Proposal Skripsi Fix - Irma Af
Proposal Skripsi Fix - Irma Af
RENCANA PENELITIAN
Oleh
IRMA ARRIFA FATMA
C1G019126
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
ii
Oleh
Irma Arrifa Fatma
C1G019126
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Ir. F.X. Edy Fernandez, MP. Dr. Ir. Abdullah Usman, M.Agr.Sc
NIP. 196302021989031015 NIP. 196109271988031001
Mengetahui :
Tanggal Pengesahan :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga rencana penelitian yang berjudul
“Kontribusi Usahatani Alpukat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Desa
Bebidas Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Rencana penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis, diantaranya:
1. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Mataram.
2. Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3. Bapak Ir. F.X. Edy Fernandez MP., selaku dosen pembimbing utama.
4. Bapak Dr. Ir. Abdullah Usman, M.Agr.Sc., selaku dosen pembimbing
pendamping.
5. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya sebagai motivasi
saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga saya yang tak lupa pula memberikan doa dan dukuangannya.
7. Teman-teman saya, Azrina Fazira Ansshory, Irma Andriyani, Erdianti Utari,
Dewi Nur Isnaini, dan teman-teman “Kos Rumah Ali”, terima kasih banyak
atas doa dan dukungannya.
8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis dengan kebaikan yang lebih banyak lagi. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat untuk kedepannya. Terimakasih.
Mataram,
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
1.3. Tujuan .............................................................................................................. 8
1.4. Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 9
2.1. Dasar Teori .......................................................................................................... 9
2.1.1. Alpukat .......................................................................................................... 9
2.1.2. Ilmu Usahatani ............................................................................................ 14
2.1.3 Rumah Tangga Petani ................................................................................. 16
2.1.4. Pendapatan .................................................................................................. 16
2.1.5. Pendapatan Keluarga .................................................................................. 18
2.1.6. Produksi ...................................................................................................... 18
2.1.7. Biaya Produksi ............................................................................................ 19
2.1.8. Modal .......................................................................................................... 19
2.1.9. Kontribusi ................................................................................................... 21
2.1.10. Surplus Pendapatan Rumah Tangga Petani ............................................ 22
2.2. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 24
2.3. Kerangka Pendekatan Masalah......................................................................... 26
2.4. Definisi Operasional ......................................................................................... 30
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pendeketan Masalah ...............................................................29
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Produksi Lima Tahun Terakhir Tanaman Alpukat Di Kabupaten Lombok
Timur ............................................................................................................... 2
Tabel 2. Data Lima Tahun Terakhir Produksi (Kuintal) Tanaman Alpukat Di Kecamatan
Wanasaba ......................................................................................................... 4
Tabel 3 Data 5 Tahun Terakhir Tanaman Baru Alpukat (Pohon) Di Kecamatan Wanasaba
....................................................................................................................................... 6
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Data Lima Tahun Terakhir Produksi (Kuintal) Tanaman Alpukat Di
Kecamatan Wanasaba ..........................................................................41
Lampiran 2. Data 5 Tahun Terakhir Luas Panen (Pohon) Tanaman Alpukat Di
Kecamatan Wanasaba ..........................................................................41
Lampiran 3. Data 5 Tahun Terakhir Tanaman Baru Alpukat (Pohon) Di
Kecamatan Wanasaba ..........................................................................41
Lampiran 4. Tabel Matriks Kuesioner ......................................................................42
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian .............................................................................44
Lampiran 6. Catatan Hasil Konsultasi Bimbingan Skripsi ......................................53
I. PENDAHULUAN
buahan. Artinya, konsumsi buah pada masyarakat Indonesia baru sekitar 40 kg per
kapita/tahun, masih jauh di bawah standar FAO yaitu 60 kg per kapita/tahun.
Berdasarkan data ini berarti setiap tahunnya ada potensi permintaan buah segar
sebanyak 4 juta ton/tahun (Tafajani, 2011).
Buah alpukat merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki waktu
panen kurang lebih enam bulan. Buah alpukat merupakan salah satu tanaman yang
dapat dibudidayakan di iklim tropis dan subtropis. Komoditas tanaman hortikultura
ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari data BPS
yang menyatakan bahwa produksi tanaman alpukat di Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dari tahun 2017, 2018, 2019, 2020, 2021 yaitu sebesar 363.148 ton,
410.094 ton, 461.613 ton, 609.049 ton, dan 669.260 ton. Bahkan Indonesia
melakukan kegiatan ekspor untuk alpukat tersebut ke berbagai negara. Produksi
alpukat di NTB dari tahun 2020 dan 2021 adalah sebesar 4.467 ton, 2.984 ton, 4.189
ton, 192.598 ton dan 126.573 ton.
Tabel 1 Data Produksi Lima Tahun Terakhir Tanaman Alpukat Di Kabupaten
Lombok Timur
2018 21.786
2019 26.938
2020 168.302,94
2021 66.150,04
2022 19.458,66
Sumber: Dinas Pertanian Lombok Timur 2022
Dari tabel di atas dapat dilihat informasi produksi tanaman alpukat pada lima
tahun terakhir di Kabupaten Lombok Timur. Selain itu, permintaan pasar pada
buah-buahan semakin tinggi tiap tahunnya. Salah satu sentra produksi buah-buahan
di Nusa Tenggara Barat adalah Kabupaten Lombok Timur. Hal tersebut
3
digunakan semakin luas, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh.
Sebaliknya, jika luas lahan yang digunakan kecil, maka kecil pula pendapatan yang
diperoleh.
Selain itu, modal untuk melakukan usahatani yang dirasa cukup besar untuk
beberapa masyarakat juga dirasa sebagai salah satu hal yang membuat masyarakat
enggan untuk melakukan usahatani alpukat. Modal diperlukan terutama untuk
pengadaan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida), yang dirasakan petani
semakin tinggi harganya. Sumber dana yang berasal dari rumah tangga petani
sering dipandang tidak cukup untuk membiayai peningkatan usahataninya. Maka
dari pentingnya modal untuk berushatani. apabila modal yang dikeluarkan cukup
besar dalam berusahatani, maka dapat menjadi pertimbangan besar petani dalam
melakukan usahatani alpukat tersebut.
Alasan Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai
pendapatan usahatani alpukat untuk melihat seberapa besar kontribusinya
terhadap pendapatan rumah tangga petani. Berdasarkan hasil pemikiran dan
permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul
“Kontribusi Usahatani Alpukat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Petani Di Desa Bebidas Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.”
1.3. Tujuan
Sesuai dengan paparan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yaitu
terjadi keengganan masyarakat melakukan usahatani alpukat? Hipotesis untuk
permasalahan tersebut yaitu pendapatan yang diperoleh masyarakat dirasa masih
kecil dan modal yang dibutuhkan dalam melakukan usahatani cukup besar. Maka
dalam hal ini, maka dimunculkan beberapa tujuan penelitian sesuai dengan
pertanyaan penelitan yang diatas, yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui besar kontribusi pendapatan usahatani Alpukat terhadap
pendapatan rumah tangga petani Desa Bebidas.
2. Mengetahui besar surplus pendapatan rumah tangga petani dan kaitannya
terhadap pengembangan usahatani alpukat.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh petani dalam melakukan
usahatani alpukat.
Tanaman alpukat dapat tumbuh sampai 20m (69 kaki), dengan panjang 12m
(4,7 in) sampai dengan 25m (9,8 in). Bunga tanaman alpukat mencolok, berwarna
kehijauan hingga kuning, lebar bunga 5 millimeter, berwarna kehijauan hingga
kuning, lebar bunga 5 milimeter (0,2 in) sampai dengan 10 milimeter (0,4 in). Buah
alpukat berbentuk seperti buah pir dengan panjang berkisar 7 cm (2,8 in) hingga 20
cm (7,9 in). Berat buah alpukat berkisar 100 gram (3,5 ons) hingga mencapai 1.000
gram (35 ons), dan memiliki biji tunggal yang besar dengan diameter biji mencapai
5 cm (2,0 in) hingga 6,4 cm (2, in).
10
Bentuk buah alpukat bermacam-macam dari bulat hingga bulat lonjong dengan
bagian ujungnya agak membulat. Kulit buah berwarna coklat keunguan atau hijau;
sedangkan daging buahnya tebal, berwarna kuning kehijauan dengan tekstur lunak.
Sementara daging buahnya hanya memiliki biji tunggal, dengan diameter antara 4-
8 cm. Beberapa komposisi zat yang dikandung untuk setiap 100 gram daging
buahnya, antara lain, kalori (85 kal), protein (0,9 gram), lemak (6,5 gram),
karbohidrat (7,7 gram), kalsium (10 mg), fosfor (20 mg), besi (0,9 mg), vitamin A
(180 SI), vitamin BI (0,05 mg), vitamin C (13 mg), air (84,3 gram).
Alpukat juga tumbuh baik di tanah yang gembur dan kondisi tanah yang tidak
becek pada ketinggian 200-1.000 mdpl. Pada tanah yang becek sukar sekali tumbuh
dengan baik karena mudah sekali diserang Kondisi tanah yang disukai oleh tanaman
alpukat dengan kondisi iklim yang sesuai hanya tersedia di beberapa daerah di
dunia, khususnya di selatan Spanyol, Portugal, Knita, Levant, Afrika Selatan,
Kolombia, Peru, bagian tengah dan utara Chili, Vietnam, Indonesia, bagian India
selatan, Sri Lanka, Australia, Selandia Baru, Filipina, Malaysia, Amerika Tengah,
Karibia, Meksiko, California, Arizona, New Mexico, Texas, Florida, Hawaii, dan
Ekuador. Setiap daerah memiliki berbagai jenis kultivar.
Alpukat membutuhkan iklim subtropis tidak bersalju dan dengan sedikit
berangin. Angin kencang dapat mengurangi penyerbukan bunga. Ketika salju
ringan terjadi, salu tersebut dapat merontokkan buah alpukat muda, meskipun
tanaman alpukat dapat mentolerir suhu hingga -10 °C. Tanaman alpukat
membutuhkan aerasi tanah baik, idealnya alpukat ditanam kurang lebih 1 m dari
permukaan tanam. Alpukat kurang baik jika ditanam di daerah dengan tingkat
salinitas tinggi (asin).
Alpukat adalah buah klimaterik (seperti pada tanaman pisang), yang berarti
tumbuh dan berkembang buah di pohon, tetapi matang setelah dipetik dari pohon.
Alpukat untuk perdagangan dipetik saat masih keras dan hijau serta disimpan dalam
pendingin pada suhu 3,3-5,6 °C (38-42°F) hingga alpukat diterima di tangan
konsumen. Alpukat harus benar-benar matang untuk mencapai kematangan yang
sempurna. Alpukat yang jatuh dari pohon akan matang di tanah. Umumnya, buah
diambil setelah masak. Alpukat yang baik memiliki tingkat kekeringan lebih dari
11
23%, hal ini menjadi standar yang sama bagi negara-negara penghasil alpukat.
Setelah dipetik, alpukat dapat matang dalam beberapa hari kemudian pada suhu
kamar (lebih cepat jika disimpan dan digabungkan dengan buah-buahan lainnya
seperti apel atau pisang, karena pengaruh gas etilen). Pohon atau tanaman alpukat
rata-rata menghasilkan sekitar 500 buah per tahun. Kebun komersial rata-rata
menghasilkan tujuh juta ton per hektar setiap tahun, dan di beberapa kebun
mencapai 20 ton per hektar pohon alpukat tidak mentolerir suhu dingin, dan hanya
dapat tumbuh di iklim subtropis atau tropis (Hermanto, 2015).
Syarat Tumbuh dan Budidaya Alpukat
Menurut Tim Penulis PS (1992), syarat-syarat tumbuh tanaman alpukat
adalah sebagai berikut.
1. Iklim
a. Sinar Matahari
Penyebaaran sinar matahari ke permukaan bumi merupakan
pengendali yang besar pengaruhnya terhadap cuaca dan iklim. Dalam setiap
tahun dipancarkan 2,9 x 1023 kal dan diterima umi sebanyak 1,3 x 1024 kal.Di
bumi, panas tersebut dipergunakan untuk proses berbagai kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan. Bagi alpukat, mengingat tanaman ini banyak
tersebar di daerah tropis hingga subtropis membuktikan adanya pengaruh
sinar matahari bukan merupakan persoalan yang penting.
b. Suhu
Alpukat merupakan tanaman yang mudah menyesuaikan dengan
lingkungannya. Di dataran rendah, alpukat dapat bertoleransi pada suhu tidak
lebih dari 30°C. sedangkan di dataran tinggi tidak lebih dari 15°C.
c. Angin
Angin sangat diperlukan oleh tanaman alpukat terutama dalam proses
penyerbukan. Adanya angin juga membantu terjadinya proses penyerbukan.
Serbuk sari yang masuk dari satu tanaman alpukat dapat mencapai tanaman
alpukat lain disekitarnya yang telah siap diserbuki dibantu oleh adanya
hembusan angin.
d. Curah hujan
12
Alpukat akan menghasilkan buah yang cukup baik bila ditanam di daerah
dengan curah hujan antara 1.500-3.000 mm per tahun. Daerah yang cocok
untuk budidaya alpukat adalah daerah yang mempunyai tipe curah hujan
sebagai berikut :
Tipe A = 12 bulan basah dan 0 bulan kering
Tipe B = kurang dari 9 atau 12 bulan basah dan 1-2 bulan atau 2-4 bulan
kering
Tipe C = 5-6 bulan basah dan 5-6 bulan kering.
Disini bulan basah yang dimaksud adalah bila curah hujan yang terjadi lebih
dari 100 mm/bulan. Sedangkan bulan kering adalah bila curah hujan di bawah
100 mm/bulan.
2. Ketinggian Tempat
Alpukat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, mulai dari yang
rendah (0 mdpl) sampai dataran tinggi (2.000 mdpl). Namun, alpukat paling cocok
ditanam pada ketinggian antara 200-1.000 mdpl. Pada ketinggian seperti ini akan
dihasilkan buah yang lebat. Sebelum menanam harus disesuaikan antara ketinggian
tempat dan jenis alpukatnya. Untuk jenis mexican dan guatemalan biasanya lebih
cocok bila ditanam di daerah dengan ketinggian 1.000-2.000 mdpl. Sebaliknya jenis
indian barat cocok ditanam pada ketinggian tempat antara 0 sampai dengan 1.000
mdpl.
3. Tanah
Tanah yang paling cocok untuk pertanaman alpukat adalah tanah remah
berhumus dan tanah lempeng pasir. Jangan menanam alpukat di atas tanah padat,
sehingga air mudah menggenang. Sebab, air yang menggenang akan menyebabkan
penyakit. Alpukat sebaiknya ditanam pada tanah ber-Ph antara 5,5-6,5. Bila pH di
bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan, karena unsur-unsur Al, Mg, dan Fe
larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa
unsur fungsional seperti Fe, Mg dan Zn akan berkurang.
1. Persiapan lahan
Lahan tempat menanam bibit tidak selamanya langsung siap untuk ditanami.
Banyak dijumpai lahan masih berupa tegalan atau ditumbuhi alang- alang.
Sehingga dalam hal ini, sebelum menanam alpukat, lahan tersebut harus
dibersihkan. Agar tanaman alpukat yang ditanam tidak terganggu dengan hal
tersebut dan dapat tumbuh dengan baik.
2. Aturan penanaman
Yang dimaksud dengan aturan penanaman di sini adalah bentuk penanaman,
yaitu bujung sangkar atau segitiga. Lubang tanamnya akan dibuat di sudut-sudut
bujur sangkar atau segitiga tersebut. Pohon yang ditanam dengan kedua bentuk
tersebut jumlahnya berbeda. Untuk penanaman dengan bentuk bujursangkar hanya
dapat ditanami 100 pohon untuk 1 hektar dengan jarak tanam 10 meter.
Sedangkan bentuk segitiga dapat mencapai 112 pohon per hektar dengan jarak
tanam yang sama. Sedangkan di lahan yang miring tenti tidak dapat memakai
kedua bentuk tersebut. Tidak ada pilihan lain, penanaman lahan miring harus
sesuai dengan garis kontur.
3. Lubang tanam
Setelah lahan dibajak, segera dibuat lubang tanam. Jarak lubang tanam sekitar
10-12 meter. Perhitungan jarak ini berdasarkan tajuk pohon. Diameter tajuk pohon
alpukat antara 3,1-20 meter, dengan rata-rata berdiameter 10 meter.
4. Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah awal musim hujan dan tanah yang ada di
dalam lubang tidak lagi mengalami penurunan. Penanaman di awal musim hujan
dimaksudkan untuk mengurangi penyiraman, karena air banyak dibutuhkan pada
masa awal pertumbuhan. Sedangkan penanaman menunggu sampai tanah tidak
lagi mengalami penurunan agar bibit yang telah tertanam tidak bergerak lagi. Bila
ternyata tanah di lubang tanam lebih rendah dari tanah sekitarnya, perlu ditimbun
dengan tanah lagi. Pada prinsipnya, tanah yang ada di lubang tanam harus lebih
tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila
disirami atau turun hujan.
5. Pemeliharaan
14
(Siti, 2016).
Pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang, perusahaan, atau
organisasi lain dalam bentuk upah gaji sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba
sebagai imbalan setelah mereka menyediakan barang dan jasa. Upah juga berarti
uang yang diterima dari seseorang yang telah memberi pekerjaan kepada seseorang
atas jasa yang dilakukan sesuai dengan perjanjian. Tingkat pendapatan pada suatu
daerah merupakan salah satu indikator untuk melihat keadaan ekonomi masyarakat
tertentu. Sehingga dalam hal ini perolehan barang, uang yang diterima atau yang
dihasilkan oleh masyarakat termasuk tingkat pendapatan.
Sehingga dalam hal ini, Pendapatan sebagai salah satu unsur
kesejahteraan. Harga dan Pendapatan merupakan faktor yang menentukan besar
kecilnya permintaan barang dan jasa. Pendapatan menurut pengertian umum
adalah balas jasa yang diterima oleh seorang individu setelah melaksanakan suatu
pekerjaan atau nilai barang dan jasa yang diterima oleh seorang individu melebihi
hasil penjualannya.
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004) dapat dibagi menjadi dua
pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yang berarti seluruh pendapatan yang
diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari
hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah
berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan
bersih, yang berarti seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun
dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi.
Penerimaan pada prinsipnya merupakan jumlah unit moneter yang
diperoleh dari penjualan. Penerimaan yang dikurangi biaya eksplisit akan
menghasilkan pendapatan. Besarnya pendapatan usahatani dapat diketahui dengan
analisis pendapatan, yaitu dengan menghitung selisih antara penerimaan yang
didapat oleh petani dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali
proses produksi (Fauziah dan Soejono, 2019).
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
18
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-
lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut. Produksi berkaitan dengan
penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih
harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam
proses produksi tersebut.
2.1.6. Produksi
Produksi didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa input. Dengan demikian, kegiatan
19
TC = FC + VC
Dimana:
TC = Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost )
VC = Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
2.1.8. Modal
Modal dapat diartikan sebagai sesuatu yang di ciptakan oleh manusia yang
digunakan untuk memproduksi berbagai barang-barang dan jasa ang mereka
20
Modal dalam usahatani adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor
produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian.
Modal diperlukan terutama untuk pengadaan sarana produksi (benih, pupuk dan
pestisida), yang dirasakan petani semakin tinggi harganya. Modal dalam usahatani
yang kita kenal adalah a) tanah, b) bangunan seperti gudang, kandang, pabrik, dan
lain-lain, c) alat-alat pertanian, d) bahan pertanian yang tersedia seperti bibit,
pupuk, obat-obatan, e) tanaman, ternak, dan ikan di empang, f) piutang di bank,
serta g) uang tunai. Secara umum, sumber modal usahatani berasal dari petani
sendiri (equity capital) dan pinjaman (credit). Bentuk modal usahatani menurut
sumber yang lain adalah kontrak sewa, sistim kontrak produksi, kontrak pemasaran
hasil dan manajemen produksi, serta kontrak penyediaan produksi.
2.1.9. Kontribusi
Kontribusi bisa dikatakan segala sesuatu yang diterima oleh seseorang
setelah melakukan berbagai usaha yang memberi dampak masukan sumberdaya
(benda) maupun uang. Manfaat menghitung nilai kontribusi tersebut berguna
sebagai dasar untuk mengetahui seberapa besar peranan usaha yang selama ini
dikerjakan oleh seseorang terhadap pendapatan dan akhirnya dapat diandalkan
untuk sumber penghasilan. Perkembangan usahatani di suatu wilayah akan
memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pendapatan daerah di wilayah tersebut.
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab besarnya kontribusi
pendapatan usahatani buah-buahan terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat
dilakukan dengan menggunakan perhitungan. Menurut Milles dalam Said et al.
(2015), formulasi persentase dari perhitungan kontribusi adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Z : Kontribusi pendapatan usahatani
A : Pendapatan Usahatani Alpukat (Rp)
B : Pendapatan rumah tangga petani (selain dari usahatani
22
1. Padi-padian
2. Umbi-umbian
3. Ikan
4. Daging
5. Telur
6. Susu
7. Sayuran
8. Buah-buahan
9. Dan lain-lain
Hasil penelitian Wiwiek Andajani dan Djoko Rahardjo (2020) dengan judul
penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani
Alpukat” tujuan penelitian yaitu : (1) untuk mengetahui pendapatan dari usahatani
alpukat; (2) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi (umur, tingkat
pendidikan, pengalaman atau lama usahatani dan luas lahan) terhadap pendapatan
usahatani alpukat; dan (3) untuk mengetahui faktor produksi (umur, tingkat
pendidikan, pengalaman atau lama usahatani, dan luas lahan) yang paling
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani alpukat.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa rata-rata pendapatan atau
keuntungan usahatani alpukat di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten
Nganjuk, dalam satu tahunnya sebesar Rp9.624.550, per hektar nya. Untuk faktor
produksi, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman atau lama usahatani dan luas
lahan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan atau keuntungan
usahataninya, walau sangat kecil pengaruhnya. Dan dari keempat faktor produksi
tersebut, faktor produksi luas lahan lah yang paling berpengaruh terhadap
pendapatan atau keuntungan usahatani alpukat di Desa Ngliman, Kecamatan
Sawahan, Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini masih bisa dilanjutkan mengingat
penelitian hanya mengambil data produksi atau pendapatan sampai 10 tahun setelah
penanaman, padahal umur produksi tanaman alpukat bisa sampai 15-20 tahun, dan
juga masih ada kesempatan untuk penelitian lainnya dengan menambah faktor
lainnya yang mempengaruhi pendapatan usahatani alpukat, misalnya faktor
pemasaran, atau juga faktor sarana produksi usahatani alpukat dan lain sebagainya.
Hasil penelitian Kiki Mirwansyah (2019) dengan judul “Kontribusi Usaha Tani
Kopi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Dalam Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Di Pekon Kegeringan, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat)”
dengan tujuan penelitian yaitu: 1) Untuk mengetahui faktor pendorong dan
penghambat yang memacu pembentukan buah kopi sehingga menjadi sumber
informasi bagi petani di pekon Kegeringan kecamatan Batu Brak kabupaten
Lampung Barat. 2) Untuk mengetahui tingkat kontribusi usaha tani kopi terhadap
pendapatan rumah tangga di pekon Kegeringan kecamatan Batu Brak kabupaten
Lampung Barat. 3) Untuk mengetahui tingkat kontribusi usaha tani kopi terhadap
26
dari usahatani lain ataupun non usahatani buah-buahan sebagai usaha utamanya.
Pendapatan mereka ada yang dari usahatani tanaman sayur-sayuran, berdagang,
membuka kios usaha, ada yang juga yang berasal dari gaji atau upah sebagai
pegawai atau tenaga kerja. Besarnya pendapatan tergantung dari usaha apa yang
mereka jalankan.
Setelah didapat berapa total pendapatan petani, maka dapat ditentukan
besarnya kontribusi pendapatan dari usahatani buah-buahan terhadap rumah tangga
petani. Selain itu juga, pengeluaran rumah tangga petani untuk kebutuhan secara
primer ataupun sekunder akan terus tetap dikeluarkan. Pengeluaran yang dilakukan
biasanya berkaitan dengan konsumsi dari pangan dan non pangan. Pendapatan total
rumah tangga petani nantinya membantu dalam total pengeluaran rumah tangga
petani. Jika pendapatan yang diperoleh lebih besar dari pengeluaran rumah tangga
petani, maka nantinya diperoleh pula nilai surplus pendapatan. Surplus pendapatan
yang diperoleh ini tentunya dapat membantu petani, terutama sebagai modal dalam
melakukan usahatani, baik dalam skala besar araupun skala kecil.
Dari uraian diatas dapat dikemukakan skema kerangka pemikiran seperti di
bawah ini:
29
Desa Bebidas
Petani
Usahatani Alpukat
Kendala-kendala
Pengeluaran rumah
tangga petani Biaya Produksi dan
Penerimaan
Pendapatan di luar
Pendapatan
Usahatani Alpukat
11. Surplus pendapatan dalam penelitian ini adalah jumlah pendapatan lebih yang
diperoleh setelah dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga petani
(Rupiah/tahun).
12. Kendala-kendala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tantangan yang
dihadapi oleh petani saat melakukan usahatani alpukat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
• Biaya upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
upah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang
diukur berdasarkan jumlah tenaga kerja dan banyaknya hari biaya
dikalikan dengan upah tenaga kerja yang berlaku dalam satuan hari, yang
dinilai dengan uang dalam satuan rupiah (Rp).
5. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
35
Biaya Total
Rumus:
TC = FC + VC
Keterangan:
36
Penerimaan
Rumus:
TR = P x Q
Keterangan:
TR : Total revenue (biaya total)
P : Price (harga)
Q : Quantity (jumlah produksi)
Pendapatan
Rumus:
I = TR - TC
Keterangan:
I : Pendapatan
TR : Total Penerimaan
TC : Total biaya
IKT = I1 + I2 + I3
Keterangan:
IKT = Pendapatan keluarga tani
I1 = Pendapatan usahatani alpukat
37
Keterangan:
Z : Kontribusi pendapatan usahatani
A : Pendapatan Usahatani Alpukat (Rp)
B : Pendapatan rumah tangga petani (selain dari usahatani dan pendapatan
anggota keluarga lain)
Dimana:
TCRT = Total Pengeluaran
TCKP = Total Pengeluaran konsumsi pangan
TCKNP = Total pengeluaran konsumsi non pangan
SRT = TRRT – TC RT
Dimana :
38
Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/ diakses pada tangga
l4 Oktober 2022 pada jam 20.31 WITA
Harjadi Sri Setyati, Winarso D. Widodo, dan Ketty Suketi. Aspek-Aspek Penting
Budidaya Tanaman Buah-buahan. Jurnal.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama responden :
Umur Responden :
Tanggal wawancara :
Nama Dusun :
Kecamatan : Wanasaba
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
45
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama responden:……………………………………
Umur responden:………………………………….
Pendidikan terakhir: TS, TTSD, TSD, TTSMP, TSMP, TTSMA, TSMA, PT*)
Pekerjaan pokok:………………………….
Pekerjaan sampingan:……………………
Pengalaman berusahatani alpukat:……..tahun
Jumlah tanggungan keluarga:……………orang
Jumlah anggota keluarga:………………..orang
Tabel Karakteristik rumah tangga responden
No. Nama Umur (tahun) Pendidikan (*) Pekerjaan sampingan
Utama Sampingan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan Pendidikan *)
TS : Tidak Sekolah
TTSD : Tidak Tamat Sekolah Dasar
TSD : Tidak Sekolah Dasar
TTSMP : Tidak Tamat Sekolah Menengah Pertama
TSMP : Tamat Sekolah Menengah Pertama
TTSMA : Tidak Tamat Sekolah Menengah Atas
TSMA : Tamat Sekolah Menengah Atas
PT : Perguruan Tinggi
46
tahun? = Rp........................
1.2 biaya variabel
1.2.1 biaya pembelian saprodi (bibit, pupuk, pestisida, dll)
Tabel 3. Biaya Dan Sarana Produksi
No. Uraian Jumlah Harga Total Keterangan
fisik (rp/kg) harga
1 Benih
2 Pupuk:
a. ………………….
b. ………………….
c……………………
d. …………………..
3 Pestisida
a. …………………...
b. …………………...
c. ……………………
d. ……………………
4 Biaya lain-lain
Transportasi
……………………..
……………………...
………………………
Pembibitan kali
Penyiangan/ kali
Pembersihan
lahan
Pemupukan kali
Penyemprotan kali
Penyiraman kali
Pemanenan kali
Pada kolom tenaga kerja, sebutkan berapa orang yang terlibat dalam
kegiatan.
Biaya total
Diperoleh dari hasil hitung menggunakan rumus :
TC = FC + VC
Keterangan:
TC : Biaya Total (Total Cost)
FC : Biaya Tetap (Fixed Cost )
VC : Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
2. Produksi
1. Satu tahun berapa kali panen buah alpukat? …kali
2. Berapa hasil satu kali panen buah alpukat?...kg
Tabel 5. Panen, Produksi dan harga
Panen Produksi (kg) Harga (Rp/kg)
1 ……………
2 ……………
3 ……………
4 ……………
Jumlah
49
3. Penerimaan
Diperoleh dari hasil hitung menggunakan rumus :
TR = P x Q
Keterangan:
TR : Total revenue (biaya total)
P : Price (harga)
4. Pendapatan
Diperoleh dari hasil hitung menggunakan rumus :
I = TR - TC
Keterangan:
I : Pendapatan
TR : Total Penerimaan
TC : Total biaya
7 Dll
8
9
1 Pakaian
2 Pendidikan
3 Kesehatan
4 Bahan bakar
5 Listrik
6 Air
7 Pajak (kendaraan
rumah, dll)
8 dll
9
Variabel pendukung
Luas Lahan dan status kepemilikan lahan
Tabel 11. Jenis lahan, status kepemilikan lahan dan luas lahan
No. Jenis Status kepemilikan lahan (are) Luas
lahan lahan
Milik Sewa Gadai Sekap Lainnya (are)
1 Sawah
2 Tegalan
3 Ladang
4 Kebun
5 Lainnya
53
Paparan
Judul:
(1) Hub Pendapatan Usahatani Tembakau. L
(2) Kontribusi Alpukat Terhadap Pendapatan Rumahtangga Di Desa Babidas.
I=TR-TC; Q, P, C (X, Px)
(3) Kontribusi Usahatani Buahan Terhadap Kesejahteraan Bibdas. Lotim
K1 Konsep Ilmu
K2 Kontribusi Ekonomi. J1. Ls Lahan, Produksi . J2. Tanaman Alpukat Di
Lahan Masyarakat J3. Produksi Buah Buahan,
K3 Met Kajian: J1 Kualitatif J2 Kuantitas J3 Kualitatif
K4 Data Info Awal: J1. Observasi J2 Observasi + Sekunder + J3 Observasi
K5 Isyu Hangat. J1 Hangat, J2 Hangat, Program Desa, J3 Potensi Bebidas Y
Topografi Cocok Utk Hortikultura, Terasering.
K6. Terukur. J1 Tembakau: (1) Ada Objek, (2) Bisa Diukur. Researchable.
Tidak Ada Objek: Ksus Virus Hipetitis B. Petani Yang Menanam Jagung
Varuatas Harapan. Variatas Tersebut Sudah Ditingglkan Petani Sejak 2095,
Misal.
Terukur: Objek, Alat Ukur, Metode, Satuan.
Kesejahteraan Tidak Terukur? Sehat (Konsep)~Indikator Sehat: Suhu, Tekanan,
J1 280, J2 320, J3 205
Syahkan Judul, Mulai Tulis. Kenapa Judul Ini Perlu Diteliti.
• Paparan
o Alpukat di bibidas, produksi menurun. Modal krg, minat masyarakat,
topografi cocok;
o Studi sebelumnya (zuhra): dibutuhkan modal besar;
o Minat, di dat tinggi lebih cepat buah. Usia ekonomi 5-15 tahun;
o Pertanyaan penelitian: (1) berapa pendapatan, (2) berapa kontribusi I
alpukat ke PRT; (3) berapa kelayakan R/C, B/C;
o Pemerintah galakkan tanaman alpukat;
(2) suatu pertanyaan yang harus dijawab, akan menimbulkan risiko kalau tidak
dijawab;
Tanggapan
(1) rumusan di atas belum merupakan rumusan masalah, arahkan animo;
(2) Untuk menjawab masalah tersebut: maka diajukan pertanyaan pengarah yang
berbasis pada hipotesis jawaban: (1) bc, (2) dan seterusnya.
(3) penggnaan R/C B/C untuk tanaman tahunan, tidak pas.
lahan makin tinggi pendapatan. (1) Berapa bsr kontribusi USA alpukat, (2)
kendala.
• Hipotesis: rendahnya minta masyarakat untuk usaha alpukat karena
rendahnya Kontribusi alpukat ke Pendapatan Rumahtangga.
• PRT = I1 + I2 + I3
• Lanjut ke ide yang ada, perkaya metodologi, tinjauan pustaka
• SP surplus pendapatan
• Kontribusi usaha alpukat, rendah? Relatif terhadap sumber lain. Einefiensi
usaha alpukat.
• Kontribusi usaha tinggi, kenapa tidak tanam? Kenapa tidak embangkann
usaha usaha. Kenapa hanya di pekarangan rumah?
• Kontribusi usaha rendah, kaitkan efisiensi usaha. Bandingkan pendapatan
usaha alpuat di tempat lain.
• Ide sudah ada, mulai menulis sesuai arahan.
• Hipotesis: (1) rendahnya kontribusi pendapatan usaha, (2) tidak punya modal
surplus pendapatan (3) inefisiensi. (4) masalah yang dihadapi petani dalam
usahatani alpukat