Khutbh Ied
Khutbh Ied
َ َّن َّْ ورَّأَ ْنفُ ِسنَاَّ َو ِم َِّ ش ُر ُ َّن َّْ لِلَّنَ ْح َمدَُّهَُّ َونَ ْستَ ِعينُ َّهَُّ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرَّهَُّ َونَعُو َّذَُّبِالِلََِّّ ِم َِّ ِ ََّإِنََّّ ْال َح ْم َّد
َّ ََّّنَّلَََّّ ِإلَهَََّّ ِإل
َُّّللا َّْ َِىَّلَ َّهَُّ َوأَ ْش َه َّدَُّأ
ََّ لَّفَلَََّّهَاد َّْ ض ِل
ْ ُنَّي َّْ ضلََّّلَ َّهَُّ َو َم ِ ّللاَُّفَلَََّّ ُم
َّ َّنَّيَ ْه ِدَِّه َّْ أَ ْع َما ِلنَاَّ َم
،ُسولُه ُ ع ْبدَُّهَُّ َو َر َ َّيكَّلَ َّهَُّ َوأَ ْش َه َّدَُّأَنََّّ ُم َحمدًا ََّ َو ْحدََّهَُّلَََّّش َِر
َّ ون ََّ نَّ ِإلََّّ َوأَ ْنت ُ َّْمَّ ُم ْس ِل ُم َّ ُ لَّتَ ُموت َّ َ ّللاَّ َحقََّّتُقَاتِ َِّهَّ َو ََّ َِّينَّآ َمنُواَّاتقُوا ََّ َياأَيُّ َهاَّالذ
َّقَّ ِم ْن َهاَّزَ ْو َج َهاَّ َو َبثََّّ ِم ْن ُه َما ََّ َاحدَةََّّ َو َخل ِ نَّنَ ْفسََّّ َو َّْ اسَّاتقُواَّ َرب ُك َُّمَّالذِيَّ َخلَقَ ُك َّْمَّ ِم َُّ َياَّأَيُّ َهاَّالن
َّ علَ ْي ُك َّْمَّ َرقِيبًَّا َ ََّانََّ امَّإِنََّّّللاَََّّك ََّ ونَّبِ َِّهَّ َو ْاْل َ ْر َح ََّ ُسا َءل َ َسا ًَّءَّ َواتقُواَّّللاَََّّچالذِيَّت َ ِيراَّ َون َّ ً ِر َج
ً ِالَّ َكث
َّحَّلَ ُك َّْمَّأَ ْع َمالَ ُك َّْمَّ َويَ ْغ ِف َّْرَّلَ ُك َّْمَّذُنُوبَ ُك َّْم َّْ ص ِل ْ ُسدِيدًاَّي َ َّل َّ ً ِينَّآ َمنُواَّاتقُواَّّللاَََّّ َوقُولُواَّقَ ْو ََّ يَاأَيُّ َهاَّالذ
َّ ع ِظي ًما َ َّازَّفَ ْو ًزا ََّ َسولَ َّهَُّفَقَدََّّْف ُ نَّي ُِط َِّعَّّللاَََّّ َو َر َّْ َو َم
َّ ،أماَّبعد
ََّّورَّ ُم ْحدَثَات ُ َهاَّ َو ُكل َِّ ىَّ ُم َحمدََّّ َوشَرََّّاْل ُ ُم َُّ ْْىَّ َهد َِّ ّللاَّ َوخيرَّ ْال َهد َِّ ََّابَُّ ثَّ ِكت َِّ قَّ ْال َحدِي ََّ َصدْ َفَإِنََّّأ
َّ َّضلَلَةََّّوكلَّضللةَّفيَّالنار َ ََّّعة َ ِْبد
َّ ُلِلَّ ْال َح ْمد ََِّ ِ ّللاَُّاَ ْكبَرَّ َو َّ َ َّ،وّللاَُّاَ ْكبَر َّ َُّّللا َّ َََّّّآلاِلَهَََّّاِل،ّللاَُّاَ ْكبَر َّ َ َّ،ّللاَُّاَ ْكبَر َّ َ َّ،ّللاَُّاَ ْكبَر َّ َ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Jemaah salat Idulfitri yang semoga senantiasa dirahmati dan dilindungi
oleh Allah Ta’ala.
Di hari yang berbahagia ini, marilah senantiasa kita tingkatkan
ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena ketakwaan merupakan
sebab seorang hamba mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Ta’ala. Allah
berfirman,
َّّللاَّأَتْقَا ُك ْم
َِّ ََِّإنََّّأَ ْك َر َم ُك َّْمَّ ِع ْن َّد
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Sungguh, manusia yang paling mulia di muka bumi ini bukanlah mereka
yang memiliki harta yang mewah, bukan juga mereka yang memiliki
kedudukan dan jabatan yang tinggi. Akan tetapi, mereka yang paling
mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Yaitu, mereka yang senantiasa menunaikan segala kewajiban yang
telah diperintahkan dan menjauhi segala kemaksiatan yang dilarang.
Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi mulia, suri
teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta
keluarga, dan para sahabatnya.
َِّ للاَُّأَ ْك َب َُّرَّ َو
ُللَّال َح ْمد َّ َّ،للاَُّأَ ْك َب ُر
َّ َّ،للاَُّأَ ْك َب ُر
َّ
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Hari raya Idulfitri sejatinya adalah bentuk pengagungan kita kepada
Allah Sang Maha Pencipta atas limpahan rezeki yang begitu banyak. Di
antaranya adalah nikmat kesempatan menyelesaikan kewajiban
berpuasa di bulan Ramadan, nikmat kesempatan mengisi malam-
malamnya dengan salat tarawih dan bacaan Al-Qur’an. Hari raya Idulfitri
sekaligus merupakan kegembiraan seusai menunaikan ibadah kepada
Allah Ta’ala, dengan harapan semoga apa yang telah kita lakukan di
bulan ini diterima oleh Allah, mendapatkan pahala yang besar serta
ganjaran yang berlipat.
Jemaah salat Idulfitri yang berbahagia, seorang muslim tentu harus
berbesar hati bahwa amalannya akan diterima Allah Ta’ala. Hanya saja
rasa harap (raja’) ini harus diimbangi dengan rasa khawatir (khauf)
bahwa amal kita bisa jadi belum diterima oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa ibadah yang dilakukan seorang
hamba tidak semuanya diterima. Allah Ta’ala hanya akan menerima
amal ibadah dan ketaatan yang dilandasi dengan ketakwaan.
Allah Ta’alaberfirman,
ََّ نَّ ْال ُمت ِق
ين ََّ ّللاَُّ ِم َُّ إِن َماَّيَتَقَب
َّ َّل
“Allah hanyalah menerima amal dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-
Maidah: 27)
Kondisi inilah yang membuat sebagian ulama di masa silam merasa
resah ketika Idulfitri. Mereka resah, bukan karena tidak punya baju baru.
Mereka resah, bukan karena jauh dari keluarga. Mereka resah karena
mereka tidak tahu, apakah amalannya selama bulan Ramadan diterima
oleh Allah Ta’ala ataukah tidak.
Mu’alla bin Al-Fadhl rahimahullah, seorang ulama tabi’uttabi’in,
menceritakan kondisi para sahabat,
َّْ َعونَ َّهَُّ ِستةَََّّأَ ْش ُهرََّّأ
َّن ُ ْانَّثُمََّّ َيد
ََّ ض
َ نَّيُ َب ِلغَ ُهمَّ َر َمَّْ َللاَّتَ َعالَىَّ ِستةَََّّأَ ْش ُهرََّّأ
ََّ َّون ُ ْكَانُواَّ َيد
ََّ ع
ََّ َيتَقَب
لَّ ِمن ُه َّْم
“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadan, mereka
berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadan.
Kemudian, selama enam bulan sesudahnya, mereka berdoa agar Allah
menerima amal mereka selama bulan Ramadan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal.
264)
Oleh karena itu juga, ketika saling bertemu dengan saudara dan kawan
kerabat di hari raya Idulfitri, ucapan yang diamalkan oleh para sahabat
dan kita dianjurkan untuk memperbanyaknya adalah
Sumber: https://muslim.or.id/84531-khotbah-salat-idulfitri-tugas-kita-setelah-
ramadan-pergi.html
Copyright © 2024 muslim.or.id