KELOMPOK 1
Sejarah Sosiologi Dunia
Auguste Comte hidup di masa Revolusi Prancis dan periode Napoleon. Saat itu, kehidupan
sosial yang stabil, ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serta Revolusi Industri mulai
menyebabkan transformasi di tengah warga Eropa.
Sebelum Revolusi Prancis, sistem pemerintahan teokrasi dengan kaisar sebagai wakil
tuhan dan tidak tercela membuat kesewenang-wenangan dialami rakyat Prancis. Penjara
Bastile yang merupakan simbol kekejaman pemerintahan lalu dijebol seiring rakyat
menuju pencerahan dan berpikir secara rasional untuk meraih kesejahteraan bersama.
Sejarah Sosiologi Dunia
Kendati pemerintahan tirani runtuh setelah Revolusi Prancis, orang-orang Eropa yang saat itu
sudah mengalami konflik kekerasan menurut Comte masih ragu dalam menetapkan perasan,
pikiran, dan tindakan apa yang harus dilakukan.
Sementara itu, Revolusi Industri di Inggris membuat orang di sekitar daerah industri
mengalami peningkatan ekonomi, sementara orang daerah berkekurangan. Comte berpikir
bagaimana kesenjangan tersebut dapat diperkecil dan ditiadakan.
Sejarah Sosiologi Dunia
Menurut Comte, banyak orang Eropa saat itu kurang percaya diri dalam menetapkan
sentimen dan keyakinan, atau hal untuk mengganti sentimen dan keyakinan yang sudah ada.
Masa revolusi tersebut menurutnya sangat menentukan bagi sejarah manusia, termasuk di
Prancis dan keseluruhan Eropa
Ia pun memutuskan bahwa perlu ada ilmu yang mempelajari masyarakat dan
mengarahkan masyarakat. Harapannya, perkembangan yang terjadi dapat diarahkan
menuju hal yang lebih baik atau sesuai dengan tujuan kehidupan bersama, seperti dikutip
dari buku Sosiologi 1 oleh Drs. Andreas Soeroso, M.S
Sejarah Sosiologi Dunia
Sosiologi di Indonesia telah dimulai dalam waktu yang lama. Pada masa Sri Paduka
Mangkunegoro IV dari Surakarta, terdapat ajaran Wulang Reh yang mengajarkan tentang
tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan
berbeda. Dalam ajaran tersebut terdapat banyak aspek sosiologi, khususnya pada bidang
hubungan antar golongan. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia
juga telah menyumbangkan sosiologi dalam konsep-konsepnya tentang kekeluargaan dan
kepemimpinan. Praktik dari ajaran ini diterapkan dalam organisasi pendidikan Taman
Siswa.
Sejarah Sosiologi Indonesia
Kala itu sosiologi belum dianggap sebagai ilmu yang penting untuk dipelajari. Akan
tetapi, hanya sebatas ilmu pembantu untuk ilmu pengetahuan lainnya. Itu dikarenakan
banyak karya orang Belanda, seperti tulisan-tulisan ter Haar dan Duyvendak yang
mencakup unsur-unsur sosiologis namun kala itu dikupas secara ilmiah dari aspek
nonsosiologis dan belum menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sejarah Sosiologi Indonesia
Sebelum perang dunia kedua, Indonesia hanya memiliki Sekolah Tinggi Hukum
(Rechtshogeschool) di Jakarta, satu-satunya lembaga perguruan tinggi sebelum era
kemerdekaan yang memberikan kuliah tentang sosiologi di Indonesia. Berhubung belum
ada spesialisasi sosiologi baik di Indonesia maupun di Belanda, maka para pengajar kala
itu tidak berasal dari latar belakang psikologi. Adapun teori yang diajarkan bersifat
filsafat sosial dan teoretis, berdasarkan buku-buku karya Leopold von Wiese, Bierens de
Haan dan sebagainya.
Sejarah Sosiologi Indonesia
Kegiatan perkuliahan di sekolah tersebut sempat ditiadakan pada 1934 hingga 1935.
Penyebabnya karena para guru besar memiliki opini bahwa pengetahuan tentang bentuk
dan susunan masyarakat dan proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan
dalam hubungan dengan pelajaran hukum. Mereka juga berpandangan bahwa yang
penting untuk dipelajari adalah hukum positif, yakni peraturan-peraturan yang berlaku
dengan sah pada suatu waktu dan suatu tempat tertentu.
Nama Anggota