Anda di halaman 1dari 29

Cahyadi Takariawan

Agar Menulis
Semudah Bernafas

Wonderful Publishing
Yogyakarta
2017
Judul Buku : Agar Menulis Semudah Bernafas

Penulis : Cahyadi Takariawan

Editor : Abdullah Sujono

Lay Out : Abdullah Sujono

Penerbit : Wonderful Publishing

Daftar Isi

Pengantar

1. Tiga Langkah Menjadi Penulis


2. Cara Mudah Memulai Menulis
3. Agar Menulis Semudah Bernafas
4. Menulis dengan Ketajaman Emosi
5. Unsur-unsur yang Menghasilkan Tulisan Dengan Ketajaman Emosi

Penutup
Kata Pengantar
Modalitas Menulis
Oleh : Ida Nurlaila

Teman-teman kadang heran dan bertanya, "Kita mengalami hal yang


sama, mengapa kamu bisa menceritakan dengan berbeda dan detail ?"

Kira-kira aku harus menjawab apa ? Ketika anda meniatkan diri menjadi
penulis (dulu aku punya cita-cita jadi wartawan, tapi tidak kesampaian),
maka kita butuh sesuatu untuk ditulis. Mengasahnya mulai dari menuliskan
pengalaman sehari hari.

Membuka mata untuk bisa merekam berbagai warna dalam peristiwa.


Meneliti orang hingga karakternya. Ekspresi wajah orang-orang, pakaian
mereka, postur tubuh, warna kulit, bentuk wajah, bahkan warna giginya.
Gaya berdandan hingga merek pakaiannya, sepatu tas, jam tangan bahkan
apa yang sedang dimakan atau diminumnya.
Cuaca, warna langit, jumlah dan bentuk awan, posisi matahari, bayang-
bayang, bisikan angin. Gedung, rumah, bangunan, kendaraan yang lalu
lalang. Percakapan yang terdengar ataupun yang tidak terucap. Kadang
diperlukan menghitung jumlah-jumlah, memperkirakan jarak, ukuran, lama
waktu.

Menoleh ke kanan, ke kiri, melongok ke bawah atau mendongak ke


atas. Mengelus, meraba dan merasai dengan kulit kita. Berdiri untuk
memperluas area sapuan, berpindah tempat untuk meluaskan sudut
pandang. Kadang justru memejamkan mata, dan mulai membaui udara
atau apapun aroma yang ada.

1
Merekamnya dalam satu waktu, butuh ketrampilan : menyimak. Lalu saat
anda punya kesempatan, sebaiknya segera saja, dituangkan semua yang
telah disimak, dalam bentuk tulisan. Hal-hal yang kurang nyambung
dilewatkan, atau di simpan. Yang lebih nyambung didetilkan. Jika perlu
tambah sudut pandang dan fakta dari sumber lain yang terpercaya.

Kadang kalau terlalu banyak peristiwa, buatlah catatan sederhana tentang


tanggal, jam, peristiwa, tempat dan orang-orang tertentu. Saat
menuangkan dalam bentuk cerita, mencari benang merah untuk bumbu-
bumbu analisa. Judul bisa di awal, bisa ditentukan di tengah atau bahkan
setelah selesai baru menemukan judulnya.

Pilihlah sesuatu yang menarik bukan hanya menarik bagi anda, tapi juga
nyambung dengan tema yang sedang aktual, atau keseharian bagi
kebanyakan orang.
Ah, ini hanya pengalaman pribadi, mungkin tidak ilmiah sama sekali.
Masing-masing dari kita bisa punya resep sendiri-sendiri, karena menulis
adalah bagian dari seni. Meramu dan meracik cerita seperti meracik jamu
yang menyehatkan diri dan orang lain.
Yang jelas, pesan para penulis, yang kubaca dalam buku-buku tentang
menulis, tapi entah siapa, kuingat selalu, “Jika kita tidak pernah
memulainya, maka tidak akan pernah menulis selamanya.”

Jadi rumusnya sederhana, mulai saja. Seperti anak yang belajar berjalan,
lama-lama mahir juga, bahkan pintar berlari. Ketahuilah bahwa menulis itu
pekerjaan yang hanya bermodal 26 huruf dan beberapa tanda baca. Modal
yang gratis ya....
Banyak membaca gaya menulis para penulis handal, dan best seller,
sangat-sangat membantu mengasah pengetahuan, ketrampilan dan
motivasi kita. Ditangan para master itu, 26 huruf berebut untuk menjadi
kata-kata.

Namun jadilah diri anda sendiri, masing-masing orang punya warna dan
gaya. Itulah yang akan menjadi kekhasan kita. Yakinlah, jika anda tidak
berusaha menuliskannya, anda tidak pernah mengetahui kesejatian anda!

Percaya ya... dan segeralah mulai menuliskannya. Bismillah.

2
1

Tiga Langkah
Menjadi Penulis

Modal utama untuk menulis bukanlah bakat. Menulis


memerlukan pembelajaran dan ketekununan.

Cahyadi Takariawan

3
Semua orang yang pernah menempuh pendidikan pasti bisa menulis,
namun ternyata masih sangat sedikit orang membuat karya tulis. Padahal
menjadi penulis itu tidak sulit, hanya memerlukan TIGA langkah saja.
Langkah Pertama: Memiliki Modal Menjadi Penulis

Modal utama untuk menulis bukanlah bakat. Menulis memerlukan


pembelajaran dan ketekununan, bakat bukanlah pemegang kunci utama.
Menurut Naning Pranoto dalam buku “24 Jam Creative Writing”modal
menjadi penulis ada enam. Pertama adalah tekad mantap dan mau
melakukan praktik menulis secara berkesinambungan. Kedua, banyak
membaca berbagai buku untuk menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan.

Ketiga, banyak bergaul atau bersosialisasi untuk menyelami kehidupan


yang lebih baik. Keempat, mempelajari bahasa dan memahami berbagai
kosakata sebagai media menulis. Kelima, mempunyai sarana untuk
menulis, misalnya, komputer atau laptop. Jika tidak, pakai buku tulis atau
kertas belanja pun jadi. Keenam, bertekad kuat untuk menulis karya
bermutu.

Langkah Kedua: Memulai Menulis


Bagaimana cara memulai menulis? Tentukan dulu materi yang akan ditulis.
Apa pun yang ada pada diri kita atau ada di sekitar kita bisa menjadi bahan
tulisan. Ibarat pohon, ada dua cabang utama penulisan kreatif, yakni fiksi
dan nonfiksi. Fiksi merupakan sebuah karya berbentuk karangan yang
dihasilkan dengan cara mengkhayal atau berimajinasi dalam pikiran. Bisa
memadukan antara fakta dan imajinasi. Buku Laskar Pelangi berangkat
dari pengalaman pribadi penulisnya, Andrea Hirata. Laskar Pelangi
merupakan karya fiksi berbentuk novel. Fiksi lainnya antara lain cerpen,
legenda, dongeng, naskah drama, skenario film, lirik lagu, puisi, dan
seterusnya.
Sedangkan non fiksi adalah sebuah tulisan atau karangan yang dihasilkan
dalam bentuk cerita nyata atau faktual, atau narasi akademis. Atau, cerita
kehidupan sehari-hari yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Isi tulisan
nonfiksi bukan fiktif, bukan hasil imajinasi atau rekaan penulisnya.
Contohnya adalah artikel ilmiah, opini, resensi buku, ilmiah populer, skripsi,
tesis, dan tulisan-tulisan yang berisi pengalaman pribadi penulisnya.
4
Ingat : tentukan pangsa pasar yang hendak anda inginkan dengan tulisan
itu. Tentukan pula tujuan dari penulisan yang anda lakukan.

Secara teknis, menulis bisa dimulai dari mana saja. Bahkan, bila ingin
memulai dengan mengumpat, menjerit, menangis, atau bersyukur.
Letupkan saja emosi Anda, jangan ditahan. Anda bisa curhat lewat tulisan.
Di bagian akhir, barulah Anda perbaiki kata-kata yang sekiranya kasar.

Bahkan aktivitas belanja yang biasa dilakukan ibu-ibu bisa menjadi materi
tulisan yang menarik. Contohnya buku “Miss Jinjing, Belanja Sampai Mati”
yang ditulis berdasarkan catatan harian penulisnya –Amelia Masniari–
tentang pengalaman berbelanja, yang semula ditulis di blog pribadi.
Termasuk tulisan tentang kegiatan arisan. Misalnya dalam arisan itu ada
kegiatan lain yang bermanfaat. Arisan tak hanya ngerumpi tapi ada
kegiatan yang bermakna. Kumpulan resep masakan pun bisa menjadi
bahan tulisan.
Langkah Ketiga: Sosialisasi dan Promosi Karya
Setelah tulisan selesai, Anda perlu menyosialisasikan tulisan tersebut.
Penulis merasa bahagia apabila tulisannya dibaca dan diapresiasi orang
lain. Cara paling gampang dan sederhana untuk keperluan ini adalah
membikin blog pribadi. Banyak contoh tulisan-tulisan yang menarik di blog
akhirnya diterbitkan menjadi buku laris. Dengan menyosialisasikan tulisan
atau bagian tulisan di dalam blog, maka akan membuka ruang dialog
dengan banyak kalangan, sekaligus bisa melihat respon pasar.
Promosi karya tulis sudah menjadi sebuah keharusan. Seringkali promosi
dari penerbit sangat minimalis dengan alasan biaya, maka penulis ikut
berjuang untuk mengenalkan karyanya kepada khalayak. Jangan biarkan
buku Anda “bertarung” sendirian di toko buku. Cara paling mudah juga
lewat jejaring sosial dan teknologi informasi, seperti Facebook, Twitter,
email, BBM dan SMS. Tidak perlu ragu dan malu untuk mengirim pesan
melalui media jejaring sosial dan teknologi informasi kepada masyarakat
untuk mempromosikan karya kita.
Ayo terus menulis, karena menulis itu menyehatkan dan membahagiakan
hati.

5
2

Cara Mudah Memulai Menulis


Bagi Pemula

Mulailah menulis. Jangan berpikir. Rasakan saja. Terus tulis,


jangan takut salah, dan jangan berhenti menulis karena
ingin melakukan edit tulisan. Biarkan saja jika ada salah
ketik, typo, salah tanda baca. Jangan anda koreksi.

Cahyadi Takariawan

6
Bagi anda yang belum terbiasa menulis, berikut ini beberapa cara praktis
dan mudah untuk memulai membuat sebuah tulisan.

Baca basmalah. Buka laptop. Mulailah menulis. Jangan berpikir. Rasakan


saja. Terus tulis, jangan takut salah, dan jangan berhenti menulis karena
ingin melakukan edit tulisan.

Biarkan saja jika ada salah ketik, typo, salah tanda baca. Jangan anda
koreksi. Terus saja menulis sampai tuntas semua yang ingin anda tuliskan.
Setelah selesai menulis, istirahat sejenak, lalu mulai membaca ulang
sambil membenarkan kesalahan tulisan dan mengedit seperlunya.
Jadilah sebuah tulisan.

Terus, apa yang bisa anda tulis? Karena tujuannya adalah belajar memulai
menulis, maka tulis apa saja yang melintas dalam hati anda, atau hal-hal
yang mudah anda tuliskan.
Berikut 10 contoh hal yang sangat mudah anda tuliskan, untuk latihan
menulis cepat.

7
1. Tuliskan Kegiatan Anda Kemarin

Coba diingat, anda kemarin sejak bangun tidur sampai berangkat tidur lagi,
melakukan kegiatan apa saja? Tuliskan semua. Jangan berpikir
sistematika. Tulis saja.

2. Tuliskan Rencana Kegiatan Anda Besok Pagi

Besok pagi anda akan melakukan kegiatan apa saja? Sejak bangun tidur
sampai berangkat tidur lagi. Tuliskan semua. Jangan berpikir sistematika.
Tulis saja.
3. Bacalah Sebuah Buku, Tuliskan Ringkasannya

Ambil sebuah buku yang ada di rumah anda, apa saja, yang menarik
menurut anda.

Baca semuanya atau beberapa bagian saja. Lalu tuliskan ringkasan isi
bagian yang anda baca tadi. Tuliskan saja. Jangan berpikir sistematika.
Pokoknya : tulis saja.

4. Baca Sebuah Artikel, Tulis Ulang Isinya


Baca majalah, koran, tabloid atau blog/ website. Pilih satu artikel yang
menarik bagi anda. Tuliskan kembali isi artikel tersebut dengan bahasa
anda sendiri. Tuliskan saja. Jangan berpikir sistematika. Pokoknya : tulis
saja.
5. Ikuti Forum, Tuliskan Materinya
Hadirlah di masjid dekat rumah anda. Ikuti ceramah tarawih atau pengajian
di masjid itu. Dengarkan dengan seksama. Lalu setelah pulang ke rumah,
tuliskan apa yang anda tangkap dari isi ceramah tersebut. Tuliskan saja.
Jangan berpikir sistematika. Pokoknya : tulis saja.
6. Dengarkan Cerita, Tuliskan

Minta suami / istri / anak / teman anda bercerita tentang apapun. Tuliskan
cerita tersebut dengan bahasa anda sendiri. Tuliskan saja. Jangan berpikir
sistematika. Pokoknya : tulis saja.

8
7. Lihat Film, Tuliskan Kisahnya

Lihat sebuah film di TV atau di bioskop. Perhatikan jalan ceritanya. Lalu


tuliskan isi kisah film tersebut dengan bahasa anda sendiri. Tuliskan saja.
Jangan berpikir sistematika. Pokoknya : tulis saja.

8. Tuliskan Riwayat Hidup Anda atau Keluarga Anda

Jika anda punya beberapa anak, ingat riwayat anak bungsu anda. Lalu
tuliskan riwayatnya sejak lahir hingga saat ini. Anda bisa menceritakan
riwayat hidup anda sendiri atau orang-orang terdekat anda. Tuliskan saja.
Jangan berpikir sistematika. Pokoknya : tulis saja.

9. Tuliskan Kisah Pertemuan Pertama Anda dengan Pasangan Anda


Bagi yang sudah menikah, ingatkah anda dimana dan bagaimana anda
bertemu pertama kali dengan pasangan anda? Tulis kenangan indah itu.
Bagi yang belum menikah, jika Allah berikan calon pasangan hidup, anda
pengen bertemu dimana pertama kalinya, dan dalam kondisi seperti apa?
Tuliskan saja. Jangan berpikir sistematika. Pokoknya : tulis saja.

10. Tuliskan Kesulitan Anda dalam Menulis

Sampai sekarang anda tetap tidak bisa nenulis apapun? Coba ceritakan
kepada saya apa kesulitan anda dalam menulis. Tuliskan saja. Jangan
berpikir sistematika. Pokoknya : tulis saja.

9
3

Agar Menulis
Semudah Bernafas

Apakah kita perlu berpikir untuk bernafas? Apakah kita


merencanakan untuk bernafas? Nyatanya, kita tidak pernah
memiliki rencana, sehari ini akan menarik nafas berapa ribu
kali dan mengeluarkan nafas berapa ribu kali. Seperti itu
pula kita menulis.

Cahyadi Takariawan

10
Seorang teman bertanya kepada saya, "Kapankah kita bisa disebut
sebagai penulis?"

"Ketika orang itu menulis semudah bernafas", jawab saya.


Coba kita perhatikan. Kita semua bernafas, dengan itu kita hidup. Jika
sudah tidak bernafas, maka kita mati. Apakah kita perlu berpikir untuk
bernafas? Apakah kita merencanakan untuk bernafas? Nyatanya, kita tidak
pernah memiliki rencana, sehari ini akan menarik nafas berapa ribu kali
dan mengeluarkan nafas berapa ribu kali. Jam berapa detik ke berapa kita
mengambil nafas dan mengeluarkannya. Itu tidak pernah kita rencanakan
dan kita pikirkan.

Bernafas itu reflek. Otomatis. Tidak direncanakan, tidak dipikirkan. Apakah


itu mudah? Tentu saja mudah, karena kita tidak melakukan usaha apapun.
Sambil tidurpun kita tetap bernafas. Saat pingsan pun kita tetap bernafas.
Dimana letak kesulitannya? Kesulitan terjadi saat kita sesak nafas atau
tengah mengalami gangguan pernafasan. Di saat itu, barulah bernafas itu
berpikir.

Dalam kondisi normal, kita tidak akan mengalami kesulitan bernafas.


Apakah hati kita sedang bahagia atau berduka, kita tetap bernafas. Apakah
kita sedang memiliki banyak uang atau banyak utang, kita tetap bernafas.
Apakah kita sedang berlari kencang atau tengah tiduran, kita pun bernafas.
Semudah itu kita bernafas. Kecuali saat mengalami sesak nafas.

Demikian pula dalam dunia tulis menulis. Seorang penulis bisa melakukan
aktivitas menulis dalam semua kondisi. Dimanapun, kapanpun, ia bisa
menulis. Tidak perlu berpikir bagaimana "cara"menulis. Tidak perlu berpikir
huruf apa yang akan ditulis. Tidak perlu berpikir sistematika penulisan.
Semua mengalir begitu saja. Semudah bernafas.

Pada saat anda menulis, maka fokuskan untuk menuangkan kata-kata.


Jangan tergoda untuk mengoreksi kesalahan dalam penulisan. Terus saja
menulis. Jika sambil menulis anda sibuk mengoreksi tulisan, itu membuat
anda berpikir. Di saat anda mulai berpikir, di saat itu pula anda merasa
bahwa menulis itu sulit. Anda mengalami 'sesak nafas', tersengal-sengal,
tersendat-sendat. Tidak lancar. Berhenti, dan akhirnya memilih untuk
mengakhiri.
Agar menulis menjadi mudah, pisahkan antara aktivitas menulis dengan
aktivitas mengoreksi naskah. Yang pertama itu adalah proses kreatif. Yang
11
kedua itu adalah proses edit. Dua hal yang sangat berbeda. Dalam proses
kreatif, curahkan saja semuanya. Goreskan pena. Gerakkan jemari di
keyboard anda. Tuliskan suara-suara yang bergemuruh dalam jiwa.
Sesungguhnya yang paling sulit dalam menulis adalah bagaimana
mengakhiri. Bukan bagaimana mengawali.

Usai menulis, barulah masuk ke proses edit. Disinilah anda harus berpikir.
Oleh karena itu, mengedit menjadi lebih sulit dibanding dengan menulis,
karena ada unsur berpikir. Fokuskan pada aktivitas menulis saja. Sekarang
buka laptop anda. Hidupkan. Ucapkan bismillah, dan gerakkan jemari
tangan anda pada huruf-huruf di papan keyboard. Biarkan kata demi kata
tercipta. Biarkan kalimat demi kalimat berbicara. Nikmati semua
keasyikannya.

Hingga anda menyadari, bahwa menulis itu semudah bernafas sepanjang


hari. Tidak bisa berhenti.

12
4

Menulis
Dengan Ketajaman Emosi

Bagaimana penulis melibatkan emosi, hati dan


perasaannya dalam menuangkan karya tulis,
akan menentukan apakah tulisan itu “hidup”
atau biasa-biasa saja.

Cahyadi Takariawan

13
Dalam menulis –baik fiksi maupun non fiksi--- terdapat suatu unsur penting
yang sebenarnya justru tidak ada kaitannya dengan teknis kepenulisan
yang standar atau baku. Unsur itu adalah : ketajaman emosi. Ya benar.
Bagaimana penulis melibatkan emosi, hati dan perasaannya dalam
menuangkan karya tulis, akan menentukan apakah tulisan itu “hidup” atau
biasa-biasa saja.

Sebuah tema atau gagasan yang sama, ditulis oleh orang yang sama,
namun yang satu ditulis dengan standar kepenulisan pada umumnya,
satunya lagi dengan melibatkan sisi emosi, hasilnya akan sangat jauh
berbeda. Tulisan pertama akan cenderung bernilai standar. Informasi tetap
sampai kepada pembaca, namun kurang memberikan kesan yang
mendalam kepada pembaca. Tulisan kedua akan memberikan sebuah
pencerahan dan kesan yang lebih kuat, karena ada “nyawa” dalam tulisan
itu. Inilah yang membedakan tulisan yang dibuat secara standar, dan
tulisan yang dibuat dengan melibatkan ketajaman emosi penulis.
Anda semua tentu bisa mengerti apa yang saya maksudkan. Membaca
sebuah tulisan melalui postingan di grup WhatsApp, kadang anda merasa
biasa saja atau bahkan berasa hambar, walaupun isi pesannya bagus.
Namun ada tulisan lain di grup itu yang begitu membaca kita merasa
mendapat inspirasi, motivasi, semangat, pencerahan, dan cepat
berkomentar, “Subhanallah, bagus banget tulisan ini”.

Ada sangat banyak tokoh di Indonesia yang pandai mengaduk-aduk emosi


pembaca melalui tulisan mereka. Bukan saja isinya bernas, namun cara
penulisannya benar-benar menggunakan sisi emosi yang sangat tajam.
Hasilnya, kita termotivasi. Anda pasti sudah memiliki referensi masing-
masing, tergantung dari apa bacaan anda selama ini. Saya juga memiliki
referensi tokoh tersebut, dengan bangga saya sebut beberapa orang saja,
dari sekian banyak nama.

1. Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun


2. Anis Matta
3. Salim A. Fillah
4. Habiburrahman Syairazi alias Kang Abik
5. Helvy Tiana Rosa alias HTR
Saya suka membaca tulisan para tokoh tersebut, karena cara penulisan
yang full “jiwa”, full “nyawa”, full energi. Hasilnya, setelah membaca kita
mendapatkan banyak inspirasi, motivasi, pencerahan, semangat dan

14
pengetahuan. Yang membuat saya bertambah kagum kepada mereka
adalah, bahasa lisannya sama bagus dengan bahasa tulisannya. Allah
memberikan karunia kefasihan lisan, kekuatan argumen, dan kekuatan
dalam menuliskan kepada mereka itu. Tentu saja masih sangat banyak
nama lainnya, sesuai dengan “dunia” masing-masing.

Ada banyak profesor dan doktor yang memiliki banyak ilmu, namun begitu
menuliskannya, kita hanya mendapatkan satu hal : pengetahuan. Kita tidak
mendapatkan sebuah inspirasi atau motivasi tertentu dari tulisan itu,
karena ditulis dengan standar resmi atau standar akademik yang baku.
Tidak melibatkan sisi emosi dalam menuliskan. Hal itu bisa dimaklumi
karena adanya “pakem” metodologi dalam dunia akademik.
Sumber Yang Memunculkan Ketajaman Emosi Tulisan

Pertanyaan yang muncul tentu saja, sumber apakah yang bisa


memunculkan ketajaman emosi dalam sebuah tulisan ? Coba anda
menggali dari pengalaman masing-masing selama ini. Saya menemukan
ada beberapa sumber yang bisa mendorong munculnya sisi emosi dalam
tulisan kita.

1. Pengalaman Hidup

Jika anda menuliskan pengalaman hidup yang berkesan, itu akan


membawa serta emosi anda di dalamnya. Pengalaman hidup bukan hanya
menjadi sumber tulisan fiksi, dia juga bisa menjadi sumber tulisan nonfiksi.
Hal-hal yang sangat menyedihkan, hal-hal yang sangat menggembirakan,
hal-hal yang sangat berkesan, adalah sumber kesertaan emosi dalam
tulisan.

Pengalaman hidup ini bukan hanya dari kehidupan anda sendiri, namun
juga bisa dari pengalaman hidup orang-orang di sekitar anda. Misalnya
kisah hidup tetangga, teman, kerabat, atau bahkan orang tua, pasangan
dan anak-anak anda sendiri. Semua bisa menjadi bahan tulisan yang
menarik.

Saya pernah menulis artikel ilmiah populer tentang kehidupan seorang


penjual tape singkong keliling, untuk mengangkat tema “Bahagia Itu
Sederhana”. Bahwa bahagia itu bisa dimiliki oleh siapa saja, bukan hanya
orang kaya, bahkan orang yang sangat sederhana hidupnya pun bisa
bahagia. Kisah yang sama, bisa dituliskan menjadi sebuah fiksi yang hidup
dan menarik.
15
"Anda mendapatkan ide dari mengkhayal. Anda mendapatkan ide dari rasa
bosan. Anda mendapatkan ide setiap saat. Perbedaan penulis dengan
orang biasa adalah kita sadar saat kita melakukannya." --- Neil Gaiman.
2. Dunia yang Digeluti Selama Ini

“Dunia” apa yang anda tekuni selama ini, yang menjadi passion anda, yang
menjadi kepedulian dan ketertarikan anda, adalah hal yang sangat
mengasyikkan bagi anda. Penuh warna, penuh suka dan duka. Jika anda
menulis di seputar hal-hal tersebut, akan membawa serta sisi emosi anda
di dalamnya. Dunia yang anda geluti, bidang yang menjadi ketrtarikan dan
perhatian anda, akan memberikan ketajaman emosi saat anda
menuliskannya.
Seseorang yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak, kemudia
ia bekerja menjadi guru di lembaga pendidikan untuk anak-anak, maka
dunia yang digelutinya adalah tentang anak dan pendidikan anak. Ketika ia
menuliskan hal yang terkait dengan anak dan pendidikan anak, maka akan
membawa serta sisi emosi yang sangat kuat. Karena itulah dunianya, itu
passioannya, itu kecenderungan dan ketertarikannya. Jika ia diminta
menulis tentang lingkungan hidup, walaupun bisa, mungkin tidak akan
semenarik jika menulis tentang pendidikan anak.

"Cintai apa yang Anda lakukan dan lakukan apa yang Anda cintai. Jangan
dengarkan perkataan orang lain yang melarang Anda. Lakukan apa yang
ingin Anda lakukan, apa yang Anda cintai. Imajinasi haruslah menjadi
pusat hidupmu." --- Ray Bradbury.

3. Pentingnya Pesan yang Ingin Disampaikan

Kadang ada pesan yang menurut anda sangat penting untuk disampaikan
kepada orang lain, atau kepada khalayak umum. Apapun pesan itu, namun
anda memiliki keyakinan tentang nilai pentingnya, maka saat menuliskan
akan memberikan energi atau ruh yang penuh. Tulisan akan lebih hidup
dan bernyawa, mampu memberi motivasi dan dorongan positif kepada
para pembaca.
Seorang guru yang sudah berpengalaman puluhan tahun mendidik siswa,
mengetahui beberapa kunci sukses siswa yang ---menurutnya--- harus
diketahui oleh orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya. Selama ini
ia mengamati dengan cermat faktor yang membuat siswa bisa sukses,
maka ia merasa bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan itu
16
kepada banyak kalangan, agar semakin banyak pelajar yang sukses. Jika
ia menuliskan pesan itu, akan membawa serta sisi emosi yang kuat dalam
tulisannya.
"Temukan alasan mengapa Anda harus menulis; Lihatlah apakah dia telah
mengakar dalam hatimu; Katakan pada dirimu bahwa Anda lebih baik mati
daripada dilarang menuliskannya." --- Rainer Maria Rilke.

4. Suasana Kejiwaan Saat Menulis

Saat menulis, ada suasana kejiwaan tertentu yang tengah anda hadapi.
Suasana ini bisa muncul secara alami sesuai kondisi yang anda hadapi,
namun bisa juga suasana itu dihadirkan secara sengaja. Ketika tengah
berada dalam suasana kejiwaan yang positif (good mood), akan muncul
tulisan yang bisa memunculkan sisi emosi. Namun jika suasana kejiwaan
sedang negatif (bad mood), tulisan yang muncul bisa negatif bahkan
destruktif.
Pada orang yang tengah jatuh cinta, suasana dirinya tengah berbunga-
bunga. Jika ia menulis, akan menghadirkan banyak “bunga-bunga” yang
indah dan menarik dalam tulisannya. Pada orang yang tengah mengalami
kebahagiaan, akan bisa membawa serta suasana bahagia itu ke dalam
tulisannya, sehingga akan terasa lebih “bernyawa”.

“Menulislah ---pada saat awal--- dengan hati. Setelah itu perbaiki tulisan
anda dengan pikiran. Kunci pertama dalam menulis adalah bukan berpikir,
melainkan mengungkapkan apa saja yang dirasakan”. –- William Forrester.
"Anda tidak bisa menunggu inspirasi. Anda harus mengejarnya dengan
pemukul." ---Jack London.

5. Inspirasi dari Orang Lain


Kadang kita mendapatkan motivasi dan inspirasi dari orang lain, baik
secara langsung atau tidak langsung. Misalnya, di bulan Ramadhan ini kita
mengikuti ceramah tarawih, dan sang penceramah menyampaikan materi
yang sangat inspiratif atau motivatif. Usai mendengar ceramah itu, anda
sangat tergerak untuk menuliskan, maka biasanya akan muncul tulisan
yang full energi dan hidup.
Inspirasi ini bisa juga anda dapatkan dari suatu tulisan atau buku, yang
menurut anda sangat menarik. Maka anda bisa menuliskan ulang dengan

17
bahasa anda sendiri, dengan penyampaian pesan dari sisi yang berbeda.
Tulisan anda akan cenderung memiliki ruh yang kuat, karena anda tengah
termotivasi oleh tulisan orang lain.
Terus terang, satu-satunya hal yang saya senangi saat naik pesawat Lion
Air adalah membaca Lion Magz, pada rubrik Wisdom On The Air. Sang
penulis, Jemy V. Confido sangat inspiratif bagi saya. Jemy selalu mampu
menulis artikel secara sangat menarik, dengan bahasa yang full energi.
Keterlibatan emosi tampak dalam semua tulisan Jemy, bahkan tak jarang
saya menulis ulang apa yang saya baca dari Wisdom On The Air itu.

"Baca, baca, baca. Baca semuanya –sampah, klasik, bagus dan jelek, dan
lihat bagaimana mereka melakukannya. Sama seperti tukang kayu yang
baru belajar. Baca! Anda akan menyerapnya. Kemudian tulis. Jika bagus,
Anda akan mengetahuinya. Jika tidak, lempar saja keluar jendela." ---
William Faulkner.
Saya yakin masih banyak sumber lainnya yang bisa menghasilkan
sentuhan emosi dalam tulisan. Sambil praktek menulis, coba temukan lebih
banyak lagi sumber kemunculan emosi positif dalam tulisan anda.

Selamat menulis.

18
5

Unsur-unsur
Yang Menghasilkan Tulisan
Dengan Ketajaman Emosi

“Saya menulis bukan untuk mendapatkan pujian dari orang


lain. Saya menulis karena saya ingin memberikan perspektif
dari apa yang saya pahami, kemudian saya tuliskan agar
bisa bermanfaat untuk orang lain. Inilah kunci mengapa saya
selalu bisa menghasilkan tulisan yang fresh dan juga
produktif”.

Seth Godin

19
Saya ingin berbagi tips, bagaimana agar bisa menulis dengan ketajaman
emosi. Kuncinya adalah : libatkan hati. Menulis dari dalam hati. Menulis
dengan hati.
Sekarang saya ajak anda memahami unsur-unsur yang bisa menghasilkan
tulisan dengan hati.

1. Luruskan Motivasi Menulis

Ini sangat penting dan fundamental dalam menghadirkan hati saat menulis.
Perhatikan ungkapan penulis novel "Drunken Mama", Pidi Baiq, berikut:

"Yang penting adalah menulis dari hati, lepaskan diri kita terhadap
motivasi-motivasi dari luar, misalnya motivasi agar tulisan kita diterbitkan di
koran atau diterbitkan oleh penerbit tertentu. Jika kita masih terperangkap
dalam hal-hal tersebut, kita tidak akan nyaman dan leluasa dalam
menulis."
Dalam menulis, awalnya Pidi hanya ingin memenuhi kepuasan bathin, tidak
lebih dari itu. Namun ketika tulisannya diterbitkan dan laku keras di
pasaran, ia menganggap itu hanya bonus.

2. Jangan Berorientasi Pujian

Justru akan menjadi beban dalam menulis, saat kita berharap pujian orang
setelah membaca tulisan kita.

Tulis saja hal yang ingin anda tulis. Jangan terbebani oleh keinginan
mendapat banyak pujian.

Seth Godin, penulis buku "The Big Red Fez: How To Make Any Web Site
Better" --- pernah ditanya, “Apa yang membuat anda konsisten dalam
menulis, dan bahkan tulisan anda seringkali menggemparkan pemikiran
orang pada umumnya?”

Dia menjawab, “Saya menulis bukan untuk mendapatkan pujian dari orang
lain. Saya menulis karena saya ingin memberikan perspektif dari apa yang
saya pahami, kemudian saya tuliskan agar bisa bermanfaat untuk orang
lain. Inilah kunci mengapa saya selalu bisa menghasilkan tulisan yang
fresh dan juga produktif.”
Poin pertama dan kedua di atas, dalam bahasa agama kita sebut sebagai
niat yang tulus ikhlas. Menulislah dengan ikhlas karena Allah.
20
3. Kejujuran

Jujurlah terhadap diri anda sendiri. Ini menjadi sumber yang sangat jernih
untuk menghasilkan tulisan dengan ketajaman emosi.
Vivi Jennifa dalam blog qureta. com menyatakan, "Jangan menulis tentang
nikmatnya cita rasa kopi, jika kau bahkan tak suka meminumnya. Jangan
menulis tentang bahagianya diguyur hujan, jika kau bahkan benci dibasahi
olehnya. Bahkan kau tak perlu menulis tentang politik dan pemerintah, jika
kau lebih suka nonton kartun daripada nonton berita, dan membaca koran".
4. Rasakan Apa yang Anda Tulis

Saat menulis, rasakan apa yang anda tulis. Perasaan anda membimbing
untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Rasakan tulisan anda.
Jamil Azzaini menyampaikan pesan, "Tulislah dengan panca inderamu,
tulis apa yang kamu dengar, tulis apa yang kamu lihat, tulis apa yang kamu
rasa dan rasakan apa yang kamu tulis".
5. Ketahui "Who" dan "Do"
Definisikan untuk siapa anda menulis, dan hal apa yang anda harapkan
dilakukan oleh pembaca setelah membaca tulisan anda.

Chase Reeves, seorang writerpreneur dan co-founder Fizzle.co ditanya,


“bagaimana menulis dengan hati?”

Ia menjawab, “Formula yang saya gunakan untuk dapat menulis dengan


hati sederhana, yaitu : Who dan Do. Who berarti kita mengetahui untuk
siapa kita menulis. Sementara Do berarti kita memiliki pesan atau tujuan
apa yang harus dilakukan oleh pembaca setelah membaca tulisan kita
tersebut.”

21
6. Perbanyak Membaca

Menulis dengan hati akan semakin bisa kita lakukan apabila banyak
membaca. Jangan malas membaca, itu akan memperkaya khazanah
pengetahuan kita.

Jamil Azzaini menyarankan, "Banyaklah membaca agar kosa katamu


bertambah".
7. Nikmati Suasana Menulis

Terakhir, bagaimanakah kita mengetahui apakah saat menulis sudah


menggunakan hati atau belum? Hal ini dijawab oleh Anton Ardiyanto dalam
blog Pojok Menulis.
"Apakah anda menikmati saat menulis sebuah artikel atau tidak? Kalau
anda merasa terhambat dan tidak menikmatinya, mungkin itu karena anda
lupa melibatkan hati anda".
Selamat menulis dengan hati. Tulisan dari hati, akan sampai ke hati.

22
Kata Penutup

“Aku menulis puisi: karena kesedihan tidak bisa menuliskan


dirinya sendiri; karena petaka tidak bisa mengabarkan
gaduhnya sendiri”.

Lenang Manggala

23
Sangat banyak alasan dan tujuan menulis. Anda tidak akan kekurangan
alasan dan tujuan menulis. “Katakan pada dirimu bahwa lebih baik kamu
mati daripada dilarang menuliskannya" ---Rainer Maria Rilke.
Kuncinya ada pada dirimu sendiri. “Mau jadi pengarang? Tak ada jalan lain
kecuali membaca membaca, membaca terutama karya para sastrawan
terkemuka dan menulis menulis menulis. Ikut workshop hanya penunjang,
begitu pula teori-teori itu, komunitas untuk mengingatkan tekad, saling
menyemangati, berbagi pengalaman. Tak seorangpun bisa menjadikan
dirimu sebagai penulis/pengarang kecuali dirimu sendiri” ---Helvy Tiana
Rosa.

Jangan berhenti menulis karena menunggu inspirasi. "Anda tidak bisa


menunggu inspirasi. Anda harus mengejarnya dengan pemukul" --- Jack
London.
Ide dan inspirasi bisa diperoleh dari berbagai hal. "Anda mendapatkan ide
dari mengkhayal. Anda mendapatkan ide dari rasa bosan. Anda
mendapatkan ide setiap saat. Perbedaan penulis dengan orang lainnya
adalah kita sadar saat kita melakukannya" ---Neil Gaiman.

Mengapa kita harus menulis? “Aku menulis puisi: karena kesedihan tidak
bisa menuliskan dirinya sendiri; karena petaka tidak bisa mengabarkan
gaduhnya sendiri” ---Lenang Manggala.
Dan, mengapa kita tetap menulis? “Mengapa saya menulis? Mungkin
karena saya ingin selalu mendekapmu erat lewat kata-kata” ---Helvy Tiana
Rosa.

24
Biodata Penulis

Nama : Cahyadi Takariawan, S.Si., Apt.


Panggilan : Pak Cah
Lahir : Karanganyar, 11 Desember 1965

Pendidikan :
1. SD, SMP dan SMA Negeri di Karanganyar, Jawa Tengah
2. Fakultas Farmasi UGM
3. Pendidikan Profesi Apoteker UGM
4. Program Pendidikan Reguler Angkatan 45 (PPRA - XLV) Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI tahun 2010

Pengalaman Organisasi :
1. Senat Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM (1986/1987)
2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta (1986/1988)
3. Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Jama'ah Shalahuddin UGM (1986/1989)
4. Yayasan Peningkatan dan Pengembangan Sumber Daya Umat (YP2SU)
5. Era Intermedia Author Club (ErAC)
6. Forum Lingkar Pena (FLP)
7. Jogja Family Center (JFC)
8. IKAL – XLV (Ikatan Alumni Lemhannas RI – 45)

Aktivitas :
1. Bapak Rumah Tangga
2. Senior Editor di Lembaga Penerbitan PT Era Adicitra Intermedia
3. Penulis buku
4. Konselor di Jogja Family Center (JFC) dan Rumah Keluarga Indonesia (RKI)
5. Trainer di Wonderful Family Institute
6. Pengelola Balai Belajar Masyarakat (BBM)
7. Pengasuh Pengajian PERMATA (Pernik-pernik Rumah Tangga)

Email : cahyadi.takariawan65@gmail.com
Blog :
1. www.keluarga.or.id
2. http://kompasiana.com/PakCah

Facebook : cahyadi.takariawan (fanspage)


Twitter : @PakCah
Instagram : @cahyadi_takariawan

25
Isteri : Ida Nur Laila
Anak-anak : 3 laki-laki dan 3 perempuan

Buku yang ditulis :


1. Pernik-pernik Rumah Tangga Islami
2. Menjadi Pasangan Paling Berbahagia
3. Agar Cinta Menghiasi Rumah Tangga Kita
4. Wonderful Family, Merajut Kebahagiaan Keluarga
5. Wonderful Husband
6. Wonderful Wife
7. Wonderful Couple
8. Wonderful Journeys for A Marriage
9. Wonderful Marriage
10. Wonderful Love
11. Dan lain-lain, lebih 40 judul buku.

Penghargaan :

1. Penulis Buku Berbahasa Indonesia Terbaik dari Pusat Bahasa Depdiknas RI


tahun 2006
2. Peraih Penghargaan Kompasianer Favorit (Best People Choice) dari
Kompasiana tahun 2014

26
Daftar Bacaan

AS. Haris Sumadiria, 2010, Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature,
Jakarta, Simbiosa Rekatama Media

Carmel Bird, 2001, Menulis Dengan Emosi, Bandung, Kaifa

Didik Komaidi, 2007, Aku Bisa Menulis, Jakarta, SabdaMedia

Gorys Keraf, 2004, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Hasan Alwi dkk, 1998, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI, Jakarta

Herman RN, 2009, Konsep Bahasa Nasional dan Bahasa Negara, dalam : lidahtinta,
7/11/2009

R.S. Kurnia, 2007, Menulis Artikel Ilmiah Populer, dalam : Website Pelitaku,
19/11/2007

Slamet Soeseno, 1982, Teknik Penulisan Ilmiah-Populer, Jakarta, Gramedia Pustaka


Utama

27

Anda mungkin juga menyukai