Laporan Ta Ilham Yulianto 2019310007
Laporan Ta Ilham Yulianto 2019310007
HALAMAN SAMPUL
Oleh:
ILHAM YULIANTO
2019310007
TEKNIK ELEKTRO SARJANA
FAKULTAS TEKNIK
OKTOBER, 2023
ABSTRAK
PENGARUH KONTAMINAN TERHADAP TEGANGAN
FLASHOVER PADA ISOLATOR TRANSMISI KOTO PANJANG –
PAYAKUMBUH
ILHAM YULIANTO
2019310007
TEKNIK ELEKTRO SARJANA
Tegangan flashover isolator saluran transmisi merupakan salah satu fenomena penting
dalam system transmisi tenaga listrik. Saluran transmisi Koto Panjang-Payakumbuh
mempunyai tingkat flashover sebesar.. Metode perhitungan Anderson digunakan untuk
memprediksi flashover isolator berdasarkan parameter kontaminan terlarut (ESDD) dan
kontaminan tidak larut (NSDD). Metode ini memungiinkan estimasi yang akurat tanpa
harus melakukan pengujian fisik pada isolator Dalam penelitian ini, data kontaminan
tidak larut (NSDD) dan kontaminan terlarut (ESDD) digunakan sebagai input dalam
perhitungan Anderson untuk memperoleh estimasi tegangan flashover isolator. Hasil
perhitungan Anderson akan dibandingkan dengan hasil eksperimen yang dilakukan.
Perbandingan ini akan digunakan untuk memvalidasi keakuratan metode perhitungan
Anderson. Matlab digunakan sebagai alat untuk analisis data dan membandingkan hasil
perhitungan dengan data eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
tegangan flashover tertinggi terjadi pada 0,8401 mg/cm2 yaitu 395,44 kV dengan
metode Anderson dan 346 kV dengan eksperimen, sedangkan yang terendah terjadi
pada kontaminan tidak larut (NSDD) 1,0151 mg/cm2 yaitu 394,40 kV dengan metode
Anderson dan 341 kV dengan eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
semakin tinggi kontaminan tidak larut (NSDD) maka tegangan flashover akan semakin
rendah. Dalam hal ini disebabkan oleh kontaminan seperti lumut atau debu yang
menempel pada permukaan isolator dapat mengurangi kemampuan isolator dalam
menahan tegangan listrik dan memicu flashover lebih mudah terjadi. Dan untuk variabel
kontaminan terlarut (ESDD) nilai tegangan flashover tertinggi terjadi pada kontaminan
terlarut (ESDD) 160,8 mg/cm2 yaitu 395,44 kV dengan metode Anderson dan 341 kV
dengan eksperimen, sedangkan yang terendah terjadi pada kontaminan terlarut (ESDD)
258,6 mg/cm2 yaitu 394,40 kV dengan metode Anderson dan 3341 kV dengan hasil
eksperimen. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi kontaminan terlarut (ESDD)
maka tegangan flashover akan semakin Menurun. Hal ini disebabkan kontaminan
terlarut (ESDD) yang lebih tinggi membuat konduktivitas isolator dan penurunan
tahanan di elektrik,yang akhirnya terjadi peningkatan tegangan flashover.
ix
ABSTRACT
T HE INF LUENCE O F CONTA MINANT S ON FL ASHO VER
VO LTAGE ON TRANSMISSION INSU LATOR KOTO
PA NJANG – PAY AKU MBU H
ILHAM YULIANTO
2019310007
TEKNIK ELEKTRO SARJANA
x
xi
xii
xiii
xiv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ......................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 2
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 19
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................................... 19
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................................... 19
3.3 Data-Data yang Dibutuhkan .................................................................................. 19
3.4 Metode Pengambilan Data .................................................................................... 19
3.5 Jadwal Penelitian ................................................................................................... 19
3.6 Flowchart Penelitian.............................................................................................. 21
LAMPIRAN .................................................................................................................. 66
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Saluran Transmisi 150 KV ........................................................................... 4
Gambar 2. 2 isolator keramik 150 kv ............................................................................... 5
Gambar 2. 3 Isolator Keramik .......................................................................................... 6
Gambar 2. 4 Isolator Kaca ................................................................................................ 6
Gambar 2. 5 Isolator Polimer ............................................................................................ 6
Gambar 2. 6 sambaran petir .............................................................................................. 9
Gambar 2. 7 tipe tower AA ............................................................................................. 10
Gambar 2. 8 tipe tower BB ............................................................................................. 11
Gambar 2. 9 tipe tower CC ............................................................................................. 11
Gambar 2. 10 tipe tower DD ........................................................................................... 12
Gambar 2. 11 kurva waktu tegangan untuk flashover garis isolator ............................. 13
Gambar 3. 1 flowchart penelitian ................................................................................... 22
Gambar 4. 1 flashover terhadap NSDD kontaminan lumut ............................................ 25
Gambar 4. 2 flashover terhadap ESDD kontaminan lumut............................................. 25
Gambar 4. 3 Perbandingan NSDD dan ESDD kontaminan lumut .................................. 26
Gambar 4. 4 Grafik pengaruh ESDD terhadap flashover ............................................... 56
Gambar 4. 5 Grafik pengaruh NSDD terhadap flashover ............................................... 58
Gambar 4. 6 Validasi matlab NSDD ............................................................................... 58
Gambar 4. 7 Validasi matlab ESDD ............................................................................... 59
Gambar 4. 8 Rangkaian validasi metode Anderson dengan Simulink............................ 59
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 Klasifikasi Tingkat Polusi ESDD:Tahun1994 .................................................. 9
Tabel 3. 1 Jadwal Pengerjaan ......................................................................................... 20
Tabel 4. 1 Data Saluran Transmisi Payakumbuh – Koto Panjang Secara Umum .......... 22
Tabel 4. 2 Rekap Data Investigasi Tower Terkena Gangguan ≥ 5 ................................. 23
Tabel 4. 3 skenario 7 pengujian isolator kontaminan lumut ........................................... 23
Tabel 4. 5 Nilai Resistasi dan Resistivity ....................................................................... 26
Tabel 4. 6 Perbandingan Anderson dan eksperimen variable ESDD.............................. 54
Tabel 4. 7 Perbandingan Anderson dan eksperimen variable NSDD ............................. 55
Tabel 4. 8 Perbandingan hasil validasi dengan
perhitungan……………………………58
xviii
BAB I PENDAHULUAN
Pada saluran udara yang terletak di ketinggian dapat mempengaruhi peforma dan
keandalan isolator(Warmi and Michishita, 2015). Tingginya tingkat flashover yang
tejadi pada saluran transmisi Koto Panjang – Payakumbuh dapat merusak peralatan
terutama isolator. Tingginya tingkat flashover tersebut akan membuat sistem menjadi
tidak handal dan kontinuitas dari penyaluran daya akan terganggu. untuk membuat
sistem lebih handal dan menstabilkan sistem, maka diharapkan tingkat flashover dapat
diminimalisir(WARMI and FEBRIAN, 2021).
Saluran transmisi Koto Panjang – Payakumbuh memiliki intensitas petir yang tinggi,
yakni Sebesar 60% menara transmisi berada di posisi ketinggian yang menjadi sasaran
utama sambaran petir (Warmi and Michishita, 2018). Terjadinya flashover akan
menyebabkan kegagalan pada isolator. tingkat kegagalan isolator saluran transmisi Koto
Panjang – Payakumbuh yang berada di perbukitan paling dominan dipengaruhi oleh
kontaminan yang tinggi berupa lumut dan debu yang menempel pada isolator yang
membuat lapisan isolator akan menjadi konduktif (Michishita, 2016) (Michishita, 2018)
Untuk mengatasi masalah di atas, maka di lakukan analisis pengaruh kontaminan zat
terlarut (ESDD) / kepadatan endapan zat yang setara dengan garam Dan kontaminan zat
tidak larut (NSDD) kepadatan endapan yang tidak larut seperti kontaminan debu dan
lumut. salah satu penyebab flashover di transmisi Koto Panjang – Payakumbuh di
antaranya salah satunya dipengaruhi kontaminan yang dapat yang dapat mengurangi
Kekuatan dielektrik isolator sehingga mengakibatkan tegangan flash pada isolator
Pengaruh kontaminan akan menurunkan tingkat kinerja isolator pada saluran transmisi
Koto Panjang–Payakumbuh. Turunya tingkat kinerja isolator akan berdampak pada
tingkat kinerja saluran, sehingga akan menimbulkan ketidakstabilan sistem. Oleh sebab
itu maka dilakukanlah analisis kontaminan akibat kontaminan zat terlarut (ESDD) dan
kontaminan zat yang tidak larut (NSDD) agar sistem menjadi lebih stabil.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat penelitian terdahulu dalam penelitian penulis yang berguna sebagai referensi
dan perbandingan tugas akhir penulis sebagai berikut :
Menurut referensi (baso, 2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi nilai kontaminan ESDD maka tegangan luahan yang terjadi pada lapisan
isolasi semakin rendah. Dan semakin tinggi konsentrasi nilai kontaminan ESDD maka
semakin kecil nilai sudut kontak pada permukaan isolator keramik.
Menurut referensi (Zidan Jiang, 2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sisa nilai kontaminan zat terlarut (ESDD) dan nilai
kontaminan yang tidak larut (NSDD) pada permukaan isolator dipengaruhi oleh
intensitas curah hujan, durasi dan sudut pembilasan.
Menurut referensi (Lumeno, Patras and Lisi, 2016) Polusi yang terjadi pada permukaan
isolator dapat menyebabkan tahanan isolasi dari isolator tersebut berkurang yang pada
akhirnya mengakibatkan arus bocor atau percikan bunga api sehingga menyebabkan
flash mengenai klasifikasi tingkat pencemaran sesuai nilai kontaminan ESDD
(equivalent salt deposit density) dan nilai kontaminan NSDD (Nonsolube deposit
density).
Menurut referensi (Fauzan et al., 2023) Pada kondisi lingkungan yang lembab dan
sangat tercemar, sangat mudah terjadi pelepasan permukaan pada isolator. Pelepasan
permukaan merupakan pelepasan yang terjadi pada suatu daerah yang berhubungan
langsung dengan permukaan dielektrik yang mempunyai medan listrik berlebih
sehingga memicu terjadinya pelepasan. Jika pelepasan permukaan terus terjadi, hal ini
dapat mengakibatkan flashover.
2.1 Landasan teori
2.1.2 Isolator
Isolator adalah sebuah komponen listrik yang berfungsi untuk memisahkan bagian yang
bertegangan dengan bertegangan lainya. (Yogatama, 2016) kegunaan utama isolator
adalah sebagai berikut :
Kapasitansi insulator bisa dilihat melalui resistansi komponen dielektrik yang dipakai.
Suatu insulator bisa dikatakan bagus jika hambatan listrik dari bahan dielektrik dapat
menahan potensial, beban mekanik, dan medan listrik yang diberikan padanya tanpa
4
mendistorsi atau merusak isolator. Namun, kapasitas dielektrik isolasi dapat berkurang
karena pengaruh kondisi lingkungan sekitar isolasi
Sifat-sifat isolator secara umum dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek kelistrikan dan
aspek mekanik.
1. Dari sudut pandang kelistrikan, fungsi isolator adalah untuk menyekat aliran
bertegangan atau rangka yang akan dibumikan sehingga arus tidak mengalir melalui
penyangga. Akan tetapi, ada 2 penyebab yang bisa mencegah rangkaian insulasi
menjalankan gunanya. Kerusakan listrik dari insulator disebabkan oleh kontaminan
(Suyanto, 1979). kontaminan menyebabkan timbulnya polutan disekitar isolasi.
tingkat kontamin membuat isolator menjadi konduktif yang akan mengalirkan arus
ke tanah.
2. Sifat mekanik isolator adalah kemampuan isolator untuk menahan beban mekanik
terendah yang akan menyebabkan deformasi atau kerusakan pada isolator.
Resistansi terdiri dari
3. kondisi bebanya adalah resistansi mekanik tarik, resistansi mekanik tekan, dan
resistansi mekanik tekukan. Kekuatan mekanik berasal dari kemampuan isolasi
untuk mendukung beban konduktor.
Isolator keramik merupakan bahan isolasi diantara bahan aktif dan bagian tidak aktif
secara elektric dan mekanis. Isolator keramik dibuat dari bahan porselin yang tahan
terhadap kerusakan dan pelapukan. Dalam penggunaannya, insulasi harus diberi lapisan
glasir. Glasir umumnya berwarna coklat dengan corak yang gelap atau terang. Isolator
ini juga digunakan di area di mana glasirnya lebih tipis dan lebih ringan, seperti pada
tepian yang memiliki radius kecil.
5
Gambar 2. 3 Isolator Keramik
2. Isolator non keramik
a. Isolator kaca
Hanya berguna pada isolator piringan. Pada kaca tidak boleh ada lubang atau kerusakan
lain seperti gelembung. Kaca yang dianjurkan adalah berwarna hijau yang sangat gelap
atau sangat terang. Jika isolator kaca mengalami kerusakan, hal itu dapat dengan mudah
terdeteksi.
Isolator polimer dilengkapi dengan batang fiberglass yang tangguh secara mekanis,
yang dilapisi dengan polimer tahan cuaca untuk mencapai ketahanan listrik yang tinggi.
Dimana :
: Suhu Larutan (ºC) `
: Volume konduktifitas pada suhu Ꝋ C ( S/m)
σ20 : Volume konduktifitas pada suhu 20 C ( S/m)
..............................................................................................................................................................(2.2)
Dimana:
V : volume air yang digunakan dalam 𝑐
Sa : kandungan garam pada 𝑐
A : area yang dicuci pada isolator kg/
2.1.5 NSDD
NSDD merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk menghitung tingkat polutan
yang tidak mengandung kadar garam dan tidak larut dalam air, contohny debu dan
lumut. Langkah-langkah dalam menghitung menggunakan metode NSDD yakni pertama
cuci insulator yang telah terpolusi. Lalu, larutan air cucian yang telah terpolusi
kemudian disaring menggunakan kertas filter lalu dikeringkan. Sebelum dilakukan
penyaringan, kertas filter terlebih dahulu ditimbang. Kertas filter kering yang telah
terpolusi ditimbang kembali lalu massa ketas setelah penyaringan dikurangi massa
kertas sebelum penyaringan kemudian dibagi luas permukaan insulator.
)/A…………………………………………………..…. ( 2.3 )
Dimana :
NSDD : Non Soluble Deposit Density kerapatan kandungan tak larut mg/𝑐 2
7
Wf : Berat bersih kertas filter kering (tanpa polutan) mg
Wi : Berat kontaminasi kertas kering terkontaminasi (berpolutan) mg
𝐴 : Luas bagian permukaan isolator tempat pengambilan sampel polutan 𝑐 2
𝑑 =
………………………………………………………( 2.5)
Dimana :
Vs : flash teg kondisi standar (volt)
Vb: flash teg kondisi sebenarnya (volt)
d : relatifitas padat udara (mmHg/C)
tB: suhu keliling pada saat pengujian (ᵒC)
bB: tekanan udara saat pengujian (mmHg)
Untuk mengetahui hubungan tegangan flashover terhadap tahanan pentanahan
digunakan rumus :
………………………………………………………………………( 2.6)
Menurut PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) 2000, resistansi jenis tanah sangat
berbeda-beda bergantung pada jenis tanahnya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
nilai tahanan jenis tanah, yaitu kandungan garam dan kandungan zat yang non larut di
dalam tanah
Maka dari itu untuk Mengetahui hubungan rumus pengaruh tegangan flashover
terhadap ESDD adalah
…………………………………………………………………( 2.7)
Untuk Mengetahui hubungan rumus pengaruh tegangan flash terhadap NSDD adalah
8
…………………………………………………………………( 2.8)
Berdasarkan standart IEC 815 tahun 1994 dalam penentuan level kontaminan isolator
.1.7 Petir
9
2.1.8 Pengaruh kontaminan terhadap tegangan flashover
Kontaminasi pada permukaan isolator dapat mempengaruhi tegangan flashover secara
signifikan Kontaminan pada isolator dapat mempengaruhi tegangan flashover, yaitu
tegangan minimum yang diperlukan untuk membuat isolator kehilangan kemampuan
isolasinya dan terjadi percikan listrik melintasi isolator.
Kontaminan ESDD dan NSDD dapat mempengaruhi tegangan flashover pada isolator
listrik. ESDD adalah Equivalent Salt Deposit Density, yaitu ukuran konsentrasi garam
yang menempel pada permukaan isolator. NSDD adalah NonSoluble Deposit Density,
yaitu ukuran konsentrasi polutan yang tidak larut dalam air yang menempel pada
permukaan isolator. Menurut beberapa penelitian (Rahman, Syakur and Masalah, 2013)
kontaminan ESDD dan NSDD dapat menurunkan nilai tegangan flashover, terutama
pada kondisi basah. Hal ini disebabkan oleh adanya arus bocor yang mengalir di
permukaan isolator akibat kontaminan tersebut.
1. Tipe Tower AA
2. Tipe Tower BB
Tipe tower BB merupakan tipe yang terpasang pada saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150
kV yang terpasang Sudut protteksi kawat tanahnya adalah 7 derajat.
10
Gambar 2. 8 tipe tower BB
3. Tipe tower CC
Tipe tower CC merupakan tower tipe yang terpasang pada saluran udara tegangan tinggi
(SUTT) 150 kV yang terpasang disepanjang dari swityard PLTA Singkarak sampai ke
Gardu Induk Padang Panjang.
tower tipe DD yang terpasang pada saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kV jarak
antar kawat fasa dan kawat tanah berbeda dengan tipe tower yang lain. Sudut protteksi
kawat tanahnya adalah 30 derajat.
11
Gambar 2. 10 tipe tower DD
12
tinggi. Mereka terdiri dari beberapa isolator disk yang ditempatkan berurutan pada
tali baja atau kabel penggantung. Isolator ini mampu menahan tegangan listrik yang
tinggi dan memberikan isolasi yang baik.
5. Isolator Busur (Arcing Horn Insulator): Isolator busur atau arcing horn isolator
digunakan pada saluran transmisi untuk mengendalikan busur listrik yang terjadi
ketika terjadi hubungan pendek atau korsleting. Isolator ini memiliki bentuk tanduk
yang dirancang untuk memecah busur listrik dan mencegah kerusakan lebih lanjut
pada saluran transmisi.
6. Isolator Gantung (Post Insulator): Isolator gantung atau post insulator digunakan
untuk mendukung struktur penyangga pada saluran transmisi. Mereka terdiri dari
satu atau beberapa disk isolator yang dipasang secara vertikal pada tiang atau
menara penyangga untuk memberikan isolasi listrik pada struktur tersebut.
13
Anderson Method terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
menghitung tegangan tembus isolator dan jumlah gangguan akibat back-flashover pada
saluran transmisi 150 kV Koto Panjang-Payakumbuh. Adapun tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut :
Dimana :
3. Kalikan nilai langkah 1 dengan 1.8 untuk memperkirakan tegangan atas menara dan
rata-rata untuk semua fasa (kV)
14
𝑍 = 𝑍11 + 𝑍12 2 ................................................................................................ (2. 16)
7. Menghitung faktor kopling (alat penghubung) untuk setiap fasa konduktor Faktor
kopling Upper :
11. Hitung waktu tempuh τpn dari puncak menara ke masing-masing crossarm (µs)
Dimana :
ρ : Resistivitas (ohm/meter)
L : Panjang elektroda
15
𝑍𝑤 = [ ][ ] .................................................................................. (2. 24)
18. Hitung komponen yang dipantulkan pada tegangan (V’T)2 di puncak menara dari
menara yang berdekatan
19. (Tambahkan langkah 17 dan 18 untuk menemukan tegangan puncak menara yang
sebenarnya ( ′T)2 (kV)
21. Kurangi (VR)2 dengan proporsi yang sama bahwa langkah 19 dikurangi dari
langkah 17 untuk menemukan tegangan resistansi pijakan yang sebenarnya (VR)2
pada 2µs (kV)
22. Untuk setiap fasa, hitung tegangan crossarm (Vpn)2 pada 2µs (kV)
23. Dengan menggunakan hasil langkah 7, 19 dan 22, hitung masing-masing tegangan
isolator perunit pada 2µs (Vsn)2 (kV)
16
24. Hitung tegangan puncak menara, ( 𝑇)6 pada 6 µs tanpa pantulan menara yang
berdekatan
25. Hitung komponen tegangan pantul ( ′𝑇)6 dari menara yang berdasarkan pada 6 µs
26. Dengan menggunaka tegangan pada langkah 24 dan 25 dari koefisien kopling pada
langkah 7. Hitung total tegangan isolator perunit untuk setiap fase ( )6 pada 6
µs.
27. Hitung rasio tegangan antara langkah 1 dan 23 untuk setiap fasa. Ini akan menjadi
(𝐼𝐶 )2 , sambaran arus kritis yang diperlakukan untuk flashover pada 2 µs.
28. Hitung rasio tegangan antara langkah 2 dan 26 untuk setiap fasa. Ini akan menjadi
(𝐼𝐶 )2 sambaran arus kritis yang diperlukan untuk flashover pada 6 µs.
29. Untuk setiap fasa, pilih arus terendah pada langkah 27 dan 28 sebagai (𝐼𝐶 )
30. Untuk setiap nilai dari dalam (𝐼𝐶 ) langkah 29, pilih tegangan ( 𝐶 ) yang
berjalandari langkah 1 dan 2 (kV)
31. Menggunakan langkah 29 dan 30 plot (𝐼′𝐶 ) untuk setiap fasa untuk
mengambil 360º
– ( – )
(𝐼′𝐶 ) =[ ] ............................................................. (2. 39)
17
34. Temukan probabilitas bahwa sambaran arus pada langkah 33 akan di
lampaui dalam flash ke baris.
𝑃𝐼 = ...........................................................................................................(2. 41)
35. Kalikan kilatan garis di jadwal 1. Langkah 25 dengan 0.60 untuk membuat
kilatan menara efektif per 100 km pertahun.
= 0.012 × 𝐼𝐾𝐿 + (𝑏 × 4ℎ ′1,09) × 0.60.................................................................. (2. 42)
36. Kalikan langkah 35 dengan nilai langkah 32 dan bagi dengan 100 untuk
menemukan kilatan menara per fasa per 100 km per tahun.
37. Kalikan setiap nilai pada langkah 36 dengan probabilitas yang sesuai pada langkah
34 untuk menemukan jumlah sambaran yang diperkirakan menyebabkan flahover
untuk fasa tertentu.
38. Jumlahkan semua nilai pada langkah 37 untuk total backflashover per 100
km per tahun.
39. Tambahkan ke langkah 38 kegagalan pelindung total dari jadwal 1 langkah
23 untuk kegagalan total per 100 km per tah
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analisa untuk mengetahui pengaruh kontaminan isolator
akibat endapan yang setara dengan garam dan endapan yang tidak larut yang dimiliki
permukaan isolator serta apa pengaruh pada tegangan flashover isolator yang
kontaminan pada transmisi 150 kV yang ada di Koto panjang -Payakumbuh.
Penulis mengambil lokasi kajian penelitian ini pada unit layanan transmisi dan gardu
induk saluran transmisi 150 kV Payakumbuh - Koto Panjang.
Untuk memenuhi kebutuhan data pada penelitian yang dilakukan, maka dibutuhkan
data:
`
kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul agu sep
Diskusi masalah
penelitian
Pemilihan dan
pemahaman jurnal
Penulisan proposal
penelitian
Seminar proposal
Pengumpulan dan
pengolahan data
Analis data
Penulisan hasil
penelitian
Seminar hasil
20
3.6 Flowchart Penelitian
21
Gambar 3. 1 flowchart penelitian
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pembahasan yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini adalah analisa pengaruh
kontaminan zat yang terlarut (ESDD) dan kontaminan zat yang tidak larut (NSDD)
terhadap tegangan flashover di isolator kotor berlumut pada saluran Transmisi 150 kV
Koto Panjang-Payakumbuh. Sehingga nantinya dapat mengetahui dampak yang
ditimbulkan dari kontaminan zat yang terlarut (ESDD) dan kontaminan zat yang tidak
larut(NSDD) terhadap tegangan flashover pada isolator transmisi 150 kV Koto Panjang-
Payakumbuh melalui analisa menggunakan metode Anderson.
Pada penulisan Tugas Akhir ini, Perbandingan pengaruh kontaminan zat yang teralarut
(ESDD) dan kontaminan zat yang tidak larut (NSDD) terhadap tegangan flashover
isolator pada saluran transmisi 150 Kv Koto Panjang-Payakumbuh. Untuk menunjang
penyelesaian pembahasan, Analisa dan perhitungan maka diperlukan data yang
berkaitan dengan pembahasan tersebut Adapun data tesebut dapat dilihat dari pada tabel
dibawah ini
Setelah diklasifikasikan terdapat 1 tower dari 68 tower yang terkena gangguan paling
tinggi memiliki dengan gangguan ≥ 5.
24
Dari 7 skenario pengujian isolator kontaminan lumut yang telah dilakukan di
Laboratorium Teknik Tegagan Tinggi UGM maka didapatkan nilai tegangan flashover
berdasarkan kontaminan yang didapatkan hasil NSDD dan ESDD yang dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
400
350
300
250
200
tegangan flashover
150
100
50
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
NSDD
400
350
tegangan flashover
300
250
200
150
100
50
0
0 50 100 150 200 250 300
ESDD
ESDD
150
0.6
0.4 100
0.2 50
0 0
236 238 240 242 244 246 248
FLASHOVER
Hubungan antara ESDD Terhadap tahanan pentanahan bisa didapat dengan memasukan
persamaan (2.7)
………………………………………………………………….……( 4.1)
Dimana pada persamaan ini nilai resistivitas tanah berbanding terbalik dengan ESDD
dimana menurut teori semakin tinggi nilai ESDD maka mempengaruhi nilai tahanan
kaki Menara
Untuk Mengetahui hubungan rumus pengaruh tegangan flash terhadap NSDD adalah
Persamaan (2.8)
………………………………………………………………………( 4.2)
Dimana pada persamaan ini nilai resistivitas tanah berbanding terbalik dengan ESDD
dimana semakin tinggi nilai NSDD maka mempengaruhi nilai tahanan kaki Menara
Untuk menentukan rumus resistivitas tanah maka dimasukanlah maka (4.1) dan (4.2)
dimasukanlah kedalam persamaan (4.3)
26
𝑡
………………………………………………….………( 4.3)
𝑡 = 0,0177 ohm
𝑡 = 0,0101ohm
𝑡 = 0,0091 ohm
27
𝑡
𝑡 = 0,0104 ohm
𝑡 = 0,0122 ohm
Analisa pengaruh Kontaminan ESDD dan NSDD terhadap tegangan flash over pada
isolator akan ditinjau dari nilai resistansi pentanahan yang terdapat pada jalur transmisi
150 kV Payakumbuh-Koto Panjang. Analisa ini dilakukan pada tower didaerah IKL 174
hari/tahun yang mana terdapat 248 tower. Sebanyak 68 tower terdata mengalami
gangguan(trip out). Setelah diklasifikasikan terdapat 1 tower dengan gangguan paling
banyak yaitu 9x. Dengan menggunakan metode J.G. Anderson yang telah dipaparkan
pada pembahasan sebelumnya maka dapat mempermudah untuk melakukan
perhitungan.
Metode anderson
Dengan menggunakan step yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya maka
akan mempermudah jalannya perhitungan. Berikut adalah penjabaran langkah-langkah
perhitungan seperti dibawah ini.
A. Untuk nilai tahanan pentanahan menara pada tower 17 dengan ESDD 160,8 dan
NSDD 0,8401 adalah 0,0177 Ω ohm dengan D = 1.36 maka akan didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut :
1. Tentukan tegangan isolator pada 2µs berdasarkan persamaan (2. 6)
= 820kV ×
28
Line 2
Line 1
R = 1115.2 kV
R’ = 1115.2 kV
S = 1115.2 kV
S’ = 1115.2 kV
T’ = 1115.2 kV T = 1115.2 kV
R = 795.6 kV
R’ = 795.6 kV
S’ = 795.6 kV S = 795.6 kV
T = 795.6 kV
T’ = 795.6 kV
1. Kalikan nilai langkah 1 dengan 1.8 untuk memperkirakan tegangan atas
menara dan rata-rata untuk semua fasa (kV) berdasarkan persamaan (2.8)
= 820kV × × 1.8
= 820kV × 1.36m × 1.8 = 𝟐𝟎𝟎𝟕.𝟑𝟔 𝒌𝑽
2. Menggunakan tegangan langkah 3 dan Eo = 1500 kV/m. menghitung
diameter kawat perisai korona (m). Gunakan ketinggian di menara
berdasarkan persamaan (2. 9)
ln = ln =
= 𝟎.𝟐𝟓1 𝒎
𝑍𝑛𝑛 = 60
𝑍𝑛𝑛 = 60 √ln ln
𝒁𝒏𝒏 = 𝟒𝟐𝟐,4 Ω
29
4. Dengan menggunakan hasil langkah 5, hitung impedansi surja gabungan, Zs
dari kawat perisai (jika hanya satu kawat perisai, sama seperti langkah 5)
berdasarkan persamaan (2. 11)
𝑍 𝑛 = 60 ln 𝑍 𝑛 = 60 ln
𝒁𝒎𝒏 = 𝟏𝟐2,57 Ω
𝑍 = (𝑍11 + 𝑍12) / 2 𝑍 = (422,4 Ω + 122,57 Ω) / 2
𝒁𝒔 = 𝟐𝟕𝟐,47 Ω
5. Menghitung faktor kopling (alat penghubung) untuk setiap fasa konduktor
Faktor kopling Upper berdasarkan persamaan (2.13)
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟑6
Faktor kopling Middle :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟐4
Faktor kopling Lower :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟏6
6. Tentukan impedansi lonjakan menara Z (Ω) berdasarkan persamaan (2.14)
𝑍𝑡 = 30 ln [ ] 𝑍𝑡 = 30 ln [ ]
𝒁𝒕 = 𝟏𝟔1,58 Ω
7. Tentukan waktu tempuh τr (µs) berdasarkan persamaan (2. 15)
𝜏 = 𝜏 =
𝝉𝒔 = 0,82 µ𝒔
9. Hitung waktu tempuh τpn dari puncak menara ke masing-masing crossarm
(µs) berdasarkan persamaan (2. 17)
30
𝐹𝑎 𝑎 𝑘𝑒 − 𝑛 =
= 𝟎.𝟎𝟏3 µ𝒔
= 𝟎.𝟎𝟐7 µ𝒔
= 𝟎.𝟎𝟒1 µ𝒔
𝑍𝐼 = 𝑍𝐼 =
𝒁𝑰 = 𝟕𝟑.𝟗 Ω
12. Tentukan Impedansi gelombang menara Zw (Ω) berdasarkan persamaan
(2.20)
𝑍𝑤 = [ ][ ] 𝑍𝑤 = [ ][ ]
𝒁𝒘 = 67.61 Ω
ѱ=[ ][ ]
ѱ=[ ][ ]
ѱ = 0.085
ᾶ = ᾶ =
31
ᾶ𝑹 = 0,0002
15. Hitung perunit tegangan puncak menara (VT)2 pada 2µs berdasarkan
persamaan (2. 23)
( 𝑇)2= [𝑍𝐼 − (1 − )] 𝐼
(𝑽𝑻)𝟐 = 7,01 kV
16. Hitung komponen yang dipantulkan pada tegangan (V’T)2 di puncak
menara dari menara yang berdekatan berdasarkan persamaan (2. 24)
( ’𝑇)2 = [ ] (1 − )
( ’𝑇)2 = [ ] (1 – 0,82 µ𝒔 )
(𝑽’𝑻)𝟐 = 𝟎
17. Tambahkan langkah 17 dan 18 untuk menemukan tegangan puncak menara
yang sebenarnya ( ′T)2 (kV) berdasarkan persamaan (2. 25)
( )2 = [ (1 − )] 𝐼
( )2 = [ (1 − )] x 1
(𝑽𝑹)𝟐 = 0,0176 kV
19. Kurangi (VR)2 dengan proporsi yang sama bahwa langkah 19 dikurangi
dari langkah 17 untuk menemukan tegangan resistansi pijakan yang
sebenarnya (VR)2 pada 2µs (kV) berdasarkan persamaan (2. 27)
32
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2] berdasarkan persamaan (2. 28)
R’ = 3,7kV
R = 5,9 kV
S’= 4,8 kV
S = 4,8 kV
T’= 5,9 kV
T = 3,7 kV
21. Dengan menggunakan hasil langkah 7, 19 dan 22, hitung masing-masing
tegangan isolator perunit pada 2µs (Vsn)2 (kV) berdasarkan persamaan (2.
29)
33
(Ṽ𝒔𝒏)𝟐 = 2,6 𝒌𝑽
Line 1 Line 2
R’ = 2,6 kV
R = 3,4 kV
S’ = 3.2 kV
S = 3,2 kV
T’ = 3.4 kV
T = 2,6 kV
Dengan menggunakan hasil langkah 23 tegangan isolator perunit pada 2µs kalikan
dengan tegangan dasar yaitu 150kV didapat tegangan flashover
B. Untuk nilai tahanan pentanahan menara pada tower 17 dengan ESDD 284,4 dan
NSDD 0,8309 adalah 0,0101 Ω ohm dengan D = 1.36 maka akan didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut :
= 585 ×
= 585 1.36m = 795.6 kV
Line 1 Line 2
R’ = 795.6 kV R = 795.6 kV
S’ = 795.6 kV S = 795.6 kV
T’ = 795.6 kV T = 795.6 kV
3. Kalikan nilai langkah 1 dengan 1.8 untuk memperkirakan tegangan atas menara
dan rata-rata untuk semua fasa (kV) berdasarkan persamaan (2.8)
= 820kV × × 1.8
34
= 820kV × 1.36m × 1.8 = 𝟐𝟎𝟎𝟕.𝟑𝟔 𝒌𝑽
4. Menggunakan tegangan langkah 3 dan Eo = 1500 kV/m. menghitung diameter
kawat perisai korona (m). Gunakan ketinggian di menara berdasarkan persamaan
(2. 9)
ln = ln =
= 𝟎.𝟐𝟓1 𝒎
𝑍𝑛𝑛 = 60
𝑍𝑛𝑛 = 60 √ln ln
𝒁𝒏𝒏 = 𝟒𝟐𝟐,4 Ω
6. Dengan menggunakan hasil langkah 5, hitung impedansi surja gabungan, Zs dari
kawat perisai (jika hanya satu kawat perisai, sama seperti langkah 5) berdasarkan
persamaan (2. 11)
𝑍 𝑛 = 60 ln 𝑍 𝑛 = 60 ln
𝒁𝒎𝒏 = 𝟏𝟐2,57 Ω
𝑍 = (𝑍11 + 𝑍12) / 2 𝑍 = (422,4 Ω + 122,57 Ω) / 2
𝒁𝒔 = 𝟐𝟕𝟐,47 Ω
7. Menghitung faktor kopling (alat penghubung) untuk setiap fasa konduktor Faktor
kopling Upper berdasarkan persamaan (2.13)
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟑6
Faktor kopling Middle :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟐4
Faktor kopling Lower :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟏6
35
8. Tentukan impedansi lonjakan menara Z (Ω) berdasarkan persamaan (2.14)
𝑍𝑡 = 30 ln [ ] 𝑍𝑡 = 30 ln [ ]
𝒁𝒕 = 𝟏𝟔1,58 Ω
9. Tentukan waktu tempuh τr (µs) berdasarkan persamaan (2. 15)
𝜏 = 𝜏 =
𝝉𝒔 = 0,82 µ𝒔
11. Hitung waktu tempuh τpn dari puncak menara ke masing-masing crossarm (µs)
berdasarkan persamaan (2. 17)
𝐹𝑎 𝑎 𝑘𝑒 − 𝑛 =
= 𝟎.𝟎𝟏3 µ𝒔
= 𝟎.𝟎𝟐7 µ𝒔
= 𝟎.𝟎𝟒1 µ𝒔
12. Pilih pijakan Resistansi R (Ω)
𝑍𝐼 = 𝑍𝐼 =
𝒁𝑰 = 𝟕𝟑.𝟗 Ω
14. Tentukan Impedansi gelombang menara Zw (Ω) berdasarkan persamaan (2.20)
𝑍𝑤 = [ ][ ] 𝑍𝑤 = [ ][ ]
𝒁𝒘 = 67.61 Ω
36
15. Tentukan faktor redaman menara ѱ berdasarkan persamaan (2. 21)
ѱ=[ ][ ]
ѱ=[ ][ ]
ѱ = 0.085
16. Tentukan faktor pembiasan pijakan resistansi ᾶR berdasarkan persamaan (2. 22)
ᾶ = ᾶ =
ᾶ𝑹 = 0,0001
17. Hitung perunit tegangan puncak menara (VT)2 pada 2µs berdasarkan persamaan
(2. 23)
( 𝑇)2= [𝑍𝐼 − (1 − )] 𝐼
(𝑽𝑻)𝟐 = 7,01 kV
18. Hitung komponen yang dipantulkan pada tegangan (V’T)2 di puncak menara dari
menara yang berdekatan berdasarkan persamaan (2. 24)
( ’𝑇)2 = [ ] (1 − )
( ’𝑇)2 = [ ] (1 – 0,82 µ𝒔 )
(𝑽’𝑻)𝟐 = 𝟎
19. Tambahkan langkah 17 dan 18 untuk menemukan tegangan puncak menara yang
sebenarnya ( ′T)2 (kV) berdasarkan persamaan (2. 25)
( )2 = [ (1 − )] 𝐼
( )2 = [ (1 − )] x 1
(𝑽𝑹)𝟐 = 0,0101kV
37
21. Kurangi (VR)2 dengan proporsi yang sama bahwa langkah 19 dikurangi dari
langkah 17 untuk menemukan tegangan resistansi pijakan yang sebenarnya (VR)2
pada 2µs (kV) berdasarkan persamaan (2. 27)
22. Untuk setiap fasa, hitung tegangan crossarm (Vpn)2 pada 2µs (kV)
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 =5,9 𝐤𝐕
tegangan crossarm (Vpn)2 (Middle) :
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2]
( 𝑝𝑛)2 = (0,6kV)+ [(7,5kV) − (0,6kV)]
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 =4,8 𝐤𝐕
tegangan crossarm (Vpn)2 (Lower) :
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2]
23. Dengan menggunakan hasil langkah 7, 19 dan 22, hitung masing-masing tegangan
isolator perunit pada 2µs (Vsn)2 (kV) berdasarkan persamaan (2. 29)
Dengan menggunakan hasil langkah 23 tegangan isolator perunit pada 2µs kalikan
dengan tegangan dasar yaitu 150kV didapat tegangan flashover
Tegangan flashover = (Ṽ 𝑛)2(Lower) x 150 = 2,6 kV x 150 kV = 395 kV
C. Untuk nilai tahanan pentanahan menara pada tower 17 dengan ESDD 258,6 dan
NSDD 1,0151 adalah 0,0091 Ω ohm dengan D = 1.36 maka akan didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut :
= 820kV ×
= 820kV * 1.36m= 1115.2 kV
Line 1 Line 2
R’ = 1115.2 kV R = 1115.2 kV
S’ = 1115.2 kV S = 1115.2 kV
T’ = 1115.2 kV T = 1115.2 kV
= 585 ×
= 585 1.36m = 795.6 kV
Line 1 Line 2
R’ = 795.6 kV R = 795.6 kV
39
S’ = 795.6 kV S = 795.6 kV
T’ = 795.6 kV T = 795.6 kV
3. Kalikan nilai langkah 1 dengan 1.8 untuk memperkirakan tegangan atas menara
dan rata-rata untuk semua fasa (kV) berdasarkan persamaan (2.8)
= 820kV × × 1.8
= 820kV × 1.36m × 1.8 = 𝟐𝟎𝟎𝟕.𝟑𝟔 𝒌𝑽
4. Menggunakan tegangan langkah 3 dan Eo = 1500 kV/m. menghitung diameter
kawat perisai korona (m). Gunakan ketinggian di menara berdasarkan persamaan
(2. 9)
ln = ln =
= 𝟎.𝟐𝟓1 𝒎
𝑍𝑛𝑛 = 60
𝑍𝑛𝑛 = 60 √ln ln
𝒁𝒏𝒏 = 𝟒𝟐𝟐,4 Ω
6. Dengan menggunakan hasil langkah 5, hitung impedansi surja gabungan, Zs dari
kawat perisai (jika hanya satu kawat perisai, sama seperti langkah 5)
berdasarkan persamaan (2. 11)
𝑍 𝑛 = 60 ln 𝑍 𝑛 = 60 ln
𝒁𝒎𝒏 = 𝟏𝟐2,57 Ω
𝑍 = (𝑍11 + 𝑍12) / 2 𝑍 = (422,4 Ω + 122,57 Ω) / 2
𝒁𝒔 = 𝟐𝟕𝟐,47 Ω
7. Menghitung faktor kopling (alat penghubung) untuk setiap fasa konduktor
Faktor kopling Upper berdasarkan persamaan (2.13)
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟑6
Faktor kopling Middle :
40
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟐4
Faktor kopling Lower :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟏6
8. Tentukan impedansi lonjakan menara Z (Ω) berdasarkan persamaan (2.14)
𝑍𝑡 = 30 ln [ ] 𝑍𝑡 = 30 ln [ ]
𝒁𝒕 = 𝟏𝟔1,58 Ω
9. Tentukan waktu tempuh τr (µs) berdasarkan persamaan (2. 15)
𝜏 = 𝜏 =
𝝉𝒔 = 0,82 µ𝒔
11. Hitung waktu tempuh τpn dari puncak menara ke masing-masing crossarm
(µs) berdasarkan persamaan (2. 17)
𝐹𝑎 𝑎 𝑘𝑒 − 𝑛 =
= 𝟎.𝟎𝟏3 µ𝒔
waktu tempuh τpn (middle) =
= 𝟎.𝟎𝟐7 µ𝒔
waktu tempuh τpn (Lower) =
= 𝟎.𝟎𝟒1 µ𝒔
12. Pilih pijakan Resistansi R (Ω)
41
𝑍𝐼 = 𝑍𝐼 =
𝒁𝑰 = 𝟕𝟑.𝟗 Ω
14. Tentukan Impedansi gelombang menara Zw (Ω) berdasarkan persamaan
(2.20)
𝑍𝑤 = [ ][ ] 𝑍𝑤 = [ ][ ]
𝒁𝒘 = 67.61 Ω
ѱ=[ ][ ]
ѱ=[ ][ ]
ѱ = 0.085
ᾶ = ᾶ =
ᾶ𝑹 = 0,0001
17. Hitung perunit tegangan puncak menara (VT)2 pada 2µs berdasarkan
persamaan (2. 23)
( 𝑇)2= [𝑍𝐼 − (1 − )] 𝐼
(𝑽𝑻)𝟐 = 7,01 kV
18. Hitung komponen yang dipantulkan pada tegangan (V’T)2 di puncak
menara dari menara yang berdekatan berdasarkan persamaan (2. 24)
( ’𝑇)2 = [ ] (1 − )
( ’𝑇)2 = [ ] (1 – 0,82 µ𝒔 )
(𝑽’𝑻)𝟐 = 𝟎
19. Tambahkan langkah 17 dan 18 untuk menemukan tegangan puncak menara
yang sebenarnya ( ′T)2 (kV) berdasarkan persamaan (2. 25)
42
(Ṽ𝑇)2 = (VT)2 + ( ′T)2
(Ṽ𝑇)2 = (7,5 kV)2 + (0)2
(Ṽ𝑇)2 = 7,0013 kV
20. Hitung tegangan (VR)S melintasi tahanan pijakan pada 2µs berdasarkan
persamaan (2. 26)
( )2 = [ (1 − )] 𝐼
( )2 = [ (1 − )] x 1
(𝑽𝑹)𝟐 = 0,0091kV
21. Kurangi (VR)2 dengan proporsi yang sama bahwa langkah 19 dikurangi
dari langkah 17 untuk menemukan tegangan resistansi pijakan yang
sebenarnya (VR)2 pada 2µs (kV) berdasarkan persamaan (2. 27)
( ) = ( )2 − ( 𝑡𝑒𝑝 19 − 𝑡𝑒𝑝 17)
( ) = 0,6kV − (7,5kV – 7,5kV)
(𝑽𝑹)𝒔 = 0,018 𝒌𝑽
22. Untuk setiap fasa, hitung tegangan crossarm (Vpn)2 pada 2µs (kV)
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 = 3,7 𝒌𝑽
Line 1 Line 2
R = 5,9 kV R’ = 3,7kV
S = 4,8 kV S’= 4,8 kV
43
T = 3,7 kV T’= 5,9 kV
Line 1 Line 2
R = 3,4 kV R’ = 2,6 kV
S = 3,2 kV S’ = 3.2 kV
T = 2,6 kV T’ = 3.4 kV
Dengan menggunakan hasil langkah 23 tegangan isolator perunit pada 2µs kalikan
dengan tegangan dasar yaitu 150kV didapat tegangan flashover
D. Untuk nilai tahanan pentanahan menara pada tower 17 dengan ESDD 247,1 dan
NSDD 0,9309adalah 0,0104Ω ohm dengan D = 1.36 maka akan didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut :
= 820kV ×
44
= 820kV * 1.36m= 1115.2 kV
Line 1 Line 2
R’ = 1115.2 kV R = 1115.2 kV
S’ = 1115.2 kV S = 1115.2 kV
T’ = 1115.2 kV T = 1115.2 kV
= 585 ×
= 585 1.36m = 795.6 kV
Line 1 Line 2
R’ = 795.6 kV R = 795.6 kV
S’ = 795.6 kV S = 795.6 kV
T’ = 795.6 kV T = 795.6 kV
3. Kalikan nilai langkah 1 dengan 1.8 untuk memperkirakan tegangan atas
menara dan rata-rata untuk semua fasa (kV) berdasarkan persamaan (2.8)
= 820kV × × 1.8
= 820kV × 1.36m × 1.8 = 𝟐𝟎𝟎𝟕.𝟑𝟔 𝒌𝑽
4. Menggunakan tegangan langkah 3 dan Eo = 1500 kV/m. menghitung
diameter kawat perisai korona (m). Gunakan ketinggian di menara
berdasarkan persamaan (2. 9)
ln = ln =
= 𝟎.𝟐𝟓1 𝒎
𝑍𝑛𝑛 = 60
𝑍𝑛𝑛 = 60 √ln ln
𝒁𝒏𝒏 = 𝟒𝟐𝟐,4 Ω
45
6. Dengan menggunakan hasil langkah 5, hitung impedansi surja gabungan, Zs
dari kawat perisai (jika hanya satu kawat perisai, sama seperti langkah 5)
berdasarkan persamaan (2. 11)
𝑍 𝑛 = 60 ln 𝑍 𝑛 = 60 ln
𝒁𝒎𝒏 = 𝟏𝟐2,57 Ω
𝑍 = (𝑍11 + 𝑍12) / 2 𝑍 = (422,4 Ω + 122,57 Ω) / 2
𝒁𝒔 = 𝟐𝟕𝟐,47 Ω
7. Menghitung faktor kopling (alat penghubung) untuk setiap fasa konduktor
Faktor kopling Upper berdasarkan persamaan (2.13)
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟑6
Faktor kopling Middle :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟐4
Faktor kopling Lower :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟏6
8. Tentukan impedansi lonjakan menara Z (Ω) berdasarkan persamaan (2.14)
𝑍𝑡 = 30 ln [ ] 𝑍𝑡 = 30 ln [ ]
𝒁𝒕 = 𝟏𝟔1,58 Ω
9. Tentukan waktu tempuh τr (µs) berdasarkan persamaan (2. 15)
𝜏 = 𝜏 =
𝝉𝒔 = 0,82 µ𝒔
11. Hitung waktu tempuh τpn dari puncak menara ke masing-masing crossarm
(µs) berdasarkan persamaan (2. 17)
𝐹𝑎 𝑎 𝑘𝑒 − 𝑛 =
46
waktu tempuh τpn (Upper) =
= 𝟎.𝟎𝟏3 µ𝒔
waktu tempuh τpn (middle) =
= 𝟎.𝟎𝟐7 µ𝒔
waktu tempuh τpn (Lower) =
= 𝟎.𝟎𝟒1 µ𝒔
12. Pilih pijakan Resistansi R (Ω)
𝑍𝐼 = 𝑍𝐼 =
𝒁𝑰 = 𝟕𝟑.𝟗 Ω
14. Tentukan Impedansi gelombang menara Zw (Ω) berdasarkan persamaan
(2.20)
𝑍𝑤 = [ ][ ] 𝑍𝑤 = [ ][ ]
𝒁𝒘 = 67.61 Ω
ѱ=[ ][ ]
ѱ=[ ][ ]
ѱ = 0.085
ᾶ = ᾶ =
ᾶ𝑹 = 0,0001
17. Hitung perunit tegangan puncak menara (VT)2 pada 2µs berdasarkan
persamaan (2. 23)
( 𝑇)2= [𝑍𝐼 − (1 − )] 𝐼
47
( 𝑇)2 = [73,9 − (1 − ))] × 1
(𝑽𝑻)𝟐 = 7,01 kV
18. Hitung komponen yang dipantulkan pada tegangan (V’T)2 di puncak
menara dari menara yang berdekatan berdasarkan persamaan (2. 24)
( ’𝑇)2 = [ ] (1 − )
( ’𝑇)2 = [ ] (1 – 0,82 µ𝒔 )
(𝑽’𝑻)𝟐 = 𝟎
19. Tambahkan langkah 17 dan 18 untuk menemukan tegangan puncak menara
yang sebenarnya ( ′T)2 (kV) berdasarkan persamaan (2. 25)
( )2 = [ (1 − )] 𝐼
( )2 = [ (1 − )] x 1
(𝑽𝑹)𝟐 = 7,0024 kV
21. Kurangi (VR)2 dengan proporsi yang sama bahwa langkah 19 dikurangi
dari langkah 17 untuk menemukan tegangan resistansi pijakan yang
sebenarnya (VR)2 pada 2µs (kV) berdasarkan persamaan (2. 27)
22. Untuk setiap fasa, hitung tegangan crossarm (Vpn)2 pada 2µs (kV)
48
( 𝑝𝑛)2 = (0,6kV)+ [(7,5kV) − (0,6kV)]
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 =5,9 𝐤𝐕
tegangan crossarm (Vpn)2 (Middle) :
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2]
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 =4,8 𝐤𝐕
tegangan crossarm (Vpn)2 (Lower) :
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2]
49
T = 2,6 kV T’ = 3.4 kV
Dengan menggunakan hasil langkah 23 tegangan isolator perunit pada 2µs kalikan
dengan tegangan dasar yaitu 150kV didapat tegangan flashover
Tegangan flashover = (Ṽ 𝑛)2(Lower) x 150
= 2,6 kV x 150 kV = 395 kV
E. Untuk nilai tahanan pentanahan menara pada tower 17 dengan ESDD 232,9dan
NSDD 0,8417 adalah 0,0122 Ω ohm dengan D = 1.36 maka akan didapatkan
hasil perhitungan sebagai berikut :
= 820kV ×
= 820kV * 1.36m= 1115.2 kV
Line 1 Line 2
R’ = 1115.2 kV R = 1115.2 kV
S’ = 1115.2 kV S = 1115.2 kV
T’ = 1115.2 kV T = 1115.2 kV
= 585 ×
= 585 1.36m = 795.6 kV
Line 1 Line 2
R’ = 795.6 kV R = 795.6 kV
S’ = 795.6 kV S = 795.6 kV
T’ = 795.6 kV T = 795.6 kV
3. Kalikan nilai langkah 1 dengan 1.8 untuk memperkirakan tegangan atas
menara dan rata-rata untuk semua fasa (kV) berdasarkan persamaan (2.8)
= 820kV × × 1.8
= 820kV × 1.36m × 1.8 = 𝟐𝟎𝟎𝟕.𝟑𝟔 𝒌𝑽
50
4. Menggunakan tegangan langkah 3 dan Eo = 1500 kV/m. menghitung
diameter kawat perisai korona (m). Gunakan ketinggian di menara
berdasarkan persamaan (2. 9)
ln = ln =
= 𝟎.𝟐𝟓1 𝒎
𝑍𝑛𝑛 = 60
𝑍𝑛𝑛 = 60 √ln ln
𝒁𝒏𝒏 = 𝟒𝟐𝟐,4 Ω
6. Dengan menggunakan hasil langkah 5, hitung impedansi surja gabungan, Zs
dari kawat perisai (jika hanya satu kawat perisai, sama seperti langkah 5)
berdasarkan persamaan (2. 11)
𝑍 𝑛 = 60 ln 𝑍 𝑛 = 60 ln
𝒁𝒎𝒏 = 𝟏𝟐2,57 Ω
𝑍 = (𝑍11 + 𝑍12) / 2 𝑍 = (422,4 Ω + 122,57 Ω) / 2
𝒁𝒔 = 𝟐𝟕𝟐,47 Ω
7. Menghitung faktor kopling (alat penghubung) untuk setiap fasa konduktor
Faktor kopling Upper berdasarkan persamaan (2.13)
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟑6
Faktor kopling Middle :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟐4
Faktor kopling Lower :
𝐾𝑛 = 𝐾𝑛 =
𝑲𝒏 = 𝟎.𝟏6
8. Tentukan impedansi lonjakan menara Z (Ω) berdasarkan persamaan (2.14)
51
𝑍𝑡 = 30 ln [ ] 𝑍𝑡 = 30 ln [ ]
𝒁𝒕 = 𝟏𝟔1,58 Ω
9. Tentukan waktu tempuh τr (µs) berdasarkan persamaan (2. 15)
𝑇 = ℎ : 300 𝑇 = 26m : 300
𝑻 = 𝟎.𝟎𝟖𝟕 µ𝒔
10. Tentukan waktu tempuh span τs (µs) berdasarkan persamaan (2.16)
𝜏 = 𝜏 =
𝝉𝒔 = 0,82 µ𝒔
11. Hitung waktu tempuh τpn dari puncak menara ke masing-masing crossarm
(µs) berdasarkan persamaan (2. 17)
𝐹𝑎 𝑎 𝑘𝑒 − 𝑛 =
waktu tempuh τpn (Upper) =
= 𝟎.𝟎𝟏3 µ𝒔
waktu tempuh τpn (middle) =
= 𝟎.𝟎𝟐7 µ𝒔
waktu tempuh τpn (Lower) =
= 𝟎.𝟎𝟒1 µ𝒔
12. Pilih pijakan Resistansi R (Ω)
𝑍𝐼 = 𝑍𝐼 =
𝒁𝑰 = 𝟕𝟑.𝟗 Ω
14. Tentukan Impedansi gelombang menara Zw (Ω) berdasarkan persamaan
(2.20)
𝑍𝑤 = [ ][ ] 𝑍𝑤 = [ ][ ]
𝒁𝒘 = 67.61 Ω
52
ѱ=[ ][ ]
ѱ=[ ][ ]
ѱ = 0.085
16. Tentukan faktor pembiasan pijakan resistansi ᾶR berdasarkan persamaan (2.
22)
ᾶ = ᾶ =
ᾶ𝑹 = 0,0002
17. Hitung perunit tegangan puncak menara (VT)2 pada 2µs berdasarkan
persamaan (2. 23)
( 𝑇)2= [𝑍𝐼 − (1 − )] 𝐼
( ’𝑇)2 = [ ] (1 − )
( ’𝑇)2 = [ ] (1 – 0,82 µ𝒔 )
(𝑽’𝑻)𝟐 = 𝟎
19. Tambahkan langkah 17 dan 18 untuk menemukan tegangan puncak menara
yang sebenarnya ( ′T)2 (kV) berdasarkan persamaan (2. 25)
( )2 = [ (1 − )] 𝐼
( )2 = [ (1 − )] x 1
(𝑽𝑹)𝟐 = 7,0121 kV
53
21. Kurangi (VR)2 dengan proporsi yang sama bahwa langkah 19 dikurangi
dari langkah 17 untuk menemukan tegangan resistansi pijakan yang
sebenarnya (VR)2 pada 2µs (kV) berdasarkan persamaan (2. 27)
22. Untuk setiap fasa, hitung tegangan crossarm (Vpn)2 pada 2µs (kV)
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 =5,9 𝐤𝐕
tegangan crossarm (Vpn)2 (Middle) :
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2]
(𝑽𝒑𝒏)𝟐 =4,8 𝐤𝐕
tegangan crossarm (Vpn)2 (Lower) :
( 𝑝𝑛)2 = ( )2 + [( 𝑇)2 − ( )2]
54
tegangan isolator perunit pada 2µs (Vsn)2 (Upper) :
(Ṽ 𝑛)2 = ( 𝑝𝑛)2 − 𝐾𝑛 × (Ṽ𝑇)2
(Ṽ 𝑛)2 = 6,5kV – (0,36× 7,5kV)
(Ṽ𝒔𝒏)𝟐 = 3,4 𝒌𝑽
tegangan isolator perunit pada 2µs (Vsn)2 (Middle) :
(Ṽ 𝑛)2 = ( 𝑝𝑛)2 − 𝐾𝑛 × (Ṽ𝑇)2
(Ṽ 𝑛)2 = 5,4 – (0,24 × 7,5kV)
(Ṽ𝒔𝒏)𝟐 = 3,2 𝒌𝑽
tegangan isolator perunit pada 2µs (Vsn)2 (Lower) :
(Ṽ 𝑛)2 = ( 𝑝𝑛)2 − 𝐾𝑛 × (Ṽ𝑇)2
(Ṽ 𝑛)2 = 4,3 – (0,16 × 7,5kV)
(Ṽ𝒔𝒏)𝟐 = 2,6 𝒌𝑽
Line 1 Line 2
R = 3,4 kV R’ = 2,6 kV
S = 3,2 kV S’ = 3.2 kV
T = 2,6 kV T’ = 3.4 kV
Dengan menggunakan hasil langkah 23 tegangan isolator perunit pada 2µs kalikan
dengan tegangan dasar yaitu 150kV didapat tegangan flashover sebagai berikut :
55
Catatan : flashover merah tetinggi biru terendah
Dapat dilihat dari Tabel 4.6 nilai tegangan flashover tertinggi terjadi pada nilai
kontaminan zat terlarut (esdd) 160,8 mg/cm2 yaitu 395,44 kv dengan metode Anderson
dan 346,8 kv dengan hasil eksperimen, sedangkan yang terendah terjadi pada
kontaminan zat yang terlarut (esdd ) 258,6 mg/cm2 yaitu 394,40 kv dengan metode
Anderson dan 341 kv dengan hasil eksperimen. Kemudian untuk kontaminan zat yang
terlarut (esdd) 284,4 mg/cm2, 247,1 mg/cm2, 232,9 mg/cm2 masing – masing adalah
394,52 kv metode Anderson / 341,2 kv hasil eksperimen, 394,56 kv metode Anderson /
348.6 kv hasil eksperimen, 394,78 kv metode Anderson / 345.4kV hasil eksperimen.
Sehingga secara keseluruhan semakin tinggi Nilai ESDD nilai flash over menurun. Hal
ini disebabkan oleh tingkat kontaminan yang tinggi pada permukaan isolator membuat
kekuatan dielektrik dari isolator menurun dimana seharusnya isolator flashover sesuai
standar BIL (Basic Insulated Level) 110kV akan tetapi dibawah 110 kV sudah flashover
akibat tingginya ESDD.Tingkat error 12%,14%,14%,12%,13% yang dipengaruhi oleh
suhu dan kelembapan yang disesuaikan dengan keadaan iklim di koto panjang-
payakumbuh dan eksperimen yang dilakukan dalam 2 hari
349
flashover anderson (KV)
395.60 348.6
56
larut (NSDD) maka tegangan flashover akan semakin rendah. Dalam hal ini disebabkan
oleh kontaminan seperti lumut atau debu yang menempel pada permukaan isolator dapat
mengurangi kemampuan isolator dalam menahan tegangan listrik dan memicu flashover
lebih mudah terjadi.
Dapat dilihat dari Tabel 4.7 nilai tegangan flashover tertinggi terjadi pada kontaminan
yang tidak larut ( nsdd ) 0,8401(mg/cm2) yaitu 395,44 kv dengan metode Anderson dan
346,8 kV hasil eksperimen, Sedangkan yang terendah terjadi pada nilai kontaminan
yang tidak larut (nsdd ) 1,0151 mg/cm2 yaitu 394,40 kv metode Anderson dan 341 kv
hasil eksperimen. Kemudian untuk kontaminan yang tidak larut (nsdd) 0,8309 mg/cm2,
0,9309 mg/cm2, 0,8417 mg/cm2 adalah 394,52 kv metode Anderson /341,2 kv hasil
eksperimen, 394,56 kv metode Anderson /348,6 kv hasil eksperimen, 394,78 kv metode
Anderson /345,4kv hasil eksperimen. Sehingga secara keseluruhan semakin tinggi nilai
kontaminan yang tidak larut (nsdd) maka flashover menurun. Seperti yang terlihat pada
tabel 4.6 Hal ini disebabkan kenaikan nilai kontaminan yang tidak larut (nsdd) yang
lebih tinggi menyebabkan penurunan tahanan dielektrik,yang pada akhirnya dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya tegangan flashover. Tingkat error
12%,14%,14%,12%,13% yang dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan yang disesuaikan
dengan keadaan iklim dikoto panjang-payakumbuh dan eksperimen yang dilakukan
dalam 2 hari
57
395.20 346
395.00 345.4 345.5
eksperimen
anderson (KV) 394.80
345
flashover
394.78
344.5
flashover
394.60
(KV)
394.52 394.56 344
394.40 394.40 343.5
394.20 343
0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05
Nsdd (mg/cm2)
58
Gambar 4. 7 Validasi matlab ESDD
Berdasrkan gambar 4.7 dapat dilihat bahwa validasi matlab antara perhitungan
Anderson dengan matlab Simulink hasilnya sama dan valid itu menandakan bahwa
perhitungan Anderson dan perhitungan dengan matlab Simulink sama
59
160,8(mg/cm2) 0,8401(mg/cm2) 395,44 KV 395,44 KV
60
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengaruh kontaminan zat terlarut (ESDD) nilai tegangan flashover
tertinggi terjadi pada kontaminan terlarut (ESDD) 160,8(mg/cm2) yaitu 395,44
(KV) dengan metode Anderson dan 346,8 (KV) dengan eksperimen, sedangkan
yang terendah terjadi pada kontaminan terlarut (ESDD) 258,6 ((mg/cm2) yaitu
394,40 (KV) dengan metode Anderson dan 341 (KV) dengan eksperimen. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kontaminan terlarut (ESDD)
maka tegangan flashover akan semakin rendah. Dalam hal ini disebabkan oleh
kontaminan seperti lumut atau debu yang menempel pada permukaan isolator
dapat mengurangi kemampuan isolator dalam menahan tegangan listrik dan
memicu flashover
5.2 Saran
1. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi tegangan flashover isolator. Misalnya, pengaruh tekanan atmosfer,
polusi udara, dan kondisi fisik isolator itu sendiri.
Fauzan, N.H. et al. (2023) ‘Study of the Effect of Humidity and Pollutants on the
Performance of 20 kV Arrester Isolators’, 12(2), pp. 151–157.
Lumeno, F., Patras, L. and Lisi, F. (2016) ‘Pengukuran Indeks Polusi Pada Sistem’, E-
Journal Teknik Elektro dan Komputer, 5(2), pp. 50–58.
Rahman, H., Syakur, A. and Masalah, A.L.B. (2013) ‘Terhadap Tegangan flashover dan
Arus Bocor pada Isolator Berbahan Resin Epoksi Silane dengan Pengisi Bahan
Pasir Silika’, pp. 1–12.
Warmi, Y. and Ismail, F. (2018) ‘Perbaikan Desain Proteksi Petir Saluran Transmisi
150 kV Payakumbuh – Koto Panjang’, Jurnal Teknik Elektro ITP, 7(1), pp. 1–6.
Available at: https://doi.org/10.21063/jte.2018.3133701.
Warmi, Y. and Michishita, K. (2018) ‘Horn Length Estimation for Decrease of Tripout
Rates on 150 kV Transmission Lines in West Sumatra in Indonesia’, pp. 1–6.
Abraham, A.P. and Prabhakar, B.R. (1992) ‘Effect of Humidity and Temperature on the
dc Breakdown of Rod-Rod and Rod-Plane Gaps’, IEEE Transactions on
Electrical Insulation, 27(2), pp. 207–213.
Adiwibowo, T.S. (2019) ‘Perancangan Proteksi Petir SUTET dengan Konsep Lightning
Performance dan Kinerja Arrester’, Energi & Kelistrikan, 11(2), pp. 98–107.
Barasa, M.C.M., Patras, L.S. and Tumaliang, H. (2017) ‘Analisis Kinerja Lightning
Arrester Pada Jaringan Transmisi 150 Kv Sistem Minahasa Khususnya Pada
Penyulang Kawangkoan - Lopana’, Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 6(1),
pp. 7–14.
Fauzan, M. et al. (no date) ‘Investigasi flashover Pada Saluran Transmisi 150 kV
Payakumbuh – Koto Panjang’, pp. 177–184.
Gouda, O.E. and El Dein, A.Z. (2014) ‘Laboratory simulation of naturally polluted
highvoltage transmission line insulators’, IET Generation, Transmission and
Distribution, 8(2), pp. 321–327.
Han Wang, Xingbo Han, Conglai Bi, Zhiyu Li, L.H. (2019) ‘Effect of inverted T
arrangement on AC pollution flashover characteristics of insulator strings’, The
Institut of Engineering and Technology [Preprint].
Kiswanto, H. (2022) Fisika Lingkungan: Memahami Alam Dengan Fisika. Syiah Kuala
University Press.
Kreith, F. (1991) Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas Edisi Ketiga. 3rd edn. Jakarta:
Erlangga.
Makkulau, C.W. dan A. (2017) ‘Pemasangan Arrester Dan Arcing Horn Pada
Penghantar’, Pemanasangan Arrester dan Arcing Horn Pada Penghantar
Berisolasi Di SUTM 20 kV [Preprint].
63
Nasa (2023) data suhu dan kelembaban koto panjang-payakumbuh 10 tahun terakhir.
PT. PLN (Persero) (2014) Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi
(SUTT/SUTET) PDM/ STT / 10 : 2014.
Salem, A.A. et al. (2022) ‘Polymeric Insulator Conditions Estimation by Using Leakage
Current Characteristics Based on Simulation and Experimental Investigation’,
Polymers, 14(4), pp. 1–17.
Syakur, A., Ervan Dwi Setiaji, M. and Aprianto, A. (2012) ‘Unjuk Kerja Isolator 20 kV
Bahan Resin Epoksi Silane Silika Kondisi Basah dan Kering’, Transmisi, 14(2),
pp. 68–72.
Tobing, B.L. (2003) Peralatan Tegangan Tinggi Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Warmi, Y. (2018) ‘Horn Length Estimation for Decrease of Tripout Rates on 150 kV
Transmission Lines in West Sumatra in Indonesia’, pp. 1–6.
64
Warmi, Y. (2019) ‘Analisa Pengaruh Panjang Gap Arcing Horn Terhadap Jumlah Trip-
out Pada Saluran Transmisi 150 kV Payakumbuh – Koto Panjang’, Jurnal
Teknik Elektro ITP, 8(2), pp. 82–86.
Warmi, Y. and Ismail, F. (2018) ‘Perbaikan Desain Proteksi Petir Saluran Transmisi
150 kV Payakumbuh – Koto Panjang’, Jurnal Teknik Elektro ITP, 7(1), pp. 1–6.
Yanti, F.R. (2022) ‘Analisa Pengaruh Kontaminan Isolator Terhadap Jumlah flashover
pada Saluran Transmisi 150 kV Koto Panjang-Payakumbuh’, Prosiding Sains
Nasional dan Teknologi, 12(1), p. 559.
65
LAMPIRAN
66