Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kelompok Agenda I

Analisis Isu Kontemporer

Nama Anggota :

1. Muh. Nur Aslam Kadir, A.Md.Stat.

2. Elpa Heryanti, A.Md.Stat.

3. Ananda Trinita Nurazizah, A.Md.Stat.

Kelompok 1 Angkatan 1

A. Identifikasi Isu

Berdasarkan pengamatan dan diskusi yang kami lakukan, terdapat beberapa isu/masalah yang
muncul, diantaranya adalah:
1. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual merupakan salah satu kejahatan besar seperti kejahatan besar
lainnya yang memengaruhi dan berdampak pada kerusakan tatanan sosial terhadap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pelecehan seksual ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kepuasan dengan tidak sewajarnya. Alasan apapun tidak dapat membenarkan
Tindakan tidak wajar tersebut dilakukan. Pelecehan seksual dapat membawa dampak negatif
baik bagi pelaku maupun korban, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikologis.
Sebagai salah satu instansi pelayanan publik tidak menjadikan Badan Pusat Statistik
terhindar dari kasus yang dapat mencoreng nama instansi tersebut. Pada tahun 2023 lalu
ditemukan adanya kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu pegawai BPS
(www.youtube.com). Pegawai tersebut merekam rekan kerjanya saat mandi secara
diam-diam. Peristiwa tersebut berlangsung pada Bulan Januari 2023 dimana BPS Kabupaten
Bangka Barat melaksanakan family gathering di sebuah hotel. Kronologi yang terjadi
mengutip dari detik.com, korban merasa ada handphone yang sedang merekam dirinya saat
mandi. Saat kejadian berlangsung rekan korban mengejar pelaku. Namun, pelaku berhasil
kabur membawa ponselnya.
Korban sempat melapor ke atasan namun belum ada tindakan karena kurangnya bukti.
Sesaat setelah itu, rekan korban menemukan flashdisk milik terduga pelaku yang
didalamnya terdapat rekaman video korban saat mandi. Aksi pelaku tidak hanya dilakukan
pada satu korban. Akan tetapi, terdapat rekaman video rekan korban lainnya yang tengah
mandi di kamar mandi kantor. Rekaman tersebut diambil satu tahun lalu. Setelah ditemukan
bukti, korban melapor kepada atasan. Pelaku mengakui perbuatannya baru dua kali terjadi
dan bersikukuh hal tersebut dilakukan atas dasar iseng. Menindaklanjuti hal tersebut, BPS
Kabupaten Bangka Barat melakukan tindakan dengan melaporkan kasus tersebut kepada
pimpinan. Keputusan sementara yang diterima oleh pelaku adalah mutasi ke BPS Kabupaten
Belitung Timur. (www.detik.com). Berdasarkan hal tersebut, maka isu mengenai pelecehan
seksual yang terjadi di lingkungan Badan Pusat Statistik baik yang terungkap maupun tidak
terungkap perlu diangkat dalam rangka meningkatkan kembali nilai-nilai ASN yang sudah
seharusnya dipegang oleh pegawai.

2. Bunuh diri yang dilakukan oleh pegawai BPS di Sragen


Pada awal tahun 2024, lingkungan Badan Pusat Statistik menerima kabar duka
mengenai salah satu pegawai BPS di Sragen memutuskan untuk mengakhiri hidupnya secara
tragis (sragen.inews.id). Korban yang diidentifikasi sebagai AS, ditemukan tidak bernyawa
dalam keadaan tragis di dapur rumahnya pada Kamis, 7 Maret 2024. Korban AS diduga
mengakhiri hidupnya menggunakan tali sabuk seragam beladiri warna hitam sepanjang sekitar
2 meter. Berdasarkan keterangan Kasi Humas Polres Sragen, Iptu Suyana, menyatakan bahwa
menurut keterangan saksi korban diduga mengakhiri hidupnya karena merasa malu akibat
memiliki hutang di kantor sebesar 45 juta rupiah.
Berdasarkan hal tersebut, maka isu mengenai bunuh diri yang dilakukan oleh pegawai
tersebut dapat menjadi perhatian instansi. Alasan korban melakukan bunuh diri atas dasar
terlilit hutang dapat menjadi landasan bagi instansi untuk mengkaji ulang mengenai gaji yang
diterima pegawai. Selain itu, perhatian mengenai kesehatan baik secara fisik maupun mental
pegawai Badan Pusat Statistik di seluruh Indonesianya.

3. Kerugian Negara Akibat Korupsi Alat Petugas Sensus


Menilik kasus 8 tahun yang lalu, Badan Pusat Statistik memiliki track record buruk
pada pengadaan barang Sensus. Berita ini disampaikan pada website www.gresnews.com
yang menyebutkan terdapat kongkalikong yang cukup besar pada dana pengadaan Sensus
Ekonomi Tahun 2016. Pada website tersebut menjelaskan bahwa hal ini terbongkar setelah
Jakarta Procurement Monitoring (JPM) menemukan sejumlah keganjilan terkait proses lelang
dan melaporkannya ke Kejaksaan Agung. Kecurigaan ini dimulai ketika pemenang lelang
paket pengadaan tas dan Alat Tulis Kantor (ATK) bernilai 27 miliar dimenangkan oleh
perusahaan yang menang pada lelang pertama dengan memalsukan dokumen lelang.
Beberapa pihak terkait pengadaan telah diperiksa terkait dugaan kasus korupsi ini.
Berdasarkan kasus di atas terlihat bahwa pengadaan yang dilakukan oleh instansi
khususnya Badan Pusat Statistik harus memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP) yang jelas
sehingga kedepannya lebih memudahkan dalam melakukan pengadaan barang dan jasa (PBJ).
Pejabat PBJ seharusnya memiliki kompetensi yang memadai dalam menangani kasus
pengadaan barang kantor dan juga transparansi yang jelas. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kasus korupsi ataupun penyalahgunaan keuangan.

4. Kesalahan Data Bantuan Sosial


Data menjadi salah satu hal yang identik melekat pada BPS. Baru-baru ini, sekitar
setahun yang lalu telah diadakan Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) oleh BPS dengan
kerjasama beberapa kementerian dan lembaga lainnya. Data regsosek digunakan untuk
mengatasi masalah kemiskinan ekstrim di Indonesia. Akan tetapi, hal ini berlainan dengan
cuitan suatu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di salah satu kota di Indonesia, yaitu
Kota Bontang. Pada November 2023, Bakhtiar Wakkang lalu melalui kanal
(/www.instagram.com/) menyebutkan bahwa dirinya masuk kedalam penerima bansos sebagai
kategori miskin ekstrim milik Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos-PM).
Tidak berhenti sampai situ, Anggota DPRD tersebut juga menyatakan bahwa dinas sosial
mendapatkan data dari BPS. Setelah melalui, konfirmasi langsung oleh Kepala BPS Kota
Bontang, akhirnya ia mendapatkan kejelasan bahwa BPS tidak pernah menyebarkan data
mikro yang dimilikinya. Hal ini menjadi kesalahpahaman oleh anggota DPRD dan
Dinsos-PM yang menyebutkan bahwa ini merupakan kesalahan murni petugas pendataan
Dinsos-PM.
Dari isu tersebut, nampak jelas jika BPS sebagai lembaga penyedia data menjadi
salah satu sasaran empuk masyarakat untuk menyangkut pautkan dengan berbagai bantuan
pemerintah. Penolakan ketika turun lapangan pun sering terjadi, hal ini disebabkan minimnya
pengetahuan terkait dengan tugas fungsi BPS. Oleh karena itu, untuk kedepannya diharapkan
seluruh jajaran BPS termasuk petugas pendataan dan pemerintah memberitahukan terkait
pentingnya data dan tugas fungsi BPS sebagai penyedia data.

5. Kurangnya manajemen keuangan untuk kegiatan pegawai

Dalam berorganisasi, hubungan antar manusia merupakan hal penting yang harus
menjadi perhatian utama bagi setiap anggota. Dalam menangani hubungan antar manusia,
tentulah memerlukan beberapa usaha dari masing-masing anggota untuk menjaga
keharmonisan, seperti dengan memberikan empati, berkomunikasi yang baik, dan juga
mempererat silaturahmi.
Badan Pusat Statistik, sebagai salah satu bentuk organisasi juga perlu memperhatikan
hal tersebut. Dalam organisasi tentu tersusun atas beberapa orang yang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan, seperti halnya Badan Pusat Statistik. Menjawab keperluan pengertian
hubungan antar pegawai, Badan Pusat Statistik turut melaksanakan kegiatan-kegiatan di luar
pekerjaan seputar kantor seperti amal bakti, senam bersama, kerja bakti, dan banyak lagi
kegiatan lainnya yang melibatkan pegawai di luar pekerjaan kantor dengan tujuan menjaga
keharmonisan antar pegawai

Seperti yang telah dijelaskan pada pengantar, BPS mendukung keharmonisan antar
pegawai melalui beragam kegiatan di luar dari pekerjaan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada
BPS Kabupaten Nunukan seperti menjenguk pegawai dan keluarga pegawai ketika sakit,
memberikan santunan ketika ada pegawai yang menikah atau melaksanakan acara keluarga
dengan mengundang rekan-rekan di kantor, melaksanakan buka puasa bersama, melaksanakan
senam bersama ataupun kerja bakti yang kemudian dilanjutkan dengan acara makan-makan,
dan juga kegiatan seperti halal bihalal dan masih banyak lagi. Dalam membuat suatu kegiatan
tentulah melibatkan urusan keuangan. Namun akibat dari kebanyakan kegiatan tersebut
berada di luar ranah urusan pekerjaan sehingga terkadang kantor tidak dapat ikut membiayai
terlaksananya kegiatan tersebut. Ketika kantor tidak dapat ikut serta dalam pembiayaan, para
pegawai biasanya mengumpulkan dana baik dengan sumbangan maupun dengan tagihan
sesuai jumlah yang disepakati setiap kali membuat kegiatan. Permasalahan yang seringkali
timbul adalah ketika melakukan urunan atau sumbangan, seringkali hal yang tidak dapat
dihindari adalah bisa saja ketika melakukan pengumpulan uang, ada pegawai yang tidak
setuju, kekurangan dana, ataupun sedang tidak di tempat sehingga proses urunan menjadi
terhambat ataupun memicu perasaan-perasaan yang tidak diinginkan di antara pegawai dan
dapat memicu konflik di kemudian hari.

B. Pemilihan Isu Utama Dengan Teknik Analisis Isu

Teknik analisis yang digunakan dalam menentukan isu yang akan diangkat adalah Teknik
Tapisan AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan) dan USG (Urgency,
seriousness, Growth).

a. Teknik AKPK

Teknik ini adalah teknik tapisan yang memiliki kriteria Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan dengan menetapkan penilaian berdasarkan skala 1-5.

- Aktual : isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat
- Kekhalayakan : isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
- Problematik : isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu
dicarikan segera solusinya secara komprehensif
- Kelayakan isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.

ISU A K P K Jumlah Prioritas

Pelecehan Seksual 5 5 5 5 20 1

Bunuh diri yang dilakukan oleh pegawai 5 5 5 5 20 1


BPS di Sragen

Kerugian Negara Akibat Korupsi Alat 5 5 3 4 17 3


Petugas Sensus

Kesalahan Data Bantuan Sosial 5 5 4 4 18 2

5 4 4 4 17 3
Kurangnya manajemen keuangan untuk
kegiatan pegawai

b. Teknik USG
Teknik ini adalah teknik tapisan yang mengurutkan berdasarkan kriteria Urgency,
Seriousness, dan Growth dengan menetapkan penilaian berdasarkan skala 1-5
- Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
- Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
akan ditimbulkan.
- Growth: Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera.

ISU U S G Jumlah Prioritas

Pelecehan Seksual 5 5 5 15 1

Bunuh diri yang dilakukan oleh pegawai 4 5 4 13 2


BPS di Sragen
Kerugian Negara Akibat Korupsi Alat 5 3 4 12 3
Petugas Sensus

Kesalahan Data Bantuan Sosial 5 4 3 12 3

4 4 4 12 3
Kurangnya manajemen keuangan untuk
kegiatan pegawai

Berdasarkan hasil dari teknik tapisan AKPK dan USG dapat diputuskan bahwa isu yang
terangkat adalah “Pelecehan Seksual”. Selanjutnya, hal ini perlu dibahas dan dianalisis lebih
lanjut agar dapat segera ditemukan pemecahan masalahnya.

C. Teknik Analisis Isu Menggunakan Fishbone Diagram

Salah satu teknik analisis isu yang dapat digunakan untuk memetakan penyebab isu yang
terjadi adalah fishbone diagram. Pendekatan fishbone diagram berupaya memahami persoalan
dengan memetakan isu berdasarkan cabang-cabang terkait. Fishbone diagram digunakan
ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika
sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p.247).
Terjadinya pelecehan seksual dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Lingkungan : Rendahnya keamanan dalam lingkungan memberikan keleluasaan
pada pelaku pelecehan seksual untuk bertindak.
2. Material : Lemahnya payung hukum yang menjerat pelaku pelecehan seksual
yang ada selama ini tidak membuat pelaku berpikir akan konsekuensi yang akan
didapatkan nantinya. Minimnya wadah aspirasi bagi para korban pelecehan seksual
juga membuat para pelaku semakin berani untuk berbuat tindak kejahatan ini.
3. Manusia : Menurunnya moral sebagai seorang manusia, pelaku melakukan
tindakan pelecehan seksual tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkan
kedepannya bagi pelaku maupun korban.
4. Metode : Kurangnya penekanan dan penyuluhan mengenai kejahatan seksual
di lingkungan ASN membuat pelaku merasa aman.

D. Dampak Terjadinya Permasalahan Isu


1. Dampak Psikologis

Korban kekerasan dan pelecehan seksual akan mengalami trauma yang mendalam,
selain itu stres yang dialami korban dapat mengganggu fungsi dan perkembangan
otaknya.
2. Dampak Fisik
Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak merupakan faktor utama penularan
Penyakit Menular Seksual (PMS). Selain itu, korban juga berpotensi mengalami luka
internal dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ internal dapat
terjadi.
3. Dampak Sosial

Korban kekerasan dan pelecehan seksual sering dikucilkan dalam kehidupan sosial,
hal yang seharusnya dihindari karena korban pastinya butuh motivasi dan dukungan
moral untuk bangkit lagi menjalani kehidupannya. Salah satu penyebab utama
semakin tingginya kasus­-kasus kekerasan seksual adalah, semakin mudahnya akses
pornografi di dunia maya, dengan situs yang sengaja ditawarkan dan disajikan kepada
siapa saja dan di mana saja.
E. Rekomendasi Upaya Penyelesaian Terhadap Permasalahan Isu

Beberapa upaya penyelesaian/alternatif penyelesaian dari isu tersebut sebagai berikut.

Isu/Masalah Upaya Penyelesaian/Alternatif Penyelesaian

● Peningkatan Keamanan ruang publik,


Rendahnya Keamanan Lingkungan
tersedianya cctv pada ruang tertutup kecuali wc.
● Mewaspadai setiap sudut tempat tertutup
● Selalu berusaha berpakaian yang sopan agar
lebih dapat mengurangi gairah bagi lawan jenis.

Lemahnya Payung Hukum Berlakukannya UU TPKS. UU TPKS ini menjadi payung


hukum yang berguna untuk melindungi korban dari tindak
kekerasan seksual yang sebetulnya banyak terjadi pada
perempuan dan anak-anak disabilitas yang bisa terjadi.

Minimnya Wadah Aspirasi Korban Dibentukkan komunitas Anti Kekerasan


Seksual/komunitas peduli dengan perempuan yang cukup
berperan aktif, sigap,dan tanggap dalam pemberantasan
kasus kekerasan seksual sehingga para korban dapat lebih
mudah merasakan kenyamanan, keamanan, dan keadilan.

Degradasi Moral Dibuatkan penegakan hukum/sanksi yang dapat digunakan


sebagai shock therapy bagi pelaku yang melakukan
tindakan tindakan yang menyimpang.

Kurang Sosialisasi Perlu dilakukan peningkatan terhadap kegiatan sosialisasi/


penyuluhan tentang dampak negatif yang ditimbulkan dari
penyalahgunaan seks pada lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai