Anda di halaman 1dari 28

Meningitis Tuberculosis pada

Wanita berusia 25 tahun


Bella Natalia W
102019172
Rumusan
Skenario 1 Hipotesis
Masalah
Seorang Seorang wanita 25 Pasien diduga
Perempuan usia 25 tahun dibawa menderita
tahun dibawa ke keluarganya Meningitis TB.
UGD RS oleh dengan keluhan
keluarganya nyeri kepala berat
dengan keluhan yg disertai sejak 2
nyeri kepala berat minggu yg lalu.
yg disertai sejak 2
minggu yg lalu.
Anamnesis
• Nyeri seluruh kepala terus menerus sepanjang hari dan lebih
memburuk dari sebelumnya
• Mual
• Muntah sejak kemarin
• Pasien kurang respon
• Demam tinggi dimalam hari
• Sudah minum obat warung tapi tidak membaik
• Disertai batuk 5 bulan yg lalu
Pemeriksaan Fisik
• TD: 110/70 Status Lokalis
Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (+),
• Nadi: 90 Brudzisinski (+), Kernig Sign (+), Pupil isokor 3
• Pernafasan: 20 mm

• Suhu: 37,5 Refleks patologis :Babinski (+) bilateral


• Visual Analog: 7-8
GCS : E3M6V4

Pemeriksaan Nervus Kranial :N.IV,(paralese


bilateral)
Mind Map RM

Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan


penunjang

Etiologi,
patofisiologi,
epidemiologi

Gejala klinis

Tatalaksana Komplikasi

Prognosis
Sasaran pembelajaran
1. Mahasiswa mampu review balik anatomi dan fisiologi selaput otak ventrikel.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan patofisiologi dari
penyakit meningitis tuberkulosis.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis meningitis.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai hasil lumbal pungsi
dan perbedaannya pada masing-masing jenis meningitis
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang terkait penyakit meningitis tuberkulosis.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis serta diagnosis kerja,
tatalaksana, komplikasi, dan prognosis terkait meningitis tuberkulosis.
Anatomi
Meninges

Duramater
Dibentuk oleh jaringan ikat fibrosa, terdiri dari dua lapis yaitu
lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Lapisan endosteal
merupakan lapisan periosteal yang menutupi permukaan dalam
tulang cranium. Lapisan cranium merupakan lapisan duramater
sebenarnya.

Lapisan meningeal membentuk 4 septum ke


dalam, membagi rongga cranium menjadi ruang-
ruang yang menampung bagian-bagian otak :
• Falx cerebri
• Tentorium cerebelli
• Falx cerebelli
• Diaphragma cellae
Anatomi
Meninges

Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sumsum
tulang belakang. Piamater merupakan lapisan dengan banyak
pembuluh darah. Piamater membentuk tela choroidea, atap
ventriculus tertius dan quartus.

Lapisan Arachnoid
Merupakan suatu membrane impermeable halus
yang menutupi antara duramater dan piamater.
Cavum subarachnoid merupakan suatu rongga
yang dibatasi oleh arachnoid bagian luar dan
piamater bagian dalam. Arachnoid berhubungan
dengan piamater melalui untaian jaringan fibrosa
halus yang melintasi cairan dalam cavum
subarachnoid.
FISIOLOGI
Mekanisme Sirkulasi Cairan Serebrospinal

1. Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroideus

2. Cairan serebrospinal beredar di seluruh ventrikel

3. Cairan serebrospinal keluar dari ventrikel keempat di dasar otak

4. Cairan serebrospinal mengalir di ruang subarachnoid ke dalam


meninges

5. Cairan serebrospinal akhirnya direabsorpsi dari ruang subarachnoid


ke dalam darah vena melewati vilus arachnoid
Hipotesis & Working Diagnosis

Cephalgia Akut ec Meningitis


Tuberkulosis
Etiologi
Meningitis Tuberkulosis

Inflamasi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA),
Mycobacterium tuberculosis

Merupakan komplikasi dari Tuberkulosis paru yang menyerang organ


selain paru/ ekstraparu

Infeksi primer muncul di paru-paru dan menyebar secara limfogen dan


hematogen ke berbagai daerah diluar paru-paru (pericardium, usus,
kulit, tulang, sendir, meninges)

Peningkatan kasus HIV-AIDS membuat Meningitis Tuberkulosis akibat


Mycobacterium atipik mulai meningkat
Etiologi
Meningitis Tuberkulosis
Bakteri batang gram (+) ➔ dinding sel tebal (terdiri dari peptidoglikan dan
arabinomanan)

Ukuran Panjang = 2-4 um dan Lebar = 0,2 – 5 um

Bersifat aerob, tidak bergerak, dan tidak menghasilkan spora

Pertumbuhan tergolong lama dibanding bakteri lain (3-8 minggu)


sehingga menyebabkan infeksi yang bersifat kronik

Dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen (Pewarnaan Tahan


Asam) sehingga menghasilkan warna biru terang
EPIDEMIOLOGI
Meningitis Tuberkulosis

Berdasarkan WHO Global TB Report


tahun 2016, insidensi TB di
Indonesia > 300 per 100.000
penduduk per tahun. Sekitar 1% dari
penderita TB tersebut menderita
meningitis TB. Pada usia anak, angka
kejadian tertinggi ada pada usia 6
bulan sampai 2 tahun.
Cth : m. tuberculosis masuk
PATOGENESIS
melalui inhalasi ke sal. respirasi
& ditangkap makrofag alveolus
Meningitis Tuberkulosis

Menyebar ke KGB yang


membentuk kompleks
primer

Bila leher bergerak terus meningkatkan inflamasi (nyeri)


Membentuk focus FR akan pecah ke
subpial/ subpendimal ruang subarachnoid
= “Rich Fokus”
MANIFESTASI KLINIS
Meningitis Tuberkulosis

Demam, nafsu makan menurun, nyeri perut, sakit kepala, gangguan tidur,
STADIUM AWAL mual, dan muntah

Adanya kelainan neurologik., disorientasi, bingung, kejang, tremor,


STADIUM TRANSISI hemiparesis, dan penurunan kesadaran

Pernafasan irregular, edema pupil, hiperglikemia, kesadaran semakin


STADIUM TERMINAL
menurun, otot ekstensor spansme dan kaku
Tanda Rangsang Meningeal
Glasglow Coma Scale Skala Nyeri
PP ANALISIS CAIRAN OTAK MELALUI PUNGSI LUMBAL

Pungsi lumbal merupakan prosedur penunjang yang dilakukan dengan mengambil cairan
serebrospinal di ruang intervertebral L3-L4 atau L4-L5. Prosedur ini dilakukan untuk indikasi
diagnostik (kecurigaan adanya infeksi meningeal) atau bisa juga untuk terapi (jalur obat, anestesi
spinal).

Untuk pengambilan sampel, sampel yang dibutuhkan sebanyak 10-20


ml, tetesan pertama dibuang dan ditampung pada 3 tabung steril dan
transparan.

Tabung 1 = pemeriksaan makroskopik, kimia, serologis


Tabung 2 = pemeriksaan mikrobiologi
Tabung 3 = pemeriksaan mikroskopik/hematologi

Gambaran spiderweb clot (benang-


benang) pada analisis LCS penderita
meningitis TB
PP ANALISIS CAIRAN OTAK : MAKROSKOPIK
TABEL PERBANDINGAN ANALISIS CAIRAN DARI BERBAGAI ETIOLOGI MENINGITIS

keruh
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Perbedaan Meningitis Tuberkulosa Meningitis Bakterial Meningitas Viral

Etiologi Mycobacterium tuberculosis S. pneumoniae, grup B HSV-2, VZV, HIV,


Streptococci, H. influenzae, enterovirus, arbovirus, EBV,
Lmonocytogenes. N. lymphocytic
meningitidis choriomeningitis virus.
Gejala Klinis Subakut, trias meningitis, Akut, trias meningtis, Akut, trias meningitis, tidak
penurunan kesadaran penurunaan kesadaran terdapat penurunan
kesadaran
Pemeriksaan Pemeriksaan darah lengkap, Darah lengkap, Pemeriksaan PCR. Kultur dan serologi
penunjang Pemeriksaan LCS, Tes tuberkulin, LCS, kultur dan serologi
pemeriksaan BTA, foto thorax, CT- bakteri
scan, MRI
Tatalaksana OAT (rifampisin, isoniazid, Cephalosporin generasi 3 Simptomatik (antipiretik,
ethambutol. Pyrazinamid) dan (ceftriaxone, cefotaxime), analgesik, antiemetik),
Kortikosteroid vancomycin, penisilin, antiviral (acyclovir,
trimetroprim famcyclovir, Valacyclovir)
sulfamethoxazole
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Perbedaan Ensefalitis Meningitis

Etiologi Penyebab tersering (80%) oleh Bakteri (M. tuberculosis, N.


bakteri Enterovirus, CMV, Herpes meningitidis, S. aureus, H.
simpleks tipe 1 dan 2, Rubeola. influenza), virus, faktor maternal,
faktor imunologi.
Manifestasi Klinis Panas mendadak tinggi, sakit Sakit kepala, demam, penurunan
kepala, nausea, mual muntah, kesadaran, kaku leher, kernig sign
kejang umum/fokal, afasia, (+), Brudzinski (+).
hemiparesis.
Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, analisis LCS, Darah lengkap, analisis LCS,
MRI/CT Scan, Foto thoraks. MRI/CT Scan, Foto thoraks.

Tatalaksana Kejang fokal (Acyclovir intravena 10 Bergantung pada etiologi


mg/kgBB tiap 8 jam), retriksi meningitis.
dengan cairan dekstrose 5% + NaCl
15%.
TatalaksanaFarmakologi
● TatalaksanautamaMTBadalahobat anti tuberkulosisdenganregimenextraparu.
● Terapi OATdibagi menjadi2 fase yaitu:
1) 2 bulanpertamafase intensif diberikan 4 jenis
obat 2RHZE:
● Rifampisin:8 -12 mg/kgBB/Hari (maks600 mg/hari)
● Isazinoid:4-6mg/kgBB/hari(maks300 mg/hari)
● Pirazinamid :20 -30 mg/kgBB/hari(maks2000 mg/hari)
● Ethambutol :15 -20 mg/kgBB/hari(maks1000 mg/hari)
2) 4 bulanlanjutandiberikan 2 jenis obat(4IR→ Isazinoid& Rifampisin)
● TerapiKortikosteroid→ menurunkaninflamasi & edemaserebral
○ Peningkatantekanan intrakranial tidak berat → Prednison1-2 mg/kg/hariselama6 -8
minggu
Prognosis
◦ Meningitis TB membawa tingkat kematian antara 20 dan 67% dengan
pengobatan anti-tuberkulosis dan berakibat fatal tanpa pengobatan.
◦ Pasien usia ekstrim dan pasien dengan koinfeksi HIV membawa angka
tingkat kematian tertinggi.
◦ Prognosis TBM tergantung pada status neurologis pasien pada saat
presentasi awal dan ketepatan waktu pengobatan anti-tuberkulosis.
◦ Pasien yang mengalami hidrosefalus sekunder akibat Mycobacterium
Tuberculosis juga memiliki prognosis yang buruk, bahkan dengan
intervensi bedah saraf.
Pencegahan

• Imunisasi BCG

• Menggunakan masker disaat berada di tempat umum.

• Penggunaan ventilasi yang baik dan pencahayaan pada tempat

• Menutup mulut disaat batuk.

• Hindari kontak dengan penderita TBC


KESIMPULAN

Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput otak. Meningitis


tuberkulosis merupakan komplikasi tuberculosis yang letaknya
ekstraparu dengan peradangan selaput otak oleh Mycobacterium
tuberculosis. Gejalanya ditandai dengan trias meningitis (demam, nyeri
kepala, tanda rangsang meningeal (+), terkadang diikuti dengan
penurunan kesadaran. Pemeriksaan penunjang yang tepat dapat
membantu menegakkan diagnosis meningitis tuberkulosis dengan
etiologi yang tepat salah satunya dengan analisis cairan otak dan
pemeriksaan sputum BTA. Tatalaksana utama MTB adalah OAT dengan
regimen ekstraparu.
Daftar Pustaka
1. Mescher AL, Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas 13th ed. Lange. 2013
2. Netter FH. Atlas Of Human Anatomy 6th ed. Elsevier. 2014
3. Setiati S, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI Edisi 6 Jilid II. Interna Publishing. Jakarta. Juli
2014.
4. Panduan Praktik Klinis: Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. 2015
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Ri; 2019.
6. Ropper AH, Samuels MA, Klein J. Adams and Victor’s principles of neurology. Edisi ke-10. New York:
McGraw-Hill education Medical. 2014
7. Rachmayati S, Parwati I, Rizal A, Oktavia D. MENINGITIS TUBERCULOSIS. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory. 2018 Apr 4;17(3):159-63.
8. Rumende CM. Konsensus Baru Tatalaksana Tuberkulosis Ekstraparu.
9. Tjan A, Asih MW, Martadiani ED. Penyengatan Meningeal Sisterna Basalis Meningitis TB pada
Computed Tomography Scanning: Sebuah Ulasan Bergambar. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma.
2019 Sep;8(2):96-107.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai