Anda di halaman 1dari 2

Batuan Peraga 220

Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, batuan ini memiliki warna


kekuningan. Struktur yang tampak pada batuan ini menampakkan adanya penjajaran
mineral dengan adanya susunan parallel mineral-mineral pipih dan ukuran boutir mineral
sedang sampai kasar sehingga temasuk struktur foliasi tipe schistosic. Batuan ini
memiliki tekstur ketahanan yang sudah tidak memperlihatkan struktur protolithnya
sehingga termasuk kristaloblastik. Mineral penyusun batuan ini memiliki ukuran yang
bisa dilihat mata sehingga ukuran butirnya fanerit. Mineral penyusun batuan ini terlihat
memiliki batas yang jelas sehingga bentuk inidvidu kristalnya idioblastik. Mineral ini
memiliki bentuk granular dan susunannya tidak teratur sehingga bentuk mineralnya
granoblastik.
Batuan ini tersusun atas beberapa komposisi mineral. Mineral yang petama
memiliki warna putih bening. Saat disinari cahaya mineral ini dapat meneruskan cahaya
sehingga memiliki transparansi transparan, serta menampakkan kilap seperti kaca
sehingga termasuk kilap kaca. Mineral ini menghasilkan cerat berwarna putih dan saat
ditetesi HCl mineral ini tidak menghasilkan buih. Diinterpretasikan mineral ini adalah
kuarsa dengan kelimpahan 10% dari batuan. Mineral yang kedua memiliki warna
keemasan. Saat disinari cahaya mineral ini dapat meneruskan setengah cahaya sehingga
memiliki transparansi translucent, serta menampakkan kilap seperti kilap kaca. Mineral
ini menghasilkan cerat berwarna abu-abu dan saat ditetesi HCl tidak menghasilkan buih.
Diinterpretasikan mineral ini adalah mika dengan kelimpahan75% dari batuan. Mineral
yang ketiga memiliki warna kehitaman. Saat disinari cahaya mineral ini tidak dapat
meneruskan setengah cahaya sehingga memiliki transparansi opaq, serta menampakkan
kilap seperti kilap kaca. Mineral ini menghasilkan cerat berwarna hitam dan saat ditetesi
HCl tidak menghasilkan buih. Diinterpretasikan mineral ini adalah hornblend dengan
kelimpahan15% dari batuan.
Berdasarkan pendeskripsian diatas, batuan peraga 220 memiliki warna
kekuningan, struktur foliasi shistosic, tekstur ketahanan kristaloblastik, ukuran butir
fanerit, bentuk individu Kristal idioblastik, bentuk mineral granublastik serta memiliki
komposisi mineral kuarsa 10% , Mika 75% , dan Hornblend 15% diinterpretasikan
memiliki nama Scshist berdasarkan Klasifikasi W. T. Huang, 1962, dan Schist Mika
berdasarkan komposisi.
Diinterpretasikan batuan ini terbentuk dari protolith berupa slate karena batuan ini
tersusun dari mineral yang berbutir mikrokristalin. Batuan ini mengalami metamorfisme
tipe kontak dengan pengaruh tekanan yang lebih dominan sehingga dapat membentuk
struktur foliasi schistosic yang terdapat penjajaran mineral. Proses metamorfisme yang
dialami batuan ini sudah sempurna sehingga struktur protolith dari batuan ini tidak
terlihat lagi. Batuan ini mengalami proses diagenesis tahap rekristalisasi atau
pembentukan Kristal mineral baru, segregasi dimana terjadi pemisahan antara mineral
pipih dengan granular serta reorientasi yaitu penyusunan kembali mineral mineral yang
telah ada sebelumnya.

Gambar 4.1 kurva metamorfisme

Anda mungkin juga menyukai