Pertanyaan:
1. Berdasarkan analisis Anda, apakah perkawinan antara Andi dan Riska sah?
Kemukakan argumentasi Anda dengan menyertakan dasar hukumnya.
Jawaban
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Negara menjamin hak setiap warga negara untuk membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Salah satunya melalui UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 16 Tahun 2019.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), nikah siri adalah pernikahan yang
hanya disaksikan oleh seorang modin dan saksi, tidak melalui Kantor Urusan Agama
(KUA), menurut agama Islam sudah sah. Walaupun secara agama sah, namun
pernikahan yang tidak dicatatkan pada pejabat yang berwenang dianggap tidak
memiliki kekuatan hukum.
Hukum di Indonesia mengatur tata cara pernikahan yang sah menurut Agama Islam
dan sah menurut Hukum Negara yang telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2019. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan
menyebutkan bahwa:
Oleh karena itu, pernikahan siri yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama itu tidak
punya kekuatan hukum, sehingga jika suatu saat mereka berdua punya permasalahan
yang berkenaan dengan rumah tangganya seperti perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga, warisan, perebutan hak asuh anak dan lainnya, pihak kantor urusan
agama dan pengadilan agama tidak bisa mengurusinya.
Jawaban
Berdasarkan Pasal 42 UU Perkawinan, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan
dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.dalam kasus betty lahir diluar
perkawinanyang sah maka terdapat konsekuensi perdata terhadap anak tersebut
Mahkamah Konstitusi (“MK”) melalui putusan No. 46/PUU-VIII/2010 tanggal 17
Februari 2012 memutus bahwa Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“UU Perkawinan”) bertentangan dengan UUD 1945 bila tidak dibaca:
Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat
dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain
menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan
keluarga ayahnya.
Tujuan dari MK adalah untuk menegaskan bahwa anak luar kawin pun berhak
mendapat perlindungan hukum. Menurut pertimbangan MK, hukum harus memberi
perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status seorang anak yang
dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk terhadap anak yang dilahirkan
meskipun keabsahan perkawinannya masih disengketakan.
Bahwa putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 tidak menyebut soal akta kelahiran anak
luar kawin maupun akibat hukum putusan tersebut terhadap akta kelahiran anak luar
kawin. Implikasi putusan MK ini berkaitan dengan status hukum dan pembuktian asal
usul anak luar kawin. Hubungannya dengan akta kelahiran adalah karena pembuktian
asal-usul anak hanya dapat dilakukan dengan akta kelahiran otentik yang dikeluarkan
oleh pejabat berwenang sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UU
Perkawinan. Lebih lanjut, simak artikel Akta Kelahiran Untuk Anak Hasil Kawin Siri
dan Akta Kelahiran Untuk Anak Luar Kawin.
Mengenai konsekuensi hukum dengan dikeluarkannya suatu akta kelahiran terhadap
Bety dalam akta kelahiran anak tersebut hanya tercantum nama ibunya. Karena pada
saat pembuatan akta kelahiran, status Bety masih sebagai anak luar kawin yang
hanya diakui memiliki hubungan darah dan hubungan perdata dengan ibu dan
keluarga ibunya saja.
Referensi:
• Buku Materi Pokok HKUM420201-Hukum Perdata Prof. Dr. Rosa Agustina,
S.H., M.H., dkk.
• https://nasional.kompas.com/read/2022/06/17/01150031/apakah-nikah-siri-
sah-dan-diakui-negara-