Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhammad Affan Kashogi

NIM : 20230401384
Tugas Pengantar Hukum Indonesia Tentang Hukum Ketenagakerjaan Menurut UU 13/2003 Ketenagakerjaan dan UU 11/2020
Cipta Kerja (Dosen : Farida Nurun Nazah, S. HI, MH.)

Obyek UU 13/2003 UU 11/2020 Analisa


Ketenagakerjaan Cipta Kerja
1. Upah Upah adalah hak Pasal 88A 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun
pekerja/buruh yang (1) Hak pekerja/buruh atas 2003):
diterima dan upah timbul pada saat terjadi
dinyatakan dalam hubungan kerja antara  Upah Minimum: UU Ketenagakerjaan mengatur
bentuk uang sebagai pekerja/buruh dengan tentang upah minimum yang harus dipatuhi oleh
imbalan dari pengusaha pengusaha dan berakhir pada pengusaha. Upah minimum ini disesuaikan
atau pemberi kerja saat putusnya hubungan dengan kebutuhan hidup layak pekerja dan
kepada kerja. keluarganya.
pekerja/buruh yang (2) Setiap pekerja/buruh  Komponen Upah: Selain upah pokok, UU ini juga
ditetapkan dan berhak memperoleh upah mencakup berbagai komponen upah tambahan,
dibayarkan menurut yang sama untuk pekerjaan seperti tunjangan kesejahteraan, insentif, dan
suatu perjanjian yang sama nilainya. tunjangan lainnya. Pengusaha diharapkan
kerja, kesepakatan, atau (3) Pengusaha wajib memberikan upah yang adil dan sesuai dengan
peraturan perundang membayar upah kepada kebijakan pemerintah.
undangan, termasuk pekerja/buruh sesuai dengan  Pengupahan Secara Adil: UU ini menekankan
tunjangan bagi kesepakatan. prinsip pengupahan yang adil, yang mengacu pada
pekerja/buruh dan (4)Pengusaha yang karena prinsip kesetaraan antara pekerja dan pengusaha.
keluarganya atas suatu kesengajaan atau Diskriminasi dalam pengupahan dilarang.
pekerjaan kelalaiannya mengakibatkan
dan/atau jasa yang telah keterlambatan pembayaran 2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020):
atau akan dilakukan. upah, dikenakan denda sesuai
dengan persentase tertentu  Penyesuaian Upah: UU Cipta Kerja memberikan
dari upah pekerja/buruh. kewenangan kepada pemerintah untuk
menyesuaikan upah minimum setiap tahunnya.
Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan
inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan
pekerja.
 Sistem Pengupahan: UU ini memberikan
fleksibilitas lebih dalam sistem pengupahan.
Pengusaha dan pekerja dapat menentukan sendiri
bentuk dan komponen upah, dengan
mempertimbangkan minimum upah yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
 Kemudahan Berusaha: UU Cipta Kerja bertujuan
untuk menciptakan iklim usaha yang lebih
kondusif, termasuk dalam hal pengaturan upah,
untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan
ekonomi.

Perbandingan:

 Fleksibilitas: UU Cipta Kerja menekankan


fleksibilitas lebih besar dalam pengaturan upah,
sedangkan UU Ketenagakerjaan lebih mengatur
secara kaku tentang upah minimum.
 Konsultasi Tripartit: Kedua undang-undang
mengharuskan konsultasi dengan perwakilan
pekerja dan pengusaha dalam penetapan kebijakan
upah.
 Tujuan Pembangunan Ekonomi: UU Cipta Kerja
memiliki fokus yang lebih kuat pada stimulasi
ekonomi dan investasi untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
2. Kompensasi Selama menjalankan Pasal 61A (1) Dalam hal 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun
istirahat panjang, perjanjian kerja waktu 2003):
pekerja/buruh diberi tertentu berakhir sebagaimana
uang kompensasi hak dimaksud dalam Pasal 61  Pengaturan Umum: UU Ketenagakerjaan
istirahat tahunan tahun ayat memberikan landasan bagi pengaturan
kedelapan sebesar ½ (1) huruf b dan huruf c, kompensasi bagi pekerja. Ini mencakup upah,
(setengah) bulan gaji pengusaha wajib memberikan tunjangan, fasilitas, dan perlindungan terhadap
dan bagi perusahaan uang kompensasi kepada pemutusan hubungan kerja.
yang telah pekerja/ buruh.  Upah: UU ini menetapkan bahwa pekerja
memberlakukan (2)Uang kompensasi memiliki hak atas upah yang layak dan setara
istirahat panjang yang sebagaimana dimaksud pada dengan pekerjaan yang dilakukannya. Upah dapat
lebih baik dari ayat (1) diberikan kepada mencakup komponen pokok, tunjangan, bonus,
ketentuan undang- pekerja/buruh sesuai dengan dan pembayaran lain yang bersifat periodik.
undang ini, maka tidak masa kerja pekerja/buruh di  Tunjangan: Selain upah, pekerja juga memiliki
boleh mengurangi dari perusahaan yang hak atas tunjangan yang dapat mencakup
ketentuan yang sudah bersangkutan. tunjangan keluarga, tunjangan transportasi, dan
ada. (3) Ketentuan lebih lanjut tunjangan lainnya sesuai dengan peraturan
mengenai uang kompensasi perundang-undangan.
diatur dalam Peraturan  Perlindungan dari Pemutusan Hubungan Kerja:
Pemerintah. UU ini juga memberikan ketentuan untuk
melindungi pekerja dari pemutusan hubungan
kerja yang tidak sah, dan dalam kasus tersebut,
pekerja berhak mendapatkan hak-hak kompensasi
yang sesuai.

2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020):

 Fleksibilitas Sistem Kompensasi: UU Cipta Kerja


memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam
sistem kompensasi antara pekerja dan pengusaha.
Hal ini mencakup kesepakatan langsung antara
pekerja dan pengusaha mengenai bentuk dan
besaran kompensasi.
 Tunjangan dan Fasilitas: UU ini memberikan
ruang lebih besar bagi pengusaha dan pekerja
untuk bernegosiasi mengenai tunjangan dan
fasilitas yang diberikan kepada pekerja.
 Tata Cara Penyelesaian Perselisihan: UU Cipta
Kerja juga menetapkan tata cara penyelesaian
perselisihan yang lebih sederhana dan cepat,
termasuk perselisihan yang berkaitan dengan
kompensasi.

Perbandingan:

 Fleksibilitas: UU Cipta Kerja memberikan lebih


banyak fleksibilitas dalam menentukan bentuk dan
besaran kompensasi, sedangkan UU
Ketenagakerjaan lebih mengatur secara kaku.
 Keseimbangan Hak dan Kewajiban: UU
Ketenagakerjaan memiliki fokus yang kuat pada
perlindungan hak pekerja, sementara UU Cipta
Kerja berupaya menciptakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.
 Perlindungan Pekerja: Meskipun UU Cipta Kerja
memberikan lebih banyak fleksibilitas, tetapi tetap
memberikan perlindungan terhadap hak-hak
pekerja.
3. Pemutusan Dalam hal terjadi Pasal 46A 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun
Hubungan pemutusan hubungan (1) Pekerja/buruh yang 2003):
Kerja kerja, pengusaha mengalami pemutusan
diwajibkan membayar hubungan kerja berhak  Ketentuan PHK: UU Ketenagakerjaan mengatur
uang pesangon dan atau mendapatkan jaminan ketentuan PHK, termasuk syarat-syarat yang harus
uang penghargaan masa kehilangan pekerjaan. (2) dipenuhi agar PHK dapat dianggap sah. Misalnya,
kerja dan uang Jaminan kehilangan adanya alasan yang jelas dan sah yang diatur
penggantian hak yang pekerjaan diselenggarakan dalam undang-undang, seperti kebijakan
seharusnya diterima. oleh badan penyelenggara perusahaan atau alasan ekonomi.
jaminan sosial  Prosedur PHK: UU ini menetapkan prosedur
ketenagakerjaan dan tertentu yang harus diikuti oleh pengusaha dalam
Pemerintah Pusat. melakukan PHK, termasuk pemberian
(3) Ketentuan lebih lanjut pemberitahuan tertentu kepada pekerja dan upaya
mengenai tata cara untuk mencapai kesepakatan dengan pekerja
penyelenggaraan jaminan sebelum melakukan PHK.
kehilangan pekerjaan diatur  Perlindungan Pekerja: UU Ketenagakerjaan
dalam Peraturan Pemerintah. memberikan perlindungan kepada pekerja dengan
memberikan hak-hak tertentu, termasuk hak untuk
mendapatkan pesangon dan hak lainnya dalam
kasus PHK.

2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020):

 Fleksibilitas PHK: UU Cipta Kerja memberikan


lebih banyak fleksibilitas kepada pengusaha dalam
melakukan PHK. Terdapat perubahan dalam
alasan dan prosedur PHK, termasuk pengurangan
jumlah pekerja, perubahan organisasi, dan alasan
produktivitas.
 Prosedur PHK: Meskipun memberikan
fleksibilitas, UU Cipta Kerja tetap menetapkan
prosedur tertentu yang harus diikuti, seperti
memberikan pemberitahuan tertentu dan
membahas bersama-sama pekerja atau serikat
pekerja.
 Perlindungan Pekerja: UU ini juga memberikan
hak-hak tertentu kepada pekerja yang di-PHK,
seperti hak atas pesangon, kompensasi, dan
pelatihan keterampilan untuk membantu pekerja
dalam mencari pekerjaan baru.

Perbandingan:

 Fleksibilitas: UU Cipta Kerja memberikan lebih


banyak fleksibilitas dalam alasan dan prosedur
PHK, sementara UU Ketenagakerjaan lebih
mengatur secara kaku.
 Perlindungan Pekerja: Meskipun memberikan
fleksibilitas, UU Cipta Kerja tetap memberikan
perlindungan terhadap hak-hak pekerja, termasuk
hak atas pesangon.
 Diskusi dengan Pekerja: Kedua undang-undang
mendorong adanya diskusi dan negosiasi dengan
pekerja atau serikat pekerja sebelum melakukan
PHK.

4. Jam kerja Mempekerjakan lebih Pasal TT 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun
dari waktu kerja (1) Setiap pengusaha wajib 2003):
sedapat mungkin harus melaksanakan ketentuan
dihindarkan karena waktu kerja. (2) Waktu kerja  Jam Kerja Normal: UU Ketenagakerjaan
pekerja/buruh harus sebagaimana dimaksud pada menetapkan bahwa jam kerja normal adalah 7-8
mempunyai waktu ayat (1) meliputi: a. 7 (tujuh) jam sehari dan 40 jam seminggu. Pekerja yang
yang cukup untuk jam 1 (satu) hari dan 40 bekerja melebihi jam tersebut dianggap lembur
istirahat dan (empat puluh) jam 1 (satu) dan berhak mendapatkan upah lembur sesuai
memulihkan minggu untuk 6 (enam) hari dengan ketentuan yang berlaku.
kebugarannya. Namun, kerja dalam 1 (satu) minggu;  Lembur: UU ini mengatur mengenai jam lembur,
dalam hal-hal tertentu atau termasuk besaran upah lembur dan batasan jumlah
terdapat kebutuhan b. 8 (delapan) jam 1 (satu) jam lembur yang dapat dilakukan.
yang mendesak yang hari dan 40 (empat puluh)  Istirahat: Memberikan ketentuan mengenai
harus diselesaikan jam 1 (satu) minggu untuk 5 istirahat selama jam kerja, yang mencakup
segera dan tidak dapat (lima) hari kerja dalam 1 istirahat harian dan istirahat mingguan.
dihindari sehingga (satu) minggu.
pekerja/buruh harus (3) Ketentuan waktu kerja 2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020):
bekerja melebihi waktu sebagaimana dimaksud pada
kerja. ayat (21 tidak berlaku bagi  Fleksibilitas Jam Kerja: UU Cipta Kerja
sektor usaha atau pekerjaan memberikan lebih banyak fleksibilitas terkait jam
tertentu. kerja. Pengusaha dan pekerja dapat menentukan
(4)Pelaksanaan jam kerja bagi jam kerja yang fleksibel, termasuk perjanjian
pekerja/buruh di perusahaan mengenai jam kerja, istirahat, dan ketentuan
diatur dalam perjanjian kerja, lainnya.
peraturan perusahaan, atau  Lembur: Tetap mengatur tentang lembur,
perjanjian kerja bersama. termasuk besaran upah lembur. UU ini
(5) Ketentuan lebih lanjut memberikan fleksibilitas lebih besar dalam
mengenai waktu kerja pada mengatur lembur di luar jam kerja normal.
sektor usaha atau pekerjaan  Istirahat dan Cuti: Memberikan ketentuan
tertentu sebagaimana mengenai istirahat, cuti, dan libur, dengan lebih
dimaksud pada ayat (3) diatur banyak ruang untuk perundingan antara pekerja
dalam Peraturan Pemerintah. dan pengusaha.

5. Perjanjian kerja Syarat masa percobaan Pasal 56 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun
kerja harus (1) Perjanjian kerja dibuat 2003):
dicantumkan dalam untuk waktu tertentu atau
perjanjian kerja. untuk waktu tidak tertentu.  Perjanjian Kerja: UU Ketenagakerjaan mengakui
Apabila perjanjian (2) Perjanjian kerja untuk adanya perjanjian kerja antara pekerja dan
kerja dilakukan secara waktu tertentu sebagaimana pengusaha. Meskipun demikian, ada beberapa
lisan, maka syarat masa dimaksud pada ayat (1) ketentuan yang tidak dapat dihapus atau
percobaan kerja harus didasarkan atas: dikecualikan oleh perjanjian, seperti hak-hak
diberitahukan kepada a- jangka waktu; atau pekerja terkait dengan upah minimum, pesangon,
pekerja yang b. selesainya suatu pekerjaan dan kepastian pekerjaan.
bersangkutan dan tertentu.  Hak dan Kewajiban: Menetapkan hak dan
dicantumkan dalam (3) Jangka waktu atau kewajiban masing-masing pihak yang terlibat
surat pengangkatan. selesainya suatu pekerjaan dalam perjanjian kerja. Pekerja dijamin hak-
Dalam hal tidak tertentu sebagaimana haknya sesuai dengan undang-undang
dicantumkan dalam dimaksud pada ayat ketenagakerjaan yang berlaku.
perjanjian kerja atau (2)ditentukan berdasarkan  Perlindungan Pekerja: Memberikan perlindungan
dalam surat perjanjian kerja. terhadap pekerja agar tidak terjadi eksploitasi
pengangkatan, maka (4) Ketentuan lebih lanjut dalam perjanjian kerja. Pembatasan tertentu
ketentuan masa mengenai perjanjian kerja diberlakukan untuk melindungi pekerja dari
percobaan kerja waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang merugikan.
dianggap tidak ada. jangka waktu atau selesainya
suatu pekerjaan tertentu 2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020):
diatur dalam Peraturan
Pemerintah.  Fleksibilitas Perjanjian Kerja: UU Cipta Kerja
memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam
menentukan ketentuan perjanjian kerja antara
pekerja dan pengusaha. Pengusaha dan pekerja
dapat bernegosiasi dan menyesuaikan ketentuan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
 Hak dan Kewajiban: Tetap menetapkan hak dan
kewajiban masing-masing pihak, namun
memberikan ruang lebih besar bagi perundingan
dan penyesuaian.
 Ketentuan Minimum: Meskipun memberikan
fleksibilitas, UU ini tetap mengakui adanya
ketentuan minimum yang harus dijamin dalam
perjanjian kerja, seperti upah minimum, kepastian
jam kerja, dan hak-hak pekerja lainnya yang
diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan.
Perbandingan:

 Fleksibilitas: UU Cipta Kerja memberikan lebih


banyak fleksibilitas dalam menentukan ketentuan
perjanjian kerja, sementara UU Ketenagakerjaan
lebih mengatur secara kaku dengan batasan
tertentu.
 Ketentuan Minimum: Kedua undang-undang
mengakui adanya ketentuan minimum yang harus
dijamin dalam perjanjian kerja.
Perlindungan Pekerja: Baik UU Ketenagakerjaan
maupun UU Cipta Kerja tetap memberikan
perlindungan terhadap hak-hak pekerja dan
mencegah adanya perjanjian yang merugikan
pekerja.
6. TENAGA Pasal 42 Pasal 42 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun
KERJA ASING (1) Setiap pemberi (1) Setiap pemberi kerja yang 2003):
kerja yang mempekerjakan tenaga kerja
mempekerjakan tenaga asing wajib memiliki rencana  Izin Kerja Tenaga Kerja Asing: UU
kerja asing wajib penggunaan tenaga kerja Ketenagakerjaan mengatur persyaratan dan
memiliki izin tertulis asing yang disahkan oleh prosedur untuk memberikan izin kerja kepada
dari Menteri atau Pemerintah Pusat. tenaga kerja asing. Ini melibatkan izin kerja yang
pejabat yang ditunjuk. (2) Pemberi kerja orang diberikan oleh Menteri Ketenagakerjaan atau
(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang pejabat yang ditunjuk.
perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja  Pembatasan dan Kontrol: UU ini memberikan
mempekerjakan tenaga asing. kerangka kerja untuk pembatasan dan kontrol
kerja asing. (3) (3) Tenaga kerja asing dapat terhadap tenaga kerja asing untuk melindungi
Kewajiban memiliki dipekerjakan di Indonesia tenaga kerja lokal dan memastikan kebijakan
izin sebagaimana hanya dalam hubungan kerja ketenagakerjaan nasional.
dimaksud dalam ayat untuk jabatan tertentu dan  Kewajiban Perusahaan: Perusahaan yang
(1), tidak berlaku bagi waktu tertentu serta memiliki mempekerjakan tenaga kerja asing diharuskan
perwakilan negara kompetensi sesuai dengan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan tertentu dan
asing yang jabatan yang akan diduduki. memberikan laporan berkala kepada pihak
mempergunakan tenaga (4) Tenaga kerja asing berwenang.
kerja asing sebagai dilarang menduduki jabatan
pegawai diplomatik yang mengurLlsi personalia. 2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020):
dan konsuler. (5) Ketentuan mengenai
(4) Tenaga kerja asing jabatan tertentu dan waktu  Sistem Pemberian Izin: UU Cipta Kerja
dapat dipekerjakan di tertentu sebagaimana mengintegrasikan sistem izin terkait tenaga kerja
Indonesia hanya dalam dimaksud pada ayat (4) diatur asing dalam rangka mempercepat proses
hubungan kerja untuk dalam Peraturan Pemerintah. pemberian izin. Pemerintah dapat memberikan
jabatan tertentu dan izin kepada tenaga kerja asing untuk bekerja di
waktu tertentu. Indonesia berdasarkan kriteria tertentu.
(5) Ketentuan  Peran Badan Penanaman Modal: UU ini
mengenai jabatan memberikan peran lebih besar kepada Badan
tertentu dan waktu Penanaman Modal (BKPM) dalam memberikan
tertentu sebagaimana izin dan mengawasi tenaga kerja asing.
dimaksud dalam ayat  Perubahan dalam Persyaratan: UU Cipta Kerja
(4) ditetapkan dengan memberikan fleksibilitas lebih besar dalam
Keputusan Menteri. merubah persyaratan dan ketentuan yang
(6) Tenaga kerja asing berkaitan dengan tenaga kerja asing untuk
sebagaimana dimaksud mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi.
dalam ayat (4) yang
masa kerjanya habis Perbandingan:
dan tidak dapat di
perpanjang dapat  Fleksibilitas: UU Cipta Kerja memberikan lebih
digantikan oleh tenaga banyak fleksibilitas dalam hal pemberian izin dan
kerja asing lainnya mengelola tenaga kerja asing, sedangkan UU
Ketenagakerjaan memiliki pendekatan yang lebih
kaku.
 Peran Pemerintah: UU Cipta Kerja menempatkan
lebih banyak tanggung jawab pada Badan
Penanaman Modal, sedangkan UU
Ketenagakerjaan memberikan kewenangan kepada
Menteri Ketenagakerjaan.
 Ketentuan Perlindungan Pekerja Lokal: Kedua
undang-undang tetap memuat ketentuan untuk
melindungi tenaga kerja lokal dalam konteks
penggunaan tenaga kerja asing.

7. Waktu Pasal 79 Pasal 79 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13


istirahat (1) Pengusaha wajib memberi: (1) Pengusaha wajib memberi Tahun 2003):
dan cuti a- waktu istirahat; dan waktu istirahat dan cuti
b. cuti. kepada pekerja/buruh. (2)  Waktu Istirahat: Menetapkan ketentuan
(2) Waktu istirahat Waktu istirahat dan cuti mengenai waktu istirahat harian dan
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud dalam mingguan bagi pekerja. Pekerja biasanya
ayat (1) huruf a wajib ayat (1), meliputi : memiliki hak untuk mendapatkan waktu
diberikan kepada a. istirahat antara jam kerja, istirahat selama jam kerja untuk memberikan
pekerja/buruh paling sedikit sekurang kurangnya setengah kesegaran fisik dan mental.
meliputi: jam setelah bekerja selama 4  Cuti Tahunan: Memberikan hak kepada
a* istirahat antara jam kerja, (empat) jam terus menerus pekerja untuk mendapatkan cuti tahunan
paling sedikit setengah jam dan waktu istirahat tersebut setelah bekerja selama jangka waktu tertentu.
setelah bekerja selama 4 tidak termasuk jam kerja; Ketentuan mengenai batas waktu cuti,
(empat) jam terus menerus, b. istirahat mingguan 1 (satu) pembayaran cuti, dan prosedur permohonan
dan waktu istirahat tersebut hari untuk 6 (enam) hari kerja cuti diatur dalam undang-undang.
tidak termasuk jam kerja; dan dalam 1 (satu) minggu atau 2  Cuti Melahirkan dan Paternal: Memberikan
b. istirahat mingguan 1 (satu) (dua) hari untuk 5 (lima) hari ketentuan terkait cuti melahirkan bagi pekerja
hari untuk 6 (enam) hari kerja kerja dalam 1 (satu) minggu; wanita dan cuti paternal bagi pekerja pria
dalam 1 (satu) minggu. c. cuti tahunan, sekurang yang memiliki hak untuk mendampingi
(3) Cuti sebagaimana kurangnya 12 (dua belas) hari kelahiran anaknya.
dimaksud pada ayat (1) huruf kerja setelah pekerja/buruh
b yang wajib diberikan yang bersangkutan bekerja 2. Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun
kepada pekerja/buruh, yaitu selama 12 (dua belas) bulan 2020):
cuti tahunan, paling sedikit 12 secara terus menerus; dan
(dua belas) hari kerja setelah d. istirahat panjang sekurang-  Fleksibilitas Waktu Istirahat: UU Cipta Kerja
pekerja/buruh yang kurangnya 2 (dua) bulan dan memberikan lebih banyak fleksibilitas terkait
bersangkutan bekerja selama dilaksanakan pada tahun
12 (dua belas) bulan secara ketujuh dan kedelapan waktu istirahat. Ketentuan mengenai waktu
terus menerus. masing-masing 1 (satu) bulan istirahat harian dan mingguan dapat diatur
(4) Pelaksanaan cuti tahunan bagi pekerja/buruh yang telah lebih leluasa berdasarkan kesepakatan antara
sebagaimana dimaksud pada bekerja selama 6 (enam) pekerja dan pengusaha.
ayat (3) diatur dalam tahun secara terusmenerus  Perubahan Ketentuan Cuti: Memberikan
perjanjian kerja, peraturan pada perusahaan yang sama kewenangan kepada pihak perusahaan dan
perusahaan, atau perjanjian dengan ketentuan pekerja untuk melakukan perubahan terkait
kerja bersama. pekerja/buruh tersebut tidak ketentuan cuti, seperti perpanjangan masa
(5) Selain waktu istirahat dan berhak lagi atas istirahat kerja sehari untuk menggantikan hari cuti.
cuti sebagaimana dimaksud tahunannya dalam 2 (dua)  Cuti Gugur: UU ini memberikan kewenangan
pada ayat (1), ayat (2)l, dan tahun berjalan dan kepada perusahaan untuk menentukan waktu
ayat (3), perusahaan tertentu selanjutnya berlaku untuk cuti yang dapat gugur jika tidak digunakan
dapat memberikan istirahat setiap kelipatan masa kerja 6 dalam jangka waktu tertentu.
panjang yang diatur dalam (enam) tahun.
perjanjian kerja, peraturan (3) Pelaksanaan waktu Perbandingan:
perusahaan, atau perjanjian istirahat tahunan sebagaimana
kerja bersama. dimaksud dalam ayat (2)  Fleksibilitas: UU Cipta Kerja memberikan
(6) Ketentuan lebih lanjut huruf c diatur dalam lebih banyak fleksibilitas terkait waktu
mengenai perusahaan tertentu perjanjian kerja, peraturan istirahat dan cuti, sedangkan UU
sebagaimana dimaksud pada perusahaan, atau perjanjian Ketenagakerjaan memiliki aturan yang lebih
ayat (5) diatur dengan kerja bersama. kaku.
Peraturan Pemerintah. (4) Hak istirahat panjang  Perubahan Ketentuan: UU Cipta Kerja
sebagaimana dimaksud dalam memberikan kewenangan lebih besar kepada
ayat (2) huruf d hanya berlaku perusahaan dan pekerja untuk merubah
bagi pekerja/buruh yang ketentuan waktu istirahat dan cuti sesuai
bekerja pada perusahaan dengan kesepakatan bersama.
tertentu. (5) Perusahaan  Perlindungan Pekerja: Meskipun memberikan
tertentu sebagaimana fleksibilitas, keduanya tetap menjamin
dimaksud dalam ayat (4) perlindungan hak-hak pekerja terkait dengan
diatur dengan Keputusan waktu istirahat dan cuti.
Menteri.

Anda mungkin juga menyukai