Penguin Unyu Unyu

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGUIN
Dosen Pengampu : Ir. Ria Azizah Tri Nuraini, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 2 / Ilmu kelautan B
Eka Wulidanisa 26040122130053
Khansa Nabila 26040122130056
Sakti Pringgandani P. 26040122130065
Aditya Widya Prihantoro 26040122130070
Nickolas Semly Sembiring 26040122130072

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia terbagi menjadi 2 belahan yang memiliki karakteristik masing-masing, yaitu
kutub utara dan kutub selatan. Kedua belahan dunia tersebut memiliki suhu yang rendah
(dingin) serta wilayahnya ditutupi oleh salju. Di kutub utara terdapat Laut Arktik yang
sebagian besar tertutupi oleh salju. Sedangkan, pada kutub selatan terdapat daratan benua
yang terdiri dari lapisan es yang sangat tebal dan terdapat beberapa gunung di wilayah
tersebut. Di daerah kutub utara maupun selatan terdapat makhluk hidup yang mampu
beradaptasi di wilayah dingin tersebut. Makhluk hdup tersebut meliputi mikroorganisme,
invertebrata, dan vertebrata yang memiliki kemampuan bertahan hidup bahkan tumbuh secara
optimal pada suhu yang rendah. Vertebrata yang hidu di suhu rendah memiliki kemampuan
adaptasi, seperti memiliki bulu yang tebal, memiliki kemampuan berenang, memiliki
antibeku dalam darah, memperlambat metabolisme tubuh, dan memiliki sarang (nesting)
yang terlindung. Vertebrata memiliki bulu yang tebal sebagai bentuk isolasi termal atau
mempertahankan panas di tubuhnya dan melindungi tubuhnya dari suhu yang ekstrim yang
dapat melukai kulitnya. Vertebrata yang ditemukan di wilayah kutub juga memiliki
kemampuan berenang dan menahan napas dalam jangka waktu yang lama untuk mencari
makan. Vertebrata juga memiliki mekanisme anti beku dalam darah untuk mengatasi resiko
pembekuan darah sehingga organ tubuh dapt berjalan dengan normal. Vertebrata juga
memperlambat laju metabolisme dalam tubuh sesuai dengan ketersediaan makanan atau
terjadinya perubahan musim (Buthanuddin dan Iqbal, 2018).
Salah satu vertebrata yang dapat ditemukan di wilayah kutub selatan adalah penguin.
Penguin merupakan hewan jenis burung (aves) yang tidak dapat terbang yang dapat tumbuh
dan berkembang pada suhu yang rendah. Penguin tidak dapat terbang karena bentuk tubuh
dan sayapnya tidak mendukung untuk terbang. Tubuh dan sayap penguin telah beradaptasi
dan berkembang untuk berenang dan menyelam. Penguin biasanya hidup secara berkoloni
(berkelompok) dan monogami (setiap terhadap pasangannya). Sebagian besar penguin
bersifat tenang dan tidak agresif serta menghindari interaksi dengan manusia untuk
menghindari stres. sejumlah penguin juga dilindungi oleh pemerintah karena populasi yang
semakin sedikit karena habitatnya dirusak atau perburuan liar yang dilakukan oleh manusia.
Penguin menjadi hewan yang sangat menarik untuk diteliti karena berbagai kemampuannya
yang khas.Terdapat 18 spesies penguin yang ditemukan para ahli (Coudert et al., 2019).
1.2. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis penguin dan statusnya di alam
2. Mengetahui morfologi penguin
3. Mengetahui cara reproduksi penguin

1.3. Manfaat
1, Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis penguin dan statusnya di alam
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi penguin
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara reproduksi penguin
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Klasifikasi Penguin
2.1.1. Penguin Kaisar

Gambar 1. Penguin Kaisar


Klasifikasi Penguin Kaisar:
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Sphenisciformes
Famili : Spheniscidae
Genus : Aptenodytes
Spesies : Aptenodytes forsteri
2.1.2. Penguin Adellie

Gambar 2. Penguin Adellie

Klasifikasi Penguin Adellie:


Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Sphenisciformes
Famili : Spheniscidae
Genus : Pygoscelis
Spesies : Pygoscelis adeliae
2.1.3. Penguin Humboldt
Gambar 3. Penguin Humboldt
Klasifikasi Penguin Humboldt :
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Sphenisciformes
Famili : Spheniscidae
Genus : Spheniskus
Spesies : Spheniskus humboldti

2.1.4. Penguin Galapagos


Gambar 4. Penguin Galapagos
Klasifikasi Penguin Galapagos :
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Sphenisciformes
Famili : Spheniscidae
Genus : Spheniskus
Spesies : Spheniskus mendiculus
2.1.5. Penguin Chinstrap

Gambar 5. Penguin Chinstrap


Klasifikasi Penguin Galapagos :
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Sphenisciformes
Famili : Spheniscidae
Genus : Pygoscelis
Spesies : Pygoscelis antarcticus

2.2. Morfologi
Penguin memiliki beberapa bagian tubuh yang memiliki berbagai fungsi berbeda
untuk menunjang kehidupan dan survival rate mereka. Hal ini diperkuat oleh Gerum et al.
(2013), yang menyatakan bahwa penguin memiliki bagian mulai dari atas yaitu kepala, mata,
beak atau paruh, leher, keseluruhan tubuhnya, flippers atau sayap yang termodifikasi, serta
kaki dan claw. Penguin memiliki tinggi berkisar dari sekitar 35cm dan berat berkisar dari
sekitar 1kg. Salah satu fitur penguin yang signifikan adalah warnanya. Sebagian besar
penguin berwarna hitam di punggungnya dan putih di bawahnya. Seringkali garis-garis hitam
membentang di dada bagian atas mereka dan memiliki bintik-bintik putih di kepala. Sangat
jarang penguin memiliki warna yang berbeda. Namun, beberapa dari mereka memiliki kaki
atau paruh berwarna merah. Tiga spesies Eudyptes memiliki jumbai coklat kuning. Penguin
merupakan hewan akuatik jenis burung yang tidak bisa terbang, namun sangat terspesialisasi
dalam hal berenang. Hal ini karena penguin dapat mengubah kaki depannya menjadi
'dayung', dan membawa kembali ke kaki depan untuk berjalan. Hal ini juga dibantu oleh fitur
yang terdapat pada kaki dan flippernya yaitu memiliki selaput yang memudahkannya untuk
berenang dan mendayung. Bulu pada tubuh penguin juga terdiri dari bulu yang sangat pendek
untuk meminimalkan turbulensi dan gesekan, namun bulunya sangat tebal serta ia memiliki
tumpukan lemak dibawah jaringan kulitnya untuk menjaga suhu tubuhnya. Penguin memiliki
sikap tubuh yang tegak dan cenderung bergoyang, melompat, atau berlari dengan tubuh
miring ke depan. Penguin kutub juga dapat melakukan perjalanan jarak jauh dengan cepat
yang disebut dengan "tobogganing". Ini merupakan cara hidup penguin untuk meluncur
melintasi es dengan perut dan mendorong ke depan dengan kakinya. Jika cuaca sangat dingin,
penguin berkumpul bersama dalam koloni besar. Cara ini melindungi mereka dari pemangsa
dan memberikan kehangatan.

2.3. Anatomi
2.3.1. Sistem Pencernaan
Penguin mengasimilasi semua nutrisi yang mereka butuhkan dari berbagai makanan
yang mereka makan melalui sistem pencernaan mereka. Sistem pencernaan mereka bekerja
dengan cara yang mirip dengan manusia, dan secara fisiologis juga mirip. Mereka dapat
mencerna dengan sangat cepat karena organ pencernaannya sudah sangat berkembang. Aspek
penting lain dari sistem pencernaan penguin adalah kelenjar yang juga ditemukan di burung
laut lain yang bertanggung jawab untuk menghilangkan garam berlebih yang dicerna dengan
air laut. Kelenjar ini dinamakan kelenjar supraorbital. Karena itu, minum air tawar tidak
diperlukan. Penguin dapat bertahan dua hari tanpa makan dan periode waktu ini tidak
mempengaruhi aspek sistem pencernaan mereka.

2.3.2. Sistem Pernapasan


Penguin bernapas melalui paru-paru, paru-paru penguin dapat menampung kapasitas
oksigen yang banyak, sehingga ia dapat menyelam dalam waktu yang cukup lama. Penguin
merupakan anggota kelompok aves yang bernapas dengan paru-paru namun dapat menyelam
di air dalam waktu yang lama untuk mencari mangsanya. Saat bernapas, penguin menghirup
oksigen dalam jumlah yang banyak, kemudian oksigen akan ditampung di dalam paru-paru
dan dibawa ke dalam darah dan jantung akan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Selama
menyelam, penguin dapat memperlambat kerja jantung untuk mengalirkan darah sehingga
oksigen di dalam tubuh tidak cepat habis terpakai. Hal lain juga menunjukkan bahwa penguin
dapat memilih dua teknik penggunaan oksigen. Mereka dapat membesarkan otot kekurangan
oksigen atau justru memberikan oksigen tambahan untuk menjaga otot tetap bekerja dan
membantu mereka melakukan penyelaman yang luar biasa. Ketika mereka menghentikan
sepenuhnya aliran darah ke otot, otot hanya mengandalkan pasokan yang ada, sedangkan
oksigen darah dialihkan untuk bagian tubuh lain, seperti otak dan jantung. Para ilmuwan juga
yakin bahwa penguin dapat secara selektif mengirim oksigen ekstra dari darah ke otot
sehingga tidak kelelahan. Mereka hanya melakukan hal ini dalam waktu terbatas, sehingga
kadar oksigen darah terlalu rendah bagi seluruh tubuh. Pada akhirnya penguin harus kembali
muncul ke permukaan air untuk menghirup udara baru.

2.3.3. Sistem Peredaran Darah


Sistem peredaran darah penguin memiliki adaptasi khusus untuk membekukan darah
mereka saat berenang di air dingin. Mereka memiliki kelenjar di dekat mata yang membantu
mengendalikan aliran darah ke permukaan kulit, mencegah kehilangan panas yang
berlebihan. Peredaran darah juga dapat menanggulangi perubahan tekan yang signifikan
dalam perairan. Sistem peredaran darah pada penguin telah beradaptasi pada lingkungan yang
dingin sehingga mampu bertahan untuk perjalanan jauh dan menyelam dengan organ tubuh
yang berjalan dengan normal. Penguin memiliki jantung yang terdiri dari empat ruang: dua
atrium dan dua ventrikel. Ini disebut sebagai jantung berkamar empat dan mirip dengan
jantung mamalia. Struktur jantung ini membantu memastikan pemisahan darah yang kaya
oksigen dan darah yang mengandung karbon dioksida. Penguin juga memiliki sistem arteri
dan vena yang membawa darah. Arteri membawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke
seluruh tubuh, sementara vena membawa darah yang mengandung karbon dioksida kembali
ke jantung. Sistem peredaran darah mengalirkan darah ke berbagai bagian tubuh, termasuk ke
kaki yang kuat untuk berenang di dalam air dan ke bagian tubuh lainnya. Kedua saluran
peredaran darah seperti kapiler arteri dan vena ini memungkinkan pertukaran oksigen dan
nutrisi antara darah dan sel-sel tubuh pada penguin ( Kim et al., 2019).

2.4. Reproduksi
Penguin merupakan burung yang memiliki cara berkembang biak yang sangat unik.
Penguin cenderung bereproduksi pada musim panas di antartika yaitu pada bulan oktober
sampai februari. Penguin matang secara seksual yaitu pada umur 3 hingga 8 tahun. Penguin
juga disebut sebagai salah satu hewan monogami. Hewan monogami sendiri memiliki definisi
sebagai hewan yang hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Proses reproduksi atau
perkawinan dari penguin berawal dari penguin jantan yang mulai membangun sarang
menggunakan ranting kayu atau benda lainnya yang dapat dijadikan barang sebagai
membangun sarang. Penguin betina kemudian akan menghampiri sarang yang sudah dibuat
oleh banyak penguin jantan. Penguin betina kemudian akan memilih sarang yang dianggap
cocok olehnya untuk meletakkan telur. Jantan yang membuat sarang akan dipilih oleh betina
sebagai pasangannya.
Sepasang penguin tersebut akan melakukan sebuah ritual pernikahan berupa saling
membungkuk dan memanggil satu sama lain. Setelah pasangan tersebut berpasangan, maka
penguin dari betina akan menghasilkan hanya sebuah telur. Telur yang sudah dikeluarkan
oleh betina akan dipindahkan langsung ke bagian atas kaki dari penguin jantan. Selama
mengerami telur, penguin jantan tidak akan makan sama sekali. Telur tersebut akan dierami
selama 36 hari. Penguin jantan mengandalkan kandungan lemak yang dimilikinya sebagai
cadangan makanan. Penguin betina akan pergi ke laut untuk mencari makan selama dua
minggu. Bayi penguin akan dirawat oleh penguin jantan selama 3 bulan. Setelah melewati 3
bulan, anak penguin tersebut akan bergabung dengan anakan penguin lainnya. penguin dapat
dikatakan dewasa, ketika penguin tersebut mencapai usia 3 hingga 4 tahun (Colominas-Ciuro
et al., 2017).

2.5. Tingkah Laku


Penguin mempunyai beberapa tingkah laku yang dapat dikatakan unik dari cara
mereka berkomunikasi maupun hal lainnya. Dalam berkomunikasi, penguin memiliki cara
unik berupa vokalisasi, display fisik dan berkomunikasi dengan pasangan. Vokalisasi
merupakan cara penguin dalam berkomunikasi dan mengenali setiap individu melalui
perbedaan vokalnya. Displays fisik merupakan cara dari penguin untuk berkomunikasi
melalui perilaku fisik ataupun gerakan tubuh mereka. Penguin juga merupakan hewan yang
suka berkomunikasi dengan pasangannya. Hal tersebut dilakukan agar mereka dapat lebih
mengenal pasangan mereka.
Penguin juga memiliki tingkah laku untuk memelihara bulu mereka. Penguin
melakukan hal itu agar mereka tetap kering dan hangat di lingkungan habitat mereka yang
dingin. Kebiasaan dari penguin ini disebut sebagai ”preening”. Preening merupakan sebuah
kebiasaan dimana penguin membersihkan bulu dan melumasi bulu untuk menjaga kehangatan
pada tubuh penguin. Preening dilakukan dengan cara mereka mengoleskan minyak yang
berasal dari kelenjar minyak yang terdapat pada pangkal ekor dan leher ke bulu mereka.
Preening sendiri dapat dilakukan di darat maupun di air. Penguin mengoleskan minyak
tersebut dengan cara mereka menggigit ekoor mereka untuk memindahkan minyak ke paruh
mereka sehingga minyak tersebut dapat dioleskan ke seluruh tubuh.
Penguin juga diketahui memiliki aktivitas di dua lingkungan yang berbeda yaitu di
darat dan di air. Di darat, penguin berjalan dengan langkah yang pendek, namun di
lingkungan yang bersalju mereka memiliki kecenderungan untuk meluncur dengan
menggunakan perut mereka. Penguin merupakan burung yang dapat berenang dan menyelam.
Pergerakan penguin di bawa air dilakukan dengan cara membuat sayap mereka sebagai
pendayung dan kaki mereka bertindak sebagai kemudi. Penguin dapat berenang hingga
kedalaman 500 kaki dan dapat berenang dengan kecepatan 15 mil per jam. Dengan
kemampuan tersebut mereka dapat mengejar mangsa mereka di air dengan mudah. Mangsa
yang mereka tangkap yaitu krill, udang dan ikan. Mereka juga dapat melakukan pemilihan
pasangan di air (Goetz et al., 2018).

2.6. Habitat
Penguin merupakan hewan yang identik dengan dengan wilayah antartika atau
wilayah yang memiliki es. Namun, penguin dapat ditemukan pada wilayah dengan iklim
sedang ataupun daerah tropis. Penguin yang diketahui dapat hidup pada iklim sedang yaitu
penguin humboldt (Spheniscus humboldt) yang ditemukan hidup di wilayah pesisir dari
Amerika selatan. Pada daerah tropis atau khatulistiwa yaitu penguin galapagos (Spheniscus
mendiculus). Penguin galapagos ini juga memiliki mekanisme tersendiri agar tubuhnya tetap
hangat. Penguin kebanyakan ditemukan pada daerah dengan lintang 45° dan 60° Selatan.
Penguin cenderung hidup pada daerah atau pulau terpencil yang bebas dari predator
darat. Hal tersebut diakibatkan ketidakmampuan mereka untuk terbang sehingga mereka
tidak dapat melarikan diri dengan cepat saat berada di darat. Di daerah belahan bumi selatan,
penguin menjadi salah satu ikon yang unik. Salah satu penguin yang menjadi ikon dari daerah
kutub selatan yaitu penguin kaisar (Aptenodytes forsteri). Keberadaan dari habitat yaitu
dataran es, mereka di kutub selatan terancam. Hal tersebut diakibatkan oleh pemanasan
global yang terjadi di bumi yang membuat dataran es rentan sehingga dapat mencair. Dengan
mencairnya dataran es, maka daerah mereka untuk hidup dan berkembang biak menjadi
terancam oleh karena terjadinya pemanasan globat tersebut (Pistorius et al., 2017).

2.7. Fungsi Penguin


Penguin memiliki beberapa fungsi penting di ekosistem laut. Hal ini didukung Xavier
dan Nathan (2020), yang menjelaskan fungsi penguin di ekosistem laut. Peran utama dari
penguin adalah sebagai predator. Penguin memangsa ikan dan beberapa organisme kecil
lainnya. Sebagai predator, penguin mampu menjaga keseimbangan ekosistem laut. Selains
sebagai predator, penguin juga memiliki kontribusi di rantai makanan. Sebagai pemangsa,
penguin adalah bagian dari rantai makanan laut. Mereka berada di tingkat konsumen tertentu
dan memberikan energi ke tingkat trofik yang lebih tinggi melalui makanan mereka.
Kehadiran penguin membantu menjaga keseimbangan dan keberlanjutan rantai makanan laut.
Penguin berperan juga dalam pertukaran nutrien. Hal ini disebabkan karena Kotoran penguin,
yang kaya akan nutrien seperti nitrogen dan fosfor, dapat memberikan kontribusi penting
pada keseimbangan nutrien di ekosistem laut. Saat penguin pulang ke daratan untuk
berkembang biak, kotoran mereka menjadi sumber nutrisi yang berharga untuk tanah dan
tumbuhan di sekitarnya. Eksistensi penguin di suatu wilayah juga dapat dijadikan sebagai
indikator kesehatan lingkungan. Jika populasi penguin mengalami penurunan, ini dapat
menjadi tanda adanya masalah dalam lingkungan laut, seperti perubahan suhu air, polusi, atau
penangkapan ikan berlebihan.

2.8. Kondisi di Alam dan Status Konservasinya saat ini


Kondisi penguin di alam masih dalam keadaan aman, hal ini dapat dilihat di status
IUCN yang dimiliki masing-masing spesies. Pada status Least Concern dimiliki oleh king
penguin, Adelie penguin, Gentoo penguin, dan Chinstrap penguin. Pada status endangered
dimiliki oleh spesies Yellow-eyed penguin, dan African penguin. Pada status near threatened
dimiliki oleh spesies emperor penguin, royal penguin, dan magellanic penguin

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Beberapa penguin berada dalam status Least Concern seperti penguin raja, penguin adelie,
penguin gentoo. Terdapat pula beberapa penguin yang keberadaan sudah terancam punah
oleh karena faktor seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Beberapa penguin yang
sudah terancam punah tersebut antara lain seperti penguin mata kuning, penguin africa,
penguin emperor, penguin royal dan penguin magellanic.
2. Penguin memiliki beberapa bagian tubuh yang memiliki fungsinya masing-masing. Tubuh
penguin terdiri dari kepala, paruh, leher, tubuh, flipper, dan kaki. Tubuh pinguin dipenuhi
oleh bulu yang tebal serta terdapat tumpukan lemak dibawah kulitnya. Adaptasi ini
digunakan oleh pinguin agar terhindar dari kondisi kedinginan yang ekstrim. Penguin juga
memiliki kelenjar supraorbital yang memungkinkan pinguin untuk meminum air asin.
Kelenjar ini bekerja untuk mensekresikan senyawa garam yang masuk berlebihan ke tubuh
pinguin dan dikeluarkan melalui organ pernapasan. Pinguin memiliki flipper yang telah
dimodifikasi agar memudahkannya untuk berenang. Kemudian, kaki pinguin juga
memiliki selaput yang dapat digunakan sebagai dayung dan mempermudah proses
berenang.
3. Penguin cenderung bereproduksi pada musim panas di antartika yaitu pada bulan oktober
sampai februari. Sepasang penguin tersebut akan melakukan sebuah ritual pernikahan
berupa saling membungkuk dan memanggil satu sama lain. Setelah pasangan tersebut
berpasangan, maka penguin dari betina akan menghasilkan hanya sebuah telur.
Sebelumnya penguin jantan membuat sarang untuk meletakkan telur-telur penguin.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin dan Iqbal, A., 2018. Vertebrata laut. Deepublish Publisher, Yogyakarta. 194
hal.

Colominas-Ciuro, R., Santos, M., Coria, N. and Barbosa, A., 2017. Reproductive effort
affects oxidative status and stress in an Antarctic penguin species: An
experimental study. Plos One, 12(5): 1-15.

Coudert, Y. R., Ciaradia, A., Ainley, D. and Barbosa, A., 2019. Happy feet in a Hostile
World? The Future of Penguin Depends on Proactive Management of
Current and Expected Threats. Journal of Frontiers in Marine Science,
6(2): 1-23.

Gerum, R. C., Fabry, B., Metzner, C., Beaulieu, M., Ancel, A. and Zitterbart, D. P., 2013.
The Origin of Traveling Waves in an Emperor. New Journal of Physics,
13(1): 1-15.

Goetz, K. T., McDonald, B. I. and Kooyman, G. L., 2018. Habitat preference and dive
behavior of non-breeding emperor penguins in the eastern Ross Sea,
Antarctica. Marine Ecology Progress Series, 593(1): 155-171.

Kim, B. M., Jeong, J., Jo, E., Ahn, D. H., Kim, J. H., Rhee, J. S. and Park, H., 2019. Blood
Transcriptome Resources of Chinstrap (Pygoscelis antarcticus) and Gentoo
(Pygoscelis papua) Penguins From the South Shetland Islands Antartica.
Journal of Genomic & Informatics, 17(1): 342-355.

Pistorius, P., Hindell, M., Crawford, R., Makhado, A., Dyer, B. and Reisinger, R., 2017. At-
sea distribution and habitat use in king penguins at sub- Antarctic Marion
Island. Wiley Ecology and Evolution, 7(1): 3894-3903.

Xavier, J. C. dan Nathan P. N. 2020. Penguins: Diversity, Threats, and Role in Marine
Ecosystems Live Below Water. 1(1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai