Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360021933

PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN FISIK KERJA DI PT. SEMEN


BATURAJA (PERSERO) TBK

Article · April 2022

CITATIONS READS

0 368

5 authors, including:

Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
164 PUBLICATIONS 5 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kotamo View project

BROGAN View project

All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 18 April 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN FISIK KERJA


DI PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK

Meidina Maya Saputri meidinamaya30@gmail.com


IKesT MP
Rahmi Garmini rahmigarmini@gmail.com
Novian Hadi novianhadi@gmail.com
PT. Semen Baturaja
Marta Syahbana martasyahbana@gmail.com
(Persero) Tbk.
Safaruddin safaruddintohir@gmail.com

ABSTRACT
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk is a company engaged in the cement industry sector,
which includes the production, distribution of cement. The company's cement factories are
located in Baturaja, Palembang and Panjang Lampung. High work activity will affect the
company's work environment. However, productivity will decrease if there are problems
with employee health problems. It is necessary to measure the physical work environment
to find out which physical environmental factors are very influential in employee work
productivity. Monitoring of lighting, noise, and work climate at PT. Semen Baturaja is
carried out by internal and external parties. Internal monitoring is carried out by the
environment section which is carried out once a year while external monitoring is carried
out every six months by UPT DLHP South Sumatra.

Keywords: PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, Productivity, Physical Work Environment
ABSTRAK
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor industri
semen, sehingga termasuk produksi, distribusi semen. Pabrik semen milik perusahaan
berada di Baturaja, Palembang dan Panjang Lampung. Aktivitas kerja yang tinggi akan
mempengaruhi lingkungan kerja perusahaan. Namun, produktivitas akan menurun jika
terjadi permasalahan gangguan kesehatan karyawan. Perlu adanya pengukuran lingkungan
fisik kerja untuk mengetahui faktor lingkungan fisik mana yang sangat berpengaruh dalam
produktivitas kerja karyawan. Pemantauan pencahayaan, kebisingan, dan iklim kerja di PT.
Semen Baturaja dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Pemantauan internal dilakukan
oleh section environment yang dilakukan setahun sekali sedangkan pemantauan eksternal
dilakukan perenam bulan sekali oleh UPT DLHP Sumatera Selatan.

Kata Kunci: PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, Produktivitas, Lingkungan Fisik Kerja
How to cite:
Saputri MM, Garmini R, Hadi N, Syahbana M, Safaruddin (2022) Pemantauan Kualitas
Lingkungan Fisik Kerja Di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, Jurnal Terapan Internship &
Multidisiplin JATIM 1(4)

LATAR BELAKANG
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri disebutkan bahwa untuk mencegah
timbulnya gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan di industri, lingkungan kerja
industri harus memenuhi standar dan persyaratan kesehatan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaan sesuai jenis pekerjaannya dengan sehat dan produktif. Persyaratan kesehatan
lingkungan kerja industri meliputi: persyaratan faktor fisik, persyaratan faktor biologi dan
VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

persyaratan penanganan beban manual dan persyaratankesehatan pada media lingkungan.


(Thanthirige et al., 2016)
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Republik Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 November 1974 oleh
PT Semen Gresik dengan saham 45% dan PT Semen Padang dengan saham 55%. Pada
tanggal 9 November 1979 perusahaan berubah status dari penanaman modal dalam negeri
(PMDN) menjadi persero dengan komposisi saham pemerintah Republik Indonesia sebesar
88%, PT Semen Padang sebesar 7% dan PT Semen Gresik sebesar 5%. Selanjutnya pada
tahun 1991, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia secara
keseluruhan. Persero menyempurnakan peralatan yang sudah ada guna mencapai target
kapasitas terpasang sebesar 50.000 ton semen per tahun. (Muhammad Reza Pahlevi,
Syariffudin Yusuf, 2020)
Pemantauan kualitas lingkungan kerja di PT. Semen Baturaja dilakukan oleh pihak
internal dan eksternal. Pemantauan internal dilakukan oleh section environment dilakukan
setahun sekali sedangkan pemantauan eksternal dilakukan perenam bulan sekali oleh UPT
DLHP Provinsi Sumatera Selatan.
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Lingkungan fisik yang tidak langsung mempengaruhi kondisi pekerja
seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran
mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain (Norianggono et al., 2014)
Lingkungan kerja sangat berperan penting dalam keberlangsungan perusahaan,
sehingga sangat penting diperhatikan oleh seorang pemimpin di suatu perusahaan akan
kenyamanan lingkungan kerja, sebab lingkungan yang nyaman sangat berpengaruh
terhadap baik buruknya kinerja karyawan dalam meningkatkan evektifitas karyawan saat
bekerja. Lingkungan kerja fisik semua berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja
yang dapat mempengaruhi karyawan. (Sihaloho & Siregar, 2019)
Adapun jenis pengujian yang dilakukan oleh PT Semen Baturaja (Persero) Tbk terkait
kualitas lingkungan kerja, yaitu:

Tabel 1. Jenis Pengukuran Lingkungan Kerja di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

Tabel 2. Metode Pengukuran Lingkungan Kerja Fisik di PT Semen Baturaja


VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

TINJAUAN TEORI
Pengertian lingkungan kerja fisik. Menurut Sedarmayanti (2001:21), “Lingkungan
kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik dan sosial-
kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu. (Komarudin, 2002: 142).
Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya
penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Alex. S.
Nitisemito, 2002: 183). Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan lingkungan kerja
fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan bekerja yang mempengaruhi
karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu
organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun
penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :
a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi,
meja dan sebagainya).
b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka
langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah
lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan
lingkungan fisik yang sesuai.
Faktor-faktor lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya didalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Faktor-faktor lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut :
a) Pewarnaan
b) Penerangan
c) Udara
d) Suara bising
e) Ruang gerak
f) Keamanan
g) Kebersihan
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Pewarnaan. Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam
melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang memperhatikan
masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya memberi manfaat, dalam arti
dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Pewarnaan pada dinding ruang kerja
hendaknya mempergunakan warna yang lembut. Warna yang baik dipakai pada ruangan
yang sempit adalah warna putuh, karena dengan putih ruangan tersebut akan nampak
lebih luas, bersih yang dapat membantu pekerjaan yang memerlukan ketelitian. Di sini
bukan warna saja yang perlu diperhatikan, karena kombinasi warna yang salah dapat
menimbulkan rasa yang kurang menyenangkan bagi orang yang memandangnya. Rasa
yang tidak menyenangkan akan menyebabkan turunnya semangat kerja karyawan,
masalah warna bukan hanya pada dinding saja, namun juga warna mesin, peralatan dan
bahkan warna seragam yang dikenakan oleh karyawan. Sistem penerangan yang
mempergunakan dinding atau sebagai pembaur sinar, kembali dapat mempengaruhi
VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

warna yang dipergunakan dalam ruangan kerja karyawan, sehingga dapat menimbulkan
penerangan yang baik di dalam ruangan kerja tersebut.
2) Penerangan. Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan dapat
menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa penerangan tempat kerja yang
cukup sangat membantu berhasilnya kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Atas
dasar hal tersebut di atas maka, pemeliharaan sistem penerangan ini sangat diperlukan
di dalam suatu perusahaan, walaupun demikian sistem penerangan ini hanya menunjang
saja bukan satu-satunya faktor yang menentukan berhasilnya proses produksi.
Disamping faktor penerangan, faktor-faktor lain juga harus diperhatikan.
3) Udara. Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup, dimana dengan
adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan kesegaran fisik dari karyawan
tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat
kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan. Adapun suhu udara atau temperatur
ruang kerja karyawan yang didapat dipertahankan baik pada musim panas maupun di
musim dingin adalah bahwa suhu udara harus dipertahankan di bawah 21oC untuk
menekan kelembaban.
4) Suara bising. Bunyi bising sangat diperhatikan, karena dapat membantu kesenangan
kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan komunikasi yang salah. Oleh
karena itu setiap perusahaan selalu berusaha untuk menghilangkan suara bising tersebut
atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising tersebut. Dengan
terganggunya seseorang atau karyawan didalam melaksanakan pekerjaan
mengakibatkan pekerjaan tersebut salah sehingga jumlah dan mutu barang yang
dihasilkan menurun. Kemampuan perusahaan di dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengendalian suara bising tersebut, juga merupakan salah satu faktor yang
menentukan pilihan cara pengendalian suara bising dalam suatu perusahaan. Suara
bising dapat dihindari dengan suatu tindakan seperti:
- Mengurangi intensitas dari bunyi itu pada sumbernya dengan mengadakan perubahan
atau modifikasi mesin secara mekanis.
- Mencegah terpencar atau meluasnya suara bising tersebut dengan mengisolasikan atau
menutup rapat-rapat suara bising tersebut.
- Menghindari adanya alunan suara yang memantulkan dengan jalan menyerap suara
itu dengan bahan-bahan penyerap suara itu seperti rock wall atau fiber glass.
5) Ruang gerak. Dalam suatu perusahaan hendaknya karyawan yang bekerja mendapat
tempat yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Seseorang tidak mungkin
dapat bekerja dengan tenang jika tempat yang tersedia tidak dapat memberikan
kenyamanan. Padatnya tempat sama ruang gerak yang sempit dapat mengurangi
semangat kerja karyawan dalam melakukan aktivitasnya. Dengan demikian ruang gerak
di dalam melaksanakan pekerjaan perlu diperhatikan, sehingga karyawan dapat bekerja
dengan baik, dan begitu juga sebaliknya jika ruang gerak terlalu lebar akan
mengakibatkan pemborosan biaya. Oleh karena itu ruang gerak untuk tempat karyawan
bekerja seharusnya direncanakan terlebih dahulu agar para karyawan tidak terganggu
di dalam melaksanakan pekerjaan disamping itu juga perusahaan harus dapat
menghindari dari pemborosan dan menekan pengeluaran biaya yang banyak.
6) Keamanan. Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap semangat dan
gairah kerja karyawan. Di sini yang dimaksud dengan keamanan yaitu keamanan yang
dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja fisik. Jika di tempat kerja tidak aman
karyawan tersebut akan menjadi gelisah, tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya
serta semangat kerja karyawan tersebut akan mengalami penurunan. Keamanan di sini
VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

sebenarnya lebih luas dari semua itu sehingga di sini kontruksi gedung tempat mereka
bekerja, kontruksi gedung yang sudah tua, tanpa adanya perbaikan sewaktu-waktu
gedung itu bisa roboh dan bisa mengalami korban jiwa. Oleh karena itu sebaiknya suatu
perusahaan terus berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan suatu keadaan
dan suasana aman tersebut dapat dirasakan oleh karyawan agar karyawan tersebut
tidak merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaannya. Dan pekerjaan yang
diberikan kepada karyawan merasa senang dan betah bekerja.
7) Kebersihan. Di dalam suatu perusahaan hendaknya menjaga kebersihan lingkungan,
sebab kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Dapat
dibayangkan bila anda bekerja pada suatu tempat yang penuh dengan debu dan bau
yang tidak sedap, apalagi pekerjaan itu memerlukan konsentrasi yang cukup tinggi.
Dengan adanya lingkungan yang bersih karyawan akan merasa senang sehingga
semangat kerja karyawan akan meningkat. Kebersihan lingkungan, bukan hanya berarti
kebersihan di tempat mereka bekerja, tetapi lebih luas misalnya kamar kecil yang berbau
tidak enak dan dapat menimbulkan rasa yang kurang menyenangkan. Bagi perusahaan
hendaknya ikut bersama-sama menjaga kebersihan karena hal itu merupakan
tanggungjawab kita bersama. Masalah kebersihan juga tergantung dari konstruksi
gedung yang sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan di dalam menjaga
kebersihan.
METODE
Metode yang dilakukan dalam Penelitian ini dengan menggunakan data primer dan
sekunder yaitu dengan melakukan observasi secara langsung dilapangan serta data yang
diambil berdasarkan sumber lain. Data yang diambil meliputi data getaran, kebisingan,
pencahayaan dan iklim kerja.
PEMBAHASAN
Analisis Lingkungan Fisik Kerja:
1. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik
dan kedudukan keseimbangannya. Getaran dapat terjadi saat mesin atau alat
dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran mekanis
dibedakan berdasarkan jenis pajanannya. Terdapat 2 bentuk, yaitu:
a. Getaran seluruh badan (whole body vibration) yang diakibatkan oleh gonjangan dari
mesin, kendaraan atau traktor.
b. Getaran alat-lengan (tool-hand vibration) atau getaran pada tangan dan dan lengan
(hand and arm vibration).
2. Pencahayaan
Pemantauan pencahayaan di PT. Semen Baturaja dilakukan oleh pihak internal dan
eksternal. Pemantauan internal dilakukan oleh section environment dilakukan setahun
sekali sedangkan pemantauan eksternal dilakukan perenam bulan sekali oleh UPT
DLHP Provinsi Sumatera Selatan. Hasil analisa laboratorium UPT DLHP pencahayaan di
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, yaitu:

Tabel 3. Hasil Analisa Pencahayaan di Pabrik 1


VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

Tabel 4. Hasil Analisa Pencahayaan di Pabrik 2

Hasil pengukuran intensitas pencahayaan di 18 (delapan belas) titik pada pabrik 1 dan
pabrik 2 terukur antara 160 – 919 Lux. Jika diamati aktivitas dari bagian-bagian kerja
dimana dilakukan pengukuran pencahayaan dapat dikatakan bahwa pencahayaan yang
berasal dari cahaya alami dan pencahayaan elektrik yang dikaitkan dengan jenis pekerjaan
dan tingkat ketelitian “sedang” sampai pada pekerjaan yang membutuhkan tingkat
“ketelitian yang tinggi”, sebagian tempat sudah memenuhi syarat sebagaimana yang
dianjurkan berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
K3 Lingkungan Kerja.
VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

3. Kebisingan
Pemantauan kebisingan di PT. Semen Baturaja dilakukan oleh pihak internal dan eksternal.
Pemantauan internal dilakukan oleh section environment dilakukan setahun sekali
sedangkan pemantauan eksternal dilakukan perenam bulan sekali oleh UPT DLHP Provinsi
Sumatera Selatan. Hasil analisa laboratorium UPT DLHP kebisingan di PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk, yaitu:
Tabel 5. Hasil Analisa Kebisingan di Pabrik 1

Tabel 6. Hasil Analisa Kebisingan di Pabrik 2


VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

Hasil pengukuran / pengujian kebisingan pabrik semen 1 dalam keadaan tidak beroperasi
dan dari hasil pengukuran noise / kebisingan di 16 lokasi sampling terukur antara 62,1 dbA
– 84,3 dB. Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018, nilai
ambang batas (NAB) tingkat kebisingan dalam 8 jam kerja adalah 85 dBA, dengan demikian
masing-masing lokasi sampling berada dibawah NAB yang diperkenankan.
4. Iklim Kerja
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Iklim kerja adalah hasil
perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan
tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya, yang
dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas.
Pemantauan iklim kerja di PT. Semen Baturaja dilakukan oleh pihak internal dan eksternal.
Pemantauan internal dilakukan oleh section environment setahun sekali sedangkan
pemantauan eksternal dilakukan perenam bulan sekali oleh UPT DLHP Sumatera Selatan.
Hasil analisa laboratorium UPT DLHP pencahayaan di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk,
yaitu
Tabel 7. Hasil Analisa Iklim Kerja Pabrik 1

Tabel 8. Hasil Analisa Iklim Kerja Pabrik 2


VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

Pada saat pengujian / pengukuran Pabrik Semen 1 dalam keadaan tidak beroperasi. Hasil
pengukuran iklim kerja menggunakan metode Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) /
Environmental Heat Stress. Pengukuran iklim kerja (ISBB) yang dilakukan di 16 (enam
belas) lokasi tempat kerja terukur antara 25,4 – 29,2ºC ISBB. Dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018, Nilai Ambang Batas (NAB) dengan memperhatikan
aktivitas bagian kerja masing-masing sesuai lokasi pengukuran iklim kerja maka dapat
diperkirakan “Beban Kerja” dan “Peraturan waktu kerja setiap jam”nya. Pada umumnya
pengaturan waktu kerja di unit pengolah adalah bekerja terus menerus (8 jam per hari) dan
beban kerja dengan kategori ringan sampai pada kategori sedang. Dari hasil pengujian
dapat dikatakan bahwa iklim kerja pada saat dilakukan pengujian masih berada di bawah
NAB yang ditetapkan, kecuali bagian pressing dan sterilisasi serta ruang mesin yang berada
diatas NAB yang ditetapkan.
Tabel 9. Hasil Analisa Pencahayaan, Kebisingan, dan Iklim Kerja
VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

Berdasarkan pengukuran internal yang dilakukan setiap setahun sekali diketahui bahwa nilai
pencahayaan, kebisingan, dan iklim kerja telah memenuhi persyaratan atau tidak melebihi
ambang batas.
KESIMPULAN
Pemantauan getaran, pencahayaan, kebisingan dan iklim kerja di PT. Semen Baturaja
dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Pemantauan internal dilakukan oleh section
environment dilakukan setahun sekali sedangkan pemantauan eksternal dilakukan perenam
bulan sekali oleh UPT DLHP Provinsi Selatan.
1. Getaran, Pada Getaran dapat terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor,
sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran mekanis dibedakan berdasarkan
jenis pajanannya. Terdapat 2 bentuk, yaitu:
a. Getaran seluruh badan (whole body vibration)
b. Getaran alat-lengan (tool-hand vibration) atau getaran pada tangan dan dan
lengan (hand and arm vibration).
2. Pencahayaan, Pengukuran intensitas pencahayaan di 18 (delapan belas) titik pada
pabrik 1 dan pabrik 2 terukur antara 160 – 919 Lux.
3. Kebisingan, Pengukuran atau pengujian kebisingan pabrik semen 1 dalam keadaan
tidak beroperasi dan dari hasil pengukuran noise / kebisingan di 16 lokasi sampling
terukur antara 62,1 dbA – 84,3 dB.
4. Iklim Kerja, Pengukuran iklim kerja menggunakan metode Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB) / Environmental Heat Stress. Pengukuran iklim kerja (ISBB) yang
dilakukan di 16 (enam belas) lokasi tempat kerja terukur antara 25,4 – 29,2ºC
ISBB.
VOL.1 NO.4 (APRIL) 2022
Jurnal terapan internship & multidisiplin E-ICN: 5474-2962

5. Berdasarkan pengukuran internal yang dilakukan setiap setahun sekali diketahui


bahwa nilai pencahayaan, kebisingan, dan iklim kerja telah memenuhi persyaratan
atau tidak melebihi ambang batas.
REFERENSI
Muhammad Reza Pahlevi, Syariffudin Yusuf, A. (2020). Peranan PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk Pada Masyarakat Desa Pusar Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2013-2018. Journal of Indonesian History, 9(2), 167–177.
Norianggono, Y. C. P., Hamid, D., & Ruhana, I. (2014). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik
dan Non Fisik Terhadap Kinerja Karyawan (studi pada Karyawan PT. Telkomsel Area
III Jawa-Bali Nusra di Surabaya). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 8(2), 1–10.
Sihaloho, R. D., & Siregar, H. (2019). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Super Setia Sagita Medan. Jurnal Ilmiah Socio Secretum, 9(2),
273–281. https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/socio/article/view/413/406
Thanthirige, P., Shanaka, R., Of, A., Contributing, F., Time, T. O., Of, O., Shehzad, A., &
Keluarga, D. D. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2016. August.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai