Anda di halaman 1dari 2

Nama : MEDIA MARWANDA REVITASARI

NPM : 21.11.1001.3510.001

MATA KULIAH : PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Apa perbedaan liberty, equality dan fraternity (kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan) di
tinjau dari demokrasi Indonesia?

Sekularisme negara atau laicite menduduki posisi sentral dalam identitas nasional Perancis dan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari moto pasca-revolusi, yaitu “liberty, equality, fraternity”.
Berdasarkan prinsip laicite ini, ruang publik, seperti ruang kelas dan tempat kerja, harus bebas dari
agama. Negara beralasan, menekan kebebasan berpendapat untuk melindungi perasaan komunitas
tertentu melemahkan persatuan nasional. Di “Negeri Anggur”, warga berhak beragama tapi orang
juga berhak untuk tidak beragama. Keduanya sama-sama dilindungi oleh negara. Pada 1905,
dikeluarkan undang-undang yang melindungi sekularisme, yang ditujukan untuk melindungi
kebebasan warga untuk menjalankan agama namun juga untuk mencegah masuknya agama di
institusi-institusi negara. Undang-undang tersebut menopang undang-undang lain yang melindungi
hak untuk menistakan agama, yang dikeluarkan pada 1881. Dalam konteks ini, majalah satire Charlie
Hebdo bisa menerbitkan karikatur Nabi Muhammad atau Yesus. Karena undang-undang tersebut,
majalah ini bisa menerbitkan karikatur tanpa khawatir diajukan ke pengadilan dengan sangkaan
melakukan memicu kebencian. Berdasarkan peraturan perundang-undangan di Perancis, boleh
menista agama, namun tak boleh menghina seseorang berdasarkan agama yang ia anut. Insiden
pemenggalan memicu aksi-aksi solidaritas untuk Paty di seluruh penjuru Perancis. Wartawan BBC di
Paris, Lucy Williamson, mengatakan aksi yang memperlihatkan persatuan nasional ini “sejatinya
menyembunyikan penentangan yang makin besar tentang bagaimana negara memandang
sekularisme dan kebebasan berpendapat”. Namun, kata wartawan BBC, makin banyak orang yang
tidak nyaman dengan argumen soal sekularisme dan kebebasan berpendapat, termasuk soal
kebebasan untuk membuat dan menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Sejumlah guru
mengatakan, mereka merasakan perubahan setelah 2015, ketika beberapa laki-laki bersenjata
menyerang kantor majalah Charlie Hebdo, menyusul keputusan majalah ini menerbitkan karikatur
Nabi Muhammad. Guru filsafat Alexandra Girat mengatakan beberapa siswa berpandangan bahwa
keputusan menerbitkan kartun ini tak bisa diterima. Para murid mengatakan Nabi Muhammad tak
bisa digambarkan melalui karikatur seperti itu. Akar menajamnya perpecahan pandangan terkait
identitas keagamaan dan kebebasan berpendapat diakui sangat kompleks. Akar tersebut mencakup
konflik di negara-negara lain dan rasialisme serta marjinalisasi sosial yang dialami oleh keluarga para
imigran di dalam negeri di Perancis.

Anda mungkin juga menyukai