Anda di halaman 1dari 2

PERTANYAAN

Andi dan Riska melakukan nikah secara agama. Dalam pernikahan tersebut,
mereka berdua mendapat seorang anak bernama Betty. Pertanyaannya:

1. Berdasarkan analisis Anda, apakah perkawinan antara Andi dan Riska sah?
Kemukakan argumentasi Anda dengan menyertakan dasar hukumnya.
2. Adakah konsekuensi perdata terhadap anak di luar kawin, jika kasus posisinya
Bety lahir di luar perkawinan? Analisislah dengan menyertakan dasar hukumnya.

JAWABAN

1. Di Indonesia, sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”), perkawinan adalah sah
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya Dan juga dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang


Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya
menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak
dan Rujuk. Sedangkan pencatatan perkawinan dari mereka yang
melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya selain
agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat perkawinan pada kantor catatan
sipil.

Jika pernikahan hanya dilakukan secara agama dan tidak didaftarkan pada
catatan sipil, maka perkawinan tersebut tidak diakui berdasarkan hukum positif,
atau dianggap nikah siri atau perkawinan siri

2. Konsekuensi Hukum Perdata Bagi anak jika Perkawinan ini tidak terdaftar
secara negara, maka anak yang lahir dari perkawinan siri tersebut adalah anak
luar kawin. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (“MK”) No.
46/PUU-VIII/2010 tanggal 17 Februari 2012 diputuskan bahwa Pasal 43 ayat (1)
UU Perkawinan bertentangan dengan UUD 1945 sbb :

“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata


dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat
bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan
perdata dengan keluarga ayahnya.”
Putusan MK No 46/PUU_VIII/2010 ,berkaitan dengan status hukum dan
pembuktian asal usul anak luar kawin, dan hal ini akan ada hubungannya
dengan akta kelahiran , sebab pembuktian asal usul anak hanya dapat dilakukan
dengan akta kelahiran, yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang sesui dengan
yang diatur dalam pasal 55 ayat 1 UU Perkawinan. Dan mengenai konsekuensi
hukum bilamana mengeluarkan akta bagi anak diluar kawin atau pernikahan
tidak terdaftar diPemerintah dalam hal ini Dinas Pencatatan sipil, maka
keterangan anak hanya diakui secara hubungan perdata memiliki hubungan
darah dengan ibu kandung dan keluarga ibu saja. Walaupun secara bilogis dapat
dibuktikan status ayahnya, namun yang mendasar permasalahan ialah,
pernikahan hanya melalui pihak agama, tidak mengetahui pihak Pemerintah.

Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai