Anda di halaman 1dari 3

Organisasi yang agile (lincah) berarti organisasi yang secara cepat dapat

mengkonfigurasi ulang terhadap strategi, struktur, proses, orang, dan teknologi, menuju
peluang untuk menciptakan nilai dan melindungi nilai organisasi nya. Organisasi yang
agile berdasarkan hasil penelitian (McKinsey & Company, 2017) mampu memberikan
kinerja yang lebih baik. Organisasi yang berada pada lingkungan bisnis tidak stabil dan
tidak pasti dilaporkan lebih besar berpotensi untuk melakukan transformasi agile.

Perubahan ke arah organisasi yang menjadi cepat atau lincah, dianggap menjadi salah
satu agenda prioritas anggota eksekutif pada organisasi di berbagai belahan dunia.
Perubahan ini mencakup, transformasi untuk melakukan lebih banyak inovasi,
percobaan customer (customer experience), dari tingkat operasional, dan strategis,
agar menjadi lebih lincah. Ketika lingkungan bisnis berubah menjadi kompleks dan
fluktuatif, maka perusahaan membutuhkan praktik organisasi agile, bahkan beberapa
responden dari hasil penelitian mengatakan bahwa, ketika lingkungan bisnis menjadi
tidak stabil, maka semakin besar potensi mereka untuk bertransformasi menjadi
organisasi yang agile.

Salah satu ciri organisasi yang bergerak secara agile (agile ways), adalah mereka
mendekatkan aktivitas mereka dengan customer, dari segi inovasi, customer
experience, penjualan, management produk dan jasa. Hal ini berarti organisasi
bergerak ke arah customer sentris (costumer centricity), diikuti dengan peningkatan
produktivitas dan keterlibatan anggota (employee engagement), sebagai salah satu
tujuan organisasi melakukan transformasi agile. Dalam praktik organisasi agile,
organisasi berfokus terhadap internal end-to-end proses operasi, strategi, teknologi,
management supply chain dan manajemen talent. Transformasi organisasi ke arah
yang lebih agile terbukti memberikan peningkatan yang signifikan pada setiap kinerja
sejak proses transformasi dilakukan.

Untuk menjadi organisasi yang agile, organisasi butuh untuk bergerak secara dinamis
namun tetap stabil. Pergerakan yang dinamis, berarti organisasi dituntut untuk dapat
merespons perubahan dengan gesit dan cepat terhadap tantangan dan peluang baru.
Sedangkan stabil berarti, organisasi dituntut untuk dapat andal dan selalu efisien ketika
membangun tulang punggung (backbone) bisnis pada elemen yang tidak perlu
dilakukan perubahan secara periodik.

Agile atau lincah berhubungan dengan strategi dan orang. Pemimpin memberikan
panduan strategis yaitu tugas harian team yang di pandu dengan hasil konkrit sesuai
dengan panduan strategis tersebut. Selain itu mereka juga membagi visi dan tujuan
bersama (sharing vision and purpose) dalam anggota organisasi, sehingga mereka
secara personal dan emosional merasa terhubung dengan pekerjaan dan organisasi
tempat mereka bekerja, dan selalu secara aktif terlibat dalam memperbaiki arahan
strategis organisasi ke arah yang lebih baik. Setiap orang dalam organisasi agile
memiliki spirit wirausaha (entrepreneurial spirit), yaitu setiap orang secara proaktif
mengidentifikasi dan mengejar setiap peluang untuk terus berkembang dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari mereka.
Setiap unit yang mengadopsi praktik agile, biasanya mengikuti 4 (empat) kebiasaan
terkait dengan proses dan orang: yaitu dorongan kewirausahaan (entrepreneurial drive),
kepemimpinan bersama dan melayani (shared and servant leadership), standardisasi
cara kerja (standardized ways of working), dan membentuk komunitas yang kohesif
(cohesive community). Ketika melihat lebih dekat terhadap standardisasi cara kerja, unit
yang mengadopsi praktik agile memiliki keunggulan dalam 2 (dua) tingkatan, pertama
setiap unit memproses pekerjaan dengan bantuan platform/alat digital bersama (sharing
digital platform/tool), dan proses nya dilakukan standardisasi, serta menggunakan
bahasa dan alat yang sama (common language and tools).
Kebiasaan organisasi yang mengadopsi praktik agile juga melakukan transparansi lebih
besar dari mulai aspek customer dan keuangan kepada seluruh karyawan, termasuk
perubahan dan eksperimen yang cepat, produk dan jasa baru yang dibuat dengan
interaksi yang dekat terhadap customer, selain itu ide dan prototipe juga diuji di
lapangan pada awal proses pengembangan, sehingga setiap unit dapat bergerak
dengan cepat mengumpulkan data untuk melakukan kemungkinan perbaikan produk
dan jasa yang diberikan.

Dalam organisasi yang agile, setiap karyawan jauh lebih mungkin untuk saling
memberikan umpan balik berkelanjutan tentang perilaku dan hasil dari kegiatan bisnis
yang mereka lakukan. Bahkan pemimpin juga lebih baik dalam mendorong
kepemimpinan dan pelayanan bersama (servant leadership) dengan memberikan
insentif pada setiap perilaku yang berorientasi pada tim dan berinvestasi dalam
pengembangan karyawan. Lebih jauh lagi, organisasi yang bergerak secara agile,
umum nya membuat unit otonom yang sepenuh nya bertanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan nya.

Langkah-langkah melakukan
transformasi organisasi agile
Mendorong perubahan. Tantangan terbesar untuk melakukan transformasi organisasi
adalah budaya organisasi. Khusus nya ketidakselarasan antara cara kerja agile dan
aturan main pekerjaan setiap orang, kurangnya kolaborasi antar lintas level dan unit,
serta resistensi karyawan terhadap perubahan. Untuk merintangi halangan tersebut
terdapat beberapa langkah yang anda perlu lakukan. Pertama, pastikan para pemimpin
dan orang-orang di setiap organisasi selaras dengan pola pikir dan perilaku yang
dibutuhkan untuk bertransformasi menjadi agile. Kedua, mereka menjadi panutan bagi
pola pikir dan perilaku baru dan bertanggung jawab secara bersama untuk melakukan
perubahan tersebut. Ketiga, karyawan didukung dalam mengembangkan keterampilan
baru yang mereka butuhkan untuk berhasil mewujudkan organisasi masa depan yang
cepat beradaptasi. Dan akhirnya, mekanisme formal diberlakukan untuk memperkuat
perubahan, memberi penghargaan dan memberi insentif kepada orang-orang untuk
menunjukkan perilaku baru.
Memperjelas visi organisasi. Organisasi harus mampu menciptakan visi dan tujuan
bersama serta menyelaraskan nya dengan panduan strategis yang dapat
ditindaklanjuti. Kebanyakan organisasi mendapatkan rintangan untuk bertransformasi,
karena tidak mampu menciptakan visi yang bermakna atau tidak di komunikasi dengan
jelas dan mudah dipahami. Untuk merintangi ini, organisasi harus memperjelas manfaat
apa yang mereka dapatkan untuk melakukan transformasi atau perubahan tersebut,
dan bagaimana mengukur dampak nya terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan.
Visi tersebut harus secara kolektif menjadi pegangan dan terus didukung secara
berkelanjutan oleh pemimpin puncak organisasi.

Putuskan kapan dan bagaimana anda memulai transformasi. Biasa nya organisasi
yang terhambat melakukan proses transformasi, karena tidak memiliki rencana
implementasi yang jelas. Misalnya, dengan membuat perubahan di bagian-bagian yang
lebih kecil dari setiap unit kinerja, atau dengan membuat perubahan pada elemen yang
lebih mendasar dari organisasi. Selanjut nya organisasi juga harus dapat menilai dan
memilih cara-cara dari praktik agile yang paling prioritas untuk di implementasi kedalam
organisasi agar mampu mencapai agile dan dampak yang diinginkan. Kedua, tindakan
tersebut melintasi batas-batas strategi, struktur, proses, orang, dan teknologi untuk
saling memperkuat satu dengan yang lain nya. Ketiga, mereka harus menentukan
sumber daya dan kerangka waktu (timeline) untuk melakukan transformasi, sehingga
setiap elemen dalam organisasi mampu mempertahankan momentum transformasi
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai