanan air sangat tergantung pada
situasi bukaan kekar, meskipun ukuran kecil tetapi dalam daerah yang luas
maka tekanan sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng.
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan
tambang terbuka yaitu:
1. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran bidang relatif jarang terjadi. Namun, jika ada kondisi yang
menunjang terjadinya longsoran bidang, longsoran yang terjadi mungkin
akan lebih besar (secara volume) dari pada longsoran lain. Longsoran ini
disebabkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang, seperti kekar
(joint) ataupun patahan yang dapat menjadi bidang luncur.
Longsoran bidang terjadi bila seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi,
yaitu:
a. Jurus bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar terhadap jurus
bidang permukaan lereng dengan perbedaan maksimal 20˚.
b. Kemiringan bidang luncur harus lebih kecil dari kemiringan bidang
permukaan lereng atau Ψ > Ψ𝑝.
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut geser dalam atau
Ψ𝑝 > ∅.
d. Terdapat bidang bebas yang merupakan batas lateral dari massa
batuan yang longsor.
Model longsoran bidang (plane failure), seperti yang terlihat pada
gambar 4.1 berikut:

4
Gambar 4.1 Longsoran Bidang (Irwandy Arif, 2016)

2. Longsoran Baji (Wedge Failure)


Longsoran baji merupakan jenis longsoran yang sering terjadi di
lapangan. Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga
diakibatkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang. Perbedaan
pada longsoran baji adalah adanya dua struktur geologi yang berkembang
dan saling berpotongan.
Longsoran ini terjadi bila dua buah jurus bidang discontinu
berpotongan dan besar sudut garis potong kedua bidang tersebut (Ψ𝑝)
lebih besar dari sudut geser dalam (𝜙) dan lebih kecil dari sudut
kemiringan lereng (Ψ1). Perhitungan faktor keamanan lebih rumit
dibandingkan pada longsoran bidang karena melibatkan dua bidang
gelincir dimana gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut turut
diperhitungkan.
Model longsoran baji (wedge failure), seperti yang terlihat pada
gambar 4.2 berikut:

5
Gambar 4.2 Longsoran Baji (Irwandy Arif, 2016)

3. Longsoran Busur (Circular Failure)


Longsoran jenis ini banyak terjadi pada lereng tanah dan batuan lapuk
atau sangat terkekarkan dan di lereng-lereng timbunan. Bentuk bidang
gelincir pada longsoran busur, sesuai dengan namanya akan menyerupai
busur bila digambarkan pada penampang melintang.
Model longsoran busur (circular failure), seperti yang terlihat pada
gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Longsoran Busur (Irwandy Arif, 2016)

4. Longsoran Guling (Toppling Failure)


Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada
batuan yang keras, dimana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom.
Longsoran guling ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang terdapat
pada lereng mempunyai kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan
lereng.
Model longsoran guling (toppling failure), seperti yang terlihat pada
gambar 4.4 berikut:

Gambar 4.4 Longsoran Guling (Irwandy Arif, 2016)

6
Data orientasi kekar (orientation of discontinuitas) didapatkan dengan
melakukan pengukuran strike dan dip. Data orientasi kekar yang didapatkan
dari pengukuran dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Data Orientasi Kekar
Strike Dip
115 72
128 80
139 52
136 50
140 81
136 77
236 73
135 80
137 41
140 26

4.3 Metode Perhitungan


PT. Praya Resource Nikel menggunakan metode Bishop Simplified
metode ini menjelaskan bahwa keseimbangan gaya vertikal untuk setiap
segmen dan keseimbangan momen keseluruhan yang berkaitan dengan pusat
lingkaran. Lapisan yang berada di atas bidang longsor dibagi dalam beberapa
segmen tegak agar perlapisan tanah/batuan dapat dipertimbangkan lebar dari
tiap segmen tidak harus sama. Gaya normal pada dasar tiap segmen ditentukan
dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal. Metode ini
mengabaikan gaya gesek pada segmen dan kemudian mengasumsikan suatu
gaya normal cukup untuk mendifinisikan gaya – gaya antara segmen (Bishop,
1955).
Gaya yang digunakan pada dasarnya adalah gaya normal ditiap segmen
ditentukan dengan menjumlahkan gaya – gaya dalam arah vertikal. Lereng
perlu dibagi dalam sejumlah segmen untuk melakukan perhitungan
kemantapan lereng, supaya variasi lapisan tanah/batuan dapat
dipertimbangkan, dan gaya normal (P) pada bidang gesek dapat ditentukan.
Nilai berat segmen (W), sudut kemiringan segmen (ψ) dan panjang dasar
segmen (l) dapat diperoleh secara langsung untuk setiap segmen, dan c serta 
dapat ditentukan di laboratorium. Nilai tegangan air pori (u) juga dapat

7
ditentukan di lapangan. Hanya nilai gaya normal efektif (P’) yang belum
diketahui. Pada cara bishop besarnya P’ diperoleh dengan menguraikan gaya –
gaya lain pada arah vertikal (Bowles, 1984).
Dengan cara perhitungan berulang-ulang (iterative) di berbagai busur yang
diperkirakan sebagai bidang gelincirnya, akan diperoleh faktor keamanan
terkecil yang menyatakan bidang gelincir paling berbahaya.

4.4 Hasil Running


Dalam menginterpretasikan tipe serta arah umum kelongsoran,
menggunakan metode kinematik stereografis dengan batuan software dips 6.0.
Pada perangkat lunak dips 6.0 dibutuhkan parameter-parameter pendukung
yang akan diinputkan kedalam pengolahan data yaitu data orientasi kekar
berupa strike dan dip dari kekar. Data orientasi kekar dapt dilihat pada (tabel
4.5).
Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data menggunakan
software dips 6.0 adalah sebagai berikut:
 Buka software dips 6.0

 Pilih icon new lalu icon job control ketikkan nama dari project yang akan
dibuat, pilih data strike dan dip pada bagian global orientation format.

8
 Kemudian isi kolom yang tersedia dengan memasukkan nilai strike dan
dip yang didapatkan dari hasil pengukuran.

 Lalu plih icon contour preset untuk menentukan arah shear joint dan
untuk melihat titik strike dan dip nya.

9
 Kemudian tentukan set joint satu (SJ 1) dengan mengklik icon add user
plane kemudian arahkan kursor ke elevasi tertinggi.

 Beri nama set joint satu (SJ 1) sebagai tanda agar dapat dibaca dengan
mudah.

10
 Lakukan hal yang sama untuk mencari set joint dua (SJ 2) dengan
mengklik bagian yang bukan milik set joint satu (SJ 1).
 Beri nama set joint 2 (SJ 2) sebagai tanda agar dapat dibaca dengan
mudah.

 Untuk mengetahui letak dari lereng klik kembali add user plane kemudian
arahkan kursor ke titik perpotongan set joint satu (SJ 1) dan set joint dua
(SJ 2).
 Beri nama Lereng sebagai tanda agar dapat dibaca dengan mudah.

11
 Setelah tampilan streonet selesai amatilah bentuk dari streonet disesuaikan
dengan gambar tipe longsoran.

 Kemudian amati kemana arah longsoran yang kemungkinan akan terjadi


dengan cara melihat titik perpotongan set joint satu (SJ 1) dan set joint dua
(SJ 2).

12
Hasil interpretasi arah umum kelongsoran dari proyeksi stereografis di
lapangan. Setelah dilakukan analisi kinematik dengan bantuan software dips
6.0 terlihat adanya perpotongan antara bidang lemah set joint satu dengan set
joint dua dan perpotongan antara bidang lemah tersebut mengarah kea rah
lereng. Maka kemungkinan jenis longsoran yang akan terjadi dilokasi adalah
longsoran baji.
Dalam menganalisa faktor keamanan pada pembuatan geometri lereng
tunggal dilakukan menggunakan metode bishop pada perangkat lunak slide
v.6.0. Pada perangkat lunak ini dibutuhkan parameter-parameter pendukung
yang akan dimasukkan sebagai pengolahan data. Parameter pendukung ini
antara lain yaitu, nilai kohesi, sudut geser dan bobot isi batuan (tabel 4.5).
Adapun tahapan yang dilakukan dalam perhitungan dan pembuatan
geometri lereng tunggal adalah sebagai berikut:
 Buka software Slide v.6.0
 Pilih menu file, pilih import dan pilih klik import DXF seperti pada
gambar dibawah

13
 Selanjutnya, pilih file DXF yang sudah dibuat terlebih dahulu pada
software autoCad

 Selanjutnya, pilih menu properties dan pilih define materials

14
 Selanjutnya, masukkan data-data dari properties materials yaitu unit
weight, cohesion dan phi (sudut geser) sesuai dengan jenis litologi yang
ingin dibuat dan klik ok

 Pilih menu project settings (Ctrl + J) kemudian, failure direction ubah dari
right to left jadi left to right dan klik ok

15
 Selanjutnya, pilh menu auto grid dan klik ok

 Selanjutnya, pilih menu compute (Ctrl + T) untuk menyimpan file yang


telah dibuat

16
 Tahapan terakhir pilih menu interpret

 Dan otomatis hasil akhir akan didapatkan nilai dari Faktor Keamanan (FK)
seperti pada gambar dibawah.

17
Pemberian properties material tiap litologi maka nilai FK dari masing–
masing litologi dapat di lihat dari hasil running yang telah di sediakan dalam
bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Hasil Ranning Tinggi Bench 5, 8, 10 dan 12 meter serta Lebar 5
meter
Tinggi
(m) 5 8
Lebar (m) 5
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,8 1,6 1,5 1,4 1,2 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
Top Soil 5 9 5 3 9 3 2 1 5 6
2,6 2,4 2,2 2,0 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2
Limonit 9 6 6 9 4 7 6 7 6 5
1,7 1,6 1,4 1,3 1,2 1,3 1,1 1,0 1,0 0,9
Saprolit 9 3 7 4 3 1 8 7 0 3
Tinggi
(m) 10 12
Lebar (m) 5
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,0 0,9 0,8 0,7 0,7 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6
Top Soil 2 3 3 6 2 8 9 2 8 4
1,4 1,3 1,2 1,0 1,0 1,1 1,0 0,9 0,9 0,8
Limonit 7 4 0 9 3 7 5 5 1 5
1,1 1,0 0,9 0,8 0,8 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7
Saprolit 4 4 5 8 3 3 3 6 0 5

18
Tabel 4.6 Hasil Ranning Tinggi Bench 5, 8, 10 dan 12 meter serta Lebar 8
meter
Tinggi
(m) 5 8
Lebar (m) 8
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,8 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,9
Top Soil 5 9 4 4 2 3 2 1 9 7
2,5 2,3 2,0 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2 1,1
Limonit 1 1 9 8 9 5 5 7 7 6
1,8 1,6 1,4 1,3 1,2 1,3 1,1 1,0 1,0 0,9
Saprolit 0 7 8 5 0 1 9 7 0 3
Tinggi
(m) 10 12
Lebar (m) 8
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,0 0,9 0,8 0,7 0,7 0,8 0,8 0,7 0,6 0,6
Top Soil 2 5 4 9 5 8 0 2 6 0
1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 1,1 1,0 0,9 0,8 0,7
Limonit 6 2 2 1 3 7 9 6 6 7
1,1 1,0 0,9 0,8 0,8 1,0 0,9 0,8 0,7 0,7
Saprolit 3 6 3 6 0 2 3 4 9 5

Tabel 4.6 Hasil Ranning Tinggi Bench 5, 8, 10 dan 12 meter serta Lebar 10
meter
Tinggi
(m) 5 8
Lebar (m) 10
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,8 1,6 1,5 1,2 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
Top Soil 6 8 5 6 2 3 1 2 4 4
2,7 2,4 2,2 2,0 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2
Limonit 1 6 6 8 3 6 6 7 5 1
1,8 1,6 1,4 1,3 1,2 1,3 1,1 1,0 0,9 0,8
Saprolit 0 4 9 7 3 1 9 6 4 6
Tinggi
(m) 10 12
Lebar (m) 10
Sudut (0) 60 65 70 75 80 60 65 70 75 80
Litologi Faktor Keamanan
1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,8 0,8 0,7 0,6 0,6
Top Soil 2 5 4 7 9 8 3 8 9 0

19
1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8
Limonit 6 5 1 5 0 5 4 4 5 6
1,1 1,0 0,9 0,8 0,7 1,0 0,9 0,8 0,7 0,7
Saprolit 4 6 3 5 8 3 3 3 9 6

Pemodelan lereng tunggal diaplikasikan pada setiap litologi per hole,


sehingga didiapatkan nilai FK untuk keseluruhan litologi. Analisis kemantapan
lereng tunggal dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Pemodelan lereng tunggal dilakukan pada masing-masing litologi dengan
simulasi ketinggian 5, 8, 10 dan 12 meter, serta sudut kemiringan lereng 60 0,
650,
700, 750, dan 800.
2. Nilai FK yang akan di jadikan dasar bahwa lereng dalam kondisi mantap
adalah FK ≥ 1,20 (Canmet, 1979).
3. Pemodelan diaplikasikan sesuai dengan properties pada titik lubang bor di
PT Praya Resource Nickel.

Penentuan nilai Faktor Keamanan (FK) : Tahapan terakhir dalam


rancangan geometri lereng adalah penentuan nilai Faktor Keamanan (FK) dari
tiap-tiap lereng yang nantinya digunakan untuk penentuan dan rekomendasi
lereng. hasil dari pemodelan atau Running pada litologi Top Soil, Limonit dan
Saprolit.

Gambar 4.5 Lereng Tunggal Top Soil Lebar 10 m, Tinggi 5 m dan Kemiringan 600

20
Pada (Gambar 4.5) diatas ini merupakan material top soil yang disarankan
menggunakan geometri lereng dengan tinggi (h) = 5 meter dan sudut lereng
(α) = 600 dengan hasil perhitungan faktor keamanan (FK) = 1,86.

Gambar 4.6 Lereng Tunggal Limonit Lebar 10 m, Tinggi 8 m dan Kemiringan 600

Pada material Limonit (Gambar 4.6) disarankan menggunakan geometri


lereng dengan tinggi (h) = 8 m dan sudut lereng (α) = 60 0 dengan hasil
perhitungan faktor keamanan (FK) = 1,76 sedangkan material Saprolit
(Gambar 4.7) disarankan menggunakan geometri lereng dengan tinggi (h) = 8
meter dan sudut lereng (α) = 600 dengan hasil perhitungan faktor keamanan
(FK) = 1,31.

Gambar 4.7 Lereng Tunggal Saprolit Lebar 10 m, Tinggi 8 m dan Kemiringan 600

Sedangkan dalam menentukan lereng keseluruhan highwall juga


menggunakan pemodelan seperti menentukan lereng tunggal atau single. Yang

21
membedakannya jumlah properties litologi lebih banyak dan memiliki sudut
kemenerusan masing-masing. Dari hasil rekomendasi lereng tunggal atau
single yang aman dapat dilakukan pemodelan lereng highwall dengan tinggi
18,19 meter, sudut kemiringan 310 pada kondisi jenuh. Hasil analisis lereng
highwall dalam kondisi kering di rekomendasikan paling aman, yaitu 1,36 dan
mencapai FK yang telah direkomendasikan yang dapat dilihat pada tabel 4.9
dan gambar 4.8 bawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Running Lereng Highwall


Litologi Top Soil, Limonit, Saprolit
Tinggi (m) 5, 8, 8 5,5,5 8,8,8 10,10,10 12,12,12
Lebar (m) 8 10 8 10 8 10 8 10 8 10
Sudut (0) 60
Faktor 1,3 1,3 1,7 1,9 1,1 1,2 0,9 1,0 0,8 0,9
Keamanan 0 6 9 3 7 8 7 5 5 0
Sudut (0) 70
Faktor 1,1 1,1 1,5 1,6 1,0 1,0 0,8 0,8 0,7 0,7
Keamanan 1 7 5 3 0 3 3 4 1 6

Gambar 4.8 Lereng Highwall Rekomendasi dengan Faktor Keamanan 1,36

22
Gambar 4.9 Dimensi Lereng Highwall

4.5 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian geoteknik yang mengacu pada
hasil perancangan dan analisa lereng penambangan pada PT. Praya Resource
Nickel, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil running yang dalam pembuatan lereng tunggal dapat di
rekomendasikan bahwa tinggi 5 meter dan sudut kemeringan 600 untuk
material top soil, untuk material limonit tinggi 8 meter dan sudut 600 dam
untuk saprolit yaitu tinggi 8 meter dengan sudut 600.
2. Sedangkan hasil running yang dalam pembuatan lereng highwall dapat di
rekomendasikan bahwa tinggi 18,19 meter dan sudut 310.

23

Anda mungkin juga menyukai