Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 1

MATA KULIAH : HUKUM PERDATA

Nama : IBNU MALIK ASHIDIK


NIM : 044548339
UT/UPBJJ : PURWOKERTO

Pertanyaan:
1. Berdasarkan analisis Anda, apakah perkawinan antara Andi dan Riska sah?
Kemukakan argumentasi Anda dengan menyertakan dasar hukumnya.

Jawaban
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.

Negara menjamin hak setiap warga negara untuk membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Salah satunya melalui UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 16 Tahun 2019.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), nikah siri adalah pernikahan yang
hanya disaksikan oleh seorang modin dan saksi, tidak melalui Kantor Urusan Agama
(KUA), menurut agama Islam sudah sah. Walaupun secara agama sah, namun
pernikahan yang tidak dicatatkan pada pejabat yang berwenang dianggap tidak
memiliki kekuatan hukum.

Hukum di Indonesia mengatur tata cara pernikahan yang sah menurut Agama Islam
dan sah menurut Hukum Negara yang telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2019. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan
menyebutkan bahwa:

“Tiap-tiap pernikahan harus dicatat dalam peraturan perundang-undangan yang


berlaku”.
Pernikahan antara Andi dan Riska termasuk Nikah Siri ini hukumnya sah menurut
agama, tetapi tidak sah menurut hukum positif (hukum negara) dengan mengabaikan
sebagian atau beberapa aturan hukum positif yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Pasal 2 bahwa setiap perkawinan dicatatkan secara resmi pada Kantor Urusan Agama
(KUA). Sedangkan instansi yang dapat melaksanakan perkawinan adalah Kantor
Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil (KCS) bagi
yang beragama Non Islam.

Oleh karena itu, pernikahan siri yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama itu tidak
punya kekuatan hukum, sehingga jika suatu saat mereka berdua punya permasalahan
yang berkenaan dengan rumah tangganya seperti perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga, warisan, perebutan hak asuh anak dan lainnya, pihak kantor urusan
agama dan pengadilan agama tidak bisa mengurusinya.

Pencatatan perkawinan ini wajib dilakukan berdasarkanPasal 34 ayat (1)


UndangUndang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan(“UU
Adminduk”).Atas pencatatan perkawinan ini, akan diterbitkan Kutipan Akta
Perkawinan yang masing-masing diberikan kepada suami dan istri (Pasal 34 ayat (2)
dan ayat (3) UU Adminduk). Untuk yang beragama Islam, dalamPasal 1 angka 7
Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah, buku nikah
adalah kutipanakta nikah.Jadi, perkawinan yang sah menurut UU Perkawinan adalah
yang dilakukan menurut hukum masing-masing agama, dan agar perkawinan tersebut
diakui Negara, maka perkawinan tersebut harus dicatatkan. Dengan demikian, dalam
kasus pernikahan antara Andi dan Riska,
Pertanyaan:
2. Adakah konsekuensi perdata terhadap anak di luar kawin, jika kasus posisinya
Bety lahir di luar perkawinan? Analisislah dengan menyertakan dasar
hukumnya.

Jawaban

Berdasarkan Pasal 42 UU Perkawinan, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan
dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.dalam kasus betty lahir diluar
perkawinanyang sah maka terdapat konsekuensi perdata terhadap anak tersebut
Mahkamah Konstitusi (“MK”) melalui putusan No. 46/PUU-VIII/2010 tanggal 17
Februari 2012 memutus bahwa Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“UU Perkawinan”) bertentangan dengan UUD 1945 bila tidak dibaca:
Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat
dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain
menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan
keluarga ayahnya.

Tujuan dari MK adalah untuk menegaskan bahwa anak luar kawin pun berhak
mendapat perlindungan hukum. Menurut pertimbangan MK, hukum harus memberi
perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status seorang anak yang
dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk terhadap anak yang dilahirkan
meskipun keabsahan perkawinannya masih disengketakan.

Bahwa putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 tidak menyebut soal akta kelahiran anak
luar kawin maupun akibat hukum putusan tersebut terhadap akta kelahiran anak luar
kawin. Implikasi putusan MK ini berkaitan dengan status hukum dan pembuktian asal
usul anak luar kawin. Hubungannya dengan akta kelahiran adalah karena pembuktian
asal-usul anak hanya dapat dilakukan dengan akta kelahiran otentik yang dikeluarkan
oleh pejabat berwenang sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UU
Perkawinan. Lebih lanjut, simak artikel Akta Kelahiran Untuk Anak Hasil Kawin Siri
dan Akta Kelahiran Untuk Anak Luar Kawin.
Mengenai konsekuensi hukum dengan dikeluarkannya suatu akta kelahiran terhadap
Bety dalam akta kelahiran anak tersebut hanya tercantum nama ibunya. Karena pada
saat pembuatan akta kelahiran, status Bety masih sebagai anak luar kawin yang
hanya diakui memiliki hubungan darah dan hubungan perdata dengan ibu dan
keluarga ibunya saja.

Referensi:
• Buku Materi Pokok HKUM420201-Hukum Perdata Prof. Dr. Rosa Agustina,
S.H., M.H., dkk.
• https://nasional.kompas.com/read/2022/06/17/01150031/apakah-nikah-siri-
sah-dan-diakui-negara-

Anda mungkin juga menyukai