Anda di halaman 1dari 9

al-Kulliyatul al-Khamsah

Al-'aql (akal)
kelompok 2 :

Ahmad Nabil H/ 1 Merlin Adani K/ 21


Aszahra Bunga Y/ 6 Raffi Putra P/ 26
Fachry Raditya K/ 11 RR. Aulia Sanggita P/ 31
Keysa Nafisa F/ 16 Zihan Aurel A/ 36
PENGERTIAN HIFZHU AL-AQL
(MENJAGA AKAL)

Hifzhu al-aql adalah menjaga akal atau pikiran. Akal atau


pikiran merupakan salah satu instrumen yang diberikan oleh
Allah bagi manusia, yang membedakannya dengan makhluk
lainnya. Karena manusia telah diciptakan Allah dengan sebaik-
baiknya.
MENGAPA KITA PERLU MENJAGA AKAL?
Manusia diciptakan oleh Allah tiada lain kecuali hanya untuk beribadah
kepadaNya. Untuk dapat melaksanakan tugas itu sebagai bentuk
pengabdiannya, Allah tidak membiarkannya tanpa bekal. Allah melengkapinya
dengan akal agar bisa memahami semua petunjuk dan ciptaanNya.
Melalui al Qur’an, Islam mengajak umatnya untuk mendayagunakan akal
pikirannya, memperoleh petunjuk dengan berkreativitas dan bekerja keras
sehingga hidup menjadi lebih bermakna. Itu sebabnya, karena berbekal akal,
manusia diangkat derajatnya oleh Allah sebagai makhluk terbaik yang pernah
diciptakan. Menurut Imam Ghazali, akal merupakan karunia Allah yang luar biasa.
Sebab, akal walau punya keterbatasan merupakan sumber ma’rifat
(pengetahuan).
2. HIFZHU AL-AQL HAJIYYAT
(bersifat sekunder)
MEMELIHARA AKAL DARI Anjuran menuntut ilmu pengetahuan
SEGI KEPENTINGANNYA terutama ilmu agama, yang dapat
bermanfaat meningkatkan daya pikir.

1. HIFZHU AL-AQL DLARURIYYAT 3. HIFZHU AL-AQL TAHSINIYYAT


(bersifat esensial/ mendasar) (bersifat tersier)
Diharamkan meminum minuman keras dan Menghindarkan diri dari menghayal atau
obat-obatan terlarang. Jika ketentuan ini mendengarkan sesuatu yang tidak
tidak diindahkan, maka akan berakibat berfaedah yang erat kaitannya dengan
terancamnya eksistensi akal. etiket.
APA PERAN AKAL DALAM AJARAN ISLAM?

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara
optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan beban
taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum-pun
tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena
beban apapun.
SURAH AL-QUR’AN TENTANG AL-AQL
‫ِاَّن ِف ْي َخْلِق الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو اْخ ِت اَل ِف اَّلْي ِل َو الَّنَه اِر َو اْلُف ْلِك اَّلِت ْي َتْجِرْي ِفى اْلَبْحِر ِبَم ا َيْن َف ُع الَّناَس َو َم ٓا َاْنَزَل ُهّٰللا‬
‫ِم َن الَّس َم ۤاِء ِم ْن َّم ۤاٍء َفَاْح َي ا ِبِه اَاْلْر َض َبْع َد َم ْو ِتَه ا َو َبَّث ِف ْي َه ا ِم ْن ُكِّل َد ۤاَّبٍۖة َّو َتْص ِرْيِف الِّرٰي ِح َو الَّس َحاِب اْلُم َس َّخِر َبْي َن‬
‫الَّس َم ۤاِء َو اَاْلْر ِض ٰاَلٰي ٍت ِّلَق ْو ٍم َّيْع ِق ُلْو َن‬

inna fî khalqis-samâwâti wal-ardli wakhtilâfil-laili wan-nahâri wal-fulkillatî tajrî fil-baḫri bimâ yanfa‘un-nâsa
wa mâ anzalallâhu minas-samâ'i mim mâ'in fa aḫyâ bihil-ardla ba‘da mautihâ wa batstsa fîhâ ming kulli
dâbbatiw wa tashrîfir-riyâḫi was-saḫâbil-musakhkhari bainas-samâ'i wal-ardli la'âyâtil liqaumiy ya‘qilûn

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang bahtera yang berlayar di
laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh
merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”

QS. Al- Baqarah 164


‫ا‬
‫َب ِۙب‬ ‫ْل‬‫َاْل‬‫ا‬ ‫وا‬‫ُل‬‫و‬‫ُا‬ ‫ُر‬ ‫َّك‬ ‫َذ‬ ‫َت‬‫َي‬ ‫ا‬ ‫َم‬‫َّن‬‫ِا‬ ‫ٰم‬ ‫ْع‬‫َا‬ ‫َو‬ ‫ُه‬ ‫ْن‬ ‫َم‬ ‫َك‬ ‫ُّق‬‫َح‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫َك‬‫ِّب‬ ‫َّر‬ ‫ْن‬ ‫ِم‬ ‫َك‬ ‫َل‬‫ِا‬
‫ِز ْي‬ ‫َل‬ ‫ْن‬‫ُا‬ ‫ٓا‬ ‫َم‬‫َّن‬‫َا‬ ‫ُم‬‫َل‬ ‫َّيْع‬ ‫ْن‬ ‫َم‬ ‫َاَف‬
‫ۗى‬
a fa may ya‘lamu annamâ unzila ilaika mir rabbikal-ḫaqqu kaman huwa a‘mâ, innamâ yatadzakkaru ulul-albâb

“Apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dari Tuhanmu adalah
kebenaran sama dengan orang yang buta? Hanya orang yang berakal sehat sajalah yang dapat mengambil
pelajaran.” (QS. Ar-Ra’d: 19)

‫َلَق ْد َخَلْق َنا اِاْلْنَس اَن ِف ْٓي َاْح َس ِن َتْق ِو ْيٍۖم‬


laqad khalaqnal-insâna fî aḫsani taqwîm

“sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(QS. At-Tiin: 4)
HADIST AL-QUR’AN TENTANG AL-AQL
‫ َحَّد َثَنا َيْحَي ى ْبُن‬، ‫ ِبَم ْر ٍو‬، ‫ َأْخ َبَرَنا َأُبو َع ِلٍّي اْلُحَس ْي ُن ْبُن ُم َحَّم ٍد الَّص َغ اِنُّي‬، ‫َأْخ َبَرَنا َأُبو َع ْب ِد ِهللا اْلَحاِف ُظ‬
‫َق‬ ‫ْن‬ ‫ُّز‬ ‫َأ‬ ‫ْن‬ ‫َغ‬ ‫َأ‬
‫ اَل‬: ‫ اَل‬،‫ َع َجاِبِر ْبِن َع ْب ِد ِهللا‬،‫َع ِبي ال َبْي ِر‬، ‫ َحَّد َثَنا ُبو اِنٍم‬، ‫ َحَّد َثَنا َحاِم ُد ْبُن آَد َم‬، ‫َس اَس َو ْيِه‬
‫َق‬
.“ ‫ َو اَل ِديَن ِلَم ْن اَل َع ْق َل َلُه‬، ‫ ” ِق َو اُم اْلَم ْر ِء َع ْق ُلُه‬: ‫َرُس وُل ِهللا َص ىَّل ُهَّللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم‬

Artinya, “Telah memberi kabar kepada kami (Al-Baihāqī) Abū ʻAbdullah al-Ḥāfidh, ia berkata, telah
memberi kabar kepada kami Abū ʻAlī al-Ḥusain ibn Muḥammad al-ṣaghānī di kota Marwa, ia berkata,
telah bercerita kepada kami Yaḥyā ibn Sāsawaih, ia berkata, telah bercerita kepada kami Ḥāmid ibn
Ādam, ia berkata, telah bercerita kepada kami Abū Ghānim dari Abī al-Zubair, dari Jābir ibn ʻAbdillah, ia
berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Tiangnya seseorang adalah akalnya, tidak ada agama bagi orang
yang tidak memiliki akal. (HR. Al-Baihāqī)
TERIMAKASIH
:)

Anda mungkin juga menyukai