Diskusi3 Eksi4205
Diskusi3 Eksi4205
NIM : 051498219
Prodi : Manajemen
Dalam situasi krisis keuangan global dengan aliran modal keluar besar, depresiasi mata uang,
dan kelangkaan likuiditas, Bank Indonesia (BI) perlu mengambil langkah tegas untuk
menjaga stabilitas moneter dan sistem pembayaran. Berikut beberapa respons kebijakan yang
dapat dilakukan:
Kebijakan Moneter:
● Meningkatkan Suku Bunga: BI dapat menaikkan suku bunga acuan (BI-7days Repo
Rate) untuk merespon inflasi dan menarik kembali modal asing. Hal ini bertujuan
untuk mengendalikan laju pertumbuhan uang dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
● Operasi Pasar Terbuka: BI dapat melakukan operasi pasar terbuka melalui pembelian
atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Pembelian SBN akan
● Intervensi Nilai Tukar: BI dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk
menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Intervensi ini dapat
dilakukan melalui pembelian atau penjualan mata uang asing di pasar spot maupun
derivatif.
Stabilitas Sistem Pembayaran:
bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini dapat dilakukan melalui
bank-bank untuk memastikan mereka memiliki modal dan cadangan likuiditas yang
Langkah-langkah Konkret:
● Membentuk Satuan Tugas Krisis: BI dapat membentuk Satuan Tugas Krisis yang
beranggotakan para ahli dari berbagai institusi untuk merumuskan dan melaksanakan
menjaga kepercayaan dan ekspektasi pasar. Hal ini dapat dilakukan melalui konferensi
● Melakukan Stress Testing: BI perlu melakukan stress testing untuk menguji ketahanan
sistem keuangan terhadap berbagai skenario krisis. Hasil stress testing ini dapat
dianggap perlu untuk menjaga stabilitas moneter dan sistem pembayaran, seperti:
prioritas.
menghadapi krisis.
● Bekerja sama dengan bank sentral negara lain untuk melakukan koordinasi kebijakan
moneter.
2. Respons OJK Terhadap Tekanan Pada Lembaga Keuangan di Masa Krisis Global
Di tengah krisis keuangan global dengan tekanan pada lembaga keuangan, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) perlu mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan
terhadap sistem keuangan, khususnya pada sektor lembaga keuangan non-bank (IKNB) dan
pengawasan terhadap IKNB dan pelaku pasar modal untuk memastikan mereka
mematuhi peraturan dan memiliki tata kelola yang baik. Hal ini dapat dilakukan
● Memperkuat Regulasi: OJK dapat memperkuat regulasi yang mengatur IKNB dan
pasar modal untuk meningkatkan ketahanan sistem keuangan terhadap krisis. Hal ini
dapat mencakup aturan terkait rasio kecukupan modal, batas konsentrasi investasi, dan
● Menindak Tegas Pelanggaran: OJK perlu menindak tegas pelanggaran yang dilakukan
oleh IKNB dan pelaku pasar modal untuk menegakkan disiplin pasar dan melindungi
investor.
pelaku pasar modal, dan investor untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat
terkait kondisi pasar dan langkah-langkah yang diambil OJK. Hal ini dapat dilakukan
khususnya investor, tentang literasi keuangan dan cara berinvestasi yang aman di
tengah krisis. Hal ini dapat dilakukan melalui program edukasi, sosialisasi, dan
Hal ini dapat dilakukan melalui pinjaman repo atau pemberian fasilitas kredit lainnya.
IKNB dan pelaku pasar modal melalui berbagai instrumen, seperti obligasi subordinat
dan sukuk.
kebijakan lain untuk membatasi pergerakan pasar yang berlebihan dan mencegah
kepanikan investor.
● Membeli Saham Kembali: OJK dapat bekerja sama dengan lembaga lain untuk
membeli kembali saham emiten yang mengalami penurunan harga yang signifikan
● Mendorong Merger dan Akuisisi: OJK dapat mendorong merger dan akuisisi antar
● Melakukan Kampanye Publik: LPS perlu melakukan kampanye publik secara masif
untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang peran dan fungsinya dalam menjamin
simpanan nasabah bank. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti iklan,
kondisi keuangan bank dan program penjaminan simpanan. Hal ini dapat dilakukan
masyarakat tentang pentingnya menabung di bank yang terdaftar di LPS dan batas
simpanan untuk memastikan ketersediaan dana yang memadai untuk membayar klaim
nasabah bank yang gagal. Hal ini dapat dilakukan dengan memungut premi yang lebih
simpanan untuk melindungi lebih banyak nasabah, termasuk nasabah bank syariah dan
untuk memastikan nasabah dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan haknya jika
bank secara intensif untuk mengidentifikasi bank-bank yang berisiko tinggi gagal
bayar.
● Memfasilitasi Merger dan Akuisisi: LPS dapat memfasilitasi merger dan akuisisi antar
● Berkoordinasi dengan BI: LPS perlu berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk
lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF untuk mendapatkan bantuan teknis
dan pendanaan.
● Penerapan Program Penjaminan Sisa Hasil Usaha (Sisa HU): LPS dapat menerapkan
program penjaminan sisa hasil usaha (Sisa HU) untuk memberikan perlindungan
pembentukan lembaga penjamin dana bank yang terpisah dari LPS untuk fokus pada
penjaminan berbasis risiko yang memberikan premi yang lebih tinggi kepada bank
yang berisiko tinggi dan premi yang lebih rendah kepada bank yang berisiko rendah.
Strategi dan mekanisme yang diterapkan LPS perlu disesuaikan dengan kondisi krisis dan
situasi ekonomi Indonesia. LPS juga perlu terus berinovasi dan meningkatkan efektivitas
perbankan.
4. Koordinasi BI, OJK, dan LPS dalam Menangani Krisis Keuangan Global
Koordinasi yang efektif antara Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sangat penting untuk menangani krisis keuangan global dan
meminimalkan dampaknya terhadap ekonomi domestik. Berikut beberapa poin penting terkait
koordinasi tersebut:
● Ketiga lembaga perlu saling bertukar informasi dan data secara real-time untuk
perkembangan krisis.
● Hal ini dapat dilakukan melalui rapat koordinasi yang rutin, pembentukan platform
komunikasi bersama, dan pengembangan sistem berbagi data yang aman dan
terintegrasi.
● Ketiga lembaga perlu bekerja sama untuk merumuskan strategi yang terkoordinasi
● Strategi ini harus mencakup langkah-langkah untuk mengatasi berbagai aspek krisis,
keuangan.
● Dalam merumuskan strategi, perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti
dampak krisis terhadap sektor keuangan dan sektor riil, serta kondisi ekonomi global
dan domestik.
● Masing-masing lembaga perlu memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam
● BI dapat fokus pada kebijakan moneter dan stabilitas nilai tukar rupiah, OJK dapat
fokus pada pengawasan dan regulasi sektor jasa keuangan, dan LPS dapat fokus pada
● Koordinasi yang jelas dan pembagian tugas yang efektif akan membantu memastikan
bahwa semua langkah yang diambil berjalan dengan efisien dan sinergis.
● Ketiga lembaga perlu melakukan komunikasi publik yang efektif untuk memberikan
informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat tentang situasi krisis dan
● Membangun kepercayaan dan kerja sama yang kuat antar lembaga sangat penting
● Hal ini dapat dicapai melalui dialog terbuka, saling menghormati, dan komitmen
Sinergi dan koordinasi yang kuat antara BI, OJK, dan LPS sangat penting untuk:
● Mempercepat respons terhadap krisis: Dengan bekerja sama, ketiga lembaga dapat
lembaga akan saling memperkuat dan melengkapi satu sama lain, sehingga
mencegah krisis sistemik dan menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
ketiga lembaga dapat membantu meredam dampak krisis terhadap sektor keuangan,
Koordinasi yang efektif antara BI, OJK, dan LPS merupakan kunci untuk menangani krisis
keuangan global secara efektif dan meminimalkan dampaknya terhadap ekonomi domestik.
Sinergi dan kerja sama yang kuat antar lembaga sangat penting untuk memastikan respons
yang cepat, tepat, dan terukur terhadap krisis, serta untuk menjaga stabilitas sistem keuangan
Referensi :
● Modul Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank/ EKSI4205 (modul 3, kegiatan
belajar 2)
● https://www.lps.go.id/
● https://www.bi.go.id/
● https://www.imf.org/en/Countries/IDN
● https://www.ojk.go.id/