Anda di halaman 1dari 6

1.

LATAR BELAKANG TOKOH


A.Auguste De Comte
Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte; 19 Januari
1798 – 5 September 1857)[1] adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal karena memperkenalkan
bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar
yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosialsebagai
sarana dalam memperoleh kebenaran. Comte juga merupakan Tokoh yang pertama menciptakan
istilah sosiologi, sehingga ia mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi Dunia.Tahap perkembangan
Manusia menurut Auguste de Comte.

1. Tahap Teologis

Tahap pertama karena awal mula perkembangan akal budi manusia. Pada tahap ini dibagi lagi
menjadi 3 periode yaitu periode fetisisme (masyarakat yang mempercayai roh-roh halus), periode
politeisme (waktu masyarakat mempercayai dewa-dewa), dan periode monoteisme (kepercayaan
akan Tuhan yang berkuasa penuh).

2. Tahap Metafisik

Tahapan kedua ini merupakan tahap transisi ke positif. Gejala sosial terdapat kekuatan yang dapat
terungkapkan. Jadi bisa dikatakan ada pergeseran cara berpikir manusia. Seperti penerangan alam
sendiri tetapi belum berpangkal dari data empiris.

3. Tahap Positif

Tahap ketiga ini pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan. Perubahan ini seiring
dengan kemampuan intelektual manusia. Akal budi penting berdasarkan data empiris dan
memperoleh hukum baru.

B.Antonio Gramci
Antonio Gramsci (22 Januari 1891 – 27 April 1937) adalah filsuf Italia, penulis,
dan teoritikus politik. Anggota pendiri dan pernah menjadi pemimpin Partai Komunis Italia,
Gramsci sempat menjalani pemenjaraan pada masa berkuasanya rezim Fasis Benito Mussolini.
Tulisan-tulisannya menitikberatkan pada analisis budaya dan kepemimpinan politik. Ia dianggap
sebagai salah satu pemikir orisinal utama dalam tradisi pemikiran Marxis. Ia juga dikenal sebagai
penemu konsep hegemoni budayasebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara dalam
sebuah masyarakat kapitalisme. Selama hidupnya, Gramsci dikenal sebagai penulis sekaligus
teoritikus. Termasuk dalam hasil buah pemikirannya adalah teori Marxis, teori kritis dan teori lain
mengenai pendidikan. Sebenarnya karya Gramsci dapat terbagi dua berdasarkan masa hidupnya,
yakni masa sebelum penjara (1910-1926) dan masa selama penjara (1929-1935).
Dibawah ini beberapa judul artikel atau buku pada masa sebelum penjara (beberapa judul yang
telah diterjemahkan):

 1916 Men or machines? (Avanti!, 24 Desember).


 1917 Notes on The Russian Revolution (Grido del Popolo, 29 April), The Revolution Against
‘Capital’ (Avanti!, 24 November).
 1918 One Year of History (Grido del Popolo, 16 Maret).
 1920 Split or Disorder? (L’Ordine Nuovo, 11-18 Desember).
 1921 Caporetto and Vittorio Veneto (L'Ordine Nuovo, 28 Januari), War is war (L'Ordine Nuovo,
31 Januari), The General Confederation of Labour (L'Ordine Nuovo, 25 Februari), Socialists and
Communists (L'Ordine Nuovo, 12 Maret).
 1924 Gramsci to Togliatti, Scoccimarro, Leonetti, etc. (21 Maret), The Como Conference:
Resolutions, The Italian Crisis, Neither Fascism nor Liberalism: Sovietism!.

 1926 Once again on the Organic Capacities of the Working Class (L'Unità, 1 Oktober), The
Peasants and the Dictatorship of the Proletariat (L'Unità, 17 September), We and the Republican
Concentration (L'Unità, 13 Oktober).

2.HUBUNGAN SUMBANGSIH TOKOH TERSEBUT DALAM SOSIOLOGI


A.Auguste de Comte
Salah satu sumbangan pemikirannya terhadap sosiologi adalah tentang hukum kemajuan
kebudayaan masyarakat yang dibagi menjadi tiga zaman yaitu: Zaman teologis adalah zaman di
mana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis, percaya pada roh, jimat serta agama, dunia
bergerak menuju alam baka, menuju kepemujaan terhadap nenek moyang, menuju ke sebuah dunia
dimana orang mati mengatur orang hidup. Zaman metafisika yaitu masa masyarakat dimana
pemikiran manusia masih terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal. Zaman
positivis yaitu masa dimana segala penjelasan gejala sosial maupun alam dilakukan dengan mengacu
pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah).[

B.Antonio Gramci
Gramsci dipandang banyak pihak sebagai pemikir Marxis paling penting pada abad ke-20,
khususnya sebagai pemikir kunci dalam perkembangan Marxisme Barat. Ia menulis lebih dari 30
buku catatan dan 3000 halaman sejarah dan analisis selama di penjara. Tulisan-tulisan ini, yang
kemudian dikenal luas sebagai Buku Catatan Penjara (Prison Notebooks), berisi penelusuran
Gramsci terhadap sejarah dan nasionalisme Italia, selain pemikiran mengenai teori Marxis, teori
kritis dan teori pendidikan yang berkaitan dengan dirinya, seperti:
 Hegemoni Budaya sebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara kapitalis
 Pentingnya pendidikan buruh populer untuk mendorong perkembangan intelektual dari kelas
pekerja
 Pemisahan antara masyarakat politis (polisi, tentara, sistem legal, dsb) yang mendominasi secara
langsung dan koersif, dan masyarakat sipil (keluarga, sistem pendidikan, serikat perdagangan,
dsb) di mana kepemimpinan dikonstitusionalisasi melalui ideologi
 'Historisisme Absolut'
 Kritik determinisme ekonomi
 Kritik materialisme filosofis

3.MASALAH YANG ADA DI LINGKUNGAN SEKITAR DAN HUBUNGKAN DENGAN PEMIKIRAN


TOKOH SOSIOLOGI TERSEBUT
A. MASALAH SESUAI PEMIKIRAN AUGUSTE DE COMTE
Sesuai dengan pemikiran auguste de comte yaitu tentang hukum kemajuan kebudayaan
masyarakat, jadi ada beberapa masalah sosial yang berkaitan dengan pemikiran Auguste de comte
sebagai berikut :
1. Tingkah laku pemuda
Di zaman modern seperti ini permasalahan budaya adalah permasalahan yang memiliki tantangan
tersendiri. Salah satunya adalah banyaknya budaya asing yang masuk dan menjadi pujaan baru bagi
generasi muda Indonesia. Bentuknya yang asing dianggap lebih menarik sehingga kebudayaan lokal
yang sudah ada menjadi sepi peminat. Masuknya budaya asing ini merupakan salah satu contoh
perubahan sosial budaya yang terjadi sehingga mempengaruhi tingkah laku generasi muda. Contoh
masalah sosial budaya yang menjangkiti pemuda salah satunya adalah berpacaran.
Walaupun terdiri dari beberapa aliran keyakinan, pada umumnya Indonesia merupakan sebuah
negara yang religus. Hanya saja, nilai-nilai tersebut perlahan mulai hilang karena banyaknya budaya
asing yang masuk seperti berpacaran. Bagi masyarakat luar negeri berpacaran di tempat umum
mungkin adalah hal yang normal dan wajar. Namun berbeda terjadi di Indonesia karena berpacaran
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Dan dengan masalah sosial budaya ini, kini banyak
pemuda yang mulai berpacaran dan bermesra-mesraan di depan publik dan mulai menjurus kepada
kenakalan-kenalakan remaja yang lainnya. Salah satu cara budaya asing masuk kedalam Indonesia
adalah melalui berbagai bentuk kerjasama Internasional yang dijalin Indonesia dengan negara
lainnya.
2. Korupsi
Jika ada yang bertanya kenapa korupsi masih ada di Indonesia dan kenapa tidak bisa diberantas,
jeawabannya adalah karena korupsi sudah menjadi budaya. Korupsi bukanlah tentang satu atau dua
orang. Korupsi adalah sistem yang melibatkan banyak orang yang terlibat didalamnya. Inilah contoh
masalah sosial budaya yang lain yang ada di Indonesia saat ini.
Sudah banyak cara dilakukan sebagai upaya mengatasi masalah sosial budaya ini. Hanya saja, seperti
disinggung diawal, korupsi sudah menjadi penyakit sosial yang menjangkiti masyarakat dan sulit
untuk diberantas. Padahal korupsi sangat merugikan banyak pihak hanya untuk memuaskan nafsu
pribadi pelakunya. Contoh masalah sosial budaya ini tidak bisa ditangani seorang diri. Melainkan
dibutuhkan banyak pihak yang saling percaya dan terintegrasi dan berpegang pada satu sistem yang
kuat. Tanpa sistem yang kuat, korupsi akan semakin sulit diberantas.

3. Rokok
Merokok sudah menjadi contoh fenomena sosial yang terjadi di masyarakat karena kini sebagian
besar lapisan masyarakat merupakan seorang perokok. Baik perokok aktif ataupun perokok pasif.
Salah satu lapisan masyarakat yang paling menjadi sorotan adalah seorang anak bawah umur atau
remaja yang sudah menjadi perokok aktif.
Sama halnya dengan poin pertama, rokok merupakan salah satu contoh masalah sosial budaya yang
dapat dengan mudah ditemukan. Salah satu penyebabnya adalah pergaulan yang semakin bebas dan
tidak terbatas. Merokok kini sudah menjadi sebuah budaya karena keadaan lingkungan yang
mendukungnya. Seperti misalnya sebuah kewajaran jika ada balita yang sudah menjadi perokok aktif
karena lingkungan tempat tinggalnya merupakan lingkungan perokok. Disana merokok sudah
dianggap wajar bahkan saat balita tersebut merokok, hal tersebut dianggap lucu dan bukanlah
sebuah permasalahan besar.
4. Narkoba
Sama seperti rokok, narkoba sudah menjadi tantangan tersendiri untuk dicicipi oleh generasi muda
karenasudah tidak adanya batasan dalam pergaulan. Salah satu alasan banyak orang mulai mencoba
narkoba adalah karena sudah merasa bosan dengan rokok dan karena narkoba memiliki efek
kenikmatan tersendiri bagi mereka.
Narkoba sudah menjadi salah satu contoh masalah sosial budaya karena baik keberadaan atau
peredarannya sudah menjadi sebuah budaya. Sama seperti korupsi, peredaran narkoba merupakan
sebuah sistem sehingga sulit diberantas.
5. Kemiskinan
Sulitnya mencari pekerjaan karena sedikitnya lapangan pekerjaan menjadikan kemiskinan adalah
contoh masalah sosial budaya yang lain. Di Indonesia secara umum, kemiskinan merupakan
permasalahan klasik yang tidak kunjung ditemukan solusinya. Hal ini bisa terjadi karena kemiskinan
adalah permasalahan yang cukup kompleks dan membutuhkan perencanaan pemecahan dengan
cara yang benar-benar matang.
Kemiskinan adalah sebuah permasalahan yang selalu berujung kepada faktor ekonomi masing-
masing keluarga. Ekonomi inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat perubahan sosial
budaya yang paling umum terjadi. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara berkembang lainpun
memiliki permasalahan yang sama tentang ekonomi dan kemiskinan ini.
Itulah beberapa contoh masalah sosial budaya yang bisa dijadikan contoh dan pelajaran bagi kita
agar lebih mengenal apa saja permasalahan yang termasuk masalah sosial budaya. Semoga
bermanfaat.

B.MASALAH SESUAI PEMIKIRAN ANTONIO GRAMCI


Sesuai dengan pemikiran Antonio Gramci tentang hagemoni budaya, pentingnya pendidikan
buruh populer, pemisahan antara masyarakat politis, dll
Dalam filsafat Marxis, hegemoni budaya adalah dominasi terhadap masyarakat ragam-budaya
oleh kelas penguasa yang membentuk (atau memanipulasi) budaya masyarakat tersebut —dari
sisi keyakinan, persepsi, nilai-nilai, dan adat istiadat— sehingga pandangan kelompok tertentu
menjadi norma budaya umum tanpa paksaan. Norma umum yang terbentuk ini kemudian
menjadi ideologi dominan yang sah secara universal dan membenarkan status quo di bidang
sosial, politik, dan ekonomi sebagai sesuatu yang alami, tak terelakkan, abadi, dan memiliki kesan
bermanfaat bagi semua orang, walaupun terkadang manfaatnya lebih banyak menguntungkan
kelompok penguasa yang dominan.[1][2]

 Kurangnya ketersediaan dana pendidikan


Ketika membahas seputar dana, bukan hanya biaya pendidikan di lembaga
formal maupun informal. Biaya untuk membayar properti dan fasilitas seperti
buku, alat tulis, seragam, dan transportasi juga termasuk ke dalamnya. Tak
hanya itu, bagi kalangan yang mengalami kesulitan ekonomi, mereka lebih
memilih bekerja untuk memenuhi biaya hidup yang semakin tinggi ketimbang
meneruskan pendidikan.

Sebenarnya, pemerintah telah menyusun rencana pendidikan gratis dan


program Wajib Belajar 12 Tahun untuk mengatasinya. Namun, permasalahan
pendidikan di Indonesia terkait dana ternyata tidak bisa diselesaikan semudah
itu. Hal ini disebabkan karena penyebaran alokasi dana program pendidikan
yang tidak tersebar secara merata. Belum lagi, menurut HSBC Global Report
2017, Indonesia merupakan salah satu negara dengan biaya pendidikan
termahal di dunia.
 Minimnya bahan belajar mengajar
Permasalahan pendidikan di Indonesia yang berikutnya adalah kurangnya
bahan belajar mengajar. Demi meningkatkan kualitas belajar, murid sudah
sepatutnya memperoleh buku pelajaran atau lembar latihan soal. Tidak adanya
perpustakaan atau bahan belajar gratis juga dapat menghambat proses
pembelajaran. Seharusnya, bantuan berupa bahan belajar diberikan lebih
banyak ke wilayah-wilayah yang dengan masyarakat kurang mampu.

