Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/347432068

Pengaruh Kemitraan Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Tahu di


Indonesia

Article in Jurnal Agribisnis Indonesia · December 2020


DOI: 10.29244/jai.2020.8.2.164-174

CITATIONS READS

10 106

3 authors:

Rizky Ariesty Fachrysa Halik Amzul Rifin


Universitas Sulawesi Barat Bogor Agricultural University
5 PUBLICATIONS 14 CITATIONS 121 PUBLICATIONS 828 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Siti Jahroh
Bogor Agricultural University
91 PUBLICATIONS 347 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Siti Jahroh on 19 January 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


164 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174
https://doi.org/10.29244/jai.2020.8.2.164-174

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP KINERJA


USAHA MIKRO DAN KECIL TAHU DI INDONESIA

Rizky Ariesty Fachrysa Halik1, Amzul Rifin2, dan Siti Jahroh3


1)Program Magister Sains Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2)Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor, Indonesia
3)Sekolah Bisnis, Institut Pertanian Bogor

Jl. Raya Pajajaran, Kampus IPB Gunung Gede Bogor, Indonesia


e-mail: 1)rizkyariesty28@gmail.com

(Diterima 24 Mei 2019/Disetujui 24 Mei 2019)

ABSTRACT
A partnership is a form of cooperation that is needed to be done for business development so that it can be
globally competitive. With the existence of a partnership, it can improve the ability of small businesses
through capital support and professional resource training to increase business income and continuity. In
Indonesia, tofu business is one of the micro and small businesses that have the potential to be developed. To
improve business performance, it is necessary to collaborate among tofu businesses and large businesses or
state-owned enterprises. The purpose of this study was to analyze the effect of partnerships and other factors
on the performance of the tofu business in Indonesia. Tofu businesses can be grouped into two categories,
namely partner and non-partner businesses. To estimate the performance of tofu businesses in Indonesia,
multiple linear regression method was used. The data used in this study were collected from the Central
Bureau of Statistics and the Ministry of Cooperatives and SMEs, in which 237 tofu businesses were taken
as samples. The results showed that partnership had a positive and significant impact on tofu businesses
income. Besides, business life, raw material cost, labour force and marketing allocation also positively
significant affected tofu businesses income. However, the level of education, the age of the entrepreneur, the
number of tools used, business capital, training, sales distribution, and cooperatives did not significantly
affect tofu businesses income.

Keywords: business performance, micro and small enterprises, multiple regression, partnership, tofu

ABSTRAK
Kemitraan merupakan sebuah bentuk kerjasama yang perlu dilakukan untuk pengembangan
usaha agar mampu berdaya saing global. Dengan adanya kemitraan, dapat meningkatkan
kemampuan usaha kecil melalui dukungan modal serta pelatihan sumber daya yang professional
agar dapat meningkatkan pendapatan usaha dan kelanjutan sebuah usaha. Di Indonesia, usaha
tahu merupakan salah satu usaha mikro dan kecil yang berpotensial untuk dikembangkan. Demi
meningkatkan kinerja usaha tahu, perlu dilakukan kerjasama antara usaha tahu dengan usaha
besar atau BUMN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kemitraan dan
faktor lain terhadap kinerja usaha tahu di Indonesia. Usaha tahu dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu usaha yang bermitra dan usaha non mitra. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis linier berganda. Data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
dan Kementerian Koperasi dan UKM dengan sampel sebanyak 237 usaha mikro dan kecil tahu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh positif signifikan terhadap
pendapatan usaha. Selain itu, umur usaha, biaya bahan baku, jumlah tenaga kerja dan alokasi
pemasaran juga berpengaruh positif signifikan pendapatan usaha. Namun, tingkat pendidikan,
umur pengusaha, jumlah alat yang digunakan, modal usaha, pelatihan, distribusi penjualan,
serta koperasi secara signifikan tidak mempengaruhi pendapatan usaha.

Kata kunci: kemitraan, kinerja usaha, regresi berganda, tahu, usaha mikro dan kecil

Tersedia online di http://journal.ipb.ac.id/index.php/jagbi ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 165
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

PENDAHULUAN tahu saat ini masih tergolong usaha kecil yang


masih perlu pengembangan usaha. Maka dari
Kemitraan merupakan suatu bentuk itu dengan adanya kegiatan kemitraan ini,
kerjasama yang perlu dilakukan untuk industri tahu dapat berkembang dan menjadi
pengembangan sebuah usaha agar mampu usaha skala besar. Potensi “win-win” dalam
berdaya saing global. Kemitraan memiliki kemitraan menimbulkan banyak argumen
tujuan yaitu untuk meningkatkan kemam- mengenai efisiensi dalam mempertahankan
puan usaha kecil agar menjadi kuat dan hubungan kemitraan, dikarenakan perusaha-
berkembang melalui dukungan modal serta an yang menjalankan kemitraan dapat meng-
pelatihan sumber daya yang profesional dan akses jaringan yang lebih luas, menggabung-
terampil agar dapat meningkatkan pen- kan sumber daya dan keahlian serta berbagi
dapatan perusahaan dan kelanjutan sebuah praktik yang baik untuk menyelesaikan
usaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari tugas-tugas tertentu (Louise 2011). Manfaat
Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa per- yang sinergis ini membentuk sebuah ke-
usahaan kecil dan perusahaan besar yang unggulan yang dikenal dengan istilah
telah menjalin kerjasama (kemitraan) masih “keunggulan kolaboratif” sesuai dengan
sekitar 20 persen dari total usaha yang ada di pendapat Huxham dan Vangen (2005).
Indonesia. Oleh sebab itu, kementerian Terdapat beberapa usaha tahu di
Koperasi dan UMKM berupaya mendorong Indonesia yang melakukan kerjasama dengan
kemitraan antara usaha kecil dan usaha besar berbagai jenis kemitraan guna meningkatkan
karena kemitraan diyakini akan meningkat- kinerja usahanya. Akan tetapi, berdasarkan
kan kontribusi UMKM sebagai tulang pung- data BPS (2015), jumlah usaha yang tidak
gung perekonomian nasional. Hal ini dibukti- bermitra masih lebih banyak dibandingkan
kan oleh kontribusi usaha mikro, kecil dan usaha tahu yang bermitra. Padahal dengan
menengah (UMKM) pada pertumbuhan pro- terjalinnya kerjasama (kemitraan) dapat
duk domestik bruto (PDB) pada tahun 2017 memperkuat dan mengembangkan usaha itu
yaitu sebesar 62 persen. Berdasarkan data sendiri, sesuai dengan tujuan kemitraan juga
tersebut menunjukkan bahwa usaha mikro yaitu memperoleh keuntungan (Fletcher
dan kecil mempunyai peranan penting dalam 1987). Tujuan utama dari kemitraan adalah
mewujudkan tujuan pembangunan negara se- untuk meningkatkan daya saing bisnis untuk
kaligus sebagai sektor yang mampu diandal- semua rekan mitra (Rudberg dan Olhager
kan untuk mendukung ketahanan ekonomi. 2003). Kunci keberhasilan dari usaha mikro
Salah satu usaha kecil yang potensial dan kecil dalam persaingan pasar domestik
untuk dikembangkan ialah usaha pembuatan maupun global adalah membangun kemitra-
tahu. Jika usaha tahu dijalankan dengan an dengan usaha besar. Pengembangan usaha
serius, diduga dapat menguntungkan bagi mikro dan kecil akan lebih mudah dilakukan
pengusaha karena konsumen tahu sangat jika melibatkan usaha besar. Usaha mikro dan
luas, mencakup semua strata sosial. Tahu kecil dapat mengeskpor produknya melalui
tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat perantara usaha besar yang telah menjadi
kelas bawah dan menengah, tetapi juga oleh eksportir (Pamungkas 2006). Dengan begitu,
masyarakat kelas atas. Ini terlihat dari disimpulkan bahwa tujuan utama adanya
masuknya produk tahu di pasar swalayan. kemitraan usaha yaitu untuk meningkatkan
Selain itu, hampir semua tempat makan biasa daya saing dan kinerja usaha untuk semua
hingga restaurant mewah, memiliki tahu rekan mitra. Keberhasilan usaha adalah tu-
sebagai salah satu menu makanan dengan juan utama dalam menjalankan sebuah usaha.
berbagai inovasi. Hal ini tidak terlepas dari Kinerja usaha dapat diukur menggunakan
industri pengolahan tahu yang saling bekerja- indikator peningkatan income (pendapatan),
sama dengan rumah makan atau warung sales (penjualan), output (produk yang dihasil-
sebelum sampai ke konsumen akhir. Usaha kan), produktivitas, biaya, penerimaan la-

Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja… Halik et al.


166 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

yanan, kecepatan reaksi atau berubah, permodalan, kesulitan memperoleh bahan


pencapaian standar kualitas atau reaksi baku, kesulitan dalam memasarkan produk,
pelanggan (Amstrong, 2004). Terdapat kesulitan memperoleh tenaga kerja yang
beberapa faktor yang memengaruhi kinerja terampil, serta kesulitan dalam memperoleh
usaha mikro dan kecil, Hati dan Irawati (2017) mesin yang baik. Adapun kesulitan mem-
dalam penelitiannya membagi faktor internal peroleh bahan baku dan permodalan yang
yang memengaruhi kinerja usaha menjadi paling banyak dialami oleh usaha tahu di
empat aspek yaitu aspek sumber daya manu- Indonesia, khususnya pada usaha tahu yang
sia, aspek keuangan, aspek teknis dan opera- belum bermitra. Oleh karena itu, pemerintah
sional serta aspek pasar dan pemasaran. sangat mendorong agar lebih banyak usaha
Masing-masing aspek memiliki indikator tahu yang menjalin kemitraan dengan usaha
seperti pada aspek sumber daya manusia, besar, karena selain dapat meminimalkan
indikatornya yaitu tingkat pendidikan formal, kesulitan yang dialami, juga dapat mengem-
jiwa kepemimpinan, pengalaman atau lama bangkan kinerja usaha mikro dan kecil di
berusaha serta motivasi dan keterampilan. Indonesia. Berdasarkan uraian dari latar
Pada aspek keuangan, indikatornya yaitu belakang dan perumusan masalah tersebut,
modal pribadi, modal pinjaman, tingkat maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
keuntungan dan membedakan pengeluaran. penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
Pada aspek teknis dan operasional, indikator- kemitraan dan faktor lainnya terhadap kinerja
nya yaitu bahan baku yang tersedia, kapasitas usaha tahu di Indonesia ?.
produksi, tersedia mesin dan peralatan, tek-
nologi modern dan pengendalian kualitas.
Sedangkan pada aspek pasar dan pemasaran, METODE
indikatornya yaitu permintaan pasar, pene- PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS
tapan harga bersaing, kegiatan promosi,
saluran distribusi dan wilayah pemasaran. Sumber data yang digunakan dalam
Adapun keanggotaan koperasi dan kemitraan penelitian ini adalah data sekunder yang
juga secara langsung berpengaruh terhadap merupakan data hasil survey Industri Mikro
kinerja usaha. dan Kecil (IMK) dari kelompok Klasifikasi
Selain meringankan masalah sosial, bebe- Baku Lapangan Indonesia (KBLI), usaha
rapa ahli mengatakan bahwa kemitraan usaha pengolahan kedelai menjadi tahu yang
dapat memberikan manfaat khusus bagi diperoleh dari Badan Pusat Statistik, dengan
mitra. Manfaat untuk usaha yaitu mendapat- kode KBLI 10392. Jumlah unit usaha yang
kan keunggulan kompetitif, membangun digunakan dalam penelitian ini yaitu
kepercayaan dalam komunitas, mengelola sebanyak 237 unit usaha tahu. Usaha tahu
persepsi eksternal dengan meningkatkan yang menjadi sampel ini merupakan usaha
reputasi publik, meningkatkan daya tarik tahu yang bermitra dan non mitra.
kepada calon karyawan serta meningkatkan
hubungan pemangku kepentingan (Porter METODE ANALISIS DATA
dan Kramer 2002). Hal tersebut sesuai dengan
Penelitian ini menggunakan alat analisis
simpulan penelitian Mohr (1994) yang me-
regresi linear berganda dengan menggunakan
ngatakan bahwa sebuah usaha memutuskan
software STATA 11, untuk menjawab tujuan
untuk menjalin sebuah kemitraan dengan
penelitian yaitu menganalisis pengaruh
alasan untuk mencapai tujuan perusahaan
kemitraan dan faktor lainnya terhadap kinerja
dan dimotivasi untuk mendapatkan ke-
usaha tahu di Indonesia. Kinerja UMK tahu
unggulan kompetitif di pasar. Saat ini usaha
diukur dengan pendapatan usaha, yang mana
tahu, utamanya usaha tahu yang belum ber-
pendapatan usaha merupakan penghasilan
mitra mengalami beberapa kesulitan dalam
yang diperoleh dari aktivitas usaha yang biasa
usaha, diantaranya yaitu kesulitan dalam

Halik et al. Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja…


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 167
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

dikenal dengan penjualan. Pada penelitian ini, Keterangan:


pendapatan diukur melalui selisih penerima- LnPDPTN : Nilai pendapatan usaha
an dari hasil penjualan dikurangi biaya pro- (Rp/bulan)
α0 : Koefisien model pendapatan
duksi yang dikeluarkan. Hal ini berdasarkan
α1- α13 : Koefisien yang mempengaruhi
pendapat dari Macro et al. (2005) yang me-
produktivitas 1,2, ..13
nyatakan bahwa keberhasilan kinerja usaha UMRUS : Umur usaha beroperasi secara
dapat dilihat dari adanya keberlangsungan komersial (tahun)
dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga TKPEND : Lama pendidikan yang ditempuh
kerja, peningkatan keuntungan dan pen- pengusaha (tahun)
dapatan Adapun faktor-faktor yang meme- UMRPU : Umur pemilik usaha (tahun)
DPLT : Dummy keikutsertaan pengusaha
ngaruhi kinerja usaha terbagi dalam beberapa
dalam pelatihan (1 = ya, 0 = tidak)
aspek, menurut Purwaningsih dan Pajar DMOD : Dummy modal yang digunakan (1
(2015) dan Munizu (2010), yaitu aspek sumber = modal pribadi, 0 = modal lain)
daya manusia (SDM), aspek keuangan, aspek PBB : Nilai pemakaian bahan baku (Rp)
teknis produksi dan operasi, aspek pemasaran ALAT : Jumlah alat yang digunakan
serta aspek peranan lembaga terkait, yang dalam usaha (buah)
kemudian akan disesuaikan dengan keter- TKRJ : Jumlah tenaga kerja (orang)
DPER : Dummy kategori 1 distribusi
sediaan data dari Survei IMK tahun 2015.
penjualan (1 = perusahaan, 0 =
Berdasarkan studi pustaka tersebut maka lainnya
ditentukan variabel-variabel yang meme- DPED : Dummy kategori 2 distribusi
ngaruhi kinerja usaha tahu berdasarkan dari penjualan (1 = pedagang, 0 =
kelima aspek tersebut yang terdiri dari aspek lainnya)
sumber daya manusia meliputi tingkat DLPEM : Dummy alokasi pemasaran (1 = Di
dalam kota, 0 = Di luar kota)
pendidikan formal, pengalaman atau lama
DKOPR : Dummy keikutsertaan usaha
berusaha, umur pengusaha dan pelatihan; dalam koperasi (1 = ya, 0 = tidak)
aspek keuangan meliputi modal pribadi dan DKMTRN : Dummy usaha memiliki mitra (1 =
modal dari pihak lain; aspek teknis produksi ya, 0 = tidak)
dan operasional meliputi bahan baku yang I : Jumlah responden (1,2, ..i)
tersedia, jumlah tenaga kerja dan jumlah alat εt : Error term
yang digunakan; aspek pasar dan pemasaran
meliputi saluran distribusi, wilayah pe- Terdapat beberapa langkah yang perlu
masaran dan kemitraan; dan aspek peranan dilakukan sebelum melakukan analisis
lembaga terkait meliputi koperasi. Pemilihan estimasi pada kedua model. Langkah pertama,
variabel-variabel tersebut berdasarkan litera- yaitu membuat persamaan model dengan
tur dan ketersediaan data. Adapun pemilihan variabel-variabel terpilih. Langkah kedua,
model pada persamaan ini menggunakan yaitu melakukan pengujian diagnostik untuk
model logaritma natural dengan pertim- memastikan tidak terdapat masalah dalam
bangan yaitu untuk menyamakan satuan. model atau model telah memenuhi syarat
Berikut adalah model yang digunakan dalam pengujian asumsi klasik (uji multikolinearitas,
penelitian ini. uji heteroskedastisitas dan uji normalitas)
sebelum dianalisis menggunakan regresi linier
LnPDPTN = α0 + α1LnUMRUSi + berganda. Selanjutnya, ketika model telah
α2LnTKPENDi + α3LnUMRPUi memenuhi syarat uji asumsi klasik, dilakukan
+ α4DPLTi + α5DMODi + analisis hasil estimasi berdasarkan nilai R-
α6LnPBBi + α7LnALATi + squared, signifikansi model (Uji F dan Uji-t),
α8LnTKRJi + α9DPERi + serta nilai koefisien tiap variabel.
α10DPEDi + α11DLPEMi +
α12DKOPRi + α13DKMTRNi +
εt ……………………………………………….(1)

Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja… Halik et al.


168 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

HASIL DAN PEMBAHASAN satunya dapat dilihat dari tingkat pen-


dapatannya. Kinerja usaha menyangkut
PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP
tujuan dari intern usaha, jika ingin
KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL
meningkatkan kinerja usaha, maka yang perlu
TAHU DI INDONESIA
diperhatikan bagaimana mencapai tujuan
Kemitraan merupakan jalinan kerjasama intern usaha. Sesuai dengan pendapat Porter
antara dua pihak atau lebih dalam jangka (1980) yang menyatakan bahwa jika suatu
waktu tertentu sesuai kesepakatan kedua usaha ingin mencapai tujuan intern maka
belah pihak untuk mencapai tujuan masing- usaha tersebut akan bergantung pada mitra
masing, dengan menggunakan prinsip saling usahanya. Dengan adanya mitra usaha dapat
menguntungkan, saling memperkuat dan sa- meningkatkan penyebaran informasi, tran-
ling membesarkan. Akan tetapi, saat ini usaha saksi yang efisien, proses teknologi dan
mikro kecil banyak mengalami hambatan inovasi, penghematan biaya, memperpendek
dalam mengembangkan usahanya, khusu- waktu pengembangan produk, manajemen
snya pada usaha tahu. Berdasarkan data logistik dan program pemasaran lainnya
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, usaha seperti dapat melakukan promosi bersama.
mikro dan kecil yang mengalami kesulitan
dalam menjalankan usahanya yaitu sebesar Tabel 1. Hasil Estimasi Model Kinerja
73,96 persen. Kesulitan utama yang dirasakan Usaha Tahu di Indonesia
oleh usaha mikro dan kecil adalah kesulitan Variabel Koefisien
modal usaha sebesar 38,84 persen, kesulitan Umur usaha 0,2675***
Tingkat pendidikan 0,1294
pemasaran hasil usaha sebesar 25,00 persen Umur pengusaha -0,2574
dan kesulitan bahan baku sebesar 22,9 persen. Bahan baku 0,5855***
Kemitraan yang terjalin antara usaha-usaha Jumlah alat 0,0371
Jumlah tenaga kerja 0,6553***
tahu di Indonesia dengan usaha lain jumlah-
Dummy modal usaha 0,0820
nya masih sedikit, hanya sekitar 11 persen Dummy pelatihan 0,3551
usaha tahu yang menjalin kemitraan dengan Distribusi penjualan ke perusahaan 0,6056
usaha lain dengan jumlah usaha sebanyak 26 Distribusi penjualan ke pedagang 0,0070
Dummy alokasi pemasaran 0,3936**
unit usaha tahu,sedangkan usaha tahu yang Dummy koperasi 0,2165
tidak menjalin kemitraan sebesar 89 persen Dummy kemitraan 0,4596**
dengan jumlah usaha sebanyak 211. Konstanta 5,1283
Sig, Uji F 0,0000
Pada hasil estimasi model persamaan
R-squared 0,6217
pendapatan (Tabel 1), variabel dummy ke- Keterangan:
mitraan memiliki nilai p-value 0,037, yang *** = signifikan pada taraf nyata 1 persen
** = signifikan pada taraf nyata 5 persen
mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata
5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ke-
Kemitraan yang terjalin antara usaha
mitraan memiliki pengaruh positif yang
tahu di Indonesia dengan usaha lainnya
signifikan terhadap pendapatan. Selain itu,
terbagi atas empat jenis kemitraan, yaitu
variabel dummy kemitraan memiliki nilai
kemitraan bahan baku, kemitraan modal,
koefisien sebesar 0,4596. Hal ini menunjukkan
kemitraan pemasaran dan kemitraan alat/
apabila usaha tahu menjalin kemitraan
mesin. Jenis kemitraan yang paling banyak
dengan usaha lain, maka akan meningkatkan
dilakukan antara usaha kecil dan usaha
pendapatan usaha. Sudibyo (1997) meng-
lainnya ialah kemitraan bahan baku yaitu
ungkapkan bahwa kemitraan menjadi suatu
sebanyak 46% dari total usaha tahu di
hal yang penting dilakukan antara usaha kecil
Indonesia. Adapun usaha mitra bahan baku
dan usaha besar untuk meningkatkan ke-
ini ialah koperasi dan pedagang kedelai.
majuan usaha kecil, terutama untuk mengecil-
Dengan adanya mitra bahan baku dapat
kan kesenjangan antara usaha kecil dengan
memudahkan para pelaku usaha tahu untuk
usaha besar. Kemajuan usaha kecil salah

Halik et al. Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja…


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 169
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

memperoleh bahan baku, yang mana saat ini Selanjutnya, peralatan yang digunakan
kesulitan kedua yang dialami usaha tahu dalam usaha juga menjadi salah satu jenis
utamanya usaha tahu yang belum bermitra, kemitraan antara usaha tahu dan rekan mitra
yaitu memperoleh bahan baku. Kebanyakan walaupun jumlah usaha yang bermitra hanya
usaha yang tidak bermitra kesulitan mem- sedikit. Hal ini bisa saja karena mesin atau alat
peroleh bahan baku karena harganya yang yang digunakan dalam pembuatan tahu tidak
mahal dan langka. Bahan baku memiliki sulit diperoleh, jadi beberapa usaha tahu me-
peran penting dalam peningkatan pen- mang telah memiliki mesin atau alat sendiri.
dapatan usaha tahu, karena jika bahan baku Adapun mesin dan alat yang pada umumya
sulit diperoleh makan produksi akan terham- digunakan dalam usaha tahu diantaranya
bat bahkan cenderung pengusaha berhenti mesin penggiling, diesel, kompor, dynamo
memproduksi, akibatnya penjualan pun akan giling, pencetak tahu, penggorengan, baskom,
terhambat sehingga berdampak pada pen- panci dan loyang.
dapatan usaha tahu. Selain itu, pada Tabel 2, berdasarkan
Kemitraan pemasaran merupakan jenis hasil uji beda rata-rata pendapatan usaha tahu
kemitraan kedua paling banyak dilakukan yang bermitra dan usaha tahu non mitra,
antara usaha kecil dan usaha besar (lainnya). diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
Adapun rekan mitra (usaha lainnya) disini terdapat perbedaan rata-rata pendapatan
yaitu para pedagang produk olahan tahu. usaha tahu yang bermitra dan non mitra pada
Dalam hal ini, usaha tahu lebih banyak taraf nyata 5 persen. Adapun nilai rata-rata
memasarkan produknya di dalam kota pendapatan usaha tahu yang bermitra lebih
dibanding luar kota. Pada hasil estimasi besar dibandingkan nilai rata-rata pen-
model pendapatan menunjukkan bahwa dapatan usaha tahu non mitra dengan selisih
alokasi pemasaran di dalam kota dapat sebesar Rp 12.345.568. Sehingga dapat di-
meningkatkan kinerja usaha. Disamping itu, simpulkan bahwa dengan adanya kemitraan
pada usaha non mitra, pemasaran menjadi dapat meningkatkan pendapatan usaha tahu.
salah satu kesulitan ketiga paling banyak Adapun hasil penelitian ini sesuai dengan
yang dihadapi oleh usaha tahu. Jika usaha penelitian dari Suryana (2014) yang menyata-
tahu memutuskan untuk menjalin kemitraan kan bahwa variabel kinerja usaha kecil yang
dalam bidang pemasaran dengan pedagang meliputi aspek keuangan dan non keuangan
olahan tahu, maka kesulitan pemasaran dapat dipengaruhi oleh variabel kemitraan.
diminimalkan.
Adapun uang atau modal yang menjadi Tabel 2. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pen-
jenis kemitraan antara usaha tahu dengan dapatan Kelompok Usaha Tahu di
usaha lain atau rekan mitra. Hanya sedikit Indonesia
usaha tahu yang bermitra dalam bentuk Kelompok Usaha Rata-rata
Tahu pendapatan (Rp)
modal atau uang. Hal ini dikarenakan Hampir
Bermitra 23.707.663
seluruh usaha tahu yang bermitra mengguna-
Non mitra 11.362.094
kan modal sendiri. Selain itu, berdasarkan Selisih 12.345.568**
data BPS terdapat sekitar 62 persen usaha Keterangan:
tahu yang bermitra maupun non mitra ** = signifikan pada taraf nyata 5 persen

menggunakan modal sendiri, akan tetapi


masih ada sekitar 38 persen usaha tahu yang PENGARUH FAKTOR LAINNYA
masih menggunakan modal dari sumber lain. TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO
Adapun sumber modal lain yang paling KECIL TAHU DI INDONESIA
banyak digunakan yaitu pinjaman dari Bank,
Hasil estimasi model pendapatan dapat
kemudia beberapa usaha tahu juga meng-
dilihat pada Tabel 1. Dari hasil diperoleh
gunakan pinjaman dari perorangan dan
variabel umur usaha, bahan baku, jumlah
pinjaman dari keluarga.

Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja… Halik et al.


170 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

tenaga kerja, dan alokasi pemasaran terbukti Selain itu, nilai p-value variabel jumlah
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tenaga kerja yaitu sebesar 0,000. Nilai tersebut
pendapatan usaha tahu di Indonesia pada lebih kecil dari taraf nyata 5 persen yang ber-
taraf nyata 1 persen dan 5 persen. arti variabel tenaga kerja memiliki pengaruh
Berdasarkan hasil estimasi model pen- yang signifikan terhadap pendapatan. Hasil
dapatan diketahui bahwa jumlah tenaga kerja ini sesuai dengan penelitian Nayaka dan
memiliki koefisien paling besar. Pada Tabel 1, Kartika (2018) serta Ridha (2017) yang me-
nilai koefisien variabel jumlah tenaga kerja nyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh
sebesar 0,6553, yang menunjukkan bahwa positif terhadap pendapatan, yaitu berarti
semakin banyak tenaga kerja yang digunakan semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
pada usaha tahu maka pendapatan yang maka semakin besar pula kemungkinan
diperoleh juga akan maksimal. Usaha tahu jumlah produk yang dihasilkan, sehingga
masuk dalam kategori pekerjaan pada sektor kemungkinan pendapatang yang diperoleh
informal, yang mana sektor ini tersebar di semakin besar melalui hasil penjualan
berbagai daerah, jumlahnya tidak terbatas produknya.
dengan berbagai jenis aktivitas ekonomi yang Variabel dummy kategori distribusi
mudah dijalankan oleh masyarakat. Pada sek- penjualan ke perusahaan memiliki nilai p-
tor ini, sumber daya lokal digunakan sebagai value yaitu sebesar 0,136, yang mana nilai
faktor utama dalam kegiatan produksi, skala tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen.
kegiatannya lebih kecil dan lebih berfokus Hal ini menunjukkan bahwa variabel dummy
pada tenaga kerja dalam kegiatan produksi- kategori distribusi penjualan ke perusahaan
nya dengan menggunakan teknologi yang tidak berpengaruh terhadap pendapatan.
cenderung sederhana. Keterampilan atau Adapun nilai koefisien dari variabel tersebut
ilmu yang diperoleh dari pengalaman atau yaitu sebesar 0,6056. Hal ini menunjukkan
pendidikan informal, kebijakan pemerintah bahwa apabila terjadi kenaikan penjualan ke
justru tidak berdampak langsung bagi perusahaan sebesar 1 persen, maka akan
pengusaha di sektor ini (Manning 1996). meningkatkan pendapatan sebesar 0,6056
Tenaga kerja dapat membantu dalam proses persen. Variabel dummy kategori distribusi
produksi maupun melayani konsumen se- penjualan ke pedagang memiliki nilai koefi-
hingga permintaan konsumen dapat terpe- sien yaitu sebesar 0,0070. Hal ini menunjuk-
nuhi. Hal ini karena pengusaha tidak bisa kan apabila terjadi peningkatan distribusi
bekerja sendiri. Jika permintaan konsumen penjualan ke pedagang sebesar 1 persen,
dapat terpenuhi dengan maksimal maka maka akan meningkatkan pendapatan usaha
pendapatan yang diperoleh juga akan mak- sebesar 0.0070 persen. Selain itu, variabel
simal (Putra dan Sudirman 2015). Oleh sebab dummy kategori distribusi penjualan ke
itu, tenaga kerja pada usaha tahu memiliki pedagang tidak berpengaruh signifikan ter-
koefisien yang paling besar pada model hadap pendapatan, hal ini terlihat dari nilai p-
pendapatan, karena apabila tenaga kerja pada value variabel tersebut yang lebih besar dari
usaha tahu meningkat atau diperbanyak taraf nyata 5 persen (0,951 > 0,05). Usaha tahu
maka pendapatan usaha tahu juga akan mitra dan non mitra lebih banyak men-
meningkat. Adapun tenaga kerja pada usaha distribusikan tahu ke pedagang disbanding
tahu ini ialah tenaga kerja harian dengan jam perusahaan.
kerja rata-rata, yaitu 8 jam per hari. Jumlah Variabel dummy alokasi pemasaran
tenaga kerja pada setiap usaha tahu di memiliki nilai koefisien sebesar 0.3936 dan
Indonesia juga bervariasi mulai dari hanya berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.
memiliki 1 tenaga kerja hingga usaha tahu bahwa pemasaran tahu di dalam kota lebih
yang memiliki tenaga kerja dengan jumlah menguntungkan bagi para pelaku usaha
ratusan. dibandingkan memasarkan ke luar kota,
karena jika memasarkan ke luar kota perlu

Halik et al. Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja…


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 171
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

biaya tambahan yang cukup besar seperti (2014) bahwa tingkat pendidikan berpenga-
biaya pengiriman, dan para pedagang olahan ruh terhadap pendapatan.
tahu juga pasti lebih memilih produk tahu Pada hasil estimasi model pendapatan
yang sudah ada di dalam kota, untuk me- memperoleh nilai koefisien dari variabel
minimalkan biaya pengeluaran. Akan tetapi, umur pengusaha dengan tanda negatif yaitu
walaupun alokasi pemasaran berpengaruh sebesar -0,2574. Hal ini menunjukkan umur
signifikan, usaha tahu di Indonesia masih saja pelaku usaha yang semakin bertambah akan
kesulitan dalam memasarkan tahunya. menurunkan pendapatan usaha tahu, karena
Hasil uji secara parsial juga menunjuk- semakin bertambahnya umur maka semakin
kan bahwa variabel umur usaha memiliki kurang produktif sehingga kinerja dalam
nilai p-value sebesar 0.004, yang mana nilai menghasilkan produk semakin menurun.
tersebut lebih kecil dari taraf nyata 1 persen. Selain itu, variabel umur pengusaha juga
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat tidak berpengaruh signifikan terhadap pen-
pengaruh positif antara umur usaha terhadap dapatan usaha tahu di Indonesia. Hal ini
pendapatan usaha tahu. Dengan nilai koe- terlihat dari nilai p-value variabel tersebut
fisien pada variabel umur usaha sebesar yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen
0,2675. Hal ini menunjukkan apabila semakin (0,269 > 0,05).
bertambahnya umur usaha tahu, maka akan Variabel dummy pelatihan memiliki nilai
meningkatkan pendapatan usaha tahu di p-value yaitu sebesar 0,194, yang mana nilai
Indonesia sebesar 0.2675 persen, ceteris tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen.
paribus. Lama usaha menjadi sebuah penentu Adapun nilai koefisien variabel dummy
dari pendapatan usaha, khususnya pada usa- pelatihan adalah sebesar 0,3551. Hasil ini
ha di sektor informal. Lama usaha merupakan menunjukkan bahwa pelatihan tidak berpe-
waktu yang telah dijalani pelaku usaha dalam ngaruh terhadap pendapatan. Pelatihan-
menjalankan usahanya. Lama usaha dapat pelatihan yang diikuti oleh usaha tahu belum
menentukan pengalaman, semakin lama bisa mempengaruhi pendapatan usaha, mes-
usaha itu beroperasi maka akan semakin baik kipun pelatihan yang diberikan sesuai dengan
kinerja usaha tersebut. Hasil ini sesuai dengan usaha yang ditekuni. Hasil ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penelitian Widayati (2010) bahwa program
Setiaji dan Fathuniah (2018) yang menyatakan pelatihan tidak mempengaruhi pendapatan
bahwa lama usaha berpengaruh positif ter- usaha.
hadap pendapatan. Bahan baku berpengaruh positif signifi-
Nilai koefisien dari variabel tingkat pen- kan terhadap pendapatan usaha tahu di
didikan sebesar 0,1294. Hal ini menunjukkan Indonesia, yang mana bahan baku menjadi
apabila semakin tinggi tingkat pendidikan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
pelaku usaha tahu, maka akan meningkatkan pendapatan. Hasil ini sesuai dengan peneli-
pendapatan sebesar 0,1294 persen, ceteris tian yang dilakukan oleh Suartawan dan
paribus. Akan tetapi, variabel tingkat pen- Purbadharmaja (2017) serta Nayaka dan
didikan tidak berpengaruh signifikan ter- Kartika (2018) yang mengatakan bahwa bahan
hadap pendapatan usaha tahu di Indonesia. baku berpengaruh positif terhadap pen-
Hal ini terlihat dari nilai p-value variabel dapatan. Setiawan (2012) mengatakan bahwa
tersebut yang lebih besar dari taraf nyata 5 bahan baku memiliki pengaruh yang besar
persen (0,319 > 0,05). Kinerja usaha lebih terhadap peningkatan faktor produksi. Jika
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain bahan baku sulit didapatkan maka proses pro-
selain tingkat pendidikan pelaku usaha, duksi akan terhambat atau bahkan produsen
sehingga tingkat pendidikan tidak menjadi memutuskan untuk menghentikan produksi-
faktor penggerak utama dalam meningkatkan nya, begitupun sebaliknya jika bahan baku
kinerja usaha yaitu pendapatan. Hasil ini mudah didapatkan maka produksi akan ber-
tidak mendukung pendapat Utari dan Dewi

Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja… Halik et al.


172 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

jalan lancar dan meningkat sehingga pen- Pada hasil estimasi model pendapatan,
dapatan pun ikut meningkat. diperoleh nilai koefisien dari variabel dummy
Variabel dummy modal usaha memiliki koperasi, yaitu sebesar 0,2165. Hal ini me-
nilai koefisien sebesar 0,0820. Hal ini me- nunjukkan apabila usaha tahu menjadi
nunjukkan apabila terjadi peningkatan pada anggota koperasi, maka pendapatan usaha
penggunaan modal sendiri, maka akan me- akan meningkat. Akan tetapi, variabel dummy
ningkatkan pendapatan usaha. Namun, varia- koperasi tidak berpengaruh signifikan ter-
bel dummy modal usaha tidak berpengaruh hadap pendapatan, terlihat dari nilai p-value
signifikan terhadap pendapatan. Hal ini ter- variabel tersebut yang lebih besar dari taraf
lihat dari nilai p-value variabel tersebut yang nyata 5 persen (0,356 > 0,05).
lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,568 >
0,05). Akan tetapi, hasil ini kurang sesuai
dengan hasil penelitian dari Utari dan Dewi KESIMPULAN DAN SARAN
(2014), Suartawan dan Purbadharmaja (2017)
KESIMPULAN
yang mengatakan bahwa modal berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan, karena apa- Berdasarkan hasil analisis pengaruh ke-
bila modal usaha meningkat maka produksi mitraan terhadap kinerja usaha menunjukkan
ikut meningkat. Dengan begitu pendapatan bahwa kemitraan memiliki pengaruh signifi-
pun ikut meningkat. kan terhadap pendapatan usaha. Dengan
Pada hasil estimasi model pendapatan, terjalinnya kemitraan antara usaha tahu
variabel jumlah alat memiliki nilai koefisien dengan usaha lain maka dapat mengurangi
sebesar 0,0371. Adapun nilai p-value variabel kesulitan yang sering dihadapi usaha tahu
jumlah alat, yaitu sebesar 0,482 yang mana agar kinerja usahanya meningkat. Selain itu,
nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 berdasarkan hasil uji beda rata-rata pen-
persen. Hal ini menunjukkan apabila terjadi dapatan antara usaha tahu yang bermitra dan
kenaikan jumlah alat sebesar 1 persen, maka usaha tahu non mitra menunjukkan bahwa
akan meningkatkan pendapatan sebesar terdapat perbedaan yang signifikan antara
0,0371 persen, ceteris paribus. Akan tetapi, rata-rata pendapatan usaha tahu bermitra dan
berdasarkan nilai probabilitas disimpulkan non mitra. Dari hasil tersebut dapat disimpul-
bahwa variabel jumlah alat tidak berpengaruh kan bahwa kemitraan memengaruhi kinerja
signifikan terhadap pendapatan. Jumlah alat usaha tahu di Indonesia. Dengan adanya
yang digunakan dalam usaha guna untuk kemitraan yang terjalin antara usaha tahu
mempercepat produktivitas ini sering disebut dengan usaha lain dapat meminimalkan
dengan teknologi. dengan adanya alat atau kesulitan yang dihadapi usaha tahu serta
teknologi tersebut dapat mempermudah dapat meningkatkan pendapatan usaha tahu.
tenaga kerja untuk menghasilkan sebuah Berdasarkan hasil uji F untuk semua
produk dengan cepat. Namun, berdasarkan variabel yaitu umur usaha, tingkat pen-
hasil estimasi model, alat atau teknologi yang didikan, umur pengusaha, pemakaian bahan
digunakan para pelaku usaha belum bias baku, jumlah alat, jumlah tenaga kerja, dummy
memengaruhi kinerja usaha dalam hal ini modal usaha, dummy pelatihan, dummy distri-
yaitu pendapatan. Hasil ini kurang sesuai busi penjualan ke perusahaan, dummy distri-
dengan hasil penelitian Utari dan dewi (2014) busi penjualan ke pedagang, dummy alokasi
yang menyatakan bahwa teknologi berpenga- pemasaran, dan dummy koperasi secara ber-
ruh positif terhadap pendapatan, sehingga sama-sama berpengaruh signifikan terhadap
semakin canggih teknologi yang digunakan, pendapatan. Selanjutnya secara parsial (uji-t)
maka pendapatan UMKM akan semakin diperoleh bahwa secara signifikan penda-
meningkat. patan dipengaruhi oleh umur usaha, pema-
kaian bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan
dummy alokasi pemasaran. Adapun jumlah

Halik et al. Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja…


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 173
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

tenaga kerja yang digunakan memiliki penga- Indonesia Tahun 2016-2017. Jakarta:
ruh yang paling besar terhadap pendapatan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro,
usaha tahu. Kecil dan Menengah.

Louise L. 2011. Business-community


SARAN partnerships: understanding the nature
of partnership. Corporate Governance:
Pelaku usaha tahu yang belum bermitra The international journal of business in
untuk memikirkan kembali keuntungan yang society. 11 (1): 29 – 40.
diperoleh jika menjalin kemitraan, karena de-
ngan terjalinnya kerjasama dengan usaha lain Marco VH, Mirjam VP, Kees C. 2005. The
dapat meminimalkan adanya kesulitan se- Effects of Performance Measurements
and Compensation on Motivation: an
perti kesulitan memperoleh bahan baku,
Empirical Study. De Economist. 3:303-329.
kesulitan permodalan dan kesulitan dalam
memasarkan produk. Kemudian untuk usaha Manning C, Tadjuddin NE. 1996. Urbanisasi,
tahu yang bermitra agar lebih mempererat Pengangguran dan dan Sektor Informal
hubungan kemitraannya. Pelaku usaha tahu di Kota. Jakarta: Yayasan Obor
sebaiknya lebih memperhatikan faktor input- Indonesia.
nya yaitu bahan baku dan tenaga kerja,
Mohr J, Spekman R. 1994. Characteristics of
dengan mencari cara agar bahan baku dapat
partnership success: Partnership
terpenuhi karena ketika bahan baku langka attributes, communication behavior, and
dan mahal, maka proses produksi akan conflict resolution techniques. Strategic
terhambat. Kemudian para pelaku usaha Management Journal. 15 (2): 135–152.
sebaiknya memilih tenaga kerja yang terampil
agar proses produksi dapat berjalan dengan Munizu M. 2010. Pengaruh Faktor-Faktor
Eksternal terhadap Kinerja Usaha Mikro
maksimal.
dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 12
(1): 71-80.
DAFTAR PUSTAKA
Nayaka KW, Kartika IN. 2018. Pengaurh
Amstrong M. 2004. Performance Management. Modal, Tenaga Kerja dan Bahan Baku
Jogjakarta: Tugu. terhadap Pendapatan Pengusaha
Industri Sanggah di Kecamatan Mengwi.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Survey Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Industri Mikro dan Kecil 2015 Tahunan. Udayana. 7 (8): 1927-1956.

Fletcher KL. 1987. The Law of Partnership. Pamungkas O. 2006. Peningkatan Kinerja
Sidney: The Law Book Company Limited. Usaha melalui Strategi Kemitraan. Jurnal
Bisnis Strategi. 15 (2): 47-51.
Hati SW, Irawati R. 2017. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Porter, ME. 1980. Competitive Strategy
Kecil Menengah (UMKM) di Kota Batam. Techniques for Analyzing Industrial and
Jurnal Proceeding of 5 Applied Business Competitors. New York: Free Press.
and Engineering Conference.
Porter ME, Kramer MR. 2002. The Competitive
Huxham C, Vangen S. 2005. Managing to Advantage of Corporate Philanthropy.
collaborate: The theory and practice of Harvard Business Review.
collaborative advantage. New York (AS):
Routledge. Putra IPD, Sudirman IW. 2015. Pengaruh
Modal dan Tenaga Kerja terhadap
[Kemenkop UKM] Kementerian Koperasi dan Pendapatan dengan Lama Usaha sebagai
Usaha Kecil dan Menengah. 2018. Variabel Moderating. Jurnal Ekonomi
Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil di

Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja… Halik et al.


174 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 8 No 2, Desember 2020; halaman 164-174

Pembangunan Universitas Udayana. 4 (9):


1110-1139.

Purwaningsih R, Pajar DK. 2015. Analisis


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah
(UKM) Dengan Metode Structural
Equation Modeling. [Thesis]. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Ridha A. 2017. Faktor-Faktor yang


Mempengaurhi Pendapatan Usaha
Kerajinan Tas Aceh di Desa Ulee
MadenKecamatan Muara Batu
Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Samudra
Ekonomi. 1 (1): 87-93.

Rudberg M, Olhager J. 2003. Manufacturing


Network and Supply Chain: an Operation
Strategy Perspective. Omega.

Setiaji K, Fatuniah LF. 2018. Pengaruh Modal,


Lama Usaha dan Lokasi terhadap
Pendapatan Pedagang Pasar Pasca
Relokasi. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan
Bisnis. 6 (1): 1-14.

Suartawan IK, Purbadharmaja IB. 2017.


Pengaruh Modal dan Bahan Baku
terhadap Pendapatan melalui Produksi
Pengrajin Patung Kayu di Kecamatan
Sukawati Kabupaten Gianyar. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana. 6 (9): 1628-1657.

Sudibyo B. 1997. Pengukuran Kinerja


Perusahaan Dengan Balanced Scorecard:
Bentuk, Mekanisme dan Prospek
Aplikasinya pada BUMN. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam. 12(2): 35-49.

Suryana T. 2014. Pengaruh Lingkungan


Eksternal, Internal dan Etika Bisnis
terhadap Kemitraan Usaha serta
Implikasinya pada Kinerja Usaha Kecil di
Jawa Barat. [Disertasi]. Bandung:
Universitas Pasundan.

Utari T, Dewi PM. 2014. Pengaruh Modal,


Tingkat Pendidikan dan Teknologi
terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) di Kawasan
Imam Bonjol Denpasar Barat. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana. 3 (12): 576-
585.

Halik et al. Pengaruh Kemtraan Terhadap Kinerja…

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai