huruf f uu perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang
oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin. Artinya bila hukum
agama tak memperbolehkan perkawinan beda agama, maka tidak boleh pula
menurut hukum negara. Boleh atau tidaknya perkawinan beda agama tergantung
pada ketentuan agamanya. Saat ini belum ada agama di Indonesia yang
tidak sah, tidak diakui oleh negara dan tidak dapat dicatatkan. Hal ini sesuai dengan
undangan yang berlaku”. Artinya negara hanya mengakui perkawinan yang dilakukan
secara sah menuru agama masng-masing. Oleh karena KUA dan Pencatatan sipil
administrasi ayat 35
- Konsekuensi atau akibat hukum yang paling utama jika pernikahan beda agam tetep
dilaksanakan adalah mengenai status hukum anak. Status anak tersebut dianggatp
tidak sah karena tidak dilakukannya pencatatan perkawinan, hal ini telah ditegaskan
dalam pasal 42 uu perkawinan “anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam
atau sebagai akibat perkawinan yang sah” dan juga berdasarkan pasal 43 ayat 1 uu
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Selain itu juga akan mempengaruhi hak
dan kedudukan anak dalam hukum waris. Misalnya seorang suami beragama islam
dan isteri serta anak-anak non islam maka, sudah tentu merupakan halangan bagi
dengan ketentuan yang berlaku. Sebagaimana dalam pasal 151 KUHperdata yang