Anda di halaman 1dari 3

ESSAY BAHASA INDONESIA

“Problematika Pernikahan Beda Agama Di Indonesia”

DISUSUN OLEH :
NURHASANAH
XII IPA 2

Pernikahan adalah sebuah ikatan yang disepakati oleh dua insan


manusia unruk hidup Bersama dan saling menyayangi dalam setiap
jalan hidup yang mereka lewati. Merupakan impian semua orang
untuk bisa menikah dengan pasangan yang mereka cintai untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Namun tak jarang juga
diantara mereka ada yang memiliki perbedaan keyakinan dengan
pasangannya. Hal ini ditunjukkan adanya pernikahan beda agama di
Indonesia.

Permasalahan pernikahan beda agama di Indonesia yang akan dibahas


pertama adalah berdasarkan Undang Undang. Di Indonesia, undang
undang yang mengatur mengenai perkawinan adalah Undang Undang
No. 16 tahun 2019 tentang perubahan atas UU No.1 tahun 1974.
Dalam pasal 2 ayat 1 UU tersebut dijelaskan, perkawinan dianggap
sah apabila dilakukan menurut hukum masing masing agama dan
kepercayaannya. Selain itu dipertegas lagi dengan Surat Edaran dari
Mahkamah Agung tanggal 30 Januari 2019 No.
231/PAN/HK.05/1/2019 tentang pencatatan perkawinan beda agama
yang berbunyi "Perkawinan beda agama tidak diakui oleh negara dan
tidak dapat dicatatkan. Akan tetapi, jika perkawinan tersebut
dilaksanakan berdasarkan agama salah satu pasangan dan pasangan
yang lain menundukkan diri kepada agama pasangannya, maka
perkawinan tersebut dapat dicatatkan. Misalnya, jika perkawinan
dilaksanakan berdasarkan agama Kristen maka dicatatkan di Kantor
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, begitu pula jika
perkawinan dilaksanakan berdasarkan agama Islam maka perkawinan
pasangan tersebut dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA)".

Tidak hanya bermasalahan mengenai Undang Undang Negara, tetapi


pernikahan beda agama di Indonesia juga memiliki konsekuensi
pernikahan yang harus ditanggung oleh kedua belah pihak yang
menjalankan pernikahan dan juga anak hasil dari perkawinan.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 4 dan pasal 44
disebutkan:
 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
islam, sesuai dengan pasal 2 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan.
 Seorang Wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan
dengan seorang pria yang tidak beragama islam.
Jadi secara singkat pasal tersebut menjelaskan, apabila ada anak yang
lahir dari perkawinan beda agama, maka anak tersebut hanya akan
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya saja.
Dan jika mengacu pada pasal 43 ayat 1 UU perkawinan, mengatakan
bahwa anak yang dilahirkan karena perkawinan beda agama menjadi
tidak sah atau dianggap anak luar kawin.

Selain itu status pernikahan dari hasil pernikahan beda agama juga
dianggap tidak sah, karena jika mengacu pada UU No. 24 tahun 2016
tentang perubahan UU No. 23 tahun 2006 tentang administrasi
kependudukan. Jadi oleh karena perkawinan dinilai tidak sah oleh
hukum, maka status hukum dari individu tersebut adalah belum
menikah meskipun secara agama sudah menikah.

Jadi pelaksanaan pernikahan beda agama di Indonesia masih dianggap


sebagai hal yang tabu dan melenceng dari peraturan perundang
undangan negara republik Indonesia. Karena sudah tertera UU dan
beberapa peraturan yang menguatkan bahwa negara tidak mendukung
pelaksanaan pernikahan beda agama.

Anda mungkin juga menyukai