Bukan itu saja, guru juga memerlukan bahan ajar yang dengan materi yang
berkualitas dan sesuai kurikulum terbaru sedang berlaku. Jika tenaga pendidik
memakai bahan ajar yang ketinggalan zaman, tentu kegiatan mengajar menjadi
kurang maksimal. Ini akan berpengaruh pada proses penyerapan ilmu para
murid.

 Rendahnya kualitas tenaga pendidik


Kualitas tenaga pendidik yang rendah menjadi salah satu permasalahan
pendidikan di Indonesia. Tidak semua guru mampu mengajar materi yang
sesuai kompetensi masing-masing. Menurut Global Education Monitoring (GEM)
Report 2016 oleh UNESCO, pendidikan di Indonesia menempati urutan ke-10
dan urutan terakhir untuk kualitas guru dari 14 negara berkembang.

Selain itu, total guru meningkat secara signifikan, yaitu 382 persen atau 3 juta
lebih pada sekitar tahun 1999 hingga 2000. Jumlah ini tidak sebanding dengan
jumlah peserta didik yang berkisar 17 persen saja. Ditilik dari jumlah guru
sebanyak itu pun, masih ada 52 persen guru yang belum mempunyai sertifikat
profesi dan 25 persen yang belum memenuhi kualifikasi akademik.

 Tidak tersedia fasilitas yang memadai


Terakhir adalah permasalahan pendidikan di Indonesia terkait fasilitas. Fasilitas
yang dimaksud mencakup ruang belajar dengan segala isinya. Tidak hanya
harus lengkap, fasilitas juga harus memadai. Beberapa contoh fasilitas
pendidikan yang perlu disediakan, misalnya, papan tulis, meja, kursi, perkakas
laboratorium, atau alat elektronik. Bayangkan jika fasilitas tersebut rusak, pasti
akan mengganggu proses belajar mengajar.

Jadi, mengapa pendidikan begitu penting dalam menekankan masalah sosial,


berikut alasan-alasan nya :

Empat Alasan Pentingnya Pendidikan Moral Sebagai Solusi Masalah Sosial , berikut ini.
Pendidikan Moral Mampu Mempengaruhi Empati - Sebelumnya harus kita ketahui lebih dahulu
bahwa empati  adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum
yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami
emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan,
mengaburkan garis antara diri dan orang lain (id.wikipedia.org).  Pendidikan moral dapat
merangsang empati seseorang dalam kehidupan sosialnya, dengan moral yang baik maka rasa
empati seseorang makin besar (baik) pula. Selanjutnya rasa empati yang dimiliki tersebut, akan
menciptakan keadaan-keadaan positif untuk meminimalisasi masalah sosial di masyarakat.
Pendidikan Moral Dapat Menekan Potensi Penyimpangan Norma Yang Berlaku - Memberikan
pendidikan moral dengan menekankan pada akibat yang akan diterima bila seseorang melakukan
penyimpangan pada norma yang berlaku pada masyarakat, dapat memberikan dorongan kepada
seseorang untuk lebih memperhitungkan segala tindakan yang akan dilakukannya, sehingga dapat
memperkecil potensi untuk melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan masalah sosial.
Pendidikan Moral Mampu Menciptakan Toleransi Dalam Bermasyarakat - Berhubungan dengan
moral yang baik dengan rasa empati yang dimiliki seseorang, maka secara otomatis tercipta rasa
toleransi dalam diri seseorang. Salah satu masalah sosial  yang cukup mengkhawatirkan saat ini
adalah rendahnya toleransi di masyarakat, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan pendidikan
moral yang mampu menciptakan dan memperbesar rasa toleransi, maka akan semakin kecil pula
kemungkinan terjadinya masalah sosial.
Pendidikan Moral Dapat Menjadi Sarana Menekan Potensi Konflik - Melalui pendidikan moral,
maka terciptalah kesadaran sesorang untuk memiliki rasa toleransi serta bertambahnya empati,
dengan demikian potensi terjadinya konflik di masyarakat akan semakin kecil karena seseorang yang
memiliki masalah antara orang lain, akan lebih mengedepankan moral yang baik dengan lebih
mendahulukan toleransi yang didukung oleh besarnya rasa empati yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai