1. Tahap Teologis
Tahap pertama karena awal mula perkembangan akal budi manusia. Pada tahap ini dibagi lagi
menjadi 3 periode yaitu periode fetisisme (masyarakat yang mempercayai roh-roh halus), periode
politeisme (waktu masyarakat mempercayai dewa-dewa), dan periode monoteisme (kepercayaan
akan Tuhan yang berkuasa penuh).
2. Tahap Metafisik
Tahapan kedua ini merupakan tahap transisi ke positif. Gejala sosial terdapat kekuatan yang dapat
terungkapkan. Jadi bisa dikatakan ada pergeseran cara berpikir manusia. Seperti penerangan alam
sendiri tetapi belum berpangkal dari data empiris.
3. Tahap Positif
Tahap ketiga ini pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan. Perubahan ini seiring
dengan kemampuan intelektual manusia. Akal budi penting berdasarkan data empiris dan
memperoleh hukum baru.
B.Antonio Gramci
Antonio Gramsci (22 Januari 1891 – 27 April 1937) adalah filsuf Italia, penulis,
dan teoritikus politik. Anggota pendiri dan pernah menjadi pemimpin Partai Komunis Italia,
Gramsci sempat menjalani pemenjaraan pada masa berkuasanya rezim Fasis Benito Mussolini.
Tulisan-tulisannya menitikberatkan pada analisis budaya dan kepemimpinan politik. Ia dianggap
sebagai salah satu pemikir orisinal utama dalam tradisi pemikiran Marxis. Ia juga dikenal sebagai
penemu konsep hegemoni budayasebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara dalam
sebuah masyarakat kapitalisme. Selama hidupnya, Gramsci dikenal sebagai penulis sekaligus
teoritikus. Termasuk dalam hasil buah pemikirannya adalah teori Marxis, teori kritis dan teori lain
mengenai pendidikan. Sebenarnya karya Gramsci dapat terbagi dua berdasarkan masa hidupnya,
yakni masa sebelum penjara (1910-1926) dan masa selama penjara (1929-1935).
Dibawah ini beberapa judul artikel atau buku pada masa sebelum penjara (beberapa judul yang
telah diterjemahkan):
1926 Once again on the Organic Capacities of the Working Class (L'Unità, 1 Oktober), The
Peasants and the Dictatorship of the Proletariat (L'Unità, 17 September), We and the Republican
Concentration (L'Unità, 13 Oktober).
B.Antonio Gramci
Gramsci dipandang banyak pihak sebagai pemikir Marxis paling penting pada abad ke-20,
khususnya sebagai pemikir kunci dalam perkembangan Marxisme Barat. Ia menulis lebih dari 30
buku catatan dan 3000 halaman sejarah dan analisis selama di penjara. Tulisan-tulisan ini, yang
kemudian dikenal luas sebagai Buku Catatan Penjara (Prison Notebooks), berisi penelusuran
Gramsci terhadap sejarah dan nasionalisme Italia, selain pemikiran mengenai teori Marxis, teori
kritis dan teori pendidikan yang berkaitan dengan dirinya, seperti:
Hegemoni Budaya sebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara kapitalis
Pentingnya pendidikan buruh populer untuk mendorong perkembangan intelektual dari kelas
pekerja
Pemisahan antara masyarakat politis (polisi, tentara, sistem legal, dsb) yang mendominasi secara
langsung dan koersif, dan masyarakat sipil (keluarga, sistem pendidikan, serikat perdagangan,
dsb) di mana kepemimpinan dikonstitusionalisasi melalui ideologi
'Historisisme Absolut'
Kritik determinisme ekonomi
Kritik materialisme filosofis
3. Rokok
Merokok sudah menjadi contoh fenomena sosial yang terjadi di masyarakat karena kini sebagian
besar lapisan masyarakat merupakan seorang perokok. Baik perokok aktif ataupun perokok pasif.
Salah satu lapisan masyarakat yang paling menjadi sorotan adalah seorang anak bawah umur atau
remaja yang sudah menjadi perokok aktif.
Sama halnya dengan poin pertama, rokok merupakan salah satu contoh masalah sosial budaya yang
dapat dengan mudah ditemukan. Salah satu penyebabnya adalah pergaulan yang semakin bebas dan
tidak terbatas. Merokok kini sudah menjadi sebuah budaya karena keadaan lingkungan yang
mendukungnya. Seperti misalnya sebuah kewajaran jika ada balita yang sudah menjadi perokok aktif
karena lingkungan tempat tinggalnya merupakan lingkungan perokok. Disana merokok sudah
dianggap wajar bahkan saat balita tersebut merokok, hal tersebut dianggap lucu dan bukanlah
sebuah permasalahan besar.
4. Narkoba
Sama seperti rokok, narkoba sudah menjadi tantangan tersendiri untuk dicicipi oleh generasi muda
karenasudah tidak adanya batasan dalam pergaulan. Salah satu alasan banyak orang mulai mencoba
narkoba adalah karena sudah merasa bosan dengan rokok dan karena narkoba memiliki efek
kenikmatan tersendiri bagi mereka.
Narkoba sudah menjadi salah satu contoh masalah sosial budaya karena baik keberadaan atau
peredarannya sudah menjadi sebuah budaya. Sama seperti korupsi, peredaran narkoba merupakan
sebuah sistem sehingga sulit diberantas.
5. Kemiskinan
Sulitnya mencari pekerjaan karena sedikitnya lapangan pekerjaan menjadikan kemiskinan adalah
contoh masalah sosial budaya yang lain. Di Indonesia secara umum, kemiskinan merupakan
permasalahan klasik yang tidak kunjung ditemukan solusinya. Hal ini bisa terjadi karena kemiskinan
adalah permasalahan yang cukup kompleks dan membutuhkan perencanaan pemecahan dengan
cara yang benar-benar matang.
Kemiskinan adalah sebuah permasalahan yang selalu berujung kepada faktor ekonomi masing-
masing keluarga. Ekonomi inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat perubahan sosial
budaya yang paling umum terjadi. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara berkembang lainpun
memiliki permasalahan yang sama tentang ekonomi dan kemiskinan ini.
Itulah beberapa contoh masalah sosial budaya yang bisa dijadikan contoh dan pelajaran bagi kita
agar lebih mengenal apa saja permasalahan yang termasuk masalah sosial budaya. Semoga
bermanfaat.
Bukan itu saja, guru juga memerlukan bahan ajar yang dengan materi yang
berkualitas dan sesuai kurikulum terbaru sedang berlaku. Jika tenaga pendidik
memakai bahan ajar yang ketinggalan zaman, tentu kegiatan mengajar menjadi
kurang maksimal. Ini akan berpengaruh pada proses penyerapan ilmu para
murid.
Selain itu, total guru meningkat secara signifikan, yaitu 382 persen atau 3 juta
lebih pada sekitar tahun 1999 hingga 2000. Jumlah ini tidak sebanding dengan
jumlah peserta didik yang berkisar 17 persen saja. Ditilik dari jumlah guru
sebanyak itu pun, masih ada 52 persen guru yang belum mempunyai sertifikat
profesi dan 25 persen yang belum memenuhi kualifikasi akademik.
Empat Alasan Pentingnya Pendidikan Moral Sebagai Solusi Masalah Sosial , berikut ini.
Pendidikan Moral Mampu Mempengaruhi Empati - Sebelumnya harus kita ketahui lebih dahulu
bahwa empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum
yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami
emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan,
mengaburkan garis antara diri dan orang lain (id.wikipedia.org). Pendidikan moral dapat
merangsang empati seseorang dalam kehidupan sosialnya, dengan moral yang baik maka rasa
empati seseorang makin besar (baik) pula. Selanjutnya rasa empati yang dimiliki tersebut, akan
menciptakan keadaan-keadaan positif untuk meminimalisasi masalah sosial di masyarakat.
Pendidikan Moral Dapat Menekan Potensi Penyimpangan Norma Yang Berlaku - Memberikan
pendidikan moral dengan menekankan pada akibat yang akan diterima bila seseorang melakukan
penyimpangan pada norma yang berlaku pada masyarakat, dapat memberikan dorongan kepada
seseorang untuk lebih memperhitungkan segala tindakan yang akan dilakukannya, sehingga dapat
memperkecil potensi untuk melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan masalah sosial.
Pendidikan Moral Mampu Menciptakan Toleransi Dalam Bermasyarakat - Berhubungan dengan
moral yang baik dengan rasa empati yang dimiliki seseorang, maka secara otomatis tercipta rasa
toleransi dalam diri seseorang. Salah satu masalah sosial yang cukup mengkhawatirkan saat ini
adalah rendahnya toleransi di masyarakat, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan pendidikan
moral yang mampu menciptakan dan memperbesar rasa toleransi, maka akan semakin kecil pula
kemungkinan terjadinya masalah sosial.
Pendidikan Moral Dapat Menjadi Sarana Menekan Potensi Konflik - Melalui pendidikan moral,
maka terciptalah kesadaran sesorang untuk memiliki rasa toleransi serta bertambahnya empati,
dengan demikian potensi terjadinya konflik di masyarakat akan semakin kecil karena seseorang yang
memiliki masalah antara orang lain, akan lebih mengedepankan moral yang baik dengan lebih
mendahulukan toleransi yang didukung oleh besarnya rasa empati yang dimilikinya.