Screenshot 2023-07-25 at 17.17.19
Screenshot 2023-07-25 at 17.17.19
OLEH:
FIRA AULIANA
NPM: 2107210002
OLEH:
FIRA AULIANA
NPM: 2107210002
OLEH:
FIRA AULIANA
NPM. 2107210002
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh :
Direktur Pascasarjana UNMUHA
i
LEMBAR PENGESAHAN KOMITE SEMINAR PROGRES
Oleh:
Fira Auliana
NPM: 2107210002
Mengetahui:
Direktur Pascasarjana UNMUHA
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP INDEKS PLAK GIGI PADA MURID
MADRASAH IBTIDAYAH 01 BANDA ACEH”. Tesis ini disusun sebagai salah satu
Penulisan tesis ini dapat terlaksana berkat dukungan, bimbingan, arahan dan
kepada:
1. Ayahanda Irwan dan Ibunda Alm. Ismiati yang selalu memberikan doa-doa dan
3. Bapak Prof. Asnawi Abdullah, SKM, MHSM, MSc. HPPF, DLSHTM, Ph.D selaku
Direktur Pascasarjana MKM UNMUHA dan Penguji I yang telah membantu dan
4. Ibu Dr. Maidar, M.Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Hermansyah, SKM,
5. Bapak Dr. Irwan Saputra, S.Kep, MKM selaku Penguji II, yang telah membantu
Muhammadiyah Aceh.
iii
7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dan Kepala Puskesmas Baiturrahman
8. Seluruh murid kelas V MIN 01 Banda Aceh yang berpartisipasi dalam penelitian
9. Tim enumerator yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10. Adik-adik tercinta, Tgk. Farid Maulana, Farah Audina dan Firdaus Yarisuna yang
11. Seluruh keluarga besar H. Anwar Rauf dan Nurdin Hasyim yang telah memberi
12. Sahabat saya Rezekiah, Sri Riska Rahayu, Rosi Silvana,Cut Fitria Amaniya, Rizki
Putri Utami, Farah Munira dan Nurul Izzati yang setiap harinya mendengar
13. Mahasiswa MKM Unmuha Angkatan 2021 yang telah memberi motivasi dalam
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi tercapainya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TESIS ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN KOMITE SEMINAR PROGRES ............................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................x
v
2.3.5 Bentuk-bentuk perubahan perilaku ................................................................. 22
2.4 Perilaku Menyikat Gigi ...................................................................................... 23
2.4.1 Pengertian Menyikat gigi .................................................................................. 24
2.4.2 Frekuensi dan waktu menyikat gigi .................................................................. 24
2.4.3 Durasi menyikat gigi ......................................................................................... 25
2.4.4 Pemilihan sikat gigi ........................................................................................... 25
2.4.5 Pergantian sikat gigi .......................................................................................... 26
2.4.6 Teknik Menyikat Gigi ........................................................................................ 26
2.5 Pengunaan Pasta Gigi ....................................................................................... 29
2.5.1 Pengertian pasta gigi ........................................................................................ 29
2.5.2 Kandungan dalam pasta gigi ............................................................................. 29
2.5.3 Karakteristik Pasta Gigi ..................................................................................... 32
2.5.4 Takaran Penggunaan pasta gigi ........................................................................ 33
2.6 Kerangka Teori .................................................................................................. 35
vi
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 46
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Originalitas Penelitian ................................................................................ 8
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Lima subdivisi permukaan gigi dalam indeks plak PHP ...................... 17
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed consent
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Kartu Status Pasien
x
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tubuh lainnya. Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan diawali dari kebersihan
kesehatan gigi dan mulut semakin jelas memegang peranan utama dalam
peningkatan kualitas hidup seseorang. Memiliki gigi dan mulut yang sehat,
beberapa aktifitas seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu
karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan malu. Kenyataannya sampai saat
ini tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih rendah.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan
(WHO, 2012).
Seorang dikatakan sehat terhadap gigi dan mulutnya apabila keadaan gigi
dan mulutnya sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur yang
berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, serta merasa
tidak nyaman karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi
sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes, 2015).
1
Salah satu hal yang dapat memengaruhi derajat kesehatan seseorang
termasuk kesehatan gigi dan mulut yaitu perilaku. Domain perilaku kesehatan
terbagi atas tiga yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku kesehatan gigi
individu atau masyarakat dapat berupa perilaku positif maupun negatif. Perilaku
kesehatan gigi positif misalnya kebiasaan menggosok gigi secara teratur. Sebaliknya
perilaku kesehatan gigi negatif misalnya seseorang tidak menggosok gigi secara
teratur.
Menurut Asri Herawati (2022) upaya menjaga Kesehatan gigi harus diawali
semenjak usia dini. Pada sekolah dasar merupakan waktu yang tepat untuk melatih
dengan baik dan benar menjadi satu faktor penting dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut. Selain itu masa usia sekolah sudah menunjukkan kepekaan untuk belajar
gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab
pada usia ini sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya
akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti
Akibat lanjut dari permasalahan kesehehatan gigi dan mulut ini salah
satunya adalah karies. Masalah karies tidak dapat dibiarkan dan kecenderungan
merugikan. Dampak karies bagi anak-anak sangat besar, antara lain: rasa sakit,
gangguan fungsi kunyah yang menghambat konsumsi makanan atau nutrisi, anemia,
2
gangguan kenyamanan berupa kurang tidur dan berujung pada menurunnya
kualitas hidup anak tersebut. Dampak lainnya adalah gangguan konsentrasi belajar
yang akan berpengaruh pada prestasi belajar. Masalah gigi memang tidak masuk
mekanis dan secara kimia dengan bahan anti kuman terutama untuk menekan
membantu kontrol plak sehingga dapat mencegah terjadinya karies. Selain itu,
kontrol plak juga mengurangi radang gusi dimana dapat mencegah terjadinya
nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang terkandung di dalam pasta
abrasive, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu
dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet, fluor dan air. Bahan
lapisan email. Bahan abrasive biasanya digunakan Kalsium Karborat atau Aluminium
Hidroksida dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi (Putri M.H., 2010).
Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah dan tenaga kesehatan gigi. Hal ini disebabkan
3
proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit
dengan persentase 45,3%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 juga
sebanyak 93,59% masyarakat menyikat gigi setiap hari namun hanya 2,76%
masyarakat yang menyikat di waktu yang tepat. Persentase menyikat gigi setiap hari
pada anak umur 10-14 tahun sebesar 96,5% dan anak yang menyikat gigi di waktu
yang tepat sebesar 2,1%.. Dari data tersebut terlihat bahwa masyarakat belum
memahami tentang waktu yang tepat untuk menyikat gigi yaitu sesudah sarapan
yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota pada tahun ajaran 2021/2022, terdapat 11
Puskesmas di Kota Banda Aceh dan angka karies tertinggi berada di SD/MI/SLB yang
Berdasarkan data hasil dari Puskesmas Baiturrahman pada tahun ajaran 2021/2022
menyatakan, MIN 01 atau Min Mesjid Raya merupakan sekolah yang memiliki angka
dilakukan penelitian (pengetahuan, sikap dan tindakan tentang menyikat gigi, peran
orang tua, guru dan petugas kesehatan, ketersedian sarana, Ph saliva serta
plak adalah pengetahuan tentang menyikat gigi, pH saliva, praktik menyikat gigi dan
sikap tentang menyikat gigi. Hasil uji regresi logistik yang dilakukan terhadap 4
variabel yang berpotensi terhadap skor plak terdapat satu variabel yang paling
4
berpengaruh yaitu pengetahuan tentang menyikat gigi dengan Responden dengan
pengetahuan tentang menyikat gigi baik 7,8 kali berpeluang untuk terbentuknya
penelitian yang dilakukan oleh Davidovich et al. (2020) dari enam variable yang
dilakukan penelitian ( usia, jenis kelamin, jenis kuas sikat gigi, waktu mulai menyikat
gigi dan jenis gigitan) maka jenis kuas sikat gigi adalah faktor yang paling berdampak
terkait dengan keparahan plak. Usia juga berkontribusi terhadap keparahan plak,
Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi
dan mulut pada setiap individu. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi
umumnya disebabkan oleh plak gigi. Tindakan yang paling efektif dalam
adalah :
1. Apakah ada pengaruh perilaku menyikat gigi dengan indeks plak gigi pada
2. Apakah ada pengaruh penggunaan pasta gigi dengan indeks plak gigi pada
5
1.4 Tujuan Penelitian
mulut terhadap penurunan indeks plak gigi pada murid Madrasah Ibtidayah 01
Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui pengaruh Durasi menyikat gigi terhadap indeks plak gigi
3. Untuk mengetahui pengaruh teknik menyikat gigi terhadap indeks plak gigi
4. Untuk mengetahui pengaruh waktu menyikat gigi terhadap indeks plak gigi
5. Untuk mengetahui pengaruh pergantian sikat gigi terhadap indeks plak gigi
6. Untuk mengetahui pengaruh pemilihan sikat gigi terhadap indeks plak gigi
7. Untuk mengetahui pengaruh pemilihan pasta gigi terhadap indeks plak gigi
6
9. Untuk mengetahui faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap
penurunan indeks plak gigi pada murid Madrasah Ibtidayah 01 Banda Aceh.
kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks plak gigi pada murid Madrasah Ibtidayah
cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di MIN 01 Kota Banda Aceh pada
bulan juni-agustus tahun 2023. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
berganda).
1. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak sekolah terhadap masalah menyikat gigi
2. Sebagai bahan masukan untuk guru penanggung jawab UKGS dan olahraga
7
1.7 Orginalitas Penelitian
8
sekolah harus
mencakup
keterlibatan aktif
guru sekolah dan
ibu untuk
mempromosikan
pengembangan
gaya hidup sehat
dan perilaku
kesehatan gigi
dan mulut yang
berkelanjutan di
kalangan anak
sekolah. Penyedia
an materi
pendidikan
kesehatan oleh
guru sekolah dan
ibu sangat
dibutuhkan.
3 Irmanita Pengaruh - Survey Perilaku Variabel indepen
Wiradona Perilaku cross- menggosok gigi yang digunakan
(2013) Menggosok sectional berhubungan adalah
Gigi terhadap - Sampel dengan skor plak. pengetahuan,
Plak Gigi Pada 400 siswa Faktor yang paling sikap dan
Siswa Kelas IV berhubungan tindakan
dan V di SDN terhadap skor tentang
Wilayah plak adalah menyikat gigi,
Kecamatan pengetahuan peran orang
Gajah tentang tua, guru dan
Mungkur menggosok gigi, petugas
Semarang pH saliva, praktik kesehatan,
menggosok gigi ketersedian
dan sikap tentang sarana, Ph
menggosok gigi. saliva serta
Responden frekuensi
dengan makanan
pengetahuan kariorgenik
tentang
menggosok gigi
baik 7,8 kali
berpeluang untuk
terbentuknya plak
dibandingkan
dengan
responden
9
dengan
pengetahuan
kurang.
Responden
10
karies ( akibat tentang
lanjut dari plak perawatan gigi
gigi) preventif dan
Sementara siswa sikap terhadap
yang lebih tua kedokteran gigi
lebih cenderung preventif.
mematuhi
langkah-langkah
perawatan mulut
yang di
rekomendasikan,
siswa yang lebih
muda dengan
pengetahuan
yang baik tentang
perawatan gigi
preventif lebih
cenderung
mengonsumsi
makanan ringan
manis kurang dari
sekali sehari.
Perbedaan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
terletak pada variabel, sasaran, dan lokasi penelitian. Pada penelitian ini variable
yang digunakan adalah perilaku menyikat gigi, pemilihan pasta gigi dan pengaturan
pola makan. Sasaran penelitian akan dilakukan pada anak madrasah ibtidayah 01
11
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dental plak adalah suatu deposit lunak yang menempel erat pada
permukaan gigi yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam
dan mulutnya. Dental Plak tidak dapat dibersihkan dengan cara berkumur ataupun
semprotan air, namun dapat dibersihkan dengan cara mekanis (Putri et al., 2010).
Dalam jumlah sedikit, plak tidak bisa terlihat, kecuali apabila telah diwarnai
yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak telah menumpuk, plak akan terlihat
warna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning. Plak biasanya mulai berbentuk
pada sepertiga permukaan gingival serta pada permukaan gigi yang cacat dan
Proses pembentukan plak secara garis besar terdiri atas dua tahap, yaitu
tahap pertama pembentukan lapisan acquired pellicle dan tahap kedua merupakan
polisakarida ektraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein
saliva. Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat
12
Bovis, Streptococcus Sanguis dan Streptococcus Salivarius sehingga pada 24 jam
pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari kokus pada tahap awal
proliferasi bakteri. Suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob
sehingga hanya bakteri yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif dapat tumbuh
dan berkembang biak. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus, berbagai jenis
pada keadaan ini dengan bertambahnya umur plak, terjadi pengerasan bakteri
Hal ini terjadi karena kurangnya jumlah makanan di dalam plak sehingga
selain disebabkan oleh kurangnya bahan makanan juga disebabkan oleh adanya
gas-gas sebagai hasil metabolisme bakteri yang bersifat toksik bagi bakteri, yang
mulut diabaikan, dua sampai empat hari, Kokus Gram Negatif dan Bacillus akan
terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob. Hari kelima Fusobacterium, Actinomyces
13
1. Lingkungan Fisik
Yang meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur
permukaan gigi, jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan suatu disclosing
solution.
2. Friksi
Gesekan oleh makanan yang dikunyah hanya terjadi pada permukaan gigi
yang tidak terlindungi dan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dapat mencegah
3. Pengaruh Diet
Pengaruh diet terhadap plak telah diteliti dalam dua aspek, yaitu
pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri
dalam plak. Jenis makanan yang keras dan lunak mempengaruhi pembentukan plak
pada permukaan gigi. Ternyata banyak terbentuk apabila kita lebih banyak
terutama sukrosa.
plak, telah disimpulkan bahwa plak memegang peranan penting dalam etiologi dua
macam penyakit utama pada gigi dan jaringan pendukungnya, yaitu karies dan
gingivitis. Menurut Putri et al. (2010), salah satu diantara Tindakan yang harus
14
1. Mengatur Pola Makanan
sebagai sumber energi untuk bakteri dalam pembentukan plak. Makanan yang
lunak dan mudah menempel pada gigi sebaiknya sedapat mungkin dihindarkan.
dekstran merupakan komponen yang penting dalam matriks plak, maka telah
menghalangi pembentukan dekstran tersebut. Bahan kimia yang telah diteliti untuk
tujuan ini adalah berbagai macam enzim, diantaranya yang banyak menari
perhatian adalah dekstranase. Para ahli juga berusaha membantu suatu vaksin anti
15
3. Tindakan secara (Oral Fisioterapi)
Tindakan secara mekanis adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari
sisa makanan dan debris, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada
jaringan keras maupun jaringan lunak. Pada tindakam secara mekanis untuk
menghilangkan plak, lazim digunakan alat oral fisioterapi dan penggunaan bahan
oral fisioterapi.
Adapun Alat Oral Fisioterapi diantaranya adalah sikat gigi dan alat bantu
sikat gigi seperti benang gigi, tusuk gigi, sikat interdental, sikat dengan berkas bulu
tunggal, Rubber tip dan water irrigation. Kemudian dilanjutkan penggunaan bahan
Oral Fisioterapi diantaranya adalah bahan disclosing dan pasta gigi. Serta dalam
pengendalian plak juga harus memperhatikan Teknik sikat gigi yang baik dan benar.
Podshadley & Haley (1968) dalam Putri et al. (2010) menjelaskan bagaimana
cara pemeriksaan indeks plak Personal Hygiene Performance (PHP) sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan gigi bisa dengan
2. Lakukan pemeriksaan mahkota gigi pada bagian fasial atau lingual dengan
16
Gambar 2. 1 Lima subdivisi permukaan gigi dalam indeks plak PHP
4. Cara penilaian plak: nilai 0 = tidak terdapat plak, nilai 1 = terdapat plak
jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah
6. Kriteria penilaian
Sangat Baik =0
Buruk = 3,5 – 5
17
2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah
Usia sekolah adalah rentang usia 6-10 tahun yang sering disebut sebagai
masa-masa yang rawan, karena pada masa inilah gigi susu mulai tanggal satu
persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Anak usia 6-7
tahun belum mampu menyikat gigi secara mandiri. Usia mempengaruhi perilaku
seseorang. Keterampilan menyikat gigi pada anak perempuan lebih baik dari pada
anak laki-laki. Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis,
khususnya dalam tugas motoric halus dibandingkan dengan anak laki-laki (Sekar Dwi
Ardianti, 2012).
Anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada saat usia
8-10 tahun. Hal ini dikarenakan anak mengalami peningkatan keterampilan motoric
halus yang membuat anak mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada
usia tersebut. Anak usia 10-12 tahun adalah usia yang dianjurkan oleh WHO untuk
dilakukan penelitian kesehatan gigi karena perilaku kesehatan gigi pada usia 10-12
tahun lebih kooperatif dari pada kelompok umur yang lebih muda dan juga
Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak
saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian
18
pertumbuhan fisik. Umumnya anak- anak memasuki usia sekolah mempunyairisiko
karies yang tinggi karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan
2.3 Perilaku
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dapat dipelajari. Seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena itu perilaku ini
organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut “ S-O-R” atau Stimulus
Organisme Respons. Teori Skiner ada dua respon, yaitu: pertama respondent
instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti
19
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
c. Faktor pendorong (reinforming factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
ditolak. Apabila stimulus yang tidak diterima atau di tolak berarti stimulus itu tidak
efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Stimulus yang
telah diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus
tersebut efektif.
20
2.3.4 Klasifikasi perilaku
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau prktik yang dengan mudah dpat diamati atau dengan mudah dipelajari.
2) Perilaku sakit (iliness behaviour), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatan atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan
21
3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk mempeoleh kesembuhan.
masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial ekonomi,
b. Perilaku rencana (planned change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang
c. Kesediaan untuk berubah (readiness to change ) Apabila terjadi suatu inovasi atau
(perubahan perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada setiap orang
22
2) Pemberian informasi-informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara
itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan memakan waktu lama,
tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada
3) Diskusi dan Partisipasi Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua
searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif
mendalam, dan akhirnya perilaku mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan
menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, alat dan bahan
timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah
faktor perilaku atau sikap yang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal
23
dan mulut. Anak-anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal
deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi dan merupakan tindakan preventif
dalam menuju keberhasilan dan kesehatanrongga mulut yang optimal (Putri M.H.,
2010).
Frekuensi dapat diartikan sebagai jumlah putaran ulang per peristiwa dalam
satuan waktu yang diberikan, sementara frekuensi membersihkan gigi dan mulut
kebersihan gigi dan mulut. Menurut Putri M.H. (2010) Teori mengenai frekuensi
menyikat gigi menyebutkan bahwa frekuensi menyikat gigi yang ideal adalah 2-3
kali sehari dengan waktu setelah makan dan sebelum tidur malam. Sikat gigi setelah
makan bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi untuk
mencegah perkembangan bakteri agar gigi tidak gampang rusak dan beresiko
mengalami gigi berlubang. Sedangkan menyikat gigi sebelum tidur sangat penting
dilakukan, karena apabila tidak menyikat gigi pada malam hari sisa makanan yang
dibiarkan selama 12 jam lebih tanpa sempat dibersihkan akan mengundang bakteri
24
2.4.3 Durasi menyikat gigi
maksimum dua menit. Supaya penyikatan gigi lebih baik, dapat dipergunakan
disclosing solution sebelum dan sesudah penyikatan gigi sebagai petunjuk akan
efektifitas pengambilan dental plaque Pasta Gigi. Poin penting untuk diperhatikan
dalam hal ini adalah, dilakukan secara sistematis supaya tidak ada bagian-bagian
gigi yang terlewati dan dapat menyikat seluruh permukaan gigi dengan baik (Putri
M.H., 2010).
Sikat gigi merupakan salah satu alat oral fisiotherapy yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut, di pasaran dapat ditemukan beberapa
macam sikat gigi baik manual elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Walaupun banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan keefektifan sikat
Syarat sikat gigi yang ideal Syarat sikat gigi yang ideal secara umum
mencangkup :
a) Tangkai sikat harus enak dipegang dan stabil, pegangan sikat harus cukup
b) Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29
mm x 10 mm, untuk anak – anak 15-24 mm x 8 mm. Jika gigi molar kedua sudah
25
c) Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa
mikroorganisme atau kuman yang berbahaya dari sisi kesehatan. Jika sikat gigi
atau kuman ke orang yang akan menggunakan sikat gigi tersebut. Sehingga dapat
menjadi sarana penularan penyakit (Mukhbitin, 2018). Sikat gigi yang sudah berusia
kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik. Apabila kerusakan sikat gigi
terjadi sebelum berusia 3 bulan merupakan tanda bahwa saat menyikat gigi
tekanannya terlalu kuat. Kebersihan sikat gigi merupakan hal yang paling utama
karena sikat gigi adalah salah satu sumber menempelnya kuman penyakit. Salah
satu caranya adalah dengan membersihkan sikat gigi sebelum dan setelah selesai
digunakan. Sikat gigi sebaiknya disimpan di lingkungan yang kering, bebas debu, dan
berventilasi baik. Tempatkan sikat gigi dalam posisi tegak dalam gelas dengan
1. Teknik Vertikal
permukaan bukal gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk
26
permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan mulut
terbuka.
2. Teknik Horizontal
“scrubbrush technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai
dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Kebanyakan orang yang belum diberi
pendidikan khusus, biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal dan horizontal
dengan tekanan yang keras. Cara-cara ini tidak baik karena dapat menyebabkan
Teknik ini disebut “ADA-roll Technic”, dan merupakan cara yang paling
sering dianjurkan karena sederhana, efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian
mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan
oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat
mahkota klinis, kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini
diulang 8-12 kali setiap daerah dengan sistematis sehingga tidak ada yang terlewat.
Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi dan juga diharapkan
27
4. Teknik Stillman –Mc Call
ditempatkan dengan Sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi, membentuk sudut
45° terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal. Kemudian sikat gigi
ditekankan sehingga gusi memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa
merubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan dilakukan dengan cara perlahan
menekuk bulu-bulu sikat tanpa mengakibatkan infeksi atau trauma terhadap gusi.
Bulu-bulu sikat dapat ditekuk ketiga jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus
tetap pada tempatnya. Metode Stillman Mc callini telah diubah sedikit oleh
beberapa ahli yaitu ditambah dengan gerakan ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat
tetap mengarah ke apikal. Dengan demikian setiap gerakan berakhir dibawah ujung
incisal dari mahkota, sedangkan pada metode yang asli, penyikatan hanya terbatas
5. Teknik Bass
Sikat ditempatkan dengan sudut 45° terhadap sumbu panjang gigi mengarah
ke apikal dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku gusi
dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakan dengan getaran
getaran kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih sepuluh sampai lima
belas detik setiap daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat
permukaan bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan horizontal dan
sejajar dengan lengkung gigi. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang
agak menyudut (hampir horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal.
28
6. Teknik Fone's atau Teknik Sirkuler
Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial
dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakan dalam lingkaran-lingkaran besar
sehingga gigi dan gusi rahang bawah disikat sekaligus. Daerah interproksimal tidak
diberi perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan labial disikat, mulut
dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang sama,
hanya dalam lingkaran-lingkaran kecil. Karena cara ini sedikit sulit dilakukan di
lingual dan palatinal dapat dilakukan dengan gerakan maju mundur untuk daerah
ini. Tehnik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan di dalam mulut pada waktu
mengunyah. Fone's teknik dianjurkan untuk anak kecil karena mudah dilakukan.
nyaman dalam rongga muiut, karena aroma yang terkandung di dalam pasta
Karbonat,atau Alumunium Hidroksida dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi.
29
Secara umum, kandungan pasta gigi sebagai berikut :
1. Bahan abrasif, merupakan bahan utama pada pasta gigi, menyusun 30- 40%
kandungan pasta gigi. Bahan abrasif berfungsi untuk membersihkan dan memoles
permukaan gigi tanpa merusak email, dan mencegah akumulasi stain. Bahan yang
sering digunakan antara lain Natrium bikarbonat, Kalsium karbonat dan Kalsium
sulfat.
gliserin, sorbitol, dan air. Bahan pelembap ini menyusun 10- 30% kandungan pasta
gigi.
memberi tekstur pada pasta gigi. Bahan yang sering digunakan antara lain
ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan pembersihan sikat gigi.
Bahan yang sering digunakan antara lain Natrium Lauryl Sulfat (SLS) dan Natrium N-
Lauryl Sarcosinate.
6. Bahan pemberi rasa, berfungsi sebagai penutup rasa bahan-bahan lain yang
kurang enak, terutama SLS dan memenuhi selera pengguna. Bahan yang sering
30
7. Air, berfungsi sebagai pelarut pada sebagian bahan dan mempertahankan
8. Bahan terapeutik, ada beberapa bahan aktif yang memiliki fungsi terapi bagi
- Fluorida, berfungsi sebagai anti karies dan berfungsi sebagai remineralisasi karies
awal. Bahan yang sering digunakan antara lain natrium monofluorofosfat dan
natrium fluorida.
dentin dengan cara efek desensitisasi langsung pada serabut syaraf. Bahan yang
biasa digunakan antara lain Strontium klorida, Strontium asetat, Kalium nitrat dan
Kalium sitrat.
31
akan membantu gerakan
pembersihan sikat gigi.
Bahan Pegawet Formalin ≥1% Mencegah kontaminasi
Alkohol bakteri dan
Sodium benzoate mempertahankan keaslian
produk
Bahan pewarna/ Pepermint/spearmint 1 – 5% Menutup rasa bahan-
bahan pemberi rasa Menthol bahan lain yang
Eucalyptur enak,terutama SLS,
Anniseed memenuhi selera
Sakharin pengguna
Air Pelarut bagi sebagian
bahan dan
mempertahankan
konsistensi
Bahan Terapeutik
Fluoride Sodium mono Amikaries,remineralisi
Flurophosphatase karies awal
Sodium fluoride
Bahan desentisasi Strontium chloride Mengurangi atau
Strontium asetat menghilangkan sensitive
Pottasium nitrat dentin dengan cara efek
Pottasium sitrat desensitasasi langsung
serabut syaraf.
Bahan anti-plak Triclosan Antibakteri,mengurangi
pembentukan plak
Bahan anti-Kalkulus Pyrophosphatase Menghambatkan
Ureates mineralisasi plak
Zinc citrate Mengubah ph untuk
mengurangi pembentukan
kalkulus
Bircabonat Ditambahkan untuk
mengurangi keasaman gigi.
Sumber : (Ireland, 2006) dalam Putri et al. (2010)
2000).
1) Konsistensi
pasta gigi yaitu mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras sehingga dapat
32
mempertahankan bentuk pasta minimal selama 1 menit. Konsistensi dapat diukur
2) Kemampuan menggosok
Pasta gigi yang ideal harus memiliki kemampuan menggosok yang cukup untuk
permukaan gigi.
3) Penampilan
Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogen, mengkilat, bebas dari
4) Pembentukan busa
5) Rasa
Rasa dan aroma merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen dan
berperan sebagai penentu untuk tumbuhnya gigi permanen pada anak. Oleh karena
itu sebisa mungkin sedari dini kita dapat merawat dan menjaga gigi susu hingga
waktunya tanggal. Terdapat beberapa cara untuk membersihkan gigi dan rongga
mulut anak berdasarkan usianya serta takaran pasta gigi yang digunakan:
33
1. Usia 0-6 bulan : meskipun belum ada gigi yang tumbuh, orang tua dapat
menggunakan kassa yang dililitkan di jari telunjuk dan dicelupkan pada air
gusi dan lidah bayi. Usahakan untuk dilakukan secara rutin sehingga tidak
menimbulkan plak putih pada gusi maupun lidah pada bayi yang dapat
2. Usia 6-12 bulan : orang tua dapat memulai membersihkan gigi yang baru
tumbuh dengan sikat gigi yang berbulu lembut dengan kepala sikat gigi yang
berukuran kecil. Gunakan juga selapis tipis saja pasta gigi yang mengandung
fluoride. Pada umur ini anak sudah bisa diajak untuk memeriksakan rutin
3. Usia 1-3 tahun : anak dapat dibiasakan untuk menyikat gigi minimal 2x
sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Sikat gigi yang
digunakan adalah sikat gigi yang berbulu lembut dan kepala sikat gigi yang
berukuran kecil. Gunakan pasta gigi berfluoride selapis tipis atau sebesar
butiran beras.
4. Usia 3-6 tahun : anak dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar dengan
waktu minimal 2x sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur. Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi yang berbulu lembut dan
kepala sikat gigi yang berukuran kecil. Gunakan pasta gigi berfluoride
34
5. Usia 6 tahun ke atas : anak dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar
dengan waktu minimal 2x sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi yang berbulu
lembut dan kepala sikat gigi yang berukuran kecil. Gunakan pasta gigi
Pada gigi normal akan terjadinya plak. Ciri-ciri plak secara umum adalah
deposit lunak yang yang tidak terlihat namun apabila sudah menumpuk plak akan
bewarna abu kekuningan. plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan
gingival ( gusi ) dan pada permukaan gigi yang kasar (Putri et al., 2010)
lingkungan fisik yang diantaranya adalah anatomi dan posisi gigi. Apabila gigi
tumbuh dengan posisi yang salah maka plak tidak dapat terlihat jelas melainkan
terlihat Ketika sudah dioleskan pewarna disclosing solution. Faktor yang kedua
adalah Friksi. Friksi atau biasa disebut gesekan oleh makanan yang di kunyah namun
tidak terjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Faktor yang ketiga adalah pengaruh
mengatur pola makan, Tindakan secara kimiawi, dan Tindakan secara mekanis.
Namun cara yang paling efektif dilakukan adalah dengan cara menyikat gigi
35
plak pada pengguna, terdapat empat jenis pasta gigi yang digunakan. Kemudian
(PHP) oleh Podshadley & Haley (1968) dalam Putri et al. (2010).
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang
dikemukanan oleh Houwink (1993) ,Podshadley & Haley (1968) di dalam Putri et al.
(2010) yaitu teori plak yang dilakukan pemeriksaan menggunakan alat ukur PHP,
36
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
37
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh perilaku menyikat gigi (frekuensi, waktu, durasi dan teknik
2. Ada pengaruh penggunaan pasta gigi (pemilihan dan takaran pasta gigi)
Banda Aceh.
durasi dan teknik menyikat gigi, pemilihan dan pergantian sikat gigi),
Variabel Independen
38
Perilaku menyikat gigi
1. Frekuensi Jumlah putaran Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
menyikat ulang saat - buruk ≤ 5,5
gigi menyikat gigi
2. Waktu Saat tertentu Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
menyikat untuk menyikat - buruk ≤ 5,5
gigi gigi
3. Durasi Lamanya Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
menyikat penyikatan gigi - buruk ≤ 5,5
gigi
4. Pemilihan Bentuk atau Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
sikat gigi jenis sikat gigi - buruk ≤ 5,5
yang
digunakam
5. Pergantian Waktu yang Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
sikat gigi tepat untuk - buruk ≤ 5,5
mengganti sikat
gigi yang lama
dengan yang
baru
6. Teknik Cara melakukan Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
menyikat sikat gigi - buruk ≤ 5,5
gigi
Penggunaan pasta gigi
1. Pemilihan Alasan dalam Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
pasta gigi penggunaan - buruk ≤ 5,5
pasta gigi
2. Takaran Jumlah pasta Angket Kuesioner - baik > 5,5 Ordinal
penggunaan gigi yang - buruk ≤ 5,5
pasta gigi digunakan
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks plak gigi dengan
mengumpulkan data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu
Penelitian ini akan dilaksanakan di MIN 01 / MIN Mesjid Raya Negeri Banda
Aceh yang beralamat di Jalan Taman Makam Pahlawan, Gampong Ateuk Pahlawan,
Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Agustus 2023.
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas V MIN 01 / MIN
4.3.2 Sampel
dimana seluruh murid kelas V MIN 01 / MIN Mesjid Raya Banda Aceh populasi nya
40
4.4 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer meliputi data yang diperoleh langsung dari pengisian kuesioner
dan Kartu Status Pasien (KSP) yang terdiri dari identitas sampel (Nama murid, umur
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku induk siswa atau
konsep yang akan terbentuk sebuah hubungan. Langkah pengolahan data adalah
sebagai berikut:
1. Editing: dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap
atau belum.
bilangan. Kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan pada saat analisis data ke
program komputer.
41
3. Entry: Data yang didapatkan lalu diproses dengan cara memasukan hasil jawaban
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Jenis data yang
diolah adalah data kategorik dan numerik. Berikut analisis data kuantitatif yang
digunakan:
disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi, persentase, rata-rata dan standar
hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui uji statistik logistic regresi.
Dalam penelitian ini analisis logistic regresi dilakukan dengan menggunakan stata
dengan kaidah pengambilan keputusan yang diinterprestasi dengan jika nilai p <
taraf nyata (α= 0,005) maka Ho ditolak dan jika nilai p > taraf nyata (α= 0,005) maka
Ho diterima.
42
4.6.3 Rancangan Analisis Multivariat
secara simultan dalam populasi. Dalam penelitian ini analisis multivariat dilakukan
dengan satu variabel terikat secara bersamaan dengan bila hasil uji bivariat
menunjukkan nilai p ≤ 0,20, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dengan model
0,05). Berdasarkan hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p ≤ 0,05 merupakan
model akhir dari penentu faktor risiko yang berhubungan dengan plak gigi.
2. Model kedua adalah dengan menghubungkan variabel bebas yang memiliki nilai p
1. Otonomi (Autonommy)
nasibnya sendiri. Hak untuk memilih apakah seseorang tersebut disertakan atau
43
tidak dalam suatu penelitian dengan memberi persetujuannya atau tidak memberi
Benefience biasa di istilahkan dengan kata lain yaitu doing good yaitu
3. Keadilan (Justice)
dalam penelitian.
5. Kerahasiaan (Confident)
(inisial).
6. Akuntabilitas (Accountability)
dipertanggung jawabkan.
44
4.8 Jadwal Penelitian
Fira Auliana
45
DAFTAR PUSTAKA
Abuhaloob L. & Petersen P.E., Oral Health Status and Oral Health Behaviour among 5-
to 6-year-old Palestinian Schoolchildren—Towards Engagement of Parents and
Schoolteachers for Oral Health through Schools, Oral Health Prev. Dent,
2021;19:673-682.
Asri Herawati N., Agustina Sari, dkk, Edukasi Kesehatan Gigi dan mulut melalui media
pembelajaran berbasis interaktif pada siswa SDN Mekarjaya 11 Kota Depok
Tahun 2022, Pengambdian masyarakat Saga Komunitas, 2022.
Butler H., Poucher’s perfume, cosmetics and soaps, Kluwer academic publisher
2000.
Davidovich E., Grender J. & Zini A., Factors Associated with Dental Plaque, Gingivitis,
and Caries in a Pediatric Population: A Records-Based Cross-Sectional Study,
Int J Environ Res Public Health, 2020;17(22).
Drg.Diah Ajeng Purbaninggrum M., SpKGA. Merawat Gigi Anak Bisa Dimulai Sejak Bayi
2023. Available from: https://www.rskariadi.co.id/news/399/MERAWAT-GIGI-
ANAK-BISA-DIMULAI-SEJAK-BAYI/Artikel.
Folayan M.O., Khami M.R., Folaranmi N., Popoola B.O., Sofola O.O., Ligali T.O., et al.,
Determinants of preventive oral health behaviour among senior dental
students in Nigeria, BMC oral health, 2013;13:1-8.
Green L., Health Education: A Diagnosis Approach, The John Hopkins University,
Mayfield Publishing Co, 1980.
Houwink B., Ilmu Kedokteran gigi Pencegahan Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, FKG UGM; 1993.
Inne SS A.S., Musttaqin H., Gambaran efek pasta gigi yang mengandung herbal
terhadap penurunan indeks plak., Fakultas Kedokteran Gigi 2013.
Ireland R., Clinical textbook of dental hygiene and therapy: Blackwell Munksgaard.;
2006.
Irmanita Wiradona B.W., Syamsulhuda B.M, Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi
terhadap Plak Gigi Pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan
Gajahmungkur Semarang, 2013.
Jacob T., Etika Penelitian Ilmiah, Warta Pendidikan Universitas Gadjah Mada (Edisi
Khusus)2004.
Kemenkes R., Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS): Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia 2012.
Kemenkes R., Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya
Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: , Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
Mukhbitin F., Hubungan Jenis Kelamin, Gosok Gigi Malam Sebelum Tidur dengan
Kejadian Karies di MI Al - Mutmainnah, Jurnal Promosi Kesehatan
2018.
Notoatmodjo S., Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta Rineka Cipta; 2003.
Notoatmodjo S., Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta Rineka
Cipta; 2007.
Notoatmojo S., Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Edisi Revisi 2012, Jakarta
Rineka Cipta; 2012.
Podshadley A.G. & Haley J.V., A Method for evaluating oral hygiene performance, 1968.
Putri M.H. H.E.N.N., Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung
Gigi Jakarta: EGC
2010.
Putri M.H., Herijulianti E. & Nurjannah N., Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi Jakarta: EGC; 2010.
Ramadhan. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut
Jakarta: Bukune; 2010.
Sihite J., Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan
pengalaman karies, 2011.
Worotitjan I M.C.N., & Gunawan P Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan dan
Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan
Utara, Journal e-Gigi (eG), 2013.
INFORMED CONSENT
PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
( )
Kartu Status Pasien
I. Identitas Pasien
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Umur :
II. Pemeriksaan PHP
Skor =
Kriteria =
LEMBAR KUESIONER
A. Karakteristik responden
1. No. Responden :
2. Inisial nama :
3. Usia : tahun
4. Jenis Kelamin :
5. Kelas :
9. Bagaimana cara menyikat gigi bagian arah langit-langit dan bagian arah
lidah ?
a. Menyikat gigi dengan gerakan maju mundur
b. Menyikat gigi dengan gerakan mencongkel
c. Menyikat gigi dengan gerakan memutar
10. Apa alasan adik-adik memilih pasta gigi yang digunakaan di rumah saat
ini?
a. Merk terkenal dan harga pasta gigi yang terjangkau
b. Warna dan rasa yang menarik
c. Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam pasta gigi
11. Seberapa banyak takaran pasta gigi yang digunakan saat menyikat gigi?
a. Sebiji jagung
b. Penuh sepanjang bulu sikat
c. Penuh melebar ke samping
Rekapitulasi Hasil Penjaringan Kesehatan Peserta Didik
di Wilayah Kota Banda Aceh Tahun Ajaran 2021/2022
Jumlah Jumlah
Jumlah
Sasaran Peserta
Nama Jumlah Sekolah
No Peserta didik yang Karies
Puskesmas Sekolah yang
didik di jaring
dijaring
L P L P
1 Meuraxa 9 9 195 174 170 157 244
2 Jaya Baru 10 10 285 252 183 174 0
3 Banda Raya 9 0 232 223 0 0 0
4 Baiturrahman 18 18 418 387 261 246 344
5 Batoh 4 4 120 135 116 133 128
6 Kuta Alam 9 9 308 346 301 332 181
7 Lampulo 7 7 169 171 163 166 0
8 Lampaseh 7 7 182 163 137 140 182
Kopelma
9 9 9 237 258 233 252 0
Darussalam
10 Jeulingke 6 6 120 100 100 75 81
11 Ulee Kareng 9 9 289 301 238 255 98
Total 97 88 2555 2510 1902 1930 1258
Sumber : Dinas Kesehatan Kota, Banda Aceh
Laporan Kegiatan Kesehatan Anak Sekolah berdasarkan Wilayah Kerja
Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
Tahun Ajaran 2021/2022