PENDAHULUAN
Dasar mula berkembangnya keilmuan, fakta yang berkembang saat ini, dan arah masa
depannya. Dari ketiga analisis itu, arah masa depan adalah yang paling sulit dipahami dan
karenanya paling sulit dibangun. Ini disebabkan bukan saja karena ilmu sosial pada
umumnya lebih bersifat reaktif terhadap kejadian sosial di sekitarnya, juga karena
temuan atau hasil kajian penelitian ilmu sosial kurang terangkai dalam satu sistem temuan
yang kontinum dan sustainable per bidang kajian. Dua kelemahan ini adalah sekurang-
kurangnya faktor yang membawa sosiologi (dan tentu saja kebanyakan ilmu sosial
lainnya) sulit memprediksi dirinya, bahkan jauh lebih sulit ketimbang memprediksi
fenomena yang akan terjadi di sekitarnya.
Oleh karenanya tulisan ini hanya mencoba sekilas melihat ke belakang, bagaimana
tumbuh kembangnya sosiologi di Indonesia serta faktanya saat ini. Setelah itu mari
kita bersama-sama menelaah dan mengkritisi akan kemana sosiologi Indonesia ke
depan. Tanggung jawab perkembangan sosiologi di Indonesia tentu berada di pundak
para sosiolog Indonesia, bukan pada pundak sosiolog luar Indonesia, meskipun samar-
samar demikian adanya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Semua sosiologi hampir tak membantah jika disebutkan bahwa Comte adalah
pemula yang mengenalkan sosiologi sebagai ilmu di Perancis dan yang pertama juga
di muka bumi. Namun sebelum itu banyak gejala, atau meminjam istilah yang
digunakan John Lewis Gillin pada awal abad ke 20, menyebut sebagai adanya sociological
attitude yakni 'sikap sosiologis' yang ditunjukkan oleh para tokoh atau ilmuwan yang
sedang menerangkan persoalan masyarakat atau kemanusiaan.
2
Revolusi ini merupakan faktor langsung lahirnya Teorisasi Sosialogi.Dampak yang
ditimbulkan oleh revolusi ini terhadap bergitu besar dan munculnya perubahan-
perubahan positif.
Mengapa kedua revolusi itu, terutama revolusi Perancis mampu menggerakkan orang
untuk berpikir sosiologis? Karena revolusi Perancis telah kerusakan pada struktur sosial
yang luar biasa pada masyarakat Perancis dan dampaknya yang meluas ke seluruh
daratan Eropa. Ekonomi sulit bangkit kembali dan tidak ada satu pun para pemikir
ekonomi yang mampu memberi jalan agar ekonomi bisa bangkit, semua orang
mengalami.
2. Karl Marx(1818-1883)
3
Memperkenalan pendekatan materislisme dialektis yang menganggap konflik antar
kelas social menjadi intisari perubahan dan perkembngan masyarakat.
3. Emile Durkheim(1858-1917)
Memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelurusi fungsi
sebagai elemen social sebagai pengikat sekaligus memelihara keteraturan social.
4. Ferdinan Tonnies(1887)
Ia memiliki teori yang akhirnya berhasil membedakan konsep Tradisional dan
Modern dalam suatu organisasi social yaitu: Gamein Schaft (yang diartikan sebagai
kelompok,dan Gasel Schaft diartikan sebagai masyarakat modern istilah Protr Sztompka.
5. George Simmel(1908)
Seorang filosop dari jerman pada tahun 1908, ia memutuskan perhatinnya pada proses
interaksi yang dianggap sebagai ruang lingkup primer sosialogidan perkembangannya.
4
Sebagaimana kita ketahui dalam sejarahnya, Belanda demikian lama bertahan di
nusantara karena mereka menguasai benar tipologi masyarakat yang dijajahnya. Demikianlah
kita kenal misalnya Krom, Veth dan Snouck Hurgronje merupakan para pejabat
merangkap pemikir yang boleh dikatakan ahli kemasyarakatan, Mereka menguasai struktur
masyarakat dan banyak menguasai hukum adat di berbagai belahan wilayah Indonesia masa
itu (akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20). Sejak tahun 1920 mulai timbul
minat sarjana-sarjana Belanda untuk memahami masyarakat lebih luas.
Gejala-gejala yang disoroti tidak hanya terbatas pada lingkungan suku atau kelompok
etnik, tetapi lebih makro lagi. Di antara mereka antara lain adalah B. Schrieke (1890-1945)
yang menulis sejarah yang dikawinkan dengan ethnografis, sehingga tulisan-tulisannya
bercorak sosiologi. Salah satu hasil karyanya adalah tentang akulturasi. Schrieke juga
mengulas pergeseran kekuasaan politik dan ekonomi di nusantara antara abad ke- 16 sampai
abad ke-Tulisan Schrieke banyak berbahasa Belanda, baru pada tahun 1955 beredar
kumpulan tulisannya yang berbahasa Inggris. Selain Schrieke, tokoh Belanda lainnya
adalah J.C. Van Leur (tinggal di Indonesia tahun 1934-1942).
Salah satu tulisannya yang dikenal adalah Indonesian Trade and Society. Seorang
lagi yang lebih luas dikenal dan juga menulis tentang Indonesia kontemporer
adalah Prof. W.F. Wertheim yang meninggal di tahun 2001 dalam usia yang sangat
tua, mencapai 102 tahun. Beliau pernah mengajar di Rechts Hogeschool di Jakarta
(1937) dan di Institut Pertanian Bogor yang waktu itu masih menjadi Fakultas
pertanian UI di Bogor, tahun 1957 ( lihat Sediono MP Tjondronegoro, “Perlunya
Reorientasi Sosiologi di Indonesia”.
Demikianlah kita mengenal awal sosiologi yang dikenalkan oleh para sosiolog yang
umumnya memiliki latar belakang ilmu hukum. Tidak heran jika kita mengenal senior-
senior sosiolog kita di zaman awal kemerdekaan sampai dengan di tahun 60-70-an berlatar
belakang ilmu hukum. Yang terkenal antara lain adalah Prof. Hardjono dan Prof. Soedjito
Sosromihardjo di UGM, Prof. Soelaeman Soemardi dan Prof. Soekanto di UI, Prof. Satjipto
Rahardjo di UNDIP dan bahkan yang lebih muda, Prof. Soetandyo Wignyo Soebroto di
UNAIR. Pengaruh Sosiologi Eropa jelas terhadap sosiologi Indonesia, terutama pengaruh
Comte dan Durkheim, Weber, Karl Marx dan Simmel. Pengaruh Sosiolog Amerika
belum nampak pada masa awal. Baru pada pertengahan tahun 1950-an Indonesia mulai
5
mengirim mahasiswa mereka belajar ke Amerika jauh lebih banyak daripada ke Eropa.
Tercatat antara lain, Selo Soemardjan, Mely G. Tan, Harsya Bachtiar, dan Umar Kayam.
Sejak itu pengaruh sosiologi Amerika lebih bergema dan buku-buku karangan sosiolog
Amerika memasuki perpustakaan di Indonesia. Mahasiswa mulai mengenal Malinowski,
Parsons, Merton, Coser, Jonathan Turner dan banyak yang lain lagi. Perkembangan sosiologi
di Indonesia memasuki masa-masa yang lebih bergairah.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua merupakan tahap perkembangan dari tahap pertama, yaitu tahap metafisik.
Pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan
atau inti tertentu uang pada hakikatnya akan diungkapkan.
6
Didalam bukunya politic, aristoteles mengadakan analisis yang mendalam terhadap
lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. Pengertian politik dipakainya dalam arti yang
luas, yaitu mencangkup masalah-masalah ekonomi dan sosial. Perhatiannya terhadap biologi
menyebabkan dia mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organisasi biologis
dan manusia.Disamping itu aristoteles menggaris bawahi kenyataan, bahwa basis masyarakat
adalah modal.
c. Renaisance (1200-1600)
Pada zaman renaisance, muncullah thomas more dengan otovia-nyacampanella yang
menulis city of thr sun. mereka masih terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya
masyarakat-masyarakat yang ideal.
e. Hobbes ( 1588-1679)
Hobbes berpendapat bahwa dalam keadaan alamiah kehidupan manusia didasarkan pada
keinginan-keinginan yang mekanis, sehingga manusia selalu saling berkelahi, tetapi mereka
7
mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tentram adalah hal yang kebih baik. Keadaan
semacam itu baru dapat tercapai jika mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak
dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, yaitu pihak mana yang tentu dapat
memelihara ketentraman.
2. Rester F. Ward
Rester F. ward seorang amerika menerbitkan dinamic sosiologi pada tahun 1883. Ia
mengisukkan, bahwa perkembangan sosial harus terjadi malalui tindakan sosial yang
cemerlang, kemudian disini para sosiologi berperan sebagai pembimbing. Semua perintis
sosiologi ini secara asasi juga sebagai filosof sosial. Mereka mengembangkan sistem berpikir
yang menganggungkan.
Namun hanya sedikit penelitian, pengujian dan pengukuran yang dilakukan. Mereka
tidak mengumpulkan dan mengklasifikasikan fakta dan kemudian baru mengembangkan teori
agung dari fakta tersebut. Hal ini dapat dipandang sebgai kelemahan teori mereka. Jurnal
8
amerika tentang sisiologi mulai terbit pada tahun 1895, dan american sosiologi
society terbentuk pada tahun 1905. Teori-teori sesudah auguste comte akhirnya
dikelompokan dalam mazhab-mazhab sesuai dengan pengaruh dari ilmu-ilmu lain sebagai
berikut.
1. Mazhab Normal
Teori-teori maazhab ini secara formal menyoroti dalam hubungan situasi mental.
Situasi-situasi tersebut tidak dapat dianalisis secara tersendiri, tetapi merupakan hasil
perikelakuan yang timbul akibat interaksi formal antara individu dan kelompok dalam
masyarakat. Penganut mazhab ini, misalnya alfred vir kandt, dan simmel leopold von wiese.
2. Mazhab Hukum
Teori-teori ini manganalisis masyarakat yang dihubungkan dengan hukum dan jenis-
jenis solidaritas yang terdapat di masyarakat. Penganut mazhab ini ialah durkhem.
3. Mazhab Psikologis
Teori-teori ini menyatakan bahwa gejala sosial mempunyi sifat psikologis yang terdiri
dari interaksi antara jiwa-jiwa individu. Jiwa-jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-
kepercayaan dan keinginan-keinginan. Bentuk-bentuk utama dari interaksi mental individu
adalah imitasi, oposisi dan adaptasi maupaun penemuan baru. Penganut mazhab ini adalah
gabriel tarde, albion small, richard horton colley, dan L.T hobhhouse.
6. Mazhab Ekonomi
9
Teori-teori ini menyatakan bahwa bentuk-bentuk organisasi sosial ahrus diteliti
menurut prikelakuan warga negaranya, yang memotivasinya serasi dengan harapan warga-
warga lainya. Dalam masyarakat tingkah-laku individu masyarakat ditunjukan pertama
kalinya untuk mendapatkan hasil-hasil yang efisien. Penganut mazhab ini adalah max weber.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penting dan sekaligus menarik bagi para sosiolog Indonesia untuk mendiskusikan
tentang perkembangan sosiologi di Indonesia, bagaimana state of the art keilmuan ini, yakni
'cerita' tentang levels of development-nya dan lain-lain sekitar itu. Sebagaimana perkembangan
sosiologi di negara-negara lain, meskipun itu terjadi di negara maju seperti di Eropa dan
Amerika, pergerakannya tidak mudah diprediksi dan oleh karenanya juga tidak mudah
'diatur' mau kemana.Demikian pula yang terjadi di Indonesia, terlebih sejarah perkembangan
sosiologi sangat berbeda dari negara-negara atau wilayah di mana sosiologi berinduk.
Sosialogi di eropa berkembang akibat adanya revolusi industry dan revolusi prancis,hal
itu mengakibatkan bangsa eropa kehilangan tatanan social.karena itulah August Comte
(Bapak Sosialogi) membuat sebuah ilmu untuk mengambilkan suatu pegangan bagi
masyarakat eropa.
Bedanya perkembangan sosialogi sebelum dan sesudah masa Augusta Comte ialah
pemiirannya dimana pemikiran klasik sangat kental dalam perkembangan ilmu pada masa
10
sebelum comte,masyarakat bukanlah semata-mata suatu kumpulan orang belaka yang
tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab,kecuali kemauan masing-masing.
3.2 saran
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia harus kita pertahankan, sebagai generasi muda
Indonesia selayaknya kita menghasilkan hasil perjuanganini melalui cara sesuai dengan
bidang yang kita guluti.
DAFTAR PUSTAKA
Gillin, John Lewis. 1926. “The Develoment of Sociology in the United States”>
American Sociological society, vol XXI.
Tjondronegoro, sediono MP. 2002 “Perlunya Reorintasi Sosiologi di Indonesia”, Makalah
pada Seminar Nasional di Bogor.
Website Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Yogyakarta; Profil 2009.
11