Anda di halaman 1dari 8

INVENTARISASI PERUBAHAN WILAYAH PANTAI DENGAN

METODE PENGINDERAAN JAUH (STUDI KASUS KOTA SEMARANG)

Bambang Sudarsono*)

Abstract
The environment change in the coastal area can be caused by nature factors for example abrasion,
sedimentation and by human factor for example is coastal reclamation. The environment change in the coastal
area can influence change of coastline.
Change of coastline can be evaluated and surveyed based on map and satellite image. The coastline change
detection in Semarang City had been done for several years based on Semarang City’s topographic map (1938)
and Quickbird Satellite Image (2006).
The research change of coastline carried out by Remote Sensing Method and Geographic Information System.
Based on research and field survey in Semarang City, there are significant coastline changes including
abrasion, sedimentation and reclamation.
Conclusion can be obtained from this research is the wide change because coastline change in Semarang City
from 1938 until 2006: which caused by reclamation factor and sedimentation factor is equal 502.437 Ha, and
abrasion factor is equal 458,323 Ha.
Key words : Change of coastline, Abrasion, Sedimentation and Reclamation

Pendahuluan
Latar Belakang
Provinsi Jawa Tengah mempunyai beberapa Kota dan pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dici-
Kabupaten yang mempunyai wilayah pantai antara rikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas
lain yang berada di jalur pantura yaitu : Kabupaten wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau
Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pe- batas terluar dari daerah paparan benua (continental
malang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi
Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten De- oleh proses alami yang terjadi di darat seperti
mak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupa- sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang
ten Pati dan Kabupaten Rembang. Sedangkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
berada di wilayah pantai selatan adalah sebagai penggundulan hutan dan pencemaran (Anonim,
berikut : Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, 2008).
Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Wonogiri. Be-
berapa daerah yang mempunyai wilayah pantai dalam Kerusakan lingkungan wilayah pesisir akan semakin
beberapa tahun terakhir telah mengalami perubahan bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Keru-
baik yang diakibatkan oleh keadaan alam seperti sakan lingkungan wilayah pesisir ini dapat dise-
abrasi dan akresi dan juga akibat kegiatan manuasia babkan oleh faktor alam maupun oleh faktor manu-
seperti reklamasi pantai. Akibat adanya perubahan sia. Kerusakan lingkungan karena faktor alam antara
pantai dapat menimbulkan dampak positif maupun lain abrasi, sedimentasi dan lain sebagainya. Se-
dampak negatif dan diantaranya yang perlu mendapat dangkan kerusakan lingkungan akibat faktor manusia
perhatian adalah berubahnya luas wilayah dari suatu antara lain dilakukan reklamasi pantai. Selain faktor
Kota maupun Kabupaten yang memiliki pantai. tersebut, kerusakan lingkungan wilayah pesisir dapat
disebabkan karena adanya perencanaan dan penge-
Perubahan garis pantai akibat abrasi, akresi, sedi- lolaan sumber daya alam yang tidak seimbang, se-
mentasi dan reklamasi harus mendapatkan perhatian perti semakin berkurangnya hutan mangrove sebagai
serius dari Pemerintah Kota maupun Pemerintah akibat bertambahnya lahan pertambakan di pesisir
Kabupaten yang memiliki wilayah pantai, hal ini pantai.
karena setiap pembentukan Pemerintah Kota maupun
Pemerintah Kabupaten selalui disertai dengan adanya Berkenaan dengan adanya perubahan luas wilayah
luas daerah dan batas daerah, sehingga apabila luas daerah akibat perubahan garis pantai, maka Peme-
dan batas daerah mengalami perubahan, maka perlu rintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
dilakukan tinjauan kembali terhadap Surat Keputusan mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi peru-
Pembentukan Pemerintah Kota dan Pemerintah Ka- bahan luas daerah yang diakibatkan oleh alam antara
bupaten yang telah mengalami perubahan. lain delta dan abrasi maupun oleh kegiatan manusia
misalnya reklamasi pantai.
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat
dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian Ada beberapa metode untuk inventarisasi perubahan
daratan, baik kering maupun terendam air yang masih luas wilayah yaitu : pengukuran dan pemetaan teris-
mendapat pengaruh sifat - sifat laut seperti angin laut, tris, pemetaan fotogrametris dan dengan metode pe-
nginderaan jauh ( Remote Sensing ). Salah satu
*) Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi metode untuk inventarisasi perubahan luas wilayah
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro provinsi yang dapat dilakukan dalam waktu cepat dan

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 162


akurat adalah dengan metode Penginderaan Jauh. maka perlu dijelaskan uraian mengenai keadaan
Pemantaun perubahan garis pantai yang menga- wilayah Kota maupun Kabupaten yang akan dinven-
kibatkan perubahan luas wilayah dengan teknologi tarisasi. Adapun data yang perlu diuraikan antara
penginderaan jauh merupakan salah satu pilihan lain:
terbaik untuk keperluan inventarisasi perubahan luas 1. Surat Keputusan tentang pembentukan Pemerin-
wilayah provinsi. tah Daerah Kota/Kabupaten.
Pada penelitian ini akan diberikan uraian secara 2. Luas dan batas-batas daerah dari Pemerintah Kota
singkat pemantauan perubahan garis pantai untuk / Pemerintah Kabupaten.
keperluan inventarisasi perubahan wilayah dengan 3. Kondisi Geografis wilayah yang akan diinventari-
metode penginderaan jauh. sasi.
4. Kondisi Geologi wilayah yang akan dinventari-
Maksud dan Tujuan sasi.
Maksud dari penulisan penelitian ini adalah: 5. Karakteristik wilayah pantai yang akan diinventa-
1. Menguraikan metode pemetaan perubahan garis risasi.
pantai yang mengakibatkan perubahan luas wila-
yah. Perubahan Garis Pantai
2. Mengidentifikasi perubahan garis pantai serta Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipenga-
faktor-faktor yang mempengaruhinya. ruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah.
Definisi pantai ini sering rancu dengan definisi
Adapun tujuan dari penulisan penelitian adalah: pesisir. Menurut Bambang Triatmodjo (2007), pesisir
1. Memberikan gambaran umum metode penentuan merupakan daerah darat di tepi laut yang masih
perubahan garis pantai dengan metode pengin- mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin
deraan jauh. laut dan perembesan air laut. Proses terbentuknya
2. Untuk memberikan gambaran umum metode in- pantai dipengaruhi oleh litoral transport, yaitu gerak
ventarisasi perubahan luas dengan metode pe- sedimen di daerah dekat pantai oleh gelombang dan
nginderaan jauh. arus.

Permasalahan Garis pantai merupakan pertemuan antara pantai


Ruang lingkup penulisan ini adalah mengidentifikasi (daratan) dan air (lautan). Suatu tinggi muka air ter-
dan memantau perbandingan besarnya perubahan ga- tentu dipilih untuk menjelaskan posisi garis pantai,
ris pantai berdasarkan peta yang ada dalam kurun yaitu garis air tinggi (high water line) sebagai garis
waktu yang berbeda. pantai dan garis air rendah (low water line) sebagai
acuan kedalaman.
Kawasan pesisir merupakan salah satu dari ling-
kungan perairan yang mudah terpengaruh sehingga Penambahan dan pengurangan areal pantai tiap tahun
mudah terjadi kerusakan lingkungan. Kawasan pesi- dapat dihitung dan dipantau. Pada umumnya keba-
sir sesungguhnya memiliki fungsi dan peran ekonomi nyakan daerah pantai, perubahan alam terjadi lebih
maupun ekologi yang sangat penting, sehingga terja- cepat dari pada perubahan alam di lingkungan yang
dinya kerusakan di kawasan pesisir dapat meng- lain kecuali di daerah-daerah yang mengalami gempa
ganggu aktivitas dan keberlanjutan pembangunan bumi, daerah banjir dan gunung api. Perubahan garis
(Dahuri, R., 1996). pantai ada dua macam, yaitu perubahan maju (akresi)
dan perubahan mundur (abrasi). Garis pantai dikata-
Kerusakan wilayah pesisir ini dapat disebabkan oleh kan maju apabila ada petunjuk adanya pengendapan
dua faktor yaitu faktor alam maupun faktor buatan dan atau pengangkatan daratan (emerge). Sedangkan
manusia. Faktor alam yaitu faktor yang disebabkan garis pantai dikatan mundur apabila ada proses abrasi
secara alami misalnya abrasi, sedimentasi, dan lain- dan atau penenggelaman daratan (sub merge).
lain. Sedangkan faktor buatan yaitu faktor yang
disebabkan oleh manusia misalnya reklamasi pantai, Penyebab Perubahan Garis Pantai
penanggulan pantai dan lain-lain. Penyebab perubahan garis pantai dipengaruh oleh
faktor alami dan manusiawi. Faktor alami terdiri dari:
Dari uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan sedimentasi, abrasi, pemadatan sedimen pantai, kena-
yang akan diuraikan pada penelitian ini adalah seba- ikan muka laut dan kondisi geologi. Sedangkan
gai berikut: faktor manusiawi meliputi : penanggulan pantai, pe-
1. Metode apa yang digunakan untuk untuk menen- nggalian sedimen pantai, penimbunan pantai, pem-
tukan perubahan garis pantai. babatan tumbuhan pelindung pantai, pembuatan
2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya peruba- kanal banjir dan pengaturan pola Daerah Aliran
han garis pantai. Sungai (DAS).

Tinjauan Pustaka Sedimentasi adalah hasil proses erosi, baik berupa


Gambaran Umum Wilayah Yang Diteliti erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah
Untuk melakukan kajian dan penelitian inventarisasi lainnya (Asdak, C., 2002). Proses sedimentasi dipe-
perubahan garis pantai dan perubahan luas wilayah, ngaruhi oleh pasang surut, gelombang dan arus.

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 163


Penyebab Abrasi
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur Pengertian Pasang Surut Air Laut
pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi Pasang surut laut merupakan suatu fenomena perge-
karena permukaan air laut mengalami peningkatan. rakan naik turunnya permukaan air laut secara ber-
Naiknya permukaan air laut ini disebabkan men- kala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
cairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
dan faktor angin yang dapat mendorong gelombang terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut
sehingga mengakibatkan naiknya permukaan air laut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh ada-
nya interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Data
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut air pasang tertinggi dan air surut terendah ini akan
diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di mempengaruhi garis pantai yang ada di daerah
daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es merupa- pesisir.
kan dampak dari pemanasan global. Suhu di kutub
akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, Macam pasang surut berdasarkan kedudukan bumi,
air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di bulan dan matahari adalah sebagai berikut:
seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan 1. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi,
daerah yang permukaannya rendah terkena terkena bulan dan matahari berada dalam suatu garis
dampak dari peningkatan permukaan air tersebut. lurus.
2. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi,
Sedimentasi bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus.
Dalam kaitannya dengan sedimen dan sedimentasi,
beberapa ahli mendefinisikan sedimen dalam bebe- Sistem Proyeksi Peta
rapa pengertian. Pipkin (1977) menyatakan bahwa Ada dua macam system proyeksi peta yang diguna-
sedimen adalah pecahan, mineral, atau material kan untuk peta-peta di Provinsi Jawa Tengah yaitu :
organik yang ditransportasikan dari berbagai sumber Universal Transverse Mercator dan Polyeder. Untuk
dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau memberikan gambaran umum sistem proyeksi peta
oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang berikut ini diuraikan secara singkat system proyeksi
diendapkan dari material yang melayang dalam air peta yang digunakan pada peta-peta yang digunakan
atau dalam bentuk larutan kimia. di Jawa Tengah.
1. Universal Transverse Mercator (UTM)
Reklamasi Pada sistem proyeksi UTM, didefinisikan posisi
Reklamasi secara awam diartikan sebagai mencipta- horsontal dua dimensi (X,Y) UTM dengan meng-
kan daratan baru di lahan yang sebelumnya terdiri gunakan proyeksi silinder, transversal dan con-
dari air. Reklamasi dalam arti umum adalah suatu form yang memotong bumi pada dua merisian
pekerjaan penimbunan tanah/pengurugan pada suatu standard.
kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna/masih Ciri dari Proyeksi UTM antara lain :
kosong dan berair menjadi lahan berguna. a. Proyeksi bekerja pada setiap bidang ellipsoid
Faktor-faktor yang menentukan melakukan reklamasi yang dibatasi cakupan garis meridian dengan
meliputi pemanfaatan lahan, persyaratan keamanan, lebar 6º yang disebut zone.
lingkungan, dan biaya. Sementara itu perlu dilakukan b. Penomoran zone merupakan suatu kesepaka-
evaluasi dan monitoring secara ketat, kontinyu, dan tan yang dihitung dari Garis Tanggal Interna-
terpadu, untuk meminimalkan dampak negatif sional (IDT) pada Meridian 180º Geografi ke
arah Barat - Timur, zone 1 = (180ºW sampai
Pengertian Gelombang dengan 174ºW). Wilayah Indonesia dilingkup
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air oleh zone 46 sampai dengan zone 54 dengan
dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang kata lain dari Bujur 94º E(ast) sampai dengan
membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut 141º E(ast)
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan men- c. Proyeksi garis Meridian Pusat (MC) merupa-
transfer energinya ke perairan, menyebabkan riak- kan garis lurus vertikal pada tengah bidang
riak. proyeksi.
d. Proyeksi garis lingkar equator merupakan ga-
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi ris lurus horisontal di tengah bidang proyeksi.
sifat-sifatnya, yaitu: e. Grid merupakan perpotongan garis-garis yang
1. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Cons- sejajar dengan dua garis proyeksi pada butir
tructive wave). (2) dan (3) dengan interval sama. Jadi, garis
Gelombang pembentuk pantai mempunyai ciri pembentuk grid bukan hasil proyeksi dari
yaitu ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya garis bujur atau garis lintang elipsoid (kecuali
rendah. garis meridian pusat dan equator).
2. Gelombang perusak pantai (Destructive wave). f. Faktor skala garis (scale factor) di pusat peta
Gelombang perusak pantai mempunyai ciri yaitu adalah 0.9996, artinya garis horisontal di ta-
ketinggian dan kecepatan rambat yang besar nah pada ketinggian muka air laut, sepanjang
(sangat tinggi).

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 164


1 km akan diproyeksikan sepanjang 999.6 m ting mengingat pada saat penelitian akan dilaku-
pada peta. kan penarikan garis pantai yang akan diban-
g. Penyimpangan arah garis meridian terhadap dingkan dengan peta yang tersedia.
garis utara Grid di Meridian Pusat = 0º, atau
garis arah Meridian yang melalui titik diluar Data dan Sumber Data Yang Dibutuhkan
Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah 1. Peta Topografi AMS diterbitkan tahun 1940, di-
Utara Grid Peta, simpangan ini disebut Kon- peroleh dari Topografi KODAM IV Diponegoro.
fergensi Meridian. 2. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25.000
diterbitkan tahun 1990 diperoleh dari BAKO-
2. Polyeder SURTANAL.
Polyeder adalah sistem proyeksi peta yang meng- 3. Citra Quickbird TAHUN 2006, diperoleh dari
gunakan bidang kerucut, normal, dan konform. Kantor Pertanahan Semarang
Pada proyeksi ini, setiap wilayah dibatasi oleh
dua garis paralel dan dua garis paralel tersebut Alat dan bahan Survey
terdapat garis paralel tengah. Setiap bagian Alat dan bahan survei yang digunakan dalam mendu-
derajat proyeksi polyeder diberi nomor yang kung pengolahan data antara lain:
terdiri dari dua jenis. Pertama, adalah penomoran 1. Perangkat keras yang terdiri dari komputer dan
yang menggunakan bilangan romawi yang printer.
menunjukkan nomor dari lintang paralel tengah- 2. GPS Handheld Garmin 60 CSX
nya (φ) sedangkan yang kedua adalah penomoran 3. Perangkat lunak (program pengolahan citra digital
yang menggunakan bilangan biasa yang menun- ER-MAPER 7.0, program pengolahan data SIG
jukkan nomor dari bujur meridian tengahnya (λ). ARC VIEW 3.3.

Penginderaan Jauh Teknik Pengumpulan Data


Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk mem- Teknik pengumpulan data yang akan digunakan
peroleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dalam penelitian ini adalah:
dengan jalan menganalisis data yang diperoleh de- 1. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang
ngan menggunakan alat, tanpa kontak langsung diperoleh melalui arsip-arsip, peta-peta, dan seba-
dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji. gainya yang terdapat pada dinas yang berhu-
Untuk keperluan penelitian Inventarisasi Perubahan bungan dengan penelitian ini.
Luas Wilayah Pantai Dengan Metode Penginderaan 2. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara
Jauh, maka diperlukan data citra satelit. Dalam mengamati dan mencatat mengenai kondisi-
penentuan jenis citra satelit, maka harus dipertim- kondisi pada objek penelitian secara langsung di
bangkan data yang tersedia supaya dapat ditumpang- lapangan.
susunkan (”overlay”) dengan peta lama yang terse-
dia. Metode Analisia Yang Digunakan
Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan
Ada beberapa jenis satelit yang dapat digunakan analisis menggunakan teknik analisis deskriptif
untuk keperluan tersebut diantaranya adalah : kualitatif perkembangan antar waktu dan melakukan
1. Citra satelit SPOT; pembahasan hasil survei dalam bentuk tulisan.
2. Citra Satelit Quickbird.
Hasil overlay ini merupakan hasil akhir dari pembu-
Metodologi Penelitian atan peta perubahan garis pantai dari daerah yang
Dasar Survey akan diteliti. Perubahan garis pantai terdiri dari
Metode penelitian yang akan digunakan adalah meto- daerah sedimentasi, daerah abrasi, reklamasi pantai.
de penelitian kualitatif yang akan menghasilkan data- Berdasarkan perubahan yang ada dapat ditentukan
data deskriptif. Dalam hal ini akan dilakukan pen- batas perubahan dan sekaligus luas area yang meru-
deskripsian perkembangan antar waktu, yaitu per- pakan hasil akhir penelitian. Hasil peta tersebut disa-
kembangan garis pantai suatu wilayah dari kurun jikan beserta analisis faktor-faktor penyebab peru-
waktu tertentu. bahan garis pantai.

Untuk pemilihan data yang akan digunakan dalam Prosedur Pengolahan Data
penelitian terdiri dari : Pembuatan Peta Perubahan Garis Pantai Daerah
1. Peta lama antara lain dapat menggunakan Peta Yang Diteliti dilakukan dengan menggunakan inte-
Topografi dibuat sekitar Tahun 1940 dan Peta grasi antara pengolahan data citra satelit dengan
Rupa Bumi Indonesia dibuat BAKOSURTANAL software ER-Mapper 7.0, Peta Topografi atau Peta
Tahun 1990. RBI dan Citra Satelit. Pengolahan data dilakukan
2. Citra satelit daerah yang akan diteliti dapat dengan Sistem Informasi Geografi menggunakan
menggunakan citra satelit QUICKBIRD hasil software tertentu misalnya dengan software Arc-View
pemotretan tahun terakhir. Pemilihan citra satelit 3.3.
tergantung pada citra satelit yang bersih artinya
daerah tutupan awan paling minim. Hal ini pen-

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 165


Pembuatan garis perubahan poligon batas pantai ter- perubahan garis pantai dan analisis perubahan luas
sebut dimaksudkan untuk mendapatkan batas wilayah wilayah akibat perubahan garis pantai.
pada daerah garis pantai tiap-tiap tahun sehingga Prosedur Pengolahan Data
dapat terlihat perbedaan dalam kurun waktu tertentu, Pembuatan Peta Perubahan Garis Pantai Kota Sema-
misalnya tersedia menggunakan Peta Topografi 1940 rang dilakukan dengan menggunakan integrasi anta-
dan Citra Satelit 2005. ra pengolahan data citra satelit dengan software ER-
Mapper 7.0, peta Topografi 1938 dan Citra Quickbird
Pengolahan dalam Software ArcView 3.3 Kota Semarang tahun 2006 serta pengolahan data
Pengolahan dalam software Arc-View 3.3 meliputi Sistem Informasi Geografi dengan software Arc-View
proses sebagai berikut : 3.3.
1. Import citra dan peta ke software Arc-View 3.3.
2. Digitasi polygon dari peta topografi dan citra Secara umum tahap pengolahan data terdiri dari
satelit tahun terakhir sesuai dengan ketersediaan pengolahan citra satelit, digitasi polygon garis pantai,
data. overlay citra satelit Quickbird (2006) dan polygon
3. Overlay antar polygon garis pantai. Setelah mela- garis pantai (1938).
kukan digitasi poligon, maka dapat dilanjutkan
proses overlay antar poligon.
4. Menghitung luas area area dilakukan dengan
menggunakan Extention tambahan pada software
Arc-View 3.3 yaitu “XTOOL Extention-Meter
/Hektar.
5. Pembuatan Layout Peta Perubahan Garis Pantai
dan Peta Citra Satelit dilakukan dengan software
Arc- View 3.3. Dari peta tersebut dapat dianalisis
perubahan garis pantai dan perubahan luas
wilayah.

Hasil Inventarisasi Perubahan Luas Wilayah


Uji Ketelitian Koreksi Geometrik
Dalam melakukan pengolahan data, dilakukan korek-
si geometrik yaitu dengan melakukan rektifikasi.
Rektifikasi dilakukan untuk melakukan pembetulan Gambar 4.1. Contoh Citra Hasil Penajaman Kontras
koordinat peta ataupun citra agar sesuai dengan
koordinat geografi.

Uji Ketelitian Digitasi


Setelah dilakukan rektifikasi maka langkah selan-
jutnya adalah melakukan digitasi poligon. Digitasi
adalah proses konversi informasi ke dalam format
digital atau transformasi dari data analog menjadi
data digital. Proses digitasi ini dilakukan dengan
digitasi on screen yaitu kita mendigititasi peta lang-
sung melalui layar monitor dengan bantuan mouse.

Hasil digitasi ini dikoreksi untuk mengetahui apakah


garis koordinat polygon hasil digitasi sama dengan
peta atau citra sebenarnya. Apabila hasil digitasi telah Gambar4. 2. Digitasi Poligon Garis Pantai Semarang
memenuhi persyaratan yang diinginkan, tahap Dari Peta Topografi Tahun 1938
berikutnya adalah melakukan analisa penyebab

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 166


Gambar 4.3. Poligon Batas Peta 1938 dan Poligon Batas Citra Quickbird 2006

Overlay Poligon
Batas Peta 1938
dan Citra
Quickbird 2006

Gambar 4.4. Overlay Poligon Batas Daerah Tahun 1938 dan Tahun 2006

Analisis Perubahan Garis Pamtai


Berikut ini kami sampaikan analisis perubahan garis
pantai di Kota Semarang. Analisis perubahan garis
pantai Kota Semarang dibuat secara kualitatif dimana
garis pantai yang terjadi pada beberapa daerah dapat
dihitung besarnya perubahan luas tiap waktu penga-
matan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak SIG yaitu Arc-View untuk menge-
tahui perubahan garis pantai dan besarnya kuantitas
luas area yang mengalami perubahan.

Gambar 4.5. Perubahan Garis Pantai


Tahun 1938 – Tahun 2006

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 167


Berdasarkan data tersebut diatas dapat dilihat faktor Dari berbagai studi dan penelitian yang telah dilaku-
yang berpengaruh terhadap perubahan garis pantai kan, secara umum rob selain disebabkan adanya
yaitu karena adanya sedimentasi, abrasi dan rekla- perubahan garis pantai juga disebabkan oleh bebe-
masi. Faktor terbesar yang mempengaruhi perubahan rapa hal sebagai berikut :
garis pantai karena adanya reklamasi dan sedimenta- 1. Perubahan penggunaan lahan di kawasan pantai
si. Reklamasi terjadi di daerah Kawasan Pantai Mari- (misalnya reklamasi pantai)
na dan pelabuhan Tanjung Mas. Pada tahun 1938 2. Penurunan muka tanah (Land Subsidence)
daerah ini tidak ada, karena reklamasi baru dilakukan 3. Naiknya muka air laut sebagai akibat efek pema-
pada tahun 1979, sehingga perubahan garis pantai nasan global.
karena reklamasi ini sangat berpengaruh besar pada
garis pantai. Selain itu faktor sedimentasi juga terjadi Kesimpulan
pada jangka waktu ini. Sedimentasi terlihat di daerah Perubahan garis pantai dapat dihitung dan dipantau
Semarang Barat dan daerah Tugu, karena daerah berdasarkan penambahan dan pengurangan areal
tersebut merupakan hilir dari Sungai Banjir Kanal pantai. Berdasarkan hasil penelitian dengan Studi Ka-
Barat (Kali Garang) dan Sungai Beringin. Dengan sus Kota Semarang, maka hasil overlay adanya
adanya sungai besar ini akan membawa sedimen dari perubahan garis pantai Kota Semarang adalah seba-
hulu dan kemudian akan tertimbun yang lama kela- gai berikut: Dari Peta Topografi tahun 1938 dan Citra
maan akan mengendap pada hilir sungai dan akan Quickbird 2006 di Pantai Utara Semarang terjadi
membentuk daratan baru yang berbentuk tambak penambahan luas wilayah pantai sebesar 502,437 Ha
yang menjorok ke arah laut. karena adanya reklamasi dan sedimentasi dan terjadi
pengurangan luas wilayah pantai bagian timur Kota
Faktor lain yang mempengaruhi perubahan garis pan- Semarang sebesar 458,323 Ha karena adanya abrasi.
tai adalah abrasi. Besarnya abrasi yang terjadi adalah
458,323 Ha. Abrasi terjadi di daerah Semarang Utara Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peruba-
dan Genuksari. Abrasi terjadi karena tidak adanya han garis pantai di Kota Semarang diakibatkan ada-
penghalang gelombang dan arus laut sehingga nya faktor reklamasi dan sedimentasi. Reklamasi
mengakibatkan terjadinya abrasi. Di daerah Genuks- terjadi di daerah kecamatan Semarang Barat yaitu
ari, abrasi mengenai pertambakan warga sehingga adanya kawasan Pantai Marina yang dipergunakan
pertambakan semakin tambah mundur menuju ke untuk pembangunan perumahan dan adanya pemba-
daratan. ngunan Pelabuhan Tanjung Mas di Kecamatan Se-
marang Utara dimana terjadi aktifitas penimbunan
Dari data penelitian dapat disimpulkan bahwa peru- tanah untuk mendapatkan lahan baru di daerah
bahan garis pantai Kota Semarang dalam durasi wak- pantai. Sedangkan sedimentasi adalah bertambahnya
tu pengamatan menyebabkan perubahan luas daratan daratan akibat penimbunan sedimen di sekitar pantai.
sebagai berikut: Sedimentasi paling besar terjadi di daerah Semarang
1. Pada tahun 1938 – tahun 2006 perubahan garis Tengah dan Semarang Barat yaitu di Sungai Banjir
pantai didominasi karena adanya reklamasi pantai Kanal Barat serta sebagian di daerah Tugu karena
sebesar 424,503 Ha. Reklamasi terlihat di daerah adanya sungai Tugurejo yang membawa material
Semarang Utara yaitu dengan adanya pemba- endapan dari hulu ke hilir.
ngunan Pelabuhan Tanjung Mas dan di daerah
Semarang Barat dengan adanya pembangunan Sedangkan pengurangan luas wilayah akibat mundur-
kawasan Pantai Marina. nya garis pantai disebabkan oleh adanya faktor abra-
2. Pada tahun 1938 – tahun 2006 juga terjadi pengu- si, dan hal ini terjadi terutama di Semarang Timur.
rangan luas wilayah pantai karena adanya abrasi Abrasi merupakan terkikisnya alur-alur pantai akibat
pantai sebesar 458,323 Ha. Abrasi di daerah gerusan air laut. Abrasi terjadi karena tidak adanya
Semarang Timur dan di daerah Genuksari. penghalang gelombang dan arus laut sehingga me-
3. Sedimentasi terbesar terjadi pada tahun 1938 – ngakibatkan terjadinya abrasi.
tahun 2006. Sedimentasi terlihat di daerah Sema-
rang Barat dan Tugu sebesar 61,519 Ha. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
Dampak Perubahan Garis Pantai dapat diberikan saran sebagai berikut :
Perubahan garis pantai mempunyai dampak posisitf 1. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota / Kabu-
maupun dampak negatif. Salah satu dampak negatif paten yang mempunyai wilayah pantai segera
perubahan garis pantai di Kota Semarang adalah melakukan penelitian wilayah pantai yang me-
meluasnya rob. Rob di Kota Semarang telah mengge- nyebabkan perubahan luas wilayah yang diaki-
nangi beberapa ruas jalan seperti Jalan Mpu Tantular, batkan oleh perubahan garis pantai.
Jalan Ronggowarsito, Pasar Johar, Stasiun Tawang, 2. Apabila telah diperoleh hasil penelitian, maka
Jalan Agus Salim serta jalan sekitar Kota Lama dan perlu dilakukan analisis penyebab perubahan luas.
beberapa jalan yang berdekatan dengan ruas jalan Jika perubahan wilayah mengakibatkan dampak
tersebut. negatif, maka pihak terkait harus segera membuat
kebijakan untuk mengamankan garis pantai agar
tidak terjadi kerusakan pantai.

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 168


3. Jika dilakukan reklamasi pantai perlu dilakukan
kajian yang mendalam agar dampak negatif yang
akan timbul dapat diminimalkan.
4. Pada daerah yang mengalami abrasi sebaiknya
mulai dilakukan penanaman hutan mangrove
yang berfungsi sebagai pelindung alami pantai
maupun pembuatan tanggul-tanggul buatan untuk
melindungi pantai dari erosi.
5. Perlu dilakukan peninjauan kembali kebijakan
yang dibuat oleh Pemerintah Daerah pada daerah
pesisir pantai. Karena banyak aktifitas masyarakat
seperti pembuatan tambak yang tidak memperha-
tikan ekosistem. Jika dibiarkan, maka aktifitas
tersebut akan sangat merugikan, baik bagi masya-
rakat sekitar maupun Pemerintah Daerah.

Daftar Pustaka
1. BAPEDA, 1997. Peta Geologi Teknik Kota Se-
marang Tahun 1997, Semarang.
2. BAPEDA, 1997. Peta Kondisi Tanah Kota Se-
marang Tahun 1997, Semarang.
3. BPS. 2006. Kota Semarang Dalam Angka 2006.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang.
4. ESDM. 2000. Peta Zona Penurunan Tanah Kota
Semarang Tahun 2000. Semarang.
5. Prahasto, Eddy, 2004. Sistem Informasi Geografis
Tools dan Plug-Ins, Informatika, Bandung
6. Prahasto, Eddy,2005. Sistem Informasi Geografis
Konsep-Konsep Dasar, Informatika, Bandung.
7. Prahasta, Eddy, 2008. Sistem Informasi Geografis
& Remote Sensing, Informatika, Bandung.
8. Rismayanti, Widiya, 2009. Analisis Perubahan
Garis Pantai Kota Semarang Dengan Mengguna-
kan Teknologi Penginderaan Jauh, Tugas Akhir
Program Studi Teknik Geodesi UNDIP, Sema-
rang.
9. Sudarsono, Bambang, 2001. Pengaruh Peruba-
han Lingkungan Terhadap Rob di Semarang.
PILAR Volume 10, Nomor 1. Hal : 19-24,
Semarang
10. Triatmodjo, Bambang, 2007. Pelabuhan. Beta
Offset: Yogyakarta.
11. Triatmodjo, Bambang, 2007. Teknik Pantai. Beta
Offset: Yogyakarta.

TEKNIK – Vol. 32 No.2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 169

Anda mungkin juga menyukai