Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, batuan ini memiliki warna dominan
putih keruh. Struktur yang tampak pada batuan ini tidak menampakkan adanya penjajaran mineral dengan mineral penyusun berbentuk equidimensional sehingga temasuk struktur non foliasi tipe hornfelsic. Batuan ini memiliki tekstur ketahanan yang masih memperlihatkan struktur protolithnya sehingga termasuk relict. Mineral penyusun batuan ini memiliki ukuran yang bisa dilihat mata sehingga ukuran butirnya fanerit. Mineral penyusun batuan ini terlihat memiliki batas yang jelas sehingga bentuk inidvidu kristalnya idioblastik. Mineral ini memiliki bentuk granular dan susunannya teratur sehingga bentuk mineralnya granuloblastik. Batuan ini tersusun atas beberapa komposisi mineral. Mineral yang petama memiliki warna putih keruh. Saat disinari cahaya mineral ini dapat meneruskan setengah cahaya sehingga memiliki transparansi translucent, serta menampakkan kilap seperti kaca sehingga termasuk kilap kaca. Mineral ini menghasilkan cerat berwarna putih dan saat ditetesi HCl mineral ini menghasilkan buih. Diinterpretasikan mineral ini adalah Kalsit dengan kelimpahan 85% dari batuan. Pada batuan ini juga ditemukan adanya sisa Protolith berupa batulempung merah yang tersisip pada tubuh batuan. Berdasarkan pendeskripsian diatas, batuan peraga 13 memiliki warna putih, struktur non foliasi hornfelsic, tekstur ketahanan relic, ukuran butir fanerit, bentuk individu Kristal idioblastik, bentuk mineral granuloblastik serta memiliki komposisi mineral kalsit 85% dan batulempung merah 15%, diinterpretasikan memiliki nama Marble berdasarkan Klasifikasi W. T. Huang, 1962. Diinterpretasikan batuan ini terbentuk dari protolith berupa batugamping karena batuan ini tersusun dari mineral kalsit yang bersifat karbonatan serta terdapat protolith berupa batulempung merah. Batuan ini mengalami metamorfisme tipe kontak dengan pengaruh suhu yang lebih dominan sehingga dapat membentuk struktur non foliasi hornfelsic yang tidak terdapat penjajaran mineral. Proses metamorfisme yang dialami batuan ini belum sempurna sehingga struktur protolith dari batuan ini masih jelah terlihat berupa batulempung merah. Batuan ini mengalami proses diagenesis tahap rekristalisasi atau pembentukan Kristal mineral baru. Gambar 4.1 kurva metamorfisme