ArticleText 120556 2 10 20210112
ArticleText 120556 2 10 20210112
net/publication/347432068
CITATIONS READS
10 106
3 authors:
Siti Jahroh
Bogor Agricultural University
91 PUBLICATIONS 347 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Siti Jahroh on 19 January 2023.
ABSTRACT
A partnership is a form of cooperation that is needed to be done for business development so that it can be
globally competitive. With the existence of a partnership, it can improve the ability of small businesses
through capital support and professional resource training to increase business income and continuity. In
Indonesia, tofu business is one of the micro and small businesses that have the potential to be developed. To
improve business performance, it is necessary to collaborate among tofu businesses and large businesses or
state-owned enterprises. The purpose of this study was to analyze the effect of partnerships and other factors
on the performance of the tofu business in Indonesia. Tofu businesses can be grouped into two categories,
namely partner and non-partner businesses. To estimate the performance of tofu businesses in Indonesia,
multiple linear regression method was used. The data used in this study were collected from the Central
Bureau of Statistics and the Ministry of Cooperatives and SMEs, in which 237 tofu businesses were taken
as samples. The results showed that partnership had a positive and significant impact on tofu businesses
income. Besides, business life, raw material cost, labour force and marketing allocation also positively
significant affected tofu businesses income. However, the level of education, the age of the entrepreneur, the
number of tools used, business capital, training, sales distribution, and cooperatives did not significantly
affect tofu businesses income.
Keywords: business performance, micro and small enterprises, multiple regression, partnership, tofu
ABSTRAK
Kemitraan merupakan sebuah bentuk kerjasama yang perlu dilakukan untuk pengembangan
usaha agar mampu berdaya saing global. Dengan adanya kemitraan, dapat meningkatkan
kemampuan usaha kecil melalui dukungan modal serta pelatihan sumber daya yang professional
agar dapat meningkatkan pendapatan usaha dan kelanjutan sebuah usaha. Di Indonesia, usaha
tahu merupakan salah satu usaha mikro dan kecil yang berpotensial untuk dikembangkan. Demi
meningkatkan kinerja usaha tahu, perlu dilakukan kerjasama antara usaha tahu dengan usaha
besar atau BUMN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kemitraan dan
faktor lain terhadap kinerja usaha tahu di Indonesia. Usaha tahu dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu usaha yang bermitra dan usaha non mitra. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis linier berganda. Data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
dan Kementerian Koperasi dan UKM dengan sampel sebanyak 237 usaha mikro dan kecil tahu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh positif signifikan terhadap
pendapatan usaha. Selain itu, umur usaha, biaya bahan baku, jumlah tenaga kerja dan alokasi
pemasaran juga berpengaruh positif signifikan pendapatan usaha. Namun, tingkat pendidikan,
umur pengusaha, jumlah alat yang digunakan, modal usaha, pelatihan, distribusi penjualan,
serta koperasi secara signifikan tidak mempengaruhi pendapatan usaha.
Kata kunci: kemitraan, kinerja usaha, regresi berganda, tahu, usaha mikro dan kecil
memperoleh bahan baku, yang mana saat ini Selanjutnya, peralatan yang digunakan
kesulitan kedua yang dialami usaha tahu dalam usaha juga menjadi salah satu jenis
utamanya usaha tahu yang belum bermitra, kemitraan antara usaha tahu dan rekan mitra
yaitu memperoleh bahan baku. Kebanyakan walaupun jumlah usaha yang bermitra hanya
usaha yang tidak bermitra kesulitan mem- sedikit. Hal ini bisa saja karena mesin atau alat
peroleh bahan baku karena harganya yang yang digunakan dalam pembuatan tahu tidak
mahal dan langka. Bahan baku memiliki sulit diperoleh, jadi beberapa usaha tahu me-
peran penting dalam peningkatan pen- mang telah memiliki mesin atau alat sendiri.
dapatan usaha tahu, karena jika bahan baku Adapun mesin dan alat yang pada umumya
sulit diperoleh makan produksi akan terham- digunakan dalam usaha tahu diantaranya
bat bahkan cenderung pengusaha berhenti mesin penggiling, diesel, kompor, dynamo
memproduksi, akibatnya penjualan pun akan giling, pencetak tahu, penggorengan, baskom,
terhambat sehingga berdampak pada pen- panci dan loyang.
dapatan usaha tahu. Selain itu, pada Tabel 2, berdasarkan
Kemitraan pemasaran merupakan jenis hasil uji beda rata-rata pendapatan usaha tahu
kemitraan kedua paling banyak dilakukan yang bermitra dan usaha tahu non mitra,
antara usaha kecil dan usaha besar (lainnya). diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
Adapun rekan mitra (usaha lainnya) disini terdapat perbedaan rata-rata pendapatan
yaitu para pedagang produk olahan tahu. usaha tahu yang bermitra dan non mitra pada
Dalam hal ini, usaha tahu lebih banyak taraf nyata 5 persen. Adapun nilai rata-rata
memasarkan produknya di dalam kota pendapatan usaha tahu yang bermitra lebih
dibanding luar kota. Pada hasil estimasi besar dibandingkan nilai rata-rata pen-
model pendapatan menunjukkan bahwa dapatan usaha tahu non mitra dengan selisih
alokasi pemasaran di dalam kota dapat sebesar Rp 12.345.568. Sehingga dapat di-
meningkatkan kinerja usaha. Disamping itu, simpulkan bahwa dengan adanya kemitraan
pada usaha non mitra, pemasaran menjadi dapat meningkatkan pendapatan usaha tahu.
salah satu kesulitan ketiga paling banyak Adapun hasil penelitian ini sesuai dengan
yang dihadapi oleh usaha tahu. Jika usaha penelitian dari Suryana (2014) yang menyata-
tahu memutuskan untuk menjalin kemitraan kan bahwa variabel kinerja usaha kecil yang
dalam bidang pemasaran dengan pedagang meliputi aspek keuangan dan non keuangan
olahan tahu, maka kesulitan pemasaran dapat dipengaruhi oleh variabel kemitraan.
diminimalkan.
Adapun uang atau modal yang menjadi Tabel 2. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pen-
jenis kemitraan antara usaha tahu dengan dapatan Kelompok Usaha Tahu di
usaha lain atau rekan mitra. Hanya sedikit Indonesia
usaha tahu yang bermitra dalam bentuk Kelompok Usaha Rata-rata
Tahu pendapatan (Rp)
modal atau uang. Hal ini dikarenakan Hampir
Bermitra 23.707.663
seluruh usaha tahu yang bermitra mengguna-
Non mitra 11.362.094
kan modal sendiri. Selain itu, berdasarkan Selisih 12.345.568**
data BPS terdapat sekitar 62 persen usaha Keterangan:
tahu yang bermitra maupun non mitra ** = signifikan pada taraf nyata 5 persen
tenaga kerja, dan alokasi pemasaran terbukti Selain itu, nilai p-value variabel jumlah
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tenaga kerja yaitu sebesar 0,000. Nilai tersebut
pendapatan usaha tahu di Indonesia pada lebih kecil dari taraf nyata 5 persen yang ber-
taraf nyata 1 persen dan 5 persen. arti variabel tenaga kerja memiliki pengaruh
Berdasarkan hasil estimasi model pen- yang signifikan terhadap pendapatan. Hasil
dapatan diketahui bahwa jumlah tenaga kerja ini sesuai dengan penelitian Nayaka dan
memiliki koefisien paling besar. Pada Tabel 1, Kartika (2018) serta Ridha (2017) yang me-
nilai koefisien variabel jumlah tenaga kerja nyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh
sebesar 0,6553, yang menunjukkan bahwa positif terhadap pendapatan, yaitu berarti
semakin banyak tenaga kerja yang digunakan semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
pada usaha tahu maka pendapatan yang maka semakin besar pula kemungkinan
diperoleh juga akan maksimal. Usaha tahu jumlah produk yang dihasilkan, sehingga
masuk dalam kategori pekerjaan pada sektor kemungkinan pendapatang yang diperoleh
informal, yang mana sektor ini tersebar di semakin besar melalui hasil penjualan
berbagai daerah, jumlahnya tidak terbatas produknya.
dengan berbagai jenis aktivitas ekonomi yang Variabel dummy kategori distribusi
mudah dijalankan oleh masyarakat. Pada sek- penjualan ke perusahaan memiliki nilai p-
tor ini, sumber daya lokal digunakan sebagai value yaitu sebesar 0,136, yang mana nilai
faktor utama dalam kegiatan produksi, skala tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen.
kegiatannya lebih kecil dan lebih berfokus Hal ini menunjukkan bahwa variabel dummy
pada tenaga kerja dalam kegiatan produksi- kategori distribusi penjualan ke perusahaan
nya dengan menggunakan teknologi yang tidak berpengaruh terhadap pendapatan.
cenderung sederhana. Keterampilan atau Adapun nilai koefisien dari variabel tersebut
ilmu yang diperoleh dari pengalaman atau yaitu sebesar 0,6056. Hal ini menunjukkan
pendidikan informal, kebijakan pemerintah bahwa apabila terjadi kenaikan penjualan ke
justru tidak berdampak langsung bagi perusahaan sebesar 1 persen, maka akan
pengusaha di sektor ini (Manning 1996). meningkatkan pendapatan sebesar 0,6056
Tenaga kerja dapat membantu dalam proses persen. Variabel dummy kategori distribusi
produksi maupun melayani konsumen se- penjualan ke pedagang memiliki nilai koefi-
hingga permintaan konsumen dapat terpe- sien yaitu sebesar 0,0070. Hal ini menunjuk-
nuhi. Hal ini karena pengusaha tidak bisa kan apabila terjadi peningkatan distribusi
bekerja sendiri. Jika permintaan konsumen penjualan ke pedagang sebesar 1 persen,
dapat terpenuhi dengan maksimal maka maka akan meningkatkan pendapatan usaha
pendapatan yang diperoleh juga akan mak- sebesar 0.0070 persen. Selain itu, variabel
simal (Putra dan Sudirman 2015). Oleh sebab dummy kategori distribusi penjualan ke
itu, tenaga kerja pada usaha tahu memiliki pedagang tidak berpengaruh signifikan ter-
koefisien yang paling besar pada model hadap pendapatan, hal ini terlihat dari nilai p-
pendapatan, karena apabila tenaga kerja pada value variabel tersebut yang lebih besar dari
usaha tahu meningkat atau diperbanyak taraf nyata 5 persen (0,951 > 0,05). Usaha tahu
maka pendapatan usaha tahu juga akan mitra dan non mitra lebih banyak men-
meningkat. Adapun tenaga kerja pada usaha distribusikan tahu ke pedagang disbanding
tahu ini ialah tenaga kerja harian dengan jam perusahaan.
kerja rata-rata, yaitu 8 jam per hari. Jumlah Variabel dummy alokasi pemasaran
tenaga kerja pada setiap usaha tahu di memiliki nilai koefisien sebesar 0.3936 dan
Indonesia juga bervariasi mulai dari hanya berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.
memiliki 1 tenaga kerja hingga usaha tahu bahwa pemasaran tahu di dalam kota lebih
yang memiliki tenaga kerja dengan jumlah menguntungkan bagi para pelaku usaha
ratusan. dibandingkan memasarkan ke luar kota,
karena jika memasarkan ke luar kota perlu
biaya tambahan yang cukup besar seperti (2014) bahwa tingkat pendidikan berpenga-
biaya pengiriman, dan para pedagang olahan ruh terhadap pendapatan.
tahu juga pasti lebih memilih produk tahu Pada hasil estimasi model pendapatan
yang sudah ada di dalam kota, untuk me- memperoleh nilai koefisien dari variabel
minimalkan biaya pengeluaran. Akan tetapi, umur pengusaha dengan tanda negatif yaitu
walaupun alokasi pemasaran berpengaruh sebesar -0,2574. Hal ini menunjukkan umur
signifikan, usaha tahu di Indonesia masih saja pelaku usaha yang semakin bertambah akan
kesulitan dalam memasarkan tahunya. menurunkan pendapatan usaha tahu, karena
Hasil uji secara parsial juga menunjuk- semakin bertambahnya umur maka semakin
kan bahwa variabel umur usaha memiliki kurang produktif sehingga kinerja dalam
nilai p-value sebesar 0.004, yang mana nilai menghasilkan produk semakin menurun.
tersebut lebih kecil dari taraf nyata 1 persen. Selain itu, variabel umur pengusaha juga
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat tidak berpengaruh signifikan terhadap pen-
pengaruh positif antara umur usaha terhadap dapatan usaha tahu di Indonesia. Hal ini
pendapatan usaha tahu. Dengan nilai koe- terlihat dari nilai p-value variabel tersebut
fisien pada variabel umur usaha sebesar yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen
0,2675. Hal ini menunjukkan apabila semakin (0,269 > 0,05).
bertambahnya umur usaha tahu, maka akan Variabel dummy pelatihan memiliki nilai
meningkatkan pendapatan usaha tahu di p-value yaitu sebesar 0,194, yang mana nilai
Indonesia sebesar 0.2675 persen, ceteris tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen.
paribus. Lama usaha menjadi sebuah penentu Adapun nilai koefisien variabel dummy
dari pendapatan usaha, khususnya pada usa- pelatihan adalah sebesar 0,3551. Hasil ini
ha di sektor informal. Lama usaha merupakan menunjukkan bahwa pelatihan tidak berpe-
waktu yang telah dijalani pelaku usaha dalam ngaruh terhadap pendapatan. Pelatihan-
menjalankan usahanya. Lama usaha dapat pelatihan yang diikuti oleh usaha tahu belum
menentukan pengalaman, semakin lama bisa mempengaruhi pendapatan usaha, mes-
usaha itu beroperasi maka akan semakin baik kipun pelatihan yang diberikan sesuai dengan
kinerja usaha tersebut. Hasil ini sesuai dengan usaha yang ditekuni. Hasil ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penelitian Widayati (2010) bahwa program
Setiaji dan Fathuniah (2018) yang menyatakan pelatihan tidak mempengaruhi pendapatan
bahwa lama usaha berpengaruh positif ter- usaha.
hadap pendapatan. Bahan baku berpengaruh positif signifi-
Nilai koefisien dari variabel tingkat pen- kan terhadap pendapatan usaha tahu di
didikan sebesar 0,1294. Hal ini menunjukkan Indonesia, yang mana bahan baku menjadi
apabila semakin tinggi tingkat pendidikan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
pelaku usaha tahu, maka akan meningkatkan pendapatan. Hasil ini sesuai dengan peneli-
pendapatan sebesar 0,1294 persen, ceteris tian yang dilakukan oleh Suartawan dan
paribus. Akan tetapi, variabel tingkat pen- Purbadharmaja (2017) serta Nayaka dan
didikan tidak berpengaruh signifikan ter- Kartika (2018) yang mengatakan bahwa bahan
hadap pendapatan usaha tahu di Indonesia. baku berpengaruh positif terhadap pen-
Hal ini terlihat dari nilai p-value variabel dapatan. Setiawan (2012) mengatakan bahwa
tersebut yang lebih besar dari taraf nyata 5 bahan baku memiliki pengaruh yang besar
persen (0,319 > 0,05). Kinerja usaha lebih terhadap peningkatan faktor produksi. Jika
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain bahan baku sulit didapatkan maka proses pro-
selain tingkat pendidikan pelaku usaha, duksi akan terhambat atau bahkan produsen
sehingga tingkat pendidikan tidak menjadi memutuskan untuk menghentikan produksi-
faktor penggerak utama dalam meningkatkan nya, begitupun sebaliknya jika bahan baku
kinerja usaha yaitu pendapatan. Hasil ini mudah didapatkan maka produksi akan ber-
tidak mendukung pendapat Utari dan Dewi
jalan lancar dan meningkat sehingga pen- Pada hasil estimasi model pendapatan,
dapatan pun ikut meningkat. diperoleh nilai koefisien dari variabel dummy
Variabel dummy modal usaha memiliki koperasi, yaitu sebesar 0,2165. Hal ini me-
nilai koefisien sebesar 0,0820. Hal ini me- nunjukkan apabila usaha tahu menjadi
nunjukkan apabila terjadi peningkatan pada anggota koperasi, maka pendapatan usaha
penggunaan modal sendiri, maka akan me- akan meningkat. Akan tetapi, variabel dummy
ningkatkan pendapatan usaha. Namun, varia- koperasi tidak berpengaruh signifikan ter-
bel dummy modal usaha tidak berpengaruh hadap pendapatan, terlihat dari nilai p-value
signifikan terhadap pendapatan. Hal ini ter- variabel tersebut yang lebih besar dari taraf
lihat dari nilai p-value variabel tersebut yang nyata 5 persen (0,356 > 0,05).
lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,568 >
0,05). Akan tetapi, hasil ini kurang sesuai
dengan hasil penelitian dari Utari dan Dewi KESIMPULAN DAN SARAN
(2014), Suartawan dan Purbadharmaja (2017)
KESIMPULAN
yang mengatakan bahwa modal berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan, karena apa- Berdasarkan hasil analisis pengaruh ke-
bila modal usaha meningkat maka produksi mitraan terhadap kinerja usaha menunjukkan
ikut meningkat. Dengan begitu pendapatan bahwa kemitraan memiliki pengaruh signifi-
pun ikut meningkat. kan terhadap pendapatan usaha. Dengan
Pada hasil estimasi model pendapatan, terjalinnya kemitraan antara usaha tahu
variabel jumlah alat memiliki nilai koefisien dengan usaha lain maka dapat mengurangi
sebesar 0,0371. Adapun nilai p-value variabel kesulitan yang sering dihadapi usaha tahu
jumlah alat, yaitu sebesar 0,482 yang mana agar kinerja usahanya meningkat. Selain itu,
nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 berdasarkan hasil uji beda rata-rata pen-
persen. Hal ini menunjukkan apabila terjadi dapatan antara usaha tahu yang bermitra dan
kenaikan jumlah alat sebesar 1 persen, maka usaha tahu non mitra menunjukkan bahwa
akan meningkatkan pendapatan sebesar terdapat perbedaan yang signifikan antara
0,0371 persen, ceteris paribus. Akan tetapi, rata-rata pendapatan usaha tahu bermitra dan
berdasarkan nilai probabilitas disimpulkan non mitra. Dari hasil tersebut dapat disimpul-
bahwa variabel jumlah alat tidak berpengaruh kan bahwa kemitraan memengaruhi kinerja
signifikan terhadap pendapatan. Jumlah alat usaha tahu di Indonesia. Dengan adanya
yang digunakan dalam usaha guna untuk kemitraan yang terjalin antara usaha tahu
mempercepat produktivitas ini sering disebut dengan usaha lain dapat meminimalkan
dengan teknologi. dengan adanya alat atau kesulitan yang dihadapi usaha tahu serta
teknologi tersebut dapat mempermudah dapat meningkatkan pendapatan usaha tahu.
tenaga kerja untuk menghasilkan sebuah Berdasarkan hasil uji F untuk semua
produk dengan cepat. Namun, berdasarkan variabel yaitu umur usaha, tingkat pen-
hasil estimasi model, alat atau teknologi yang didikan, umur pengusaha, pemakaian bahan
digunakan para pelaku usaha belum bias baku, jumlah alat, jumlah tenaga kerja, dummy
memengaruhi kinerja usaha dalam hal ini modal usaha, dummy pelatihan, dummy distri-
yaitu pendapatan. Hasil ini kurang sesuai busi penjualan ke perusahaan, dummy distri-
dengan hasil penelitian Utari dan dewi (2014) busi penjualan ke pedagang, dummy alokasi
yang menyatakan bahwa teknologi berpenga- pemasaran, dan dummy koperasi secara ber-
ruh positif terhadap pendapatan, sehingga sama-sama berpengaruh signifikan terhadap
semakin canggih teknologi yang digunakan, pendapatan. Selanjutnya secara parsial (uji-t)
maka pendapatan UMKM akan semakin diperoleh bahwa secara signifikan penda-
meningkat. patan dipengaruhi oleh umur usaha, pema-
kaian bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan
dummy alokasi pemasaran. Adapun jumlah
tenaga kerja yang digunakan memiliki penga- Indonesia Tahun 2016-2017. Jakarta:
ruh yang paling besar terhadap pendapatan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro,
usaha tahu. Kecil dan Menengah.
Fletcher KL. 1987. The Law of Partnership. Pamungkas O. 2006. Peningkatan Kinerja
Sidney: The Law Book Company Limited. Usaha melalui Strategi Kemitraan. Jurnal
Bisnis Strategi. 15 (2): 47-51.
Hati SW, Irawati R. 2017. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Porter, ME. 1980. Competitive Strategy
Kecil Menengah (UMKM) di Kota Batam. Techniques for Analyzing Industrial and
Jurnal Proceeding of 5 Applied Business Competitors. New York: Free Press.
and Engineering Conference.
Porter ME, Kramer MR. 2002. The Competitive
Huxham C, Vangen S. 2005. Managing to Advantage of Corporate Philanthropy.
collaborate: The theory and practice of Harvard Business Review.
collaborative advantage. New York (AS):
Routledge. Putra IPD, Sudirman IW. 2015. Pengaruh
Modal dan Tenaga Kerja terhadap
[Kemenkop UKM] Kementerian Koperasi dan Pendapatan dengan Lama Usaha sebagai
Usaha Kecil dan Menengah. 2018. Variabel Moderating. Jurnal Ekonomi
Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil di