Anda di halaman 1dari 19

ANGGARAN DASAR

ASOSIASI BADAN PERWAKILAN/PERMUSYAWARATAN DESA SELURUH INDONESIA

Pembukaan

Sejak digulirkannya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, paradigma
pemerintahan desa berubah. Pemerintahan desa yang semula sebagai alat negara berubah menjadi organisasi rakyat,
sehingga pemerintahan desa berpusat pada rakyat. Selain itu Undang-Undang tersebut memberikan ruang gerak
kepada mayarakat desa untuk membangun pemerintahannya berdasar pada prinsp otonomi asli, keanekaragaman,
demokratisasi, pemberdayaan dan partisipasi.
Partisipasi masyarakat desa dalam hal pembangunan pemerintahan desa dipresentasikan kepada para
anggota Badan Perwakilan/Permusyawaratan Desa yang mereka pilih. Badan Perwakilan/Permusyawaratan Desa
baik secara individu maupun secara kolektif (kelembagaan) diperankan oleh para konstituennya untuk membangun
kinerja pemerintahan desa yang transparan, akuntabel, berorientasi pada visi dan misi, profesionalisme berdasar pada
aturan, tanggap terhadap permasalahan, tidak tabu terhadap kritik, partisipatif efektif dan efisien.
Dinamika kehidupan desa akan terus berubah, seiring dengan perubahan paradigma serta struktur sosial
budaya desa. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pola pikir, pola tindak, dan pola sikap desa. Sikap komunitas desa
terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan akan terus berlangsung kritis, tajam, dan mengembang
bahkan melintasi melewati teritorial desanya.
Tidak hanya paradigma desa tentang negara yang berubah, tetapi paradigma tentang desa pun telah berubah.
Negara dalam hal ini pemerintah, berpandangan bahwa posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis
sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Karena itu dengan
otonomi desa yang kuat akan memengaruhi secara signifikan perwujudan otonomi daerah, dengan kata lain bahwa
desa selain harus berpikir untuk dirinya sendiri juga harus berpikir untuk menentukan format penyelenggaraan otonomi
daerah.
Namun demikian kondisi obyektif otonomi desa secara faktual hingga saat ini baru sebatas pada tataran
paradigma dan wacana, belum sampai kepada tahap implementasi kebijakan secara aturan operasional. Karena itu
dilihat dari segi urgensi otonomi desa, bahwa otonomi desa masih belum mampu untuk dilaksanakan akibat
permasalahan yang muncul dari dalam dan dari luar. Permasalahan dalam (internal) datang dari akar masalah
”lemahnya pemerintahan desa”. Dimana kelemahan ini dikaitkan oleh rendahnya kualitas pemerintah desa, rendahnya
kualitas BPD dalam melakukan tupoksi-nya serta minimnya partidipasi mayarakata. Adapun permasalahan dari luar
yang menghambat teraktualisasinya oronomi pemerintahan desa adalah karena diakibatkan oleh kebijakan pemerintah
”atas” yang menguasai potensi-potensi penting sumber pendapatan desa beserta keengganan memberikan sebagian
kewenangan pelayanan ”publik” kepada desa,
Karena itu, untuk menyikapi perubahan paradigma komunitas desa, dalam mendorong pemerintah desa
membangun kinerjanya menggunakan prisip-prinsip good governance. Untuk meyikapi dinamika prakarsa dan
kehendak masyarakat desa serta untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi desa, maka para peserta
musyawarah nasional Badan Perwakilan/Permusyawaratan Desa (BPD) yang bernama Asosiasi Badan
Perwakilan/Permusyawaratan Desa Seluruh Indonesia dengan menyusun rumusan dasar AD/ART sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Asosiasi Badan Perwakilan/ Permusyawaratan Desa Seluruh Indonesia, yang selanjutnya
disebut ABPEDSI

Pasal 2
Waktu Pendirian
ABPEDSI didirikan pada tanggal 20 Mei 2003 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3
Kedudukan
DPP ABPEDSI berkedudukan di Ibu Kota Negara

BAB II
Sifat dan Fungsi

Pasal 4
Sifat
ABPEDSI bersifat independen
Pasal 5
Fungsi

ABPEDSI berfungsi sebagai :


1) Sarana komunikasi, fasilitasi, koordinasi, mediasi, advokasi, dan perjuangan bagi BPD, Pemerintah, dan
masyarakat desa.
2) Sebagai mitra pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berada ditingkatannya masing-masing

BAB III
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 6
Asas
ABPEDSI berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 5

Pasal 7
Tujuan
Tujuan :
1) Terwujudnya Otonomi Pemerintahan Desa
2) Meningkatnya daya kerja dan efektifitas kinerja pemerintahan desa.

BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 8
Visi
”Terwujudnya pemerintahan desa yang demokratis, bersih, berwibawa, harmonis, akuntabel dalam kerangka
kemadirian desa menuju masyarakat adil dan makmur, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”

Pasal 9
Misi
Misi :
1) Memberdayakan elemen-elemen pemerintahan dan kemasyarakatan desa.
2) Membangun kemitraan dengan berbagai elemen pemerintahan dan kemasyarakatan.
3) Menegaskan kebenaran dan kejujuran dalam gerak kehidupan beragama, bernegara, dan bermasyarakat.

BAB V
USAHA DAN ALAT
Pasal 10
Usaha
Usaha-usaha :
1) Fasilitasi, mediasi, dan advokasi untuk BPD, pemerintah desa, dan masyarakat desa.
2) Kerjasama dan partisipadi dengan pihak lain dalam memberikan bimbingan teknis penyelenggaraan otonomi
pemerintahan desa, peningkatan kualitas, efektifitas dan akuntailitas kinerja pemerintahan desa.
3) Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan serta sejalan dengan tujuan, visi, dan misi organisasi.

Pasal 11
Alat
Agar tujuan tercapai sesuai visi misi, maka dapat dibentuk alat organisasi berupa komisi-komisi dan atau nama lain
sejenisnya sesuai kebutuhan.
BAB VI
ANGGOTA DAN PENGURUS
Pasal 12
Keanggotaan
Anggota ABPEDSI terdiri dari :
1) Anggota fungsional yaitu semua BPD di wilayah Republik Indonesia
2) Anggota kehormatan yaitu anggota BPD yang telah purna bakti.
3) Anggota luar biasa yaitu seseorang karena jasa dan kepedulian terhadap ABPEDSI/BPD.

Pasal 13
Kepengurusan
1) Kepengurusan ABPEDSI terdiri dari pengurus pusat, pengurus propinsi, pengurus kabupaten, dan pengurus
kecamatan.
2) pengurus pusat disebut dewan pimpinan pusat (DPP), pengurus propinsi disebut dewan pimpinan wilayah
(DPW), pengurus kabupaten disebut dewan pimpinan daerah (DPD), dan pengurus kecamatan disebut dewan
pimpinan kecamatan (DPK).
5
Pasal 14
Masa kerja pengurus ABPEDSI 5 tahun, atau hingga terbentuknya pengurus baru.

BAB VII
FORUM ORGANISASI
Pasal 15
(1) Jenis Forum Orgnaisasi terdiri atas :
a.Musyawarah Nasional disingkat MUNAS
b.Musyawarah Nasional Luar Biasan disingkat MUNASLUB
c. Musyawarah kerja Nasional disingkat MUKERNAS
d.Musyawarah Wilayah Provinsi disingkat MUSWIL
e.Musyawarah Luar Biasa Wilayah Provinsi disingkat MUSLUBWIL
f. Musyawarah Kerja Wilayah Provinsi disingkat MUKERWIL.
g.Musyawarah Daerah disingkat MUSDA
h.Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat MUSALUB
i. Musyawarah Kerja Daerah disingkat MUKERDA
j. Musyawarah Kecamatan disingkat MUSCAM
k. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan disingkat MUSLUBCAM
l. Musyawarah Kerja Kecamatan disingkat MUKERCAM.
(2) Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan serta cara kerja masing-masing forum organisasi tersebut
dalam ayat (1)) pasal ini diatur dalam ART.

BAB VIII
BADAN PENASEHAT/DEWAN PAKAR
Pasal 16
(1) Apabila diperlukan Badan Pimpinan Organisasi sampai tingkat DPK dapat mengangkat sebuah badan
penasehat atau dewan pakar dan atau nama lain yang sejenis
(2) Badan Penasehat/Dewan Pakar bertugas memberikan nasehat, pertimbangan, dan saran kepada Badan
Pimpinan Organisasi. Badan Penasehat terdiri atas unsur-unsur tokoh masyarakat yang berkompeten dan
para ahli
(3) Masa bakti kepengurusan Badan Penasehat/Dewan Pakar sama dengan masa bakti kepengurusan Badan
Pimpinan Organisasi sesuai tingkatannya.
(4) Ketentuan mengenai susunan, uraian tugas, fungsi, dan cara kerja Badan Penasehat/Dewan Pakar diatur
dalam ketentuan tersendiri.
BAB IX
7 KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 17
Keuangan
(1) Keuangan ABPEDSI bersumber dari :
1. Iuran anggota
2. Bantuan Pemerintah lewan APBN, APBD Provinsi, dan Kabupaten
3. Usaha-usaha lain yang sah
4. Wakaf dan hibah
5. Bantuan pihak lain yang tidak mengikat
(2) Pertanggungjawaban keuangan dilaksanakan minimal satu tahun sekal dalam rapat pleno.

Pasal 18
6
Kekayaan
1) Semua kekayaan yang dikuasai ABPEDSI dipelihara dan dipergunakan untuk kepentingan organisasi
2) Semua kekayaan organisasi dibukukan, dilaporkan, dan dipertanggungjawabkan oleh pengurus kepada
anggota pada masa akhir jabatannya.

BAB X
ATRIBUT
Pasal 19
(1) ABPEDSI memiliki atribut organisasi yang terdiri dari lambang, logo, panji, himne, dan mars serta stempel/cap
organisasi
(2) Atribut organisasi tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam ketentuan tersendiri.
BAB XI
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 20
Perubahan
Anggaran Dasar ABPEDSI hanya dapat dirubah oleh musyawarah nasional.

Pasal 21
Pembubaran
1) ABPEDSI hanya dapat dibubarkan oleh musyawarah nasional yang khusus diadakan untuk itu.
2) Apabila ABPEDSI dibubarkan, segaa hak milik organisasi dihibahkan kepada organisasi yang sehaluan dan
atau kepada badan sosial.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Nama
1) Untuk pertama kali Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ditetapkan pertama kali Rakernas I
berdasarkan amanat Munas I tanggal 20 Mei di Yogyakarta.
2) Paling lambat satu tahun setelah berlakunya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, semua Badan
Kelengkapan Organisasi dari pusat sampai kecamatan wajib melakukan penyesuaian dengan isi dan materi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini yang dilaksanakan melalui forum organisasi di tingkatannya
9 masing-masing.

BAB XII
PENUTUP
Pasal 23
1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur kemudian dalam Anggaran Rumah Tangga dan
Peraturan Organisasi
2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh Munas.

DITETAPKAN DI : TENGGARONG
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2004
OLEH : RAKERNAS ABPEDSI

PENGURUS PUSAT
ASOSIASI BADAN PERWAKILAN/ PERMUSYAWARATAN DESA SELURUH INDONESIA
(ABPEDSI)

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

H. SUBITO RM. SOLEH SOESETYA WA.


ANGGARAN RUMAH TANGGA
11
ASOSIASI BADAN PERWAKILAN/PERMUSYAWARATAN
DESA SELURUH INDONESIA

BAB I
HARI LAHIR ORGANISASI
Pasal 1
Hari Lahir Organisasi
Hari lahir ABPEDSI tanggal 20 Mei 2003

BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Jenis Keanggotaan
Jenis Keanggotaan terdiri dari :
1. Anggota Fungsional
2. Anggota Kehormatan
3. Anggota Luar Biasa

Pasal 3
Anggota Fungsional
1) Yang dimaksud dengan keanggotaan fungsional ialah anggota yang didasarkan pada institusi/kelembagaan BPD
2) Yang dapat menjadi anggota ABPEDSI fungsional ialah institusi BPD yang melibatkan pimpinan BPD dan anggota
yang masih aktif.
Pasal 4
Anggota Kehormatan
Yang dimaksud anggota kehormatan ialah seseorang yang pernah menjadi anggota Badan Perwakilan Desa

Pasal 5
Anggota Luar Biasa
Yang dimaksud anggota luar biasa ialah seseorang yang karena jasa dan kepedulian terhadap kemajuan
BPD/ABPEDSI.

Pasal 6
Kewajiban Anggota
Setiap anggota ABPEDSI wajib :
1) Menta’ati Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, peraturan organisasi, keputusan DPP dan keputusan
komisi.
2) Aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi, aktif melaksanakan kewajiban yang menjadi
tanggung jawabnya.
3) Menjaga dan memelihara hubungan baik dengan anggota
4) Menjunjung tinggi sumpah dan janji anggota BPD

Pasal 7
Hak Anggota
1) Anggota Fungsional
a. Memperolah hak sama dalam organisasi
b. Mendapat perlindungan dan pendidikan dari organisasi
c. Memilih dan dipilih
13 d. Mengajukan saran dan kritik
2) Anggota Kehormatan
a. Mengikuti kegiatan rapat
b. Memberi saran.

3) Anggota Luar Biasa


a. Mengikuti kegiatan rapat
b. Memberi saran, pertimbangan, sumbangan moril dan materiil.
4) Apabila seorang pengurus telah berakhir sebagai anggota BPD, maka yang bersangkutan tetap melanjutkan
kepengurusan sampai akhir masa jabatan di ABPEDSI.

BAB III
KEPENGURUSAN
Pasal 8
Kriteria Pengurus
1) Yang boleh dipilih dan dicalonkan menjadi :
a. Pengurus DPP adalah pengurus DPP, DPW, dan DPD
b. Pengurus DPW adalah pengurus DPW dan DPD
c. Pengurus DPD adalah pengurus DPD dan DPK
d. Pengurus DPK adalah para anggota BPD
2) Memiliki kredibilitas tinggi, cakap, mampu bertanggung jawab, dan berakhlak mulia.
3) Menandatangani surat kesediaan menjadi pengurus.

Pasal 9
Kewajiban Pengurus
1) Berpegang teguh kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan organisasi.
2) Menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan DPP, DPW, DPD, dan DPK.
3) Menyelenggarakan rapat-rapat sesuai kebutuhan.
4) Melaksanakan tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya.
5) Memberikan laporan atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
6) Menyebarkan informasi kepada anggota mengenai kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan
publik.
7) Mewakili di luar maupun di dalam organisasi.

Pasal 10
Hak Pengurus
1) Penguus DPP :
a. Mengadakan dan menggunakan anggaran keuangan, sarana, dan kekayaan organisasi sesuai dengan
kebutuhan.
b. Menetapkan keinginan organisasi untuk kepentingan anggota dan masyarakat.
c. Membentuk komisi dan komite
2) Pengurus Wilayah :
a. Mengadakan dan menggunakan anggaran keuangan, sarana, dan kekayaan organisasi sesuai
kebutuhan.
b. Menetapkan kebijakan organisasi untuk kepentingan anggota dan masyarakat
c. Membentuk pokja dan panitia sesuai kebutuhan.
15 3) Pengurus DPD :
a. Mengadakan dan menggunakan anggaran keuangan, sarana, dan kekayaan organisasi sesuai kebutuhan.
b. Menetapkan kebijakan organisasi utnuk kepentingan anggota dan masyarakat
c. Membentuk pokja dan panitia sesuai kebutuhan.
4) Pengurus DPK :
a. Mengadakan dan menggunakan anggaran keuangan, sarana, dan kekayaan organisasi sesuai kebutuhan.
b. Menetapkan kebijakan organisasi utnuk kepentingan anggota dan masyarakat
c. Membentuk pokja dan panitia sesuai kebutuhan.

Pasal 11
Pemilihan Pengurus
1) Pemilihan Pengurus DPP dilakukan dalam musyawarah nasional yang diikuti oleh Pengurus DPP, Pengurus
Wilayah, dan Pengurus DPD.
2) Pemilihan Pengurus DPW dilakukan dalam musyawarah wilayah yang diikuti oleh Pengurus DPD dan ketua
DPK.
3) Pemilihan Pengurus DPD dilakukan dalam musyawarah daerah yang diikuti oleh Pengurus DPD dan DPK.
4) Pemilihan Pengurus DPK dilakukan dalam musyawarah kecamatan yang diikuti oleh para anggota BPD
masing-masing desa.

BAB IV
PENGURUS PUSAT
Pasal 12
Susunan Pengurus Pusat
Anggota Pengurus Pusat berjumlah sebanyak-banyaknya 25 orang dengan susunan sebagai berikut :
a. Pengurus harian sebanyak-banyaknya 12 orang :
1. Ketua Umum
2. Ketua
3. Ketua
4. Ketua
5. Ketua
6. Sekretaris Jendral
7. Wakil Sekretaris Jendral
8. Wakil Sekretaris Jendral
9. Wakil Sekretaris Jendral
10. Wakil Sekretaris Jendral
11. Bendahara
12. Wakil Bendahara

b. Ketua Departemen :
1. Ketua Departemen Organisasi
2. Ketua Departemen Otonomi Desa dan Pemerintahan Kabupaten
3. Ketua Departemen Diklat dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Ketua Departemen Inkom dan Kerjasama antar Lembaga
17 5. Ketua Departemen Advokasi dan Perlindungan Hukum
6. Ketua Departemen Sosial Politik dan Budaya
7. Ketua Departemen Pemberdayaan Peranan Perempuan
8. Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan

Pasal 13
Pemilihan Pengurus Pusat
1) Pada setiap munas, Pengurus Pusat mengakhiri masa baktinya dan diselenggarakan pemilihan Pengurus
Pusat yang baru
2) Calon Pengurus Pusat harus menyampaikan visi misinya dihadapan peserta munas
3) Ynag dipilih dalam munas adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jendral yang sekaligus bertindak sebagai
formatur.
4) Serah terima jabatan Pengurus Pusat lama kepada Pengurus Pusat baru dilakukan dihadapan peserta munas.
5) Pemilihan Pengurus Pusat dipimpin oleh Panitia pemilihan Pengurus Pusat ABPEDSI yang susunan dan
keanggotaannya disyahkan oleh munas.
6) Sebelum memulai tugasnya seluruh anggota Pengurus Pusat mengucapkan janji dihadapan peserta munas
yang memilihnya.
7) Dalam hal terjadi kekosongan anggota Pengurus Pusat, pengisiannya dilakukan oleh Rapat Pengurus Pusat
dan hasilnya dilaporkan kepada Musyawarah aKerja Nasional kecuali kekosongan terpilih pengisiannya
dilakukan dalam Mukernas.

BAB V
PENGURUS ABEDSI PROVINSI
Pasal 14
Susunan Pengurus
Pengurus ABPEDSI Provinsi sebanyak-banyaknya 15 orang
a. Pengurus harian sebanyak-banyaknya 8 orang
1. Ketua Umum
2. Ketua
3. Ketua
4. Ketua
5. Sekeretaris Umum
6. Wakil Sekeretaris Umum
7. Bendahara
8. Wakil Bendahara

b. Pengurus ABPEDSI Provinsi dapat dilengkapi paling banyak 7 orang Departemen yang mengacu kepada
nama dan susunan pengurus pusat.

Pasal 15
Pemilihan Pengurus ABPEDSI Provinsi
1) Pada setiap Musyawarah Wilayah ABPEDSI Provinsi yang diadakan paling lambat 6 bulah setelah Munas,
pengurus wilayah wajib mengakhiri masa baktinya dan diselenggarakan pemilihan pengurus ABPEDSI yang
baru
2) Bakal calon wajib menyampaikan visi misi dihadapan peserta Muswil ABPEDSI Provinsi
19
3) Yang dipilih dalam Muswil adalah Ketua Umum dan Sekretaris Umum.
4) Pemilihan Pengurus Provinsi dipimpin oleh Pengurus Pusat.
5) Formatur terpilih wajib melengkapi susunan pengurus untuk kemudian disyahkan oleh peserta Muswil.
BAB VI
PENGURUS ABPEDSI KABUPATEN
Pasal 16
Susunan Pengurus
Pengurus ABPEDSI Kabupaten sebanyak-banyaknya 14 orang
a. Pengurus harian sebanyak-banyaknya 7 orang
1. Ketua Umum
2. Ketua
3. Ketua
4. Sekretaris Umum
5. Wakil Sekretaris Umum
6. Bendahara
7. Wakil Bendahara
b. Pengurus ABPEDSI Kabupaten dapat dilengkapi paling banyak 7 orang Divisi yang mengacu kepada nama
dan susunan pengurus pusat.

Pasal 17
Pemilihan Pengurus ABPEDSI Kabupaten
1) Pada setiap Musyawarah ABPEDSI Kabupaten yang diadakan paling lambat 6 bulan setelah Muswil, pengurus
kabupaten wajib mengakhiri masa baktinya dan diselenggarakan pemilihan pengurus ABPEDSI yang baru.
2) Bakal calon wajib menyampaikan visi misi dihadapan peserta Musda ABPEDSI Kabupaten
3) Yang dipilih dalam Musda adalah Ketua Umum dan Sekretaris Umum
4) Pemilihan Pengurus Kabupaten dipimpin oleh pengurus Provinsi
5) Formatur terpilih wajib melengkapi susunan pengurus untuk kemudian disyahkan oleh peserta Musda.

BAB VII
PENGURUS ABPEDSI KECAMATAN
Pasal 18
Susunan Pengurus
Pengurus ABPEDSI Kecamatan sebanyak-banyaknya 12 orang
a. Pengurus harian sebanyak-banyaknya 5 orang
1. Ketua Umum
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris Umum
4. Wakil Sekretaris Umum
21 5. Bendahara
b. Pengurus ABPEDSI Kecamatan dapat dilengkapi paling banyak 7 orang Divisi yang mengacu kepada nama
dan susunan pengurus pusat.

Pasal 19
Pemilihan Pengurus ABPEDSI Kabupaten
1) Pada setiap Musyawarah ABPEDSI Kecamatan yang diadakan paling lambat 6 bulan setelah Musda,
pengurus kecamatan wajib mengakhiri masa baktinya dan diselenggarakan pemilihan pengurus ABPEDSI
yang baru.
2) Bakal calon wajib menyampaikan visi misi dihadapan peserta Muscam ABPEDSI Kecamatan
3) Yang dipilih dalam Muscam adalah Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
4) Pemilihan Pengurus Kecamatan dipimpin oleh pengurus kabupaten
5) Formatur terpilih wajib melengkapi susunan pengurus untuk kemudian disyahkan oleh peserta Muscam.

BAB VIII
FORUM ORGANISASI
Pasal 20
Jenis Forum Organisasi terdiri atas :
a. Musyawarah Nasional disingkat MUNAS
b. Musyawarah Nasional Luar Biasan disingkat MUNASLUB
c. Musyawarah kerja Nasional disingkat MUKERNAS
d. Musyawarah Wilayah Provinsi disingkat MUSWIL
e. Musyawarah Luar Biasa Wilayah Provinsi disingkat MUSLUBWIL
f. Musyawarah Kerja Wilayah Provinsi disingkat MUKERWIL.
g. Musyawarah Daerah disingkat MUSDA
h. Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat MUSALUB
i. Musyawarah Kerja Daerah disingkat MUKERDA
j. Musyawarah Kecamatan disingkat MUSCAM
k. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan disingkat MUSLUBCAM
l. Musyawarah Kerja Kecamatan disingkat MUKERCAM.

Pasal 21
Korum
1) Munas dianggap syah apabila jumlah kabupaten yang hadir lebih dari ½ (seperdua) dan mewakili lebih dari ½
(seperdua) jumlah suara.
2) Muswil dan Musda dianggap syah apabila jumlah kabupaten/kecamatan yang hadir lebih dari ½ (seperdua)
dan mewakili lebih dari ½ (seperdua) jumlah suara
3) Rapat Pengurus dianggap syah apabila jumlah yang hadir lebih dari ½ (seperdua) jumlah anggota.
4) Jika suatu rapat terpaksa ditunda karena tidak memenuhi korum maka rapat berikutnya diadakan secepatnya 1
(satu) hari dan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari dengan undangan dan acara yang sama tanpa harus
23 memenuhi korum.

Pasal 22
Pengambilan Keputusan
1) Keputusan diambil dengan cara musyawarah mufakat.
2) Apabila upaya untuk mencapai mufakat tidak berhasil maka diputuskan dengan suara terbanyak.

Pasal 23
Masa kerja pengurus ABPEDSI ini 5 tahun, atau hingga terbentuknya pengurus baru.

BAB IX
MUNAS
Pasal 24
Waktu dan Sifat
1) Munas diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat setiap 5 (lima) tahun sekali.
2) Munas Luar Biasa diadakan :
a. Jika Musyawarah Kerja Nasional menganggap perlu, atas dasar keputusan yang disetujui paling sedikit 2/3
(dua pertiga) jumlah suara yang hadir.
b. Atas permintaan lebih dari ½ (seperdua) jumlah kabupaten yang mewakili lebih dari ½ (seperdua) jumlah
suara
c. Bila dipandang perlu oleh Pengurus Pusat dan disetujui oleh Mukernas.
d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah atau permintaan tersebut ayat 2).a; b;
dan c pasal ini diterima, Pengurus Pusat wajib menyelenggarakan Musyawarah Luar Biasa.
e. Munas Luar Biasa khusus membicarakan pembubaran organisasi dapat dilaksanakan atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah

Pasal 25
Peserta Munas
Peserta Munas terdiri dari :
a. Pengurus Pusat ABPEDSI.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan ABPEDSI Provinsi
d. Utusan ABPEDSI Kabupaten
e. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 26
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Tiap peserta mempunyai hak bicara
2) Hak suara hanya ada pada utusan kabupaten
3) Tiap kabupaten mempunyai 1 (satu) suara.
4) Satu kabupaten boleh mewakili hanya 1 (satu) kabupaten lain yang berhalangan menghadiri Munas dengan
mandat yang syah.
5) Mandat untuk mewakili kabupaten yang dimaksud dalam ayat 4) pasal ini tidak boleh diberikan kepada
Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan anggota Badan Penasehat/Dewan Pakar.
BAB X
MUSWIL
Pasal 27
Waktu dan Sifat
1) Muswil diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Wilayah setiap 5 (lima) tahun sekali.
2) Muswil Luar Biasa diadakan :
a. Jika Musyawarah Kerja Wilayah menganggap perlu, atas dasar keputusan yang disetujui paling sedikit 2/3
(dua pertiga) jumlah suara yang hadir.
b. Atas permintaan lebih dari ½ (seperdua) jumlah kabupaten yang mewakili lebih dari ½ (seperdua) jumlah
suara
c. Bila dipandang perlu oleh Pengurus Wilayah dan disetujui oleh Mukerwil.
d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah atau permintaan tersebut ayat 2).a; b;
dan c pasal ini diterima, Pengurus Wilayah wajib menyelenggarakan Musyawarah Luar Biasa.

Pasal 28
Peserta Muswil
Peserta Muswil terdiri dari :
a. Pengurus Wilayah ABPEDSI.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan ABPEDSI Kabupaten
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Wilayah.

Pasal 29
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Tiap peserta mempunyai hak bicara
2) Hak suara hanya ada pada utusan kabupaten
3) Tiap kabupaten mempunyai 1 (satu) suara.
4) Satu kabupaten boleh mewakili hanya 1 (satu) kabupaten lain yang berhalangan menghadiri Muswil dengan
mandat yang syah.
5) Mandat untuk mewakili kabupaten yang dimaksud dalam ayat 4) pasal ini tidak boleh diberikan kepada
Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan anggota Badan Penasehat/Dewan Pakar.

BAB XI
MUSDA
Pasal 30
Waktu dan Sifat
1) Musda diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Kabupaten setiap 5 (lima) tahun sekali.
2) Musda Luar Biasa diadakan :
a. Jika Musyawarah Kerja Daerah menganggap perlu, atas dasar keputusan yang disetujui paling sedikit 2/3
(dua pertiga) jumlah suara yang hadir.
b. Atas permintaan lebih dari ½ (seperdua) jumlah kecamatan yang mewakili lebih dari ½ (seperdua) jumlah
suara
c. Bila dipandang perlu oleh Pengurus Kabupaten dan disetujui oleh Mukerda.
d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah atau permintaan tersebut ayat 2).a; b;
dan c pasal ini diterima, Pengurus Daerah wajib menyelenggarakan Musyawarah Luar Biasa.

Pasal 31
Peserta Musda
Peserta Musda terdiri dari :
a. Pengurus Daerah ABPEDSI.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan ABPEDSI Kecamatan
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Daerah.

Pasal 32
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Tiap peserta mempunyai hak bicara
2) Hak suara hanya ada pada utusan kecamatan.
3) Tiap kecamatan mempunyai 3 (tiga) suara.
4) Satu kecamatan boleh mewakili hanya 1 (satu) kecamatan lain yang berhalangan menghadiri Musda dengan
mandat yang syah.
5) Mandat untuk mewakili kecamatan yang dimaksud dalam ayat 4) pasal ini tidak boleh diberikan kepada
Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan anggota Badan Penasehat/Dewan Pakar.
BAB XII
MUSCAM
Pasal 33
Waktu dan Sifat
1) Muscam diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Kecamatan setiap 5 (lima) tahun sekali.
2) Munas Luar Biasa diadakan :
a. Jika Musyawarah Kerja Kecamatan menganggap perlu, atas dasar keputusan yang disetujui paling sedikit
2/3 (dua pertiga) jumlah suara yang hadir.
b. Atas permintaan lebih dari ½ (seperdua) jumlah desa yang mewakili lebih dari ½ (seperdua) jumlah suara
c. Bila dipandang perlu oleh Pengurus Kecamatan dan disetujui oleh Mukercam.
d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah atau permintaan tersebut ayat 2).a; b;
dan c pasal ini diterima, Pengurus Kecamatan wajib menyelenggarakan Musyawarah Luar Biasa.
e. Munas Luar Biasa khusus membicarakan pembubaran organisasi dapat dilaksanakan atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah
29
Pasal 34
Peserta Muscam
Peserta Muscam terdiri dari :
a. Pengurus ABPEDSI Kecamatan.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar.
c. Anggota BPD.
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Kecamatan.

Pasal 35
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Tiap peserta mempunyai hak bicara
2) Hak suara hanya ada pada utusan BPD
3) Tiap peserta mempunyai 1 (satu) suara.

BAB XIII
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL
Pasal 36
Status
1) Mukernas adalah rapat antar Pengurus Wilayah yang diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat dan
merupakan institusi tertinggi di bawah Munas.
2) Tugas Musyawarah Kerja Nasional ialah menetapkan garis kebijakan yang belum ada dalam keputusan Munas
selama masa antar Munas.
3) Pengurus Wilayah ikut bertanggungjawab tentang keputusan Mukernas kepada Munas.

Pasal 37
Waktu
1) Mukernas diadakan 1 (satu) tahun sekali.
2) Mukernas pertama dalam masa bakti yang baru diadakan selambat-lambatnya 6 bulan sesudah Munas.
3) Mukernas terakhir dalam masa bakti itu diadakan selambat-lambatnya 3 bulan sebelum Munas.
4) Mukernas dapat juga diadakan :
a. Jika pengurus Pusat menganggap perlu.
b. Atas permintaan ½ (seperdua) jumlah pengurus ABPEDSI Wilayah dan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sesudah permintaan tersebut, Pengurus Pusat wajib menyelenggarakannya.

Pasal 38
Peserta Mukernas
Peserta Musyawarah kerja Nasional terdiri dari :
a. Pengurus Pusat ABPEDSI.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan ABPEDSI Provinsi
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 39
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Dalam Mukernas semua peserta mempunyai hak bicara.

31
2) Hak suara ada pada utusan-utusan wilayah dan masing-masing wilayah memiliki 3 suara.

Pasal 40
Kewajiban Mukernas
1) Membahas dan menilai cara pelaksanaan keputusan Munas oleh Pengurus Pusat.
2) Menetapkan ketentuan-ketentuan umum, rencana kerja tahunan, dan kebijakan yang bersifat nasional yang
belum ditetapkan dalam Munas masa bakti kepengurusan wajib menetapkan program kerja Pengurus Pusat
selama lima tahunan.

BAB XIV
MUSYAWARAH KERJA WILAYAH
Pasal 41
Status, Tugas, dan Kewajiban
1) Mukerwil adalah rapat antar Pengurus Daerah yang diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Wilayah dan
merupakan institusi tertinggi di bawah Muswil.
2) Tugas Musyawarah Kerja Wilayah ialah menetapkan garis kebijakan yang belum ada dalam keputusan Muswil
selama masa antar Muswil.
3) Pengurus Daerah ikut bertanggungjawab tentang keputusan Mukerwil kepada Muswil.

Pasal 42
Waktu
1) Mukerwil diadakan 1 (satu) tahun sekali.
2) Mukerwil pertama dalam masa bakti yang baru diadakan selambat-lambatnya 6 bulan sesudah Muswil.
3) Mukerwil terakhir dalam masa bakti itu diadakan selambat-lambatnya 3 bulan sebelum Muswil.
4) Mukerwil dapat juga diadakan :
a. Jika pengurus Wilayah menganggap perlu.
b. Atas permintaan ½ (seperdua) jumlah pengurus ABPEDSI Daerah dan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sesudah permintaan tersebut, Pengurus Wilayah wajib menyelenggarakannya.

Pasal 43
Peserta Mukerwil
Peserta Musyawarah kerja wilayah terdiri dari :
a. Pengurus ABPEDSI Wilayah.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan ABPEDSI Daerah
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Wilayah.

Pasal 44
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Dalam Mukerwil semua peserta mempunyai hak bicara.
2) Hak suara ada pada utusan-utusan daerah dan masing-masing daerah memiliki 3 suara.

Pasal 45
Kewajiban Mukerwil
1) Membahas dan menilai cara pelaksanaan keputusan Muswil oleh Pengurus Wilayah.
2) Menetapkan ketentuan-ketentuan umum, rencana kerja tahunan, dan kebijakan yang bersifat wilayah yang
belum ditetapkan dalam Muswil masa bakti kepengurusan wajib menetapkan program kerja Pengurus Wilayah
selama lima tahunan.

BAB XV
MUSYAWARAH KERJA DAERAH
Pasal 46
Status
1) Mukerda adalah rapat antar Pengurus Kecamatan yang diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Daerah
dan merupakan institusi tertinggi di bawah Musda.
2) Tugas Musyawarah Kerja Daerah ialah menetapkan garis kebijakan yang belum ada dalam keputusan Musda
selama masa antar Musda.
3) Pengurus Kecamatan ikut bertanggungjawab tentang keputusan Mukerda kepada Musda.
Pasal 47
Waktu
1) Mukerda diadakan 1 (satu) tahun sekali.
2) Mukerda pertama dalam masa bakti yang baru diadakan selambat-lambatnya 6 bulan sesudah Musda.
3) Mukerda terakhir dalam masa bakti itu diadakan selambat-lambatnya 3 bulan sebelum Musda.
4) Mukerda dapat juga diadakan :
a. Jika pengurus Daerah menganggap perlu.
b. Atas permintaan ½ (seperdua) jumlah pengurus ABPEDSI Kecamatan dan dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan sesudah permintaan tersebut, Pengurus Daerah wajib menyelenggarakannya.

Pasal 48
Peserta Mukerda
Peserta Musyawarah kerja daerah terdiri dari :
a. Pengurus ABPEDSI Daerah.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan ABPEDSI kecamatan.
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus Daerah.

Pasal 49
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Dalam Mukerda semua peserta mempunyai hak bicara.
2) Hak suara ada pada utusan-utusan kecamatan dan masing-masing kecamatan memiliki 3 suara.

Pasal 50
Kewajiban Mukerwil
1) Membahas dan menilai cara pelaksanaan keputusan Musda oleh Pengurus Daerah.
2) Menetapkan ketentuan-ketentuan umum, rencana kerja tahunan, dan kebijakan yang bersifat daerah yang
belum ditetapkan dalam Musda masa bakti kepengurusan wajib menetapkan program kerja Pengurus Daerah
selama lima tahunan.

35
BAB XVI
MUSYAWARAH KERJA KECAMATAN
Pasal 51
Status
1) Mukercam adalah rapat antar Pengurus BPD yang diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus kecamatan
dan merupakan institusi tertinggi di bawah Muscam.
2) Tugas Musyawarah Kerja kecamatan ialah menetapkan garis kebijakan yang belum ada dalam keputusan
Muscam selama masa antar Muscam.
3) Pengurus BPD ikut bertanggungjawab tentang keputusan Mukercam kepada Muscam.

Pasal 52
Waktu
1) Mukercam diadakan 1 (satu) tahun sekali.
2) Mukercam pertama dalam masa bakti yang baru diadakan selambat-lambatnya 6 bulan sesudah Muscam.
3) Mukercam terakhir dalam masa bakti itu diadakan selambat-lambatnya 3 bulan sebelum Muscam.
4) Mukercam dapat juga diadakan :
a. Jika pengurus kecamatan menganggap perlu.
b. Atas permintaan ½ (seperdua) jumlah pengurus BPD dan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah
permintaan tersebut, Pengurus kecamatan wajib menyelenggarakannya.

Pasal 53
Peserta Mukercam
Peserta Musyawarah kerja daerah terdiri dari :
a. Pengurus ABPEDSI kecamatan.
b. Badan Penasehat/Dewan Pakar
c. Utusan Badan Perwakilan Desa.
d. Peninjau serta undangan lain yang ditetapkan oleh Pengurus kecamatan.
Pasal 54
Hak Bicara dan Hak Suara
1) Dalam Mukercam semua peserta mempunyai hak bicara.
2) Hak suara ada pada utusan-utusan BPD dan masing-masing memiliki 3 suara.

Pasal 55
Kewajiban Mukercam
1) Membahas dan menilai cara pelaksanaan keputusan Muscam oleh Pengurus kecamatan.
2) Menetapkan ketentuan-ketentuan umum, rencana kerja tahunan, dan kebijakan yang bersifat lokal yang
belum ditetapkan dalam Muscam masa bakti kepengurusan wajib menetapkan program kerja Pengurus
kecamatan selama lima tahunan.

BAB XVII
37 RAPAT PENGURUS DAN PERTEMUAN LAIN
Pasal 56
Rapat Pengurus
1) Rapat Pengurus/Pengurus Harian disetiap tingkatan diadakan sesuai keperluan dan sekurang-kurangnya 1
(satu) kali sebulan.
2) Rapat pengurus lengkap Pimpinan Organisasi diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
3) Rapat pleno lengkap organisasi yang dihadiri oleh seluruh pengurus organisasi, Badan Penasehat/Dewan
Pakar diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
4) Rapat Pengurus dapat juga diadakan atas permintaan ½ (seperdua) jumlah anggota pengurus lengkap dan
atau ada hal-hal yang mendesak.
5) Dalam rapat tersebut semua anggota yang hadir mempunyai hak bicara dan hak suara yang sama.

Pasal 57
Pertemuan Lain
Pertemuan lain dapat diselenggarakan oleh pengurus organisasi di semua tingkatan apabila diperlukan dalam upaya
kelancaran pelaksanaan misi organisasi.

BAB XVIII
BADAN PENASEHAT/DEWAN PAKAR
Pasal 58
Badan Penasehat/Dewan Pakar Pengurus Pusat
1) Atas usul DPP ABEDSI, Munas menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Penasehat/Dewan Pakar dan
atau dengan sebutan lain yang sedikitnya berjumlah 5 orang dan terdiri atas tokoh-tokoh di bidang social
kemasyarakatan, kepemerintahan, kebudayaan, dan tokoh-tokoh lain yang kompeten di bidang penguatan
otonomi desa serta memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan visi misi organisasi.
2) Badan Penasehat/Dewan Pakar atau dengan sebutan lain baik diminta ataupun tidak bertugas memberikan
nasehat dan saran-saran kepada pengurus pusat.
3) Masa Bakti Badan Penasehat/Dewan Pakar atau sebutan lain ditingkat pusat sama dengan masa bakti
pengurus pusat.

Pasal 59
Badan Penasehat/Dewan Pakar Pengurus Wilayah
1) Atas usul DPW ABEDSI, Muswil menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Penasehat/Dewan Pakar dan
atau dengan sebutan lain yang sedikitnya berjumlah 5 orang dan terdiri atas tokoh-tokoh di bidang social
kemasyarakatan, kepemerintahan, kebudayaan, dan tokoh-tokoh lain yang kompeten di bidang penguatan
otonomi desa serta memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan visi misi organisasi.
2) Badan Penasehat/Dewan Pakar atau dengan sebutan lain baik diminta ataupun tidak bertugas memberikan
nasehat dan saran-saran kepada pengurus wilayah.
3) Masa Bakti Badan Penasehat/Dewan Pakar atau sebutan lain ditingkat wilayah sama dengan masa bakti
pengurus wilayah.

Pasal 60
Badan Penasehat/Dewan Pakar Pengurus Daerah
1) Atas usul DPD ABEDSI, Musda menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Penasehat/Dewan Pakar dan
atau dengan sebutan lain yang sedikitnya berjumlah 5 orang dan terdiri atas tokoh-tokoh di bidang social
kemasyarakatan, kepemerintahan, kebudayaan, dan tokoh-tokoh lain yang kompeten di bidang penguatan
otonomi desa serta memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan visi misi organisasi.
2) Badan Penasehat/Dewan Pakar atau dengan sebutan lain baik diminta ataupun tidak bertugas memberikan
nasehat dan saran-saran kepada pengurus daerah.
3) Masa Bakti Badan Penasehat/Dewan Pakar atau sebutan lain ditingkat daerah sama dengan masa bakti
pengurus daerah.

Pasal 61
Badan Penasehat/Dewan Pakar Pengurus Kecamatan
1) Atas usul DPK ABEDSI, Muscam menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Penasehat/Dewan Pakar dan
atau dengan sebutan lain yang sedikitnya berjumlah 5 orang dan terdiri atas tokoh-tokoh di bidang social
kemasyarakatan, kepemerintahan, kebudayaan, dan tokoh-tokoh lain yang kompeten di bidang penguatan
otonomi desa serta memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan visi misi organisasi.
2) Badan Penasehat/Dewan Pakar atau dengan sebutan lain baik diminta ataupun tidak bertugas memberikan
nasehat dan saran-saran kepada pengurus kecamatan.
3) Masa Bakti Badan Penasehat/Dewan Pakar atau sebutan lain ditingkat kecamatan sama dengan masa bakti
pengurus kecamatan.

BAB XIX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 62
Keuangan
1) Keuangan ABPEDSI bersumber dari :
a. Iuran anggota
i. setiap anggota ABPEDSI (BPD) wajib membayar uang pangkal Rp 100.000,00 selama menjadi anggota.

ii. setiap anggota ABPEDSI (BPD) wajib membayar iuran, minimal Rp 100.000,00 per tahun dengan
perincian sebagai berikut :
 untuk pengurus pusat sebesar 5%
 untuk pengurus wilayah 10%
 untuk pengurus kabupaten 35%
 untuk pengurus kecamatan 50%
b. Bantuan Pemerintah lewat APBN, APBD Provinsi, dan Kabupaten.
c. Usaha-usaha ABPEDSI yang syah.
d. Wakaf dan hibah
e. Bantuan pihak lain yang tidak mengikat.
2) Pelaksanaan pengumpulan keuangan melalui pengurus DPD APBEDSI, untuk kemudian didistribusikan sesuai
dengan ayat (1) butir (a).
3) Pertanggungjawaban keuangan dilaksanakan minimal satu tahun sekali dalam rapat pengurus ditingkatannya
masing-masing.

Pasal 63
Kekayaan
1) Semua kekayaan yang dikuasai ABPEDSI dipelihara dan dipergunakan untuk kepentingan organisasi
2) Semua kekayaan organisasi dibukukan, dilaporkan, dan dipertanggungjawabkan kepada anggora pada rapat
pengurus setiap tahun.

BAB XX
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 64
Perubahan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABPEDSI hanya dapat dirubah oleh musyawarah nasional ABPEDSI
yang dihadiri oleh 2/3 provinsi dan disyahkan oleh ½ tambah 1 (satu) yang hadir.

Pasal 65
Pembubaran
1) ABPEDSI hanya dapat dibubarkan oleh musyawarah nasional yang khusus diadakan untuk itu.
2) Apabila ABPEDSI dibubarkan, segala hak milik organisasi dihibahkan kepada organisasi yang sehaluan dan
atau kepada badan sosial.
BAB XX
PENUTUP
Pasal 66
1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur kemudian dalam Peraturan
Organisasi oleh pengurus pusat dan dipertanggungjawabkan kepada Kongres
2) Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap materi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, maka
penafsiran yang berlaku dan sah adalah penafsiran yang dilakukan oleh pengurus pusat sampai ada
penafsiran lain pada munas berikutnya.

DITETAPKAN DI : TENGGARONG
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2004
OLEH : RAKERNAS I ABPEDSI

PENGURUS PUSAT
ASOSIASI BADAN PERWAKILAN/PERMUSYAWARATAN DESA SELURUH INDONESIA
(ABPEDSI)

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

H. SUBITO RM. SOLEH SOESETYA WA.


DAFTAR PENGURUS DPP
MASA BHAKTI PERIODE 2003 – 2008

I. PENGURUS HARIAN

1. Ketua Umum : H. Subito (almh.) Bantul, DIY


2. Ketua : Safi’I Abdullah Kutai, Kaltim
3. Ketua : Faiszal Abadi Ngawi, Jatim
4. Ketua : H. I’im Rachmat Bandung, Jabar
5. Ketua : Endang P. SH Delli, Sumut

1. Sekretaris Jendral : RM. Soleh Batang, Jateng


Soesetya WA
2. Wasekjen : Drs. T. Toharudin, Kuningan, Jabar
M.Pd.
3. Wasekjen : Drs. Supriyadi M.Pd Gunung Kidul, DIY
S4. Wasekjen : Sulistyono, S.Pd. Lamongan, Jatim
5. Wasekjen : Gatot S., S.Pd. Wonosobo, Jateng

1. Bendahara : Drs. Kasdiono Deli Serdang, Sumut


2. Wakil Bendahara : Ayu Setyowati Rr. Garut, Jabar.
II. DEPARTEMEN

1. Ketua Departemen Organisasi : Suprakisno, S.Pd.


2. Anggota Dep. Organisasi : Saifuddin, B.A.
3. Ketua Dep. Polsosbud : Mujoyoso
4. Ketua Dep.Adv. Hukum : Nursetyanto
5. Anggota Adv. Hukum : Kaliwus Asi, SH.
6. Ketua Dep.Otoda/ Pem : Imam Syafi’i
7. Anggota Dep.Otoda/ Pem : Wibowo, MM.
8. Ketua Dep.Diklat/PD : Kufuan Pandjo, M.Pd.
9. Ketua Dep. Litbang : H. Jauhari Ahsyar
10. Ketua Dep. Pemper : Dra. Sri Susretnowati
11. Anggota Dep.Pemper : M. Hairi, S.Pd.
12. Ketua Dep. Inkom & KSAL : Joko Purwanto
13. Anggota : Holdin

Jakarta, 19 Februari 2004

DPP ABPEDSI
PLH/PENANGGUNG JAWAB

H. SUBITO RM.SOLEH SOESTYA WA.


Ketua Umum Sekretaris Jendral
STRUKTUR ORGANISASI
DPP ABPEDSI

KETUA UMUM
KETUA H. SUBITO
SYAFI’I A.

KETUA BENDAHARA SEKJEN WASEKJEN


FAISZAL A. DRS. KASDIONO RM. SOLEH S. WA T. TOHARUDIN
WK.BENDAHARA
KETUA AYU S.
WASEKJEN
H. I’IM R. DRS.SUPRIYADI

WASEKJEN
KETUA SULISTYONO
ENDANG P.
WASEKJEN
GATOT S.

DEP. DEP. POL- DEP. ADV. DEP.


ORGANISASI SOSBUD HUKUM OTODA
-SUPRAKISNO -NURSETYANTO - IMAM SYAFI’I
-SAIFUDIN MUJOYOSO -KALIWUS - WIBOWO

DEP. DEP. DEP. DEP.


DIKLAT LITBANG PEMPER INKOM DPW
- DRA. SRI S. JOKO P.
KUFUAN P. JAUHARI A. - M. HAIRI HOLDIN

DPD

BPK

BPD
ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA

(AD/ART)

ASOSIASI

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

SELURUH INDONESIA

(ABPEDSI)

Anda mungkin juga menyukai