Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Nama Mahasiswa : ZULAMTORO

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 048773413

Tanggal Lahir : 21 OKTOBER 1996

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131

Kode/Nama Program Studi : FISHIP/ILMU HUKUM-S1

Kode/Nama UT-Daerah : 12/UPBJJ MEDAN

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA, 19-12-2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ZULAMTORO


NIM : 048773413
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131
Fakultas : FISHIP
Program Studi : ILMU HUKUM-S1

UT-Daerah : 12/UPBJJ MEDAN

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
BINJAI, 19 DESEMBER 2023

Yang Membuat Pernyataan

ZULAMTORO
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban
1. a). Hukum adat dan Hukum kebiasaan merupakan dua konsep yang berbeda
dalam konteks pengaturan masyarakat adat. Hukum adat merujuk pada seperangkat norma, aturan, dan nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat adat, sementara hukum kebiasaan merujuk pada praktik atau perilaku
yang umum dilakukan dalam masyarakat tanpa adanya landasan hukum yang jelas.
Dalam kontek peristiwa yang disebutkan, pengelolaan dan pemanfaatan hutan adat oleh masyarakat hukum
adat termasuk dalam ranah hukum adat. Hal ini terlihat dari proses pengelolaan hutan adat yang dimulai
dengan ritual-ritual dan penentuan waktu panen berdasarkan hukum adat. Selain itu, sanksi adat yang

diberikan kepada anggota masyarakat yang melanggar aturan pengelolaan hutan adat juga merupakan bagian
dari hukum adat. Di sisi lain, peristiwa penanaman tanaman pada hutan adat dan praktik menentukan waktu
panen berdasarkan kebiasaan masyarakat merupakan bagian dari hukum kebiasaan. Meskipun praktik ini
dilakukan secara umum, namun tidak didasarkan pada aturan atau norma yang jelas dalam konteks hukum
adat. Dengan demikian, peristiwa pengelolaan hutan adat melalui ritual-ritual adat, penanaman tanaman,
penentuan waktu panen berdasarkan hukum adat, adan pemberian sanksi adat merupakan bagian dari hukum
adat. Sementara itu, praktik menentukan waktu panen berdasarkan kebiasaan masyarakat merupakan bagian
dari hukum kebiasaan.
Dalam konteks pengakuanhukum adat, pemerintah Indonesia terus mempercepat pengakuan terhadap hutan
adat dan hak-hak masyarakat hukum adat. Pengakuan ini bertujuan untuk memberikan akses dan kepastian
hukum kepada masyarakat adat dalam pengelolaan hutan adat berdasarkan kearifan lokal dan tradisi yang
telah teruji. Hal ini juga merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam melindungi hak-hak masyarakat
tradisional dan kearifan lokalnya.
Dengan demikian, pengelolaan hutan adat oleh masyarakat hukum adat merupaka bagian dari hukumm adat,
sementara praktik yang dilakukan berdasarkan kebiasaan masyarakat merupakan bagian dari hukum
kebiasaan. Upaya pemerintah dalam mempercepat pengakuan hutan adat juga merupakan langkah penting
dalam melindungi hak-hak masyarakat adat dan kearifan lokanya.

b). Hukum adat dan Hukum kebiasaan memiliki perbedaan yang signifikan. Hukum adat merujuk pada
seperangkat norma, aturan, dan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat adat. Sementara hukum kebiasaan
merujuk pada praktik atau perilaku yang umum dilakukan dalam masyarakat tanpa adanya landasan hukum
yang jelas.
Dalam konteks peristiwa pengelolaan hutan adat, praktik seperti pengawalan proses pengelolaan hutan adat
melalui ritual-ritual adat, penanaman jenis-jenis tumbuhan, penentuan waktu panen berdasarkan hukum
adat, dan pemeberian sanksi adat merupakan bagian dari hukum adat. Hal ini menunjukan bahwa hukum
adat mencakup aturan-aturan yang diakui dan dihormati oleh masyarakat adat, serta memiliki landasan
hukum yang kuat dalam pengaturan kehidupan masyarakat adat. Di sisi lain, hukum kebiasaan merujuk pada
praktik atau perilaku yang umum dilakukan dalam masyarakat tanpa adanya landasan hukum yang jelas.
Dalam konteks peristiwa pengelolaan hutan adat, praktik menentukan waktu panen berdasarkan kebiasaan
masyarakat merupakan bagian dari hukum kebiasaan. Meskipun praktik ini dilakukan secara umum, namun
Tidak didasarkan pada aturan atau norma yang jelas dalam konteks hukum adat. Dengan demikian, peristiwa
pengelolaan hutan adat oleh masyarakat hukum adat merupakan bagian dari hukum adat, sementara praktik
yang dilakukan berdasarkan kebiasaan masyarakat merupakan bagian dari hukum kebiasaan.
Upaya pemerintah dalam mempercepat pengakuan hutan adat juga merupakan langkah penting dalam
melindungi hak-hak masyarakat adat dan kearifan lokalnya.
Sumber referensi: Modul ISIP4131/Universitas Terbuka

2.
a. Dalam memutus perkara No. 90/PUU-XXI/2023, Mahkamah Konstitusi menggunakan kewenangan yang diatur
dalam Pasal 24C ayat(1) Undang-undang Dasar 1945. Pasal tersebut menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir yang kewenangannya diatur dalam
undang-undang dasar ini.
Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga menggunakan kewenangan yang diatur dalam Pasal 24C ayat(2)
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi menggunakan kewenangan
yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk memutus perkara No. 90/PUU-XXI/2023. Melalui
kewenangan ini, Mahkamah Konstitusi melakukan uji materi terhadap Pasal 169 huruf q UU No. 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) dan mengabulkan sebagian permohonan yang diajukan joleh
mahasiswa Universitas Surakarta Almas Tsaqibbirru.
Dalma konteks ini, putusan Mahkamah Konstitusi No. 90/PUU-XXI/2023 memiliki dampak yang signifikan
terkait syarat usia calon presiden dan calon wakil presiden. Dengan memaknai syarat usia tetap 40 tahun
sepanjang dimaknai berpengalaman sebagai pejabat negara yang dipilih (Elected Officail), misal,
berpengalaman sebagai Gubernur/Bupati/Walikota, Mahkamah Konstitusi memberikan penafsiran baru
terkait syarat usi calon presiden dan calon wakil presiden. Hal ini dapat berdampak pada proses pemilihan
umum di masa mendatang dan menunjukkan evolusi interprestasi hukum oleh Mahkamah Konstitusi terkait
syarat pencalonan presiden dan wakil presiden .

3. a). Terjadi tindak pidana diawali dengan perselisihan antara Y dan X1, yang kemudian berkembang menjadi
pertengkarang fisik di mana Y, Y1 dan Y2 menyerang X. sebab utamanya adalah konflik dijalan yang memicu
emosi dan pertikaian verbal, yang berujung pada perkelahian fatal di lapangan sepak bola. Dalam konteks ini,
tindakan provokasi dan kekerasan fisik oleh Y, Y1 dan Y2 menyebabkan kematian X.

b). Tindak pidana yang dapat dijatuhkan melibatkan beberapa aspek, termasuk:
 Pembunuhan (Pasal 338 KUHP) terhadap Y karena tindakan menombak atau menusuk X dengan
maksud membunuh.

 Penganiayaan (Pasal 351 KUHP) terhadap Y, Y1, dan Y2, karena terlibat dalam perkalihan yang
menyebabkan luka dan kematian.

 Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP) mungkin dapat diterapkan jika dapat dibuktikan bahwa
tindakan tersebut direncanakan sebelumnya.

 Penganiayaan berencana (Pasal 170 KUHP) terhadap X1, karena Y1 dengan sengaja menggunakan
parang menyebabkan luka berat hingga kematian.

 Pelanggarn hukum terkait kepemilikan senjata tajam, jika ada bukti bahwa Y1 membawa parang
secara ilegal.

4. a). Dalam konteks ini, kita akan mengindentifikasi jenis cerai apa yang mungkin diajukan oleh sinta. Indentifikasi
ini melibatkan tinjauan terhadap hukum islam, undang-undang perkawinan di Indonesia, dan kondisi pernikahan
Sinta dan Ardan.
Hukum Islam dan Jenis-jenis Cerai. Didalam hukum islam, terdapat beberapa jenis cerai yang diakui, antara
lain:
 Talaq (cerai ikrar)
 Khulu’ (Cerai karena Permintaan Istri)
 Ila’ (Cerai Karena Bersumpah untuk Menjauhkan Diri dari Istri)
 Zihar (Cerai karena menganggap Istri seperti anggota Keluarga Lain)
Berdasarkan Analisis atas informasi yang diberikan, kemungkinan besar Sinta akan mengajukan Gugatan Cerai
Gugat (Cerai Hakim) di Pengadilan Agama, dengan dasar bahwa Ardan telah meninggalkan keluarga tanpa
memberikan nafkah atau informasi yang memadai selama lebih dari dua tahun.
Dalam menghadapi situasi perceraian, sinta harus mempertimbangkan berbagai aspek Hukum, Sosial dan
Psikologis.
Keputusan untuk mengajukan gugatan cerai memiliki dampak yang signifikan, terutama ketika melibatkan hak
asuh anak. Oleh karena itu, Sinta perlu Mempersiapkan diri secara baik dan Memastikan bahwa keputusan
yang daimbil memperhatikan kepentingan terbaik bagi semua pihak yang terlibat.

b). Berdasarkan Informasi yang diberikan, Sinta dan Ardan menikah secara Islam pada tanggal 3 Agustus 2019,
dan mereka memiliki dua orang anak, yaitu Intan (4 tahun) dan Key (2 tahun). Ardan kemudian Pergi merantau
ke Makassar pada Bulan Maret 2022 untuk mencari pekerjaan.
Identifikasi jenis cera yang Mungkin diajukan oleh Sinta dalam konteks ini, jika Sinta memutuskan untuk
mengajukan gugatan cerai, jenis cerai yang mungkin diajukan adalah :
Talaq (Cerai Ikrar)
Jika Ardan memberikan Pertanyaan tegas dan jelas yang menyatakan bahwa dia bercerai dari Sinta selama
kepergiannya, maka ini dapat dianggap sebagai Talaq.
Namun, berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada indikasi bahwa Ardan telah memberikan talaq
selama kepergiannya. Oleh karena itu, kemungkinan besar gugatan cerai yang akan diajukan oleh Sinta
adalah gugatan cerai tanpa persetujuan suami, yang dalam konteks ini dapat diidentifikasikan sebagai
Gugatan Cerai Gugat (Cerai Hakim).

Dasar hukum Gugatan cerai Gugat, gugatan cerai tanpa persetujuan suami dapat diajukan berdasarkan Pasal
19 UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menyebutkan bahwa seorang istri dapat mengajukan
gugatan cerai jika suami tidak memebrikan nafkah atau menelantarkan keluarga selama dua tahun berturut.
Dalam konteks ini, Sinta dapat mengajukan gugatan cerai dengan dasar bahwa Ardan telah meninggalkan
keluarga tanpa memberikan nafkah atau informasi yang memadai selama lebih dari dua tahun.

Penjelasan Tambahan
a. Pentingnya Bukti dan Informasi yang dapatb diberikan, Sinta perlu menyediakan bukti-bukti yang
mendukung gugatannya, termasuk bukti-bukti komunikasi dengan Ardan , bukti-bukti nafkah, dan
bukti-bukti lain yang menunjukkan ketidakadilan atau kelalaian suami.
b. Proses Gugatan Cerai di Pengadilan Agama, Sinta harus memahami proses hukum yang terlibat dalam
mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama termasuk persayaratan dan tahapan proses tersebut.
c. Implikasi Terhadap Hak Asuh Anak, Gugatan cerai juga dapat membuka pembahasan mengenai hak
asuh anak, nafkah anak, dan hak-hak lainnya yang terkait dengan situasi pernikahan dan keluarga.

Pertimbangan Hukum dan Sosial


a. Pertimbangn Hukum, Dalam gugatan cerai, Sinta harus mempertimbangkan secara cermat alasan
hukum yang diajukan. Bukti-bukti dan fakta yang dia berikan harus sesuai dengan dasar Hukum yang
diacu, yaitu Pasal 19 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
b. Pertimbangan Sosial, Implikasi sosial juga perlu dipertimbangkan, terutama terkait hak asuh anak dan
dampak psikologis pada anak-anak. Gugatan cerai akan membuka diskusi tentang bagaimana hak
asuh anak akan diatur dan dampaknya terhadap kesejahteraan mereka.

Persiapan Bukti-bukti, Sinta Harus mempersiapkan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung gugatannya.
Ini dapat mencakup rekaman komunikasi, bukti-bukti nafkah yang tidak diberikan, serta bukti lainnya yang
menunjukkan bahwa Ardan telah melalaikan kewajibannya sebagai suami dan ayah.

Upaya Mediasi dan Konsiliasi


Sebelum memutuskan untuk mengajukan gugatan cerai, Sinta dapat mempertimbangkan upaya mediasi atau kosiliasi
dengan Ardan. Proses ini dapat membuka pintu bagi kesepakatan damai, terutama dala hal hak asuh anak dan
pembagian harta bersama.

Dampak Terhadap Anak-anak


Keputusan untuk mengajukan gugtan cerai memilki dampak besar pada Anak-anak. Sinta harus mempertimbangkan
kepentingan terbaik anak-anak dan mencari solusi yang paling baik untuk hak asuh dan kesejahteraan mereka.

Proses Pengadilan dan Dampaknya


Mengajukan gugtan cerai akan membawa Sinta ke dalam Proses pengadilan. Dia harus siap untuk menghadapi proses
hukum, termasuk persidangan, dan memahami dampaknya terhdap hidupnya dan anak-anaknya.

Keterlibatan Ahli Psikologi


Dalam kasus yang melibatkan anak-anak, keterlibatan ahli psikologi mungkin diperlukan. Pendapat mereka dapat
membantu pengadilan memahami dampak perceraian terhadap anak-anak dan memberikan saran mengenai hak
asuh yang terbaik untuk mereka.

Pembagian harta Bersama


Dalam gugatan cerai, Sinta juga harus mempertimbangkan pembagian harta bersama dengan Ardan. Ini melibatkan
proses yang adil dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Sinta perlu memahami bahwa dalam konteks
pernikahan yang dilangsungkan di Kantor Urusan Agama, gugatam cerainya akan diajukan di Pengadilan Agama.
Kewenangan pengadilan ini berlaku sesuai dengan Hukum perkawinan di Indonesia.

Perlindungan Hukum bagi Sinta


Sinta harus mengetahui dan memanfaatkan perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang No.1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, yang melindungi hak-hak perempuan dalam pernikahan.

Kesadaran Akan Tuntutan Agama


Sinta perlu menyadari bahwa proses perceraian juga melibatkan tuntutan agama. Oleh karena itu, keputusan yang
diambil harus sesuai dengan norma-norma agama islam yang dianutnya.

Pemeberitahuan Kepada Ardan


Sebelum mengajukan gugatan cerai, Sinta juga harus memastikan bahwa Ardan telah diberitahukan secara sah dan
sesuai dengan ketentuan hukum. Proses ini melibatkan gugatan cerai yang diajukan.

Sumber Refernsi :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2. Hukum Islam tentang Cerai.
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai