Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : ARIE FILIANINGSIH

NIM : 858115429

PRODI : PGSD

1. Pemahaman iman dalam Al-qur’an dalam Q.S Al-Baqarah (2) : 165 dan Q.S Al-A’raaf
(7) : 179.

a.

Al-Baqarah (2) Ayat 165


ِۙ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْْٓ ُ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ ِۙ ‫ه َ ْ َ ً ُّ ُّ ْ َ ُ ْ َ ُ ِّ ه ِۗ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْْٓ َ َ ُّ ُ ًّ ّ ه‬ ْ ُ ْ ُ َّ َّ ْ َّ
‫اب‬ ‫ّٰلل ولو يرى ال ِذين ظلموا ِاذ يرون العذ‬ ِ ‫اّٰلل وال ِذين امنوا اشد حبا‬ ِ ‫اّٰلل اندادا ي ِحبونهم كحب‬ ِ ‫اس َمن يت ِخذ ِمن دو ِن‬
ِ ‫َو ِم َن الن‬
َ َ ْ ُ ْ َ َ ‫َ َّ ْ ُ َّ َ ه َ ْ ً ِۙ َّ َ َّ ه‬
‫اب‬ ِ ‫ّٰلل ج ِميعا وان اّٰلل ش ِديد العذ‬ِ ِ ‫ان القوة‬

Artinya : Dan ada di antara manusia mengambil dari selain Allah sebagai tandingan,
mereka mencintainya sebagaiamana mencintai Allah. Dan orang yang beriman,
bersangatan cintanya kepada Allah. Dan jika sekiranya orang-orang yang berbuat zalim
itu mengetahui ketika mereka melihat azab (tahulah mereka) bahwa sesungguhnya
seluruh kekuatan itu kepunyaan Allah dan sesungguhnya Allah itu sangat keras azab-Nya
(pasti mereka menyesal).

b. Pengertian Hubban dalam Q.S Al-Baqarah (2) 165 adalah kecintaan atau kerinduan,.
Dalam ayat tersebut menjelaskan orang-orang beriman sangat mencintai Allah .

c. Q.S Al-Baqarah (2) 165 menjelaskan bahwa iman adalah sikap (attitude). Yaitu
kondisi mental yang menunjukan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap
Allah. Orang yang beriman ialah orang-orang yang sangat mencintai Allah dan dan
meyakini orang yang zalim akan mendapat balasan yang berat saat di akhirat.

d.
Al-A'raf (7) Ayat 179
َ ٰٰۤ ُ ِۗ َ َّ ٌ َ ٰ َ ِۖ َ ُ ْ ُ َّ ٌ‫َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ ً ِّ َ ْ ِّ َ ْ ْ ِۖ َ ُ ْ ُ ُ ْ ٌ َّ َ ْ َ ُ ْ َ َ ِۖ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ن‬
‫ِص ْون ِب َها َول ُه ْ ِۗم اذ ٰۤان ْل َي ْس َم ُع ْون ِب َها اول ِٕىك‬
ِ ‫س لهم قلوب ْل يفقهون ِبها ولهم اع ْي َ ْْل َ ْيب‬
ِ ‫ولقد ذرأنا ِلجهنم ك ِث ْيا من ال ِجن و ِاْلن‬
َ ُ ْٰ ُ َ ٰ ُ َ َ ُ
‫۝‬١٧٩ ‫كاْلن َع ِام َب ْل ه ْم اض ُّل اول ِٕىك ه ُم الغ ِفل ْون‬

Artinya : Dan sungguh kami telah sediakan untuk (isi) neraka jahanam kebanyakan dari
jin dan manusia; meraka mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami dengannya,
mereka mampunyai mata, mereka tidak melihat dengannya tetapi mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan
mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

e. Q.S Al-A’raaf (7) : 179 menjelaskan bahwa orang yang beriman adalah orang yang
mempergunakan hati, mata dan telinga, mereka memiliki hati yang dipergunkan untuk
memahami ayat-ayat Al-quran. Memiliki mata yang dapat melihat kekuasaan Allah dan
telinga yang dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah.

f. Q.S Al-Baqarah (2) 165 dan Q.S Al-A’raaf (7) 179 menjelaskan bahwa Iman kepada
Allah merupakan kecintaan atau kerinduan luar biasa kepada Allah dengan menggunakan
hati, mata dan telinga untuk melihat kekuasaan Allah dan percaya bahwasannya akan
ada balasan di hari akhir untuk orang-orang yang lalai.

2. Kandungan Q.S Al-Imran (3):190-191 dan Q.S Al-Qaaf (50):16 mengenai terciptanya
manusia

a. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190). (Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan Kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka” (191).
Hakikat manusia berdasarkan Q.S Al-Imran (3) 190-191 diatas ialah orang-orang yang
memiliki akal untuk selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun siang dan malam.

b. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”
Hakikat Manusia berdasarkan Q.S Al-Qaaf (50):16 diatas ialah Allah yang menciptakan
manusia dan Allah mengetahui segala hal tentang yang di bisikkan dalam hati manusia,
karena Allah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya.

c. Hakikat kesempurnaan Manusia berdasarkan Q.S Al-Imran ayat 190-191 dan Q.S Al-
Qaaf ayat 16 yaitu Allah menciptakan manusia dengan memiliki akal,selalu ingat untuk
menyembahNya siang dan malam, Allah juga mengetahui segala hal terkait manusia
yang diciptakan karena sedekat urat-leher.

3. Manusia dari sisi menetapnya menjadi makhluk sosial.

a. Pengertian Terminologis masyarakat


Secara terminologis, masyarakat merupakan salah satu bahan kajian sosiologi.
Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah cukup lama
hidup bersama, mereka mampu mengatur diri mereka sendiri dan menganggap kelompok
mereka suatu kesatuan. Sedangkan menurut Selo Sumarjan, masyarakat merupakan
orang-orang yang menghasilkan budaya. Sehingga pengertian terminologis masyarakat
adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan
menghasilkan kebudayaan.

b. Asal usul masyarakat menurut Q.S Al-Hujuraat : 13 dan Q.S Az-Zukhuf :32 adalah
Allah menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan, Allah menjadikan manusia
bersuku-suku dan berbangsa agar saling mengenal. Allah telah memberi setiap rezeki
hambaNya dan sebagai manusia harus saling tolong menolong.

c. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani :
- Menjunjung Tinggi Nilai
- Memprioritaskan Kesederajatan serta Transparansi
- Mempunyai Peradaban yang Tinggi
- Mempunyai Ruang Publik yang Bebas
- Keadilan Sosial
- Partisipasi Sosial

d. Prinsip umum masyarakat madani :


- Keadilan : keadilan merupakan sunnatullah dimana Allah menciptakan alam semesta
ini dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. Keadilan merupakan sikap yang
paling dekat dengan takwa.
- Supremesi Hukum : menegakkan hukum yang adil merupakan amanat yang
diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak tanpa pandang bulu.
- Egalitarianisme (Persamaan) : Masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar
keturunan, ras, etnis, dll.
- Pluralisme : Bersikap toleransi dan saling menghormati dalam bermasyarakat.
- Pengawasan Sosial : Agar manusia dan warga tetap berada dalam kebaikan
sebagaimana fitrahnya maka diperlukan adanya pengawasan sosial.

Anda mungkin juga menyukai