Anda di halaman 1dari 6

َّ‫ت‬ َِّ ‫سيِئَا‬

َ َّ‫ن‬ َّْ ‫ورَّأَ ْنفُ ِسنَاَّ َو ِم‬ َِّ ‫ش ُر‬ ُ َّ‫ن‬ َّْ ‫لِلَّنَ ْح َمدَُّهَُّ َونَ ْستَ ِعينُ َّهَُّ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرَّهَُّ َونَعُو َّذَُّبِالِلََِّّ ِم‬ َِّ ِ ََّ‫إِنََّّ ْال َح ْم َّد‬
َّ ََّّ‫نَّلَََّّ ِإلَهَََّّ ِإل‬
َُّ‫ّللا‬ َّْ َ‫ِىَّلَ َّهَُّ َوأَ ْش َه َّدَُّأ‬
ََّ ‫لَّفَلَََّّهَاد‬ َّْ ‫ض ِل‬
ْ ُ‫نَّي‬ َّْ ‫ضلََّّلَ َّهَُّ َو َم‬ ِ ‫ّللاَُّفَلَََّّ ُم‬
َّ َّ‫نَّيَ ْه ِدَِّه‬ َّْ ‫أَ ْع َما ِلنَاَّ َم‬
،ُ‫سولُه‬ ُ ‫ع ْبدَُّهَُّ َو َر‬ َ َّ‫يكَّلَ َّهَُّ َوأَ ْش َه َّدَُّأَنََّّ ُم َحمدًا‬ ََّ ‫َو ْحدََّهَُّلَََّّش َِر‬
َّ ‫ون‬ ََّ ‫نَّ ِإلََّّ َوأَ ْنت ُ َّْمَّ ُم ْس ِل ُم‬ َّ ُ ‫لَّتَ ُموت‬ َّ َ ‫ّللاَّ َحقََّّتُقَاتِ َِّهَّ َو‬ ََّ َّ‫ِينَّآ َمنُواَّاتقُوا‬ ََّ ‫َياأَيُّ َهاَّالذ‬
َّ‫قَّ ِم ْن َهاَّزَ ْو َج َهاَّ َو َبثََّّ ِم ْن ُه َما‬ ََّ َ‫احدَةََّّ َو َخل‬ ِ ‫نَّنَ ْفسََّّ َو‬ َّْ ‫اسَّاتقُواَّ َرب ُك َُّمَّالذِيَّ َخلَقَ ُك َّْمَّ ِم‬ َُّ ‫َياَّأَيُّ َهاَّالن‬
َّ ‫علَ ْي ُك َّْمَّ َرقِيبًَّا‬ َ َّ‫َان‬ََّ ‫امَّإِنََّّّللاَََّّك‬ ََّ ‫ونَّبِ َِّهَّ َو ْاْل َ ْر َح‬ ََّ ُ‫سا َءل‬ َ َ‫سا ًَّءَّ َواتقُواَّّللاَََّّچالذِيَّت‬ َ ِ‫يراَّ َون‬ َّ ً ‫ِر َج‬
ً ِ‫الَّ َكث‬
َّ‫حَّلَ ُك َّْمَّأَ ْع َمالَ ُك َّْمَّ َويَ ْغ ِف َّْرَّلَ ُك َّْمَّذُنُوبَ ُك َّْم‬ َّْ ‫ص ِل‬ ْ ُ‫سدِيدًاَّي‬ َ َّ‫ل‬ َّ ً ‫ِينَّآ َمنُواَّاتقُواَّّللاَََّّ َوقُولُواَّقَ ْو‬ ََّ ‫يَاأَيُّ َهاَّالذ‬
َّ ‫ع ِظي ًما‬ َ َّ‫ازَّفَ ْو ًزا‬ ََّ َ‫سولَ َّهَُّفَقَدََّّْف‬ ُ ‫نَّي ُِط َِّعَّّللاَََّّ َو َر‬ َّْ ‫َو َم‬
َّ ،‫أماَّبعد‬
ََّّ‫ورَّ ُم ْحدَثَات ُ َهاَّ َو ُكل‬ َِّ ‫ىَّ ُم َحمدََّّ َوشَرََّّاْل ُ ُم‬ َُّ ْ‫ْىَّ َهد‬ َِّ ‫ّللاَّ َوخيرَّ ْال َهد‬ َِّ َّ‫َاب‬َُّ ‫ثَّ ِكت‬ َِّ ‫قَّ ْال َحدِي‬ ََّ َ‫صد‬ْ َ‫فَإِنََّّأ‬
َّ َّ‫ضلَلَةََّّوكلَّضللةَّفيَّالنار‬ َ ََّّ‫عة‬ َ ْ‫ِبد‬
َّ ُ‫لِلَّ ْال َح ْمد‬ ََِّ ِ ‫ّللاَُّاَ ْكبَرَّ َو‬ َّ َ َّ،‫وّللاَُّاَ ْكبَر‬ َّ َُّ‫ّللا‬ َّ ََّّ‫َّآلاِلَهَََّّاِل‬،‫ّللاَُّاَ ْكبَر‬ َّ َ َّ،‫ّللاَُّاَ ْكبَر‬ َّ َ َّ،‫ّللاَُّاَ ْكبَر‬ َّ َ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Jemaah salat Idulfitri yang semoga senantiasa dirahmati dan dilindungi
oleh Allah Ta’ala.
Di hari yang berbahagia ini, marilah senantiasa kita tingkatkan
ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena ketakwaan merupakan
sebab seorang hamba mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Ta’ala. Allah
berfirman,
َّ‫ّللاَّأَتْقَا ُك ْم‬
َِّ ََّ‫ِإنََّّأَ ْك َر َم ُك َّْمَّ ِع ْن َّد‬
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Sungguh, manusia yang paling mulia di muka bumi ini bukanlah mereka
yang memiliki harta yang mewah, bukan juga mereka yang memiliki
kedudukan dan jabatan yang tinggi. Akan tetapi, mereka yang paling
mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Yaitu, mereka yang senantiasa menunaikan segala kewajiban yang
telah diperintahkan dan menjauhi segala kemaksiatan yang dilarang.

Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi mulia, suri
teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta
keluarga, dan para sahabatnya.
َِّ ‫للاَُّأَ ْك َب َُّرَّ َو‬
ُ‫للَّال َح ْمد‬ َّ َّ،‫للاَُّأَ ْك َب ُر‬
َّ َّ،‫للاَُّأَ ْك َب ُر‬
َّ
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Hari raya Idulfitri sejatinya adalah bentuk pengagungan kita kepada
Allah Sang Maha Pencipta atas limpahan rezeki yang begitu banyak. Di
antaranya adalah nikmat kesempatan menyelesaikan kewajiban
berpuasa di bulan Ramadan, nikmat kesempatan mengisi malam-
malamnya dengan salat tarawih dan bacaan Al-Qur’an. Hari raya Idulfitri
sekaligus merupakan kegembiraan seusai menunaikan ibadah kepada
Allah Ta’ala, dengan harapan semoga apa yang telah kita lakukan di
bulan ini diterima oleh Allah, mendapatkan pahala yang besar serta
ganjaran yang berlipat.
Jemaah salat Idulfitri yang berbahagia, seorang muslim tentu harus
berbesar hati bahwa amalannya akan diterima Allah Ta’ala. Hanya saja
rasa harap (raja’) ini harus diimbangi dengan rasa khawatir (khauf)
bahwa amal kita bisa jadi belum diterima oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa ibadah yang dilakukan seorang
hamba tidak semuanya diterima. Allah Ta’ala hanya akan menerima
amal ibadah dan ketaatan yang dilandasi dengan ketakwaan.
Allah Ta’alaberfirman,
ََّ ‫نَّ ْال ُمت ِق‬
‫ين‬ ََّ ‫ّللاَُّ ِم‬ َُّ ‫إِن َماَّيَتَقَب‬
َّ َّ‫ل‬
“Allah hanyalah menerima amal dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-
Maidah: 27)
Kondisi inilah yang membuat sebagian ulama di masa silam merasa
resah ketika Idulfitri. Mereka resah, bukan karena tidak punya baju baru.
Mereka resah, bukan karena jauh dari keluarga. Mereka resah karena
mereka tidak tahu, apakah amalannya selama bulan Ramadan diterima
oleh Allah Ta’ala ataukah tidak.
Mu’alla bin Al-Fadhl rahimahullah, seorang ulama tabi’uttabi’in,
menceritakan kondisi para sahabat,
َّْ َ‫عونَ َّهَُّ ِستةَََّّأَ ْش ُهرََّّأ‬
َّ‫ن‬ ُ ْ‫انَّثُمََّّ َيد‬
ََّ ‫ض‬
َ ‫نَّيُ َب ِلغَ ُهمَّ َر َم‬َّْ َ‫للاَّتَ َعالَىَّ ِستةَََّّأَ ْش ُهرََّّأ‬
ََّ َّ‫ون‬ ُ ْ‫كَانُواَّ َيد‬
ََّ ‫ع‬
ََّ ‫َيتَقَب‬
‫لَّ ِمن ُه َّْم‬
“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadan, mereka
berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadan.
Kemudian, selama enam bulan sesudahnya, mereka berdoa agar Allah
menerima amal mereka selama bulan Ramadan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal.
264)
Oleh karena itu juga, ketika saling bertemu dengan saudara dan kawan
kerabat di hari raya Idulfitri, ucapan yang diamalkan oleh para sahabat
dan kita dianjurkan untuk memperbanyaknya adalah

َّ‫للاَُّ ِمناَّ َو ِم ْن ُك ْم‬ ََّ ‫تَقَب‬


َّ َّ‫ل‬
“Semoga Allah Ta’ala menerima (seluruh amal perbuatan) dari kami dan
dari kalian.”
Sebuah doa berisi harapan semoga Allah Ta’ala menerima amal ibadah
kita dan saudara yang kita temui.

ُ‫للاَُّأَ ْكبَ َُّرَّ َوللََِّّال َح ْمد‬


َّ َّ،‫للاَُّأَ ْكبَ ُر‬
َّ َّ،‫للاَُّأَ ْكبَ ُر‬
َّ
Jamaah salat Idulfitri yang berbahagia.

Selama bulan Ramadan, kita telah banyak belajar. Belajar untuk


menyesuaikan diri dengan aturan syariat. Belajar juga untuk menjadi
orang baik. Yang harus kita ingat, perjuangan menjadi hamba Allah
yang baik tidak boleh hanya dilakukan ketika Ramadan saja. Menjadi
hamba Allah yang baik harus berlanjut dan berkesinambungan
sepanjang kehidupan kita. Allah Ta’alaberfirman,
َ ‫فَا ْستَ ِق َّْمَّ َك َماَّأ ُ ِم ْر‬
َّ‫ت‬
“Istikamahlah sebagaimana kamu diperintahkan.” (QS. Hud: 112)
Setelah bulan Ramadan yang penuh dengan kebaikan ini pergi, tugas
kita yang paling utama adalah beristikamah, konsisten, dan kontinyu di
dalam menjalankan segala perintah Allah Ta’ala. Sebagaimana hal ini
Allah Ta’ala perintahkan dalam ayat yang baru saja kita baca.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
َّْ ‫لَّ ِإلَىَّّللاََِّّتَ َعالَىَّأَد َْو ُم َهاَّ َو ِإ‬
َّ‫نَّقَل‬ َِّ ‫بَّاْل َ ْع َما‬
َُّّ ‫أَ َح‬
“Amalan yang paling dicintai di sisi Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu
walau jumlahnya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5861 dan Muslim no. 782,
783)
Lantas, bagaimana caranya agar kita mudah beristikamah setelah
perginya bulan Ramadan yang mulia ini?

Pertama, jangan pernah tinggalkan amalan wajib.


Ada beberapa ibadah dan amalan yang telah Allah Ta’ala wajibkan
kepada setiap muslim. Jangan sampai kewajiban kewajiban tersebut kita
tinggalkan dan kita sia-siakan ataupun dikerjakan di luar waktu yang
telah ditentukan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan,
ََّّ‫ض ِيعُوهَاَّ َو َحر ََّمَّ ُح ُر َماتََّّفَلَََّّتَ ْنتَ ِه ُكوهَاَّ َو َحد‬ َ ُ ‫ضَّفَلَََّّت‬
ََّ ِ‫ضَّفَ َرائ‬
ََّ ‫عزََّّ َو َجلََّّفَ َر‬
َ َََّّ‫ِإنََّّّللا‬
‫ُحدُودًاَّفَلَََّّتَ ْعتَدُوهَا‬
“Sesungguhnya Allah menetapkan beberapa kewajiban. Oleh karena itu,
jangan kalian menyepelekannya. Allah mengharamkan beberapa larangan,
jangan kalian melanggarnya. Dan Allah menetapkan beberapa aturan,
jangan melampaui batasnya.” (HR. Daruquthni no. 4445)
Ketahuilah, kewajiban yang paling utama adalah menjaga salat lima
waktu secara berjemaah bagi laki-laki dan di rumah bagi perempuan.

Kedua, rutinkan amal sunah yang ringan.


Menjaga rutinitas amalan sunah sekalipun itu ringan, akan membuat
ibadah kita kepada Allah Ta’ala selalu terjaga. Karena ingin kita rutinkan,
maka cobalah yang ringan terlebih dahulu.
Dimampukan oleh Allah dengan keluasan rezeki? Bersedekahlah secara
rutin, penuhi kebutuhan saudara, kerabat terdekat kita. Mudah untuk
bangun malam? Rutinkan bangun di sepertiga malam terakhir walau
sesaat. Sungguh, amalan-amalan sunah yang sedikit dan ringan ini, jika
kita lakukan secara kontinyu dan konsisten tentu lebih baik dari amalan
yang besar, namun jarang kita lakukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


“Wahai para manusia, beramallah sesuai dengan kemampuan kalian. Karena
sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan.” (HR. Bukhari
no. 5861)
Di antara amalan sunah yang bisa kita kerjakan setelah perginya bulan
Ramadan ini adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َّ‫امَّالد ْه ِر‬
َِّ َ‫َصي‬
ِ ‫َانَّك‬ َّْ ‫انَّثُمََّّأَتْبَعَ َّهَُّ ِستًّاَّ ِم‬
ََّ ‫نَّشَوالََّّك‬ ََّ ‫ض‬
َ ‫امَّ َر َم‬
ََّ ‫ص‬ َّْ ‫َم‬
َ َّ‫ن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di
bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no.
1164)
Puasa ini boleh dilakukan di tanggal berapa pun pada bulan Syawal.
Mau dilakukan secara berurutan ataupun terpisah, maka ini tidak
masalah.

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Tips ketiga untuk menjaga keistikamahan kita selepas Ramadan


adalah berteman dengan orang saleh.
Mengapa? Karena teman memiliki pengaruh besar bagi seseorang.
Jangan sampai, teman-teman yang kita miliki menyeret diri kita ke
jurang bahaya sementara kita tidak menyadarinya. Bertemanlah dengan
orang-orang yang baik lagi saleh. Jikalau kita tidak mampu menyamai
kesalehan mereka, minimal akan mendapatkan keberkahan dan
nasihat-nasihat baik mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َََّّ‫َّل‬،َّ‫يرَّ ْال َحدا َِّد‬ َِّ ‫بَّ ْال ِمس‬
َِّ ‫َّ َو ِك‬،َّ‫ْك‬ َِّ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ َ َّ‫ل‬ َِّ َ‫يسَّالس ْو َِّءَّ َك َمث‬ َّ ِ ‫حَّ َو ْال َج ِل‬
َِّ ‫يسَّالصا ِل‬ َّ ِ ‫لَّ ْال َج ِل‬ َُّ َ‫َمث‬
َّ‫َك‬
ََّ ‫قَّ َبدَن‬َُّ ‫يرَّ ْال َحدا َِّدَّيُح ِْر‬
َُّ ‫َّ َو ِك‬،َُّ‫َّأَ َّْوَّت َِج َّدَُّ ِري َح َّه‬،َّ‫ْكَّ ِإماَّتَ ْشت َِري َِّه‬ َِّ ‫بَّ ْال ِمس‬َِّ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ َّ‫ن‬ َّْ ‫كَّ ِم‬ََّ ‫َي ْعدَ ُم‬
ً‫كَّأَ َّْوَّت َِج َّدَُّ ِم ْن َّهَُّ ِري ًحاَّ َخ ِبيثَ َّة‬
ََّ ‫أَ َّْوَّثَ ْو َب‬
“Perumpamaan teman orang saleh dan orang yang jelek adalah bagaikan
pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak
misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya.
Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan
atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak
enak.” (HR. Bukhari no. 2101)
Tips keempat yang akan membantu kita untuk terus istikamah adalah
tidak pernah lupa berdoa kepada Allah Ta’ala agar dimudahkan
menjadi hamba yang istikamah.
Seorang hamba tidak akan bisa menjadi baik dan istikamah, kecuali
berkat pertolongan dan taufik dari Allah Ta’ala. Oleh sebab itu, di antara
bentuk semangat kita untuk menjadi baik dan istikamah adalah banyak
memohon agar dibantu oleh Allah Ta’ala menjadi hamba yang baik.
Salah satu doa yang bisa kita rutinkan untuk kita baca setelah selesai
salat adalah,

َّ‫ْنَّ ِعبَادَ ِت َك‬ ََّ ‫ش ْك ِر‬


َِّ ‫كَّ َو ُحس‬ ُ ‫كَّ َو‬ َ َّ‫الل ُهمََّّأَ ِعنا‬
ََّ ‫علَىَّ ِذ ْك ِر‬
“Ya Allah bantulah kami agar senantiasa bisa berzikir (mengingat-Mu),
bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kepada-Mu.” (HR. Abu
Dawud no. 1522)
Jemaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah Ta’ala,

Di antara sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam


berkhotbah Idulfitri adalah memberikan nasihat khusus untuk kaum
muslimah. Maka, di sini kami sampaikan nasihat kepada ibu-ibu dan
wanita muslimah semuanya untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Senantiasalah selalu dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Bertakwalah kepada Allah dalam setiap gerakan dan kegiatan,
berucaplah dengan jujur, jauhi gibah, dan berpakaianlah dengan
pakaian yang menutup aurat. Ingatlah selalu sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam,
‫النساء‬
َِّ ََّّ‫لَّ ِمن‬
َِّ ‫الرجا‬ َُّّ َّ‫كتَّبعديَّفتن َّةًَّهي‬
ِ َّ‫أضرَّعلى‬ َُّ ‫تر‬
َ َّ‫ما‬
“Tidaklah ada sepeninggalku ujian/cobaan yang lebih besar bahayanya bagi
laki-laki daripada ujian/cobaan wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan
Muslim no. 2740)
Jadilah wanita yang menjaga diri dan menjaga kehormatan. Jauhilah
zina dan sebab-sebabnya. Karena Allah Ta’alaberfirman,
َ َّ‫س ۤا ََّء‬
ًَّ ‫س ِبي‬
‫ْل‬ َ ‫شةًََّّۗ َو‬ ََّ ‫الز ٰنىََّّاِنهََّّك‬
ِ َ‫َانَّف‬
َ ‫اح‬ ِ َّ‫لَّتَ ْق َربُوا‬
َّ َ ‫َو‬
“Dan janganlah kalian mendekati zina. (Zina) itu sungguh suatu perbuatan
keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Jemaah yang berbahagia,

Nasihat terakhir kami adalah sebuah nasihat yang disampaikan oleh


Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah, Beliau mengatakan,
َّْ ‫ْسَّ ْال ِعيْدَّ ِل َم‬
ََّ ‫نَّتَ َجم‬
َّ‫ل‬ ََّ ‫عات ُ َّهَُّت َِزيْدَّ*َّلَي‬
َ ‫طا‬ َ َّ‫ن‬ َّْ ‫سَّ ْالج ِديْدَّإِنمَّا ََّاْل ِع ْي َّدَُّ ِل َم‬ َّْ ‫ْسَّ ْال ِع ْي َّدَُّ ِل َم‬
ََّ ِ‫نَّلَب‬ ََّ ‫لَي‬
‫تَّلَ َّهَُّالذُّنُ ْوب‬ ُ َّ‫ن‬
َّْ ‫غ ِف َر‬ َّْ ‫بَّ ِإن َماَّال ِع ْي َّدَُّ ِل َم‬ َِّ ‫الر ُك ْو‬ُّ ‫اسَّ َو‬َّ ِ َ‫ِبال ِلب‬
“Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang memakai pakaian baru
tanpa cacat. Hari raya Id diperuntukkan bagi orang yang semakin
bertambah ibadah dan ketaatannya. Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi
orang yang bagus pakaian dan kendaraannya. Hari raya Id diperuntukkan
bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.”
Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu
akbar walillahil hamd…
Akhir kata, marilah kita berdoa memohon kepada Allah, agar diberikan
sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, dimudahkan juga
istikamah, dan konsisten dalam beramal. Semoga
Allah Ta’ala memberikan kesabaran dan kemudahan bagi kaum
muslimin Indonesia secara khusus dan kaum muslimin di segala penjuru
dunia secara umum dalam setiap kesulitan dan musibah yang menimpa,
berikut jalan keluar terbaik dalam menghadapi setiap masalah mereka.

َّ..ََّّ‫علَىَّ ُم َحمد‬ َ َّ‫ل‬َِّ ‫ص‬ َ ََّّ‫اَلل ُهم‬


َّ‫ك‬ َِّ ‫اءَّ ِم ْن ُه َّْمَّ َواْْل َ ْم َوا‬
ََّ ‫تَّ ِإن‬ َِّ ‫تَّاْل َ ْح َي‬ َِّ ‫ْنَّ َو ْال ُم ْس ِل َما‬ ََّ ‫تَّ َو ْال ُم ْس ِل ِمي‬
َِّ ‫ْنَّ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
ََّ ‫اَلل ُهمََّّا ْغ ِف َّْرَّ ِل ْل ُمؤْ ِمنِي‬
َّ َّ‫ت‬
ِ ‫ع َوا‬ َ ‫ْبَّالد‬ َُّ ‫س ِميْعََّّقَ ِريْبََّّ ُم ِجي‬ َ
َّ‫ْنَّآ َمنُوا‬ ََّ ‫لَّ ِلل ِذي‬َّ ًّ ‫يَّقُلُ ْوبِنَاَّ ِغ‬ َّْ َ‫لَّتَ ْجع‬
َّْ ِ‫لَّف‬ َّ َ ‫انَّ َو‬ ِ ْ ِ‫سبَقُ ْونَاَّب‬
َِّ ‫اِل ْي َم‬ ََّ ‫َربنَاَّا ْغ ِف َّْرَّلَنَاَّ َو ِ ِِل ْخ َوانِنَاَّال ِذي‬
َ َّ‫ْن‬
َّ َّ‫كَّ َر ُءوفََّّ َر ِحيم‬ ََّ ‫َربنَاَّ ِإن‬
َّ ‫ار‬
َِّ ‫ابَّالن‬ ََّ َ‫عذ‬ َ َّ‫سنَ َّةًَّ َوقِنَا‬ َ ‫سنَ َّةًَّ َوفِيَّ ْاآل ِخ َرةََِّّ َح‬ َ ‫َربنَاَّآتِنَاَّفِيَّالدُّ ْنيَاَّ َح‬
َّ َّ‫وصلىَّللاَّعلىَّنبيناَّمحمدَّوعلىَّآلهَّوصحبهَّوسلم‬

Sumber: https://muslim.or.id/84531-khotbah-salat-idulfitri-tugas-kita-setelah-
ramadan-pergi.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai