Jawaban Uas Sistem Hukum
Jawaban Uas Sistem Hukum
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan akademik
yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak melakukan
kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji
lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Soal 1
a. Dalam rangkaian kegiatan yang telah disampaikan, dapat diidentifikasi bahwa ada beberapa peristiwa yang
mencerminkan hukum adat dan ada juga yang lebih terkait dengan kebiasaan masyarakat. Berikut adalah
analisisnya:
Dalam konteks ini, ritual dan seremonial adat, serta penentuan waktu panen berdasarkan hukum adat, merupakan
bagian yang lebih jelas dari hukum adat karena terkait erat dengan aturan, tradisi, dan tata nilai yang dipegang
oleh masyarakat adat. Sementara itu, penanaman tumbuhan mungkin lebih merupakan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan tanpa keterlibatan langsung dari aspek formal hukum adat yang diatur secara spesifik.
b. Berdasarkan peristiwa yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan antara hukum adat dan hukum kebiasaan
dapat diidentifikasi dari beberapa aspek:
Hukum Adat:
• Ritual dan seremonial adat: Langkah awal dalam pengelolaan hutan adat yang dimulai dengan ritual-ritual
adat atau seremonial adat adalah bagian dari hukum adat. Ini menunjukkan pentingnya nilai -nilai budaya,
spiritual, dan tradisi yang dipegang oleh masyarakat adat dalam menjaga dan mengelola hutan mereka.
• Penentuan waktu panen berdasarkan hukum adat: Menentukan waktu panen berdasarkan aturan-aturan
yang ada dalam hukum adat juga merupakan bagian dari hukum adat. Pengambilan keputusan tentang wa ktu
panen berdasarkan aturan yang telah ada dalam tradisi masyarakat adat menunjukkan pengaturan dan kontrol
yang diatur oleh hukum adat.
Hukum Kebiasaan:
Penanaman jenis-jenis tumbuhan: Meskipun penanaman tumbuhan terjadi dalam konteks pengelolaan hutan
adat, tindakan menanam jenis-jenis tumbuhan ini mungkin lebih merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Ini mungkin dilakukan tanpa keterlibatan langsung dari aspek formal hukum adat yang
diatur secara spesifik.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Perbedaan utama antara hukum adat dan hukum kebiasaan terletak pada sifat formalitas, struktur, dan sumber
otoritasnya, seperti :
• Hukum Adat: Lebih terstruktur, mempunyai dasar yang lebih jelas dalam aturan dan norma-norma yang diakui
oleh masyarakat adat. Hukum adat sering kali memiliki penegakan yang lebih terorganisir dan diatur secara
formal dalam proses dan ritual yang harus dijalankan.
• Hukum Kebiasaan: Lebih tidak formal, mungkin berdasarkan pengulangan kegiatan sehari-hari, dan tidak
selalu memiliki dasar aturan yang sama yang dipegang oleh seluruh komunitas. Kebiasaan merupakan praktik
yang dilakukan secara terus-menerus oleh masyarakat, tetapi tidak selalu terikat pada struktur formal atau
aturan yang ditetapkan.
Dalam peristiwa tersebut, hukum adat tercermin dalam ritual dan seremonial adat, penentuan waktu panen
berdasarkan hukum adat, sementara tindakan penanaman tumbuhan mungkin lebih menggambarkan kegiatan
sehari-hari yang kurang terikat secara formal pada struktur hukum adat.
.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Soal 2
Dalam memutus perkara No. 90/PUU-XXI/2023 tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan
cawapres), Mahkamah Konstitusi (MK) menggunakan kewenangan yang termasuk dalam lingkup wewenangnya
berdasarkan UUD 1945 dan Undang-Undang.
Kewenangan Mahkamah Konstitusi yang digunakan dalam memutus suatu perkara, seperti No. 90/PUU-XXI/2023,
termasuk:
1. Wewenang Judicial Review (Pengujian UU): MK memiliki kewenangan untuk melakukan judicial review terhadap
undang-undang yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Dalam konteks ini, Mahkamah Konstitusi
memeriksa dan menguji Pasal 169 huruf q UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) yang
berkaitan dengan batas usia calon presiden dan calon wakil presiden.
2. Penafsiran dan pemberian putusan: MK memiliki kewenangan untuk menafsirkan undang -undang yang menjadi
pokok sengketa, termasuk memberikan interpretasi terhadap pasal-pasal tertentu dalam UU Pemilu. Dalam kasus
ini, MK memberikan interpretasi bahwa syarat usia 40 tahun untuk menjadi calon presiden atau calon wakil presiden
dapat dipenuhi jika calon tersebut memiliki pengalaman sebagai pejabat negara yang dipilih (Elected Official).
3. Memberikan putusan Konstitusi: MK memiliki kewenangan untuk memberikan putusan yang bersifat final dan
mengikat terhadap perkara yang diajukan kepadanya, termasuk dalam hal ini, Putusan Nomor 90/PUU-XXI/2023
yang mengatur tentang interpretasi batas usia calon presiden dan calon wakil presiden.
Dengan menggunakan kewenangan tersebut, Mahkamah Konstitusi menjalankan fungsi pengujian terhadap peraturan
perundang-undangan, memberikan interpretasi terhadap ketentuan yang menjadi sengketa, dan memberikan keputusan
yang bersifat final dan mengikat terkait dengan persoalan yang dihadapi dalam perkara No. 90/PUU-XXI/2023.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Soal 3
a. Dalam kasus ini, hubungan sebab-akibat terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh Y, Y1, dan Y2 kepada X dan
X1 dapat dilihat sebagai berikut:
Sebab :
1. Provokasi dan kesalahpahaman:
Sebagai sebab utama, provokasi awal yang dilakukan oleh Y dengan melemparkan tuduhan bahwa dirinya
telah dikeroyok oleh X, X1, dan kawan-kawannya, menciptakan situasi tegang dan emosional.
Provokasi ini menyebabkan Y1, Y2, dan keluarga Y merasa marah dan terpancing untuk bertindak balas.
2. Kedatangan dengan senjata tajam:
Tindakan Y1 yang datang ke lapangan sepak bola dengan membawa senjata tajam (tombak, parang/badik)
memperburuk situasi, menunjukkan niat untuk konfrontasi dan kekerasan.
Akibat :
1. Kematian X dan luka-luka pada X1:
Akibat dari konfrontasi yang terjadi, X mengalami luka tusuk atau robek di bagian tubuhnya yang
menyebabkan kematian, sedangkan X1 mengalami luka bacok di kepala.
Tindakan kekerasan dari Y, Y1, dan Y2 menyebabkan akibat yang serius, seperti luka parah dan kematian
pada korban.
Dalam analisis sebab dan akibat, provokasi, kesalahpahaman, dan reaksi emosional yang dipicu oleh tuduhan semu
terhadap Y oleh X telah menjadi awal dari rangkaian kejadian yang berujung pada tindakan kekerasan. Dampak dari
tindakan kekerasan tersebut mengakibatkan luka serius dan kematian pada korban, menunjukkan konsekuensi yang
sangat berat dari konflik yang tidak terkendali.
b. Dari peristiwa yang dijelaskan, Y, Y1, dan Y2 terlibat dalam serangkaian tindakan yang dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana dan melanggar hukum. Berikut adalah identifikasi tindak pidana yang mungkin dapat dikenakan
kepada mereka dan sifat melawan hukum yang dilakukan :
Y:
• Provokasi dan pemicu konflik: Y memulai konflik dengan melemparkan tuduhan palsu bahwa dirinya
dikeroyok oleh X, X1, dan kawan-kawannya, yang menjadi pemicu dari konflik fisik yang terjadi.
• Keterlibatan dalam perkelahian dan konflik fisik: Terlibat dalam perkelahian di lapangan sepak bola,
merupakan bagian dari tindakan kekerasan yang menyebabkan kematian dan luka berat.
Y2:
Keterlibatan dalam perkelahian dan konflik fisik: Y2 juga terlibat dalam perkelahian yang terjadi di lapangan
sepak bola.
Tindak pidana yang dapat dijatuhkan kepada Y2: Tergantung pada peran serta dan dampak dari keterlibatannya
dalam perkelahian, Y2 juga dapat dikenakan pasal-pasal yang sama seperti Y1 dan Y atas tindakan kekerasan yang
dilakukan.
Sifat Melawan Hukum: Tindakan dari Y, Y1, dan Y2 yang melibatkan diri dalam konflik fisik, membawa senjata
tajam, serta menyebabkan luka serius hingga kematian, menunjukkan sifat melawan hukum yang serius. Mereka
melanggar hukum pidana yang mengatur tentang kejahatan kekerasan, pemb unuhan, atau penganiayaan berat yang
dapat mengakibatkan konsekuensi hukum yang serius bagi mereka.
b. Analisis proses cerai yang akan dijalani oleh Sinta di Pengadilan Agama:
Pengajuan Gugatan: Sinta akan mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama, memaparkan alasan-alasan
yang menjadi dasar permohonan cerainya.
Persidangan: Pengadilan Agama akan menetapkan jadwal sidang untuk mendengarkan keterangan dari Sinta
dan Ardan (jika Ardan hadir atau diwakili), serta mempertimbangkan bukti dan argumen yang disampaikan oleh
kedua belah pihak.
Mediasi: Pengadilan Agama umumnya mendorong upaya mediasi atau perdamaian antara kedua belah pihak
untuk mencari solusi yang lebih baik sebelum keputusan akhir diambil.
Putusan Pengadilan: Setelah persidangan, pengadilan akan memberikan putusan yang bisa saja mengabulkan
atau menolak gugatan cerai yang diajukan oleh Sinta.
Pertimbangan Pengadilan:
Pengadilan Agama akan mempertimbangkan alasan-alasan yang diajukan oleh Sinta sebagai dasar gug atan
cerainya dan melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang ada.
Hak-hak anak (Intan dan Key) juga akan menjadi perhatian penting dalam proses cerai ini. Pengadilan akan
mencari solusi terbaik yang mengutamakan kepentingan anak-anak dalam hal asuh dan nafkah yang layak.