Anda di halaman 1dari 73

101 Riwayat

Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

Muhammad Rezki Hr
Diperbolehkan memperbanyak buku ini
dengan syarat: tidak dikomersilkan dan
tidak mengubah isi buku.


ii 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

Penulis Muhammad Rezki Hr

Editor & Layout Isi Bayu Prayuda

Desain Cover Audita Sarah Amulia

Cetakan Pertama Dzulhijjah 1443 H/Juli 2022

Kantor Yayasan Indonesia


Bertauhid, Sleman, D.I.Yogyakarta.
0895376603093
indonesiabertauhid.com


101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu iii


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

iv
Kata Pengantar
‫احلمد هلل و الصالة و السالم عىل رسول هللا‬
Buku ini memuat 101 riwayat tentang adab menuntut
ilmu. Yang dimaksud riwayat dalam konteks ini terdiri
dari ayat Al-Quran, hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, perkataan para ulama dari generasi awal, dan
juga perkataan ulama dari zaman belakangan.
Riwayat-riwayat tersebut dikumpulkan dari kitab-kitab
berikut:

1. Al-Jami' li Akhlaqir Rowi karya Al-Khatib Al-


Baghdadi.
2. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim karya Al-Qodhi
Ibnu Jamaah.
3. Ta'limul Muta'alim karya Imam Az-Zarnuji.
4. Hilyah Tholibil 'Ilmi karya Syaikh Bakr Abu Zayd.
5. Al-Mu'lim bi Adabil 'Alim wal Muta'alim karya Syaikh
Ali Hasan Al-Halabi
Semoga Allah merahmati mereka semua.
Kami bermohon kepada Allah agar Allah berkenan
menjadikan buku ini bisa memberikan panduan bagi
para penuntut ilmu dan bisa membawa manfaat bagi
penulis dan para pembacanya.
Kata Pengantar

“Dan Tuhanmu yang menciptakan apa yang Dia


kehendaki dan Dia-lah yang memilih.”1
1. QS. Al-Qasas: 68

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu v


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

vi
Daftar Isi

Kata Pengantar................................ v

Tentang Pentingnya Mempelajari


Adab Menuntut Ilmu......................... 1

Tentang Adab Penuntut Ilmu pada


Dirinya Sendiri.................................. 5
• Meluruskan niat .......................................................5
• Apa niat dalam mencari ilmu?..................................7
• Membersihkan hati...................................................8
• Mengingat keutamaan ilmu agar termotivasi ...........9
• Totalitas dalam menuntut ilmu.................................12
• Mencari cara agar tidak bosan, semisal liburan.........13
• Hendaknya memiliki sifat-sifat terpuji.....................14
• Mendatangi ilmu......................................................14
• Tidak malu mengambil ilmu meskipun dari yang
lebih muda................................................................15
• Terbiasa dengan kehidupan yang sederhana.............15
• Belajar sejak dini.......................................................16
• Menunda menikah jika lebih bermaslahat................16
• Hendaknya pandai dalam membagi waktu...............17
• Memanfaatkan waktu malam ...................................18
• Hendaknya penuntut ilmu tidak terlalu banyak makan
19
Daftar Isi

• Memilah dan Memilih makanan..............................19

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu vii


• Tidak banyak tidur....................................................21
• Memperhatikan gaya berpakaian..............................21
• Meminta pertolongan dengan memperbanyak shalat
22
Tentang Adab Penuntut Ilmu pada
Gurunya............................................ 25
• Bersegera memanfaatkan keberadaan para ulama.....25
• Berupaya memilih guru.............................................26
• Menghormati para ulama dan bersikap tawadhu'
di hadapan mereka....................................................28
• Tidak mencari-cari kesalahan guru...........................29
• Memanggil guru dengan panggilan penghormatan..29
• Melayani guru dan berkhidmat kepada guru.............30
• Bersabar atas berbagai kekurangan guru...................31
• Senantiasa berterima kasih kepada guru....................31
• Meminta izin kepada Syaikh.....................................32
• Hendaknya sopan ketika duduk di hadapan guru.....33
• Hendaknya memperhatikan adab berbicara kepada
guru...........................................................................35
• Adab ketika mendengar faedah dari guru.................38
• Perhatikan adab berjalan bersama guru,....................39
• Berterima kasih kepada guru.....................................40
• Jangan sampai menyakiti guru..................................41
Tentang Adab Penuntut Ilmu pada
Majelis Pelajarannya........................ 43
• Belajar secara bertahap..............................................43
Daftar Isi

• Berupaya selalu konsisten untuk hadir dalam


pelajaran....................................................................45

viii 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


• Duduk di tempat terakhir.........................................45
• Tidak meminta orang lain untuk berdiri lalu duduk
di tempatnya.............................................................45
• Melapangkan tempat untuk yang datang
belakangan................................................................46
• Tidak duduk di antara dua orang kecuali diizinkan..46
• Tidak duduk di tengah-tengah halaqah....................47
• Jika ada yang berdiri meninggalkan majelis, lalu dia
kembali, dia lebih berhak untuk duduk di tempat
semula.......................................................................47
• Menghindari gaya duduk yang dimurkai..................48
• Hendaknya tidak malu bertanya dan memperhatikan
adab bertanya............................................................48
• Tidak terlambat mendatangi pelajaran......................49
Tentang Adab Penuntut Ilmu pada
Kitab dan Aktivitas Menulis.............. 51
• Bersemangat untuk mencatat....................................51
• Hendaknya bersemangat atas kitab...........................52
• Memuliakan kitab dengan memperhatikan
penempatannya.........................................................52
• Mendoakan penulis kitab yang diambil faedahnya....54
• Tulislah salawat dengan lengkap...............................55
• Mendoakan orang-orang saleh..................................55
• Menulis dengan rapi.................................................56
• Meminta izin dalam mencatat..................................56
Profil Indonesia Bertauhid............... 59
• Berikut Keutamaan Tauhid:.....................................60
Daftar Isi

Daftar Akun Sosial Media................. 61

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu ix


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

x
Bab 1

Tentang Pentingnya
Mempelajari Adab
Menuntut Ilmu

1. Para salaf mempelajari adab secara khusus.


Abdullah bin Sirrin berkata:
ْ ْ َ َّ َ ْ َ َّ َُ
.‫كن ْوا َي َت َع ُلون َال ْد َي َكا َي َت َع ُل ْون ال ِع َل‬
“Mereka belajar adab sebagaimana mereka belajar ilmu.”

2. Mereka belajar adab selama bertahun-tahun lamanya.


Sebagaimana dikatakan oleh Al-Hasan Al-Bashri,

Tentang Pentingnya Mempelajari Adab Menuntut Ilmu


َ
ِّ �َّ ُ‫الس ِن ْ ي نَ� ث‬
�َ‫الس ِن ْ ي ن‬ ِّ ‫الر ُج ُل َل َي ْخ ُر ُج ِ ف� أ َدب َي ْك ِس ُب ُه‬
َّ ‫ِإ ْن َك َن‬
ٍ ‫ي‬
“Sesungguhnya seorang laki-laki telah berhasil mendapatkan
adab yang luhur sesudah dia belajar dan melatih diri selama
bertahun-tahun.”

3. Juga sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Mubarak,


َ‫ُ َ َّ َ ْ أ‬
َ�‫ َو َت َع َّ ْل َنا ْال ِع ْ َل ِع شْ� ن‬،‫ال َد َب َث َل ِث ي نَ� َع ًاما‬
‫ِي‬ ‫تع ْلنا‬
“Kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun,

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 1


sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”1

4. Para salaf ketika mendatangi para guru, mereka tidak


hanya mengambil ilmunya, tapi juga mengambil
adabnya sebagaimana dikatakan oleh Habib bin Asy-
Syahid,
َ ْ ُ
‫ـم ِم نْ ُ�ـ ْـم َوخــذ ِمـ ْـن أ َد ِب ِ�ـ ْـم؛‬ َ ‫ـاء َو ْال ُع َ َلـ‬
ْ َّ ‫ـاء َو َت َعـ‬ َ ‫صــب ْال ُف قَ َ�ـ‬
َ ْ ِ‫ـى! ا‬
َّ‫َ ي� ُبـ نَ ي‬
ِ
ْ َ ْ َ ْ َ ْ َّ َ ُّ َ َ َ َ َّ َ
‫ـث‬ِ ِ ‫ـر ِمــن‬
‫ـ‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ال‬ ٍ ‫فـ ِـإن ذ ِلــك أحــب ِإ يل ِمــن ك ِثـ ي‬
“Wahai anakku, berkawanlah dengan para fuqaha dan
ulama, belajarlah dari mereka, dan ambillah adab mereka,
karena hal itu lebih aku sukai daripada banyak hadits.”

5. Contohnya adalah majelis Imam Ahmad.


Adz-Dzahabi berkata,
َ‫َ ن‬ َ َ َ
‫� َسـ ِـة آل ٍف أ ْو َ ي ز ِ�يـ ُـدون ْ�ـ َـو‬ ْ َ‫ـاء خ‬
ُ ‫حـ َـد ُز َهـ‬َ ْ ‫َك َن ي َ ج ْ� َت ِمـ ُـع ِ ف� َ ج ْم ِلــس أ‬
ََ ‫َ ْ أ‬ ِ ‫ي‬
َ َّ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ‫خ‬
‫ َوال َباقــون َي َت َع ُلــون ِم ْن ُــه ُح ْســن الد ِب‬،‫ــس ِمائ ٍــة َيك ُت ُبــون‬ ِ �
َّ ‫َو‬
‫السـ ْـم ِت‬
Tentang Pentingnya Mempelajari Adab Menuntut Ilmu

“Yang menghadiri majelis Imam Ahmad ada sekitar 5000


orang atau lebih. 500 orang menulis (pelajaran) sedangkan
sisanya hanya mengambil contoh keluhuran adab dan
kepribadiannya.”2

6. Pelajaran adab lebih didahulukan daripada pelajaran


ilmu.
Imam Malik pernah berkata pada seorang pemuda

1. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


2. Siyaru A’lamin Nubala’ 21/373, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah

2 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Quraisy,
ْ ْ َّ َ ْ َ َ َ َ‫َ َّ ْ أ‬
‫ت َع ْل ال َد َب ق ْبل أن ت َت َع َل ال ِع َل‬
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

7. Sebagian Ulama berkata,


َ�‫ـب إ َ َّل ِمـ ْـن َأ ْن َت َت َع َّ َل َسـ ْـب ِع ْ ن‬ُّ َ َ َ َ‫َ ُ َ َ أَ ْ َ َ َّ َ ً ْ أ‬
‫ي‬ ‫ـم ب� ب� ِمــن الد َ ِب أحـ ِ ي‬ َّ‫ي� بـ ن ي‬
َ ‫ـى! لن تعـ‬
ْ ْ َ ْ ْ ًَ
.‫اب ال ِع ِل‬ ِ ‫ب� ب� ِمــن أبــو‬
“Wahai anakku, aku lebih menyukai kamu belajar satu bab
dari adab dibandingkan tujuh puluh bab ilmu.”

8. Makhlad bin Husain3 berkata kepada Abdullah bin


Mubarrak,

ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َ‫نَ ْ ُ َ َ ْ َ ْ أ‬
.‫�ن ِإل ك ِث ي ٍ� ِمن الد ِب أحوج ِمنا ِإل ك ِث ي ٍ� ِمن ال ِدي ِث‬
“Kita lebih memerlukan banyak adab dibandingkan banyak
hadits.”

Tentang Pentingnya Mempelajari Adab Menuntut Ilmu


9. Di antara alasan kenapa harus belajar adab terlebih
dahulu sebagaimana dikatakan oleh Yusuf bin Al-
Husain,
ْ ْ ْ َ َ‫ْ أ‬
‫ِب�ل َد ِب ت ف َ� ُم ال ِع َل‬
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah
memahami ilmu.”4

3. Abu Muhammad Makhlad bin Husain al-Azdi. Abu Dwaud berkata, “Orang paling
berakal pada zamannya.” Ada yang berkata, Ia wafat tahun 191 H, ada yang berkata,
196H. Lihat Syiar A'lam an-Nubala', 9/236
4. Iqtidhā al-‘ilmi al-‘amal, karya al-Khatīb al-Baghdādī, hal. 31‫س‬

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 3


10. Burhanuddin az-Zarnuji berkata,
ْ ْ َ َ َ َ ‫ْ ْ ف‬ َّ ُ
‫ـرا ِمـ ْـن طــا ِب ال ِعـ ِـم ِ� ز َما ِن َنــا ي ِج�ـ ُـدون إل ال ِعـ ِـم‬ ُ ‫َف َ َّلــا َر َأ ْيـ‬
ً ‫ـت َك ِثـ ي‬
َّ َ
ُ ْ‫النــرش‬ ُ ْ َ َ َ َ ْ ‫ــون َ[وم‬ َ ُ َ ََ
‫ــه و‬ِ ‫ه ال َع َمــل ِب‬ ِ ‫ــه َو ث َ� َرا ِت‬
ِ ‫ــه و‬ ِ ‫ــن َمن ِاف ِع‬ ِ ‫ولي ِصل‬
َ َ َ‫َ َ ُ َ َت َ ُ ش‬ ُ َ ْ َ َ َ َ
‫�ا ِئطـ ُـه‬ ‫ي ْ� َر ُمــون] ِ َلــا أ نَّ ُ�ـ ْـم أخطــأوا ط ِريقــه و�كــوا‬
“Ketika saya perhatikan para pelajar di zaman kita ini,
sebenarnya mereka telah bersungguh sungguh dalam
mencari ilmu, tetapi banyak dari mereka yang tidak
memperoleh manfaat dan faedah dari ilmu tersebut,
yakni berupa pengamalan dari ilmu tersebut dan
menyebarkannya. Hal ini terjadi karena cara yang
mereka tempuh dalam menuntut ilmu salah dan mereka
meninggalkan syarat-syaratnya.”5
Tentang Pentingnya Mempelajari Adab Menuntut Ilmu

5. Mukadimah Ta'limul Muta'alim

4 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Bab 2

Tentang Adab
Penuntut Ilmu pada
Dirinya Sendiri

Meluruskan niat
11. Hendaknya penuntut ilmu senantiasa meluruskan
niatnya dalam menuntut ilmu.
Nabi n bersabda,
َ َ َ َُْ
‫السـهف َ َاء أ ْو‬
ُّ ‫ـاء أ ْو ِل يُ� َمــار َى بـ ِـه‬
ِ ِ َ ْ ‫ـب ْال ِعـ‬
َ ‫ـم ِل ُي َجــار َى بـ ِـه الع َلـ‬
ِ ِ
َ ‫َمـ ْـن َط َلـ‬
َّ ‫الل‬
‫النـ َـار‬ ُ َ ‫النــاس إ َل ْيـ ِـه َأ ْد َخـ‬
ُ َّ ‫ـه‬ َّ ‫ـوه‬ َ ‫ـر َف بـ ِـه ُو ُجـ‬ َ
ِ ِ ْ ‫يـ‬
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri
ِ ِ
“Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat orang-
orang bodoh, untuk menyaingi para ulama, atau agar
memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, niscaya
Allah memasukkannya ke dalam beraka.”6

6. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2654; al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/86; Ibnu Adi
dalam al-Kamil, 1/326 dari hadits Ka'ab bin Malik 4 secara marfu'.

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 5


12. Beliau juga bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh
Abu Hurairah,

َ َّ ‫ َو َر ُج ٌــل َت َع‬..... ‫ــه‬ َ ْ َّ ‫إ َّن َأ َّو َل‬


َ‫النــاس ُي ْق ض‬
‫ــم‬ ِ ‫ــة َعل ْي‬ِ ‫ــى َي ْــو َم ال ِق َي َام‬ ِ ِ
ََ ‫ْ ْ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ت َ َ َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َ َ فَ َ َ َ ف‬
‫ال ِعــم وعلــه وقــرأ القــرآن فــأ ِ� ِبـ ِـه فعرفــه ِنعمــه فعر�ــا قــال �ــا‬
َ ُْ َ ْ َ َّ َ ْ ْ ُ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ
.‫ـم َو َع ْل ُتـ ُـه َوقـ َـرأ ُت ِفيــك القـ ْـرآن‬ ‫ِعلــت ِف ي�ــا قــال تعلــت ال ِعـ‬
َ ُْ ْ َ ٌ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ
‫ َوقـ َـرأ َت الق ْرآن‬.‫ـال‬ ِ ‫قــال كذبــت ول ِكنــك تعلــت ال ِعــم ِليقــال عـ‬
َ َ ُ ُ َ ْ ََ ٌ َ ُ َ َ
‫� ِــه‬ ِ ‫ فقــد ِقيــل ث َّ� أ ِم َــر ِب ِــه ف ُس‬.‫ــارئ‬
‫ــح َب َعــى َو ْ ِج‬ ِ ‫ِل ُيقــال ه َــو ق‬
َّ �‫ـى ف‬
‫النـ ِـار‬ َ ‫َحـ َّتـى ُأ ْلـ ق‬
ِ ِ
“Sesungguhnya manusia pertama yang urusannya
diputuskan pada Hari Kiamat -Nabi menyebutkan tiga
orang dan di dalamnya disebutkan-: Seorang laki-laki
yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca
al-Qur'an, dia didatangkan, Allah mengingatkannya
terhadap nikmat-nikmatNya, maka dia mengakuinya.
Allah bertanya, 'Apa yang kamu lakukan padanya?'
Dia menjawah, 'Aku belajar ilmu dan mengajarkannya
karenaMu, aku membaca al-Qur'an karenaMu. Allah
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

berfirman, 'Kamu berbohong, akan tetapi kamu belajar


ilmu agar dikatakan, 'Orang yang berilmu.' Kamu pun
telah mendapatkan gelar tersebut. Lalu diperintahkan
untuk menyeretnya (tersungkur) di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke dalam api neraka.”7

13. Hammad bin Salamah berkata,


َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ
‫ال ِد ْيث ِلغ ْي ِ� هللاِ ت َعال ُم ِك َر ِب ِه‬ ‫من طلب‬
7. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1905; dan an-Nasa'i, no. 3137, dari hadits Abu Hurairah

6 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


“Barangsiapa menuntut hadits karena selain Allah, maka
ia akan dijadikan malapetaka baginya.”

14. Sufyan bin Uyainah berkata,


َ ْ َ َّ ُّ ُ ‫ــم ْال ُق ْــرآن َف َ َّلــا َقب ْل‬ َ‫ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُ ف‬
�‫ــن أ ِب ي‬ ‫ ِم‬- ‫الــرة‬ ‫ــت‬ ِ ِ َ ْ
� ‫كنــت قــد أو ِتيــت‬
َ
‫ ُســ ِل ْب ُت ُه‬- ‫َج ْعف ٍــر‬
“Aku telah diberikan pemahaman al-Qur'an, manakala aku
menerima kantong uang dari Abu Ja'far, maka pemahaman
tersebut diambil dariku.”

Apa niat dalam mencari ilmu?


15. Niat yang benar dalam menuntut ilmu menurut imam
Az-Zarnuji adalah sebagai berikut,
َ َ َ ‫ـم ب َط َلــب ْالعـ ْـم ر‬
‫الضــاهللاِ ت َعــى َوالـ َّـد َار‬ ُ ِّ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ‫َ َ ْ َ غ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫و ي�بـ ِـى ان ينـ ِـوى التعـ‬
ْ
ُ ‫ال ْهــل َعـ ْـن َن ْف ِسـ ِـه َو َعـ ْـن َسـ ئ ِـا� ج‬
َ ‫ال َّهــار َوإ ْح َيـ‬ َ ‫ال ْ ج‬
َ‫ْ َ َ َ َ َ َ ة‬
‫ـاء‬ ِ ِ ِ ِ ‫ال ِخــرة و ِإز‬
َ ْ َ َ ْ َ َ‫ِّ ن‬
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri
‫ـاء ِإال ْســا ِم‬ ‫الــد ي� و ِإبقـ‬
“Semestinya seorang penutut ilmu mempunyai niat untuk
mencari keridhaan Allah Ta’ala, agar mendapat pahala
kelak di akhirat, menghilangkan kebodohan yang ada pada
dirinya dan kebodohan orang-orang yang masih bodoh,
serta berniat menghidupkan dan melanggengkan agama
islam.”8

8. Ta’limul Muta’alim Pasal 2

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 7


Membersihkan hati
16. Hendaknya penuntut ilmu berupaya membersihkan
hatinya dari kotoran hati, karena hati merupakan
tempat ilmu.
Ibnu Jamaah berkata,
ْ َ ْ ُ َ َ َ ِّ ِّ ُ َ َ ْ ُ ُ‫َ َ َّ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ض‬
‫ـب‬ ِ ‫ و ِعبــادة القلـ‬،‫ـر‬ ‫ صــاة الـ‬-‫كــا قــال بع�ــم‬- ‫فإفـ ِـإن ال ِعــم‬
ْ ُ ُ
،‫َوق ْر َبــة ال َب ِاطـ ِـن‬
َّ َّ َ ‫ـاد ُة ْ ج‬ َ ‫ه ِع َبـ‬ َّ ُ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ
‫ ِإل‬-‫الـ َـو ِار ِح الظ ِاهـ َـر ِة‬ َ ‫الـ ِت ي ِ ي‬- ‫وكــا ل تصلــح الصــاة‬
ُْ ْ ُّ َ َ َ َ َ َ َْ َ‫ْ ْ َ َ َ خ‬ َّ َ
‫ـث؛ فكذ ِلــك ل ي ِصــح ال ِعــم‬ ِ ‫ِبط َهـ َـار ِة الظ ِاهـ ِـر ِمــن الــد ِث والبـ‬
َ ِّ َ ْ َ َ َ َ َّ َْْ ُ َ َ َ ُ َّ
‫ــات‬ ِ ‫الصف‬ ‫ــث‬ِ ‫ــن خ ِب‬ ‫ــه ع‬ِ ‫ إل ِبطهار ِت‬-‫ــب‬ ِ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ة‬ ‫ــاد‬‫ب‬ ‫ع‬
ِ ‫ــو‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ــذ‬
ِ ‫ال‬
َ ْ َ‫ْ أ‬
َ ِ ‫َو َحـ َـد ِث َم َسـ ِـاو ِئ الخــا ِق ور ِد‬
.‫ي�ــا‬ ‫ئ‬ َ َ
َ َ‫َ ْ أ‬ ُ ‫� َــر ْت َ َ� َك ُت‬ َ‫َ َ ُ ِّ َ ْ َ ْ ُ ْ ْ ظ‬
‫ كل ْر ِض ِإذا‬،‫ــه َو نَ َ�ــا‬ ‫ب‬ َ :‫ــم‬ ِ ‫و ِإذا طيــب القلــب ِلل ِع‬
ََ َ
‫لــز ْر ِع نَ َ�ــا ز ْر ُ َعــا َوزك‬ َّ ‫ــت ِل‬ ْ ‫ُط ِّي َب‬
“Karena ilmu—sebagaimana kata Sebagian dari mereka—
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

merupakan shalat rahasia, ibadah hati, dan kedekatan


batin, sebagaimana shalat yang merupakan ibadah anggota
tubuh yang nyata, tidak sah kecuali dengan kesucian lahir
dari hadats dan najis, maka demikian juga ilmu yang
merupakan ibadah hati dari sifat-sifat buruk, kotoran dan
noda akhlak-akhlak yang tercela.
Jika hati telah dibersihkan untuk ilmu, maka nampak
keberkahan ilmu dan perkembangannya, layaknya yang
disiapkan dengan baik, maka apa yang ditanam padanya

8 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


akan tumbuh dengan baik.”9

17. Sahl bin Abdullah berkata,

‫هللا َعـ َّـز‬ ْ‫ـور َو ِفيـ ِـه شَ ي‬


ُ ‫� ٌء ِ َّمــا َي ْكـ َـر ُه‬ ُ َ ‫َحـ َـر ٌام َعـ َـى َق ْلــب َأ ْن َي ْد ُخـ‬
ُّ ‫ـه‬
ُ ‫النـ‬
ٍ
َّ َ َ
‫و جل‬
“Cahaya tidak akan masuk ke dalam hati sementara di sana
tersimpan sesuatu dari apa yang dibenci Allah Azza wa
Jalla.”

Mengingat keutamaan ilmu agar


termotivasi
18. Di antara keutamaan tersebut terkandung dalam sabda
Nabi berikut:
َ ً َ ُ َّ ‫يــه ِع ْ ًلــا َس َــل َك‬ ً َ َ َ ْ َ
‫ــه ط ِريقــا ِإل‬ ِ ‫الل ِب‬ ِ ‫ــن َســلك ط ِريقــا َي ْب َتــ ِغ ي ِف‬ ‫م‬
َّ ْ َ ً َ َ
َ‫َ َّ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ت‬
‫ َو ِإن‬،‫العـ ِـم‬ َِ ‫ و ِإن املل ِئكــة لتضــع أج ِنح َ�ــا ِرضــاء ِلطا ِلـ‬،‫الج نـ ِـة‬
ِ ‫ـب‬
‫ََ ْ ف أ‬
‫ــن ِ ي� ال ْر ِض َح تَّــى‬ ِ ‫ــم َو‬ َ ‫الس‬ َّ �‫ــن ِ ف‬ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ِ ‫الع‬ َ
‫ات وم‬ ‫ــال ليســتغ ِف ُر ل م ي‬
َ ََ َ ‫العـ ِـال َعـ َـى‬ َ ‫ َو َف ْضـ ُـل‬،‫ـاء‬ ُ َ
َ �‫ـان ِ ف ي‬
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri
‫ كف ْضـ ِـل الق َمـ ِـر‬،‫الع ِابـ ِـد‬ ِ ِ ‫املـ‬ ‫احليتـ‬
ِ
َ َ َ ْ ‫َّ أ‬َ َ
ْ‫ُ أ‬ َ َ ‫َ َ َ ئ‬
‫ـاء ْل‬ ‫ ِإن الن ِبيـ‬،‫ـاء‬ ِ ‫ـاء َو َرثــة الن ِب َيـ‬ َ ‫الع َ َلـ‬ ُ ‫ إ َّن‬،‫الك َو ِاكــب‬ �‫عــى سـ ِـا‬
ِ ِ
َ َ َ َ َ َ ْ َ َ‫ْ َ ف‬ ُ َّ َ َ َّ‫ِ َ ً َ َ ْ َ ً ن‬ ُ
‫ �ــن أخــذ ِبـ ِـه أخــذ‬،‫العــم‬ ِ ‫ُي َو ِّرثــوا ِدينــارا ول ِدرهــا ِإ�ــا ورثــوا‬
ٍّ
.‫ِب َ�ــظ َو ِافـ ٍـر‬
“Barangsiapa yang meniti sebuah jalan untuk menuntut
ilmu maka akan dimudahkan baginya satu jalan dari

9. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 9


jalan-jalan Surga, dan sesungguhnya malaikat-malaikat
meletakkan sayap-sayap mereka untuk penuntut ilmu,
karena Allah meridhainya, dan sesungguhnya ulama
akan dimintakan ampunan Allah oleh siapa yang ada di
langit dan di bumi, termasuk ikan di dalam lautan, dan
sesungguhnya keutamaan ulama dibandingkan ahli ibadah
adalah seperti kunggulan rembulan di malam pertama
dibandingkan bintang-bintang lainnya, sesungguhnya
nabi-nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan
tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa
mengambilnya, dia mengambil bagian yang melimpah.”

19. Ali bin Abi Thalib berkata:

َ ‫ َو َي ْفـ َـر َح بـ ِـه إ َذا ُن ِسـ‬،‫� ًفــا َأ ْن َي َّد ِع َيـ ُـه َمـ ْـن َل ي ُ ْ� ِسـ ُـن ُه‬
‫ـب‬ َ َ‫َكـ فَـى ِب� ْل ِعـ ْ ِـم ش‬
ِ ِ َ َ َ َ ْ َ ًّ َ ْ َ ْ َ‫َ َ َ ف‬
.‫ـرأ ِم ْنـ ُـه َمـ ْـن ُهـ َـو ِفيـ ِـه‬ َّ ‫ وكــى ب� جلهــل ذمــا أن يتـ ب‬،‫إل ْيـ ِـه‬
ِ ِ ِ
“Cukuplah ilmu sebagai kemuliaan di mana siapa yang tidak
menguasainya mengakuinya dan berbahagia manakala
ia dinisbatkan kepadanya. Cukuplah kebodohan sebagai
celaan di mana orang yang bodoh berlepas diri darinya.”
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

20. Mu’adz bin Jabal berkata,


َ َ َ َ ٌ َ َ ُ َ َ َ َ ٌ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ
‫ـادة َو ُمذاك َرتـ ُـه ت ْسـ ِـب ٌيح‬
‫تعلــوا ال ِعــم فـ ِـإن تعلــه حســنة وطلبــه ِعبـ‬
ً َ َ َ ُ َُ ْ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ٌ َ ُْ ُُ ْ َ َ ٌ َ ُ ْ َ ُ ْ َْ َ
.‫والبحــث عنــه ِج�ــاد وبــذل قربــة وتع ِليمــه مــن ل يعلــه صدقــة‬
“Belajarlah ilmu, karena mempelajarinya adalah kebaikan,
menuntutnya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah
tasbih, mengkajinya adalah jihad, memberikannya adalah
pendekaran diri (kepada Allah), dan mengajarkannya
kepada siapa yang tidak mengetahuinya adalah sedekah.”

10 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


21. Wahb bin Munabbih berkata,
ْ ْ َ َ ْ ُ َّ ْ ْ ََ
‫ َوال ِعـ ُّـز َو ِإن‬،‫َيتشـ َّـع ُب ِمـ ْـن ال ِعـ ِـم الـرش َ ف َو ِإن كن َص ِاح ُبـ ُـه َد ِنيــا‬
ً ‫ َو ْال ِغ نَــى َوإ ْن َك َن َف ِق ي‬،‫ َو ْال ُق ْــر ُب َوإ ْن َك َن َق ِص ًّيــا‬،‫َك َن ُم ًينــا‬
،‫ــرا‬ ِ ِ ِ
َ َ ْ ُ ْ
.‫ال َه َابــة َو ِإن كن َو ِض ًيعــا‬ َ ‫َو‬
“Ilmu itu melahirkan: kemuliaan sekalipun pemiliknya
orang rendah, kehormatan sekalipun pemiliknya hina,
kedekatan sekalipun pemiliknya jauh, kecukupan sekalipun
pemiliknya orang fakir, dan kewibawaan sekalipun
pemiliknya orang yang remeh.”

22. Abu Muslim Al-Khaulani berkata,


َّ ‫الس َــماء إ َذا َب َــد ْت ل‬ َّ �‫ــوم ِ ف‬ ُّ ‫ال ْرض م ْث ُــل‬
ُ ‫الن‬ ‫ْ ُ ََ ُ ف ْ أ‬
‫ــاس‬
ِ ‫لن‬ ِ ِ ِ ‫ي‬ ِ ‫ج‬ ِ ِ �‫العلــاء ِ ي‬
َ َ
ُ ‫ـت َعل يْ ُ�ـ ْـم ت َ�ـ َّي‬ َ
ْ ‫اِ ْه َتـ َـد ْوا َ�ــا َوإذا َخف َيـ‬
.‫ـروا‬ ِ ِ ‫ِب‬
“Para ulama di bumi adalah seperti bintang-bintang
di langit, manakala bintang-bintang nampak, mereka
mengetahui arah, karenanya manakala ia tak nampak,
mereka kebingungan.”
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri
23. Sufyan Ats-Tsauri dan Asy-Syafi’i berkata,
ْ ْ ََ ْ ُ َ َْ َْ َ ْ َ َْ
ِ ‫لي َس بعد الف َرا ِئ‬
‫ض أفضل ِمن طل ِب ال ِع ِل‬
“Sesudah kewajiban agama tidak ada yang lebih utama
daripada menuntut ilmu.”

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 11


Totalitas dalam menuntut ilmu
24. Untuk mendapatkan ilmu harus memiliki semangat
yang totalitas.
Yahya bin Abi Katsir berkata,

‫س‬ َ �َ ‫َل ُي ْس َت َط ُاع ْال ِع ْ ُل‬


ْ ‫اح ِة ْ ِج‬
ِ ‫ال‬ ‫ِب‬
“Ilmu tidak diraih dengan tubuh yang bermalas-malasan.”

25. Contoh totalitas ini diberikan oleh Imam Asy-Syafi'i.


Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,
َ ْ َ َ َ ً ُ َّ � َّ َ َ ْ َ
ِ ِ ‫الل َع ْنـ ُـه ِآك ِب نَ َ�ـ ٍـار َول ن� ئِ ً�ــا ِبل ْيـ ٍـل ِلشـ ِـتغ‬
‫ال‬ َ ‫الشـ ِـاف ِ يَّع َر ِ ض ي‬ ‫ل أر‬
َّ
. ‫يف‬ ِ ‫ِب� لت ْص ِن‬
“Aku tidak pernah melihat Asy-Syafi'i t makan siang
hari dan tidur di malam hari karena dia sibuk menulis.”

26. Ada yang berkata,


َ َّ ُ ُ َ َ ْ ْ
‫ال ِع ُل ل ُي ْع ِطيك َب ْع َض ُه َح�تَّ ت ْع ِط َي ُه كك‬
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

“Ilmu tidak memberikan sebagian darinya sebelum kamu


memberinya dirimu secara total.”

27. Al-Khatib meriwayatkan dalam konteks mubalaghah


(hiperbola),
َ ُ َ َ َّ َ َّ َّ َ ْ ْ َ َ ُ َ َ َ
‫ َو ج َهـ َـر‬،‫ َوخـ ِـر َب ُب ْسـ َـتان ُه‬،‫ـم ِإل َمـ ْـن َعطــل ُدكنـ ُـه‬ ‫ل ينــال هــذا ال ِعـ‬
َُ َ َ ْ َ ْ‫ْ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ش‬
‫ـه فــم ي�ــد ِجنازتــه‬ ِ ِ ‫ ومــات أقــرب أهـ‬،‫ِإخوانــه‬
“Ilmu ini tidak bisa diraih kecuali oleh siapa yang menutup

12 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


kiosnya, membiarkan kebunnya, meninggalkan saudara-
saudaranya, dan ketika kerabatnya yang paling dekat
meninggal dunia, dia tidak menghadirinya.”

28. Hendaknya penuntut ilmu bersiap untuk merasa letih


dalam proses belajarnya. Bahkan Musa juga merasa
kelelahan dalam proses mencari ilmu, sebagaimana
Allah kutipkan perkataan Musa,
َ َ َ َ ََ
‫لق ْد ل ِق ْي َنا ِم ْن َسف ِر نَ� ٰهذا ن َص ًبا‬
“Sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita
ini.”10

Mencari cara agar tidak bosan, semisal


liburan
29. Meskipun kita harus totalitas dalam mencari ilmu,
namun bukan berarti tidak diperbolehkan untuk
beristirahat dan melakukan penyegaran.
Ibnu Jamaah berkata,

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri


ًَ َ َ َ ْ َ َ ‫َ ْ ُ ْ َ ة َ َ َ أْ َ َ ْ ُ ي‬
.‫� نف َس ُه ِإذا خاف َملل‬ �ِ ‫و ِب� جلم ِل فل ب�س أن ي‬
‫ـر ِه‬ َّ ‫ص َابـ ُـه ف� َب ْعــض َأ َماكــن‬
ُّ‫التـ نَ ز‬ َ ْ ‫ـاء ي َ ج ْ� َمـ ُـع َأ‬
‫ـ‬ َ
‫ل‬
َُْ ََ ُ َْ َ َ َ
‫وكن بعــض أك ِب ِ� الع‬
ِ ِ ِ ‫ي‬ ِ ِ
َ َ ‫َ َّ َّ َ َ َ تَ َ َ ُ َ َ َ ضَ َ َ َ َ ْ ْ ف ن‬ َْ ‫ف‬
‫ـض أ ي� ِم الســن ِة وي�مازحــون ِب�ــا ل �ر عل ي ِ�ــم ِ ي� ِد ي ٍ� ول‬ ِ ‫ِ ي� بعـ‬
.‫َعـ ْـر ٍض‬

“Boleh merehatkan diri manakala khawatir bosan.

10. QS. Al-Kahfi: 62

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 13


Sebagian ulama besar mengumpulkan murid-muridnya di
sebagian tempat rekreasi di sebagian waktu dalam setahun,
mereka bersenda gurau dengan suatu yang dibolehkan
dalam agama, yang tidak menciderai kehormatan.” 11

Hendaknya memiliki sifat-sifat terpuji


30. Di antara sifat terpuji yang perlu dimiliki oleh penuntut
ilmu adalah tenang dan berwibawa.
Umar bin Khattab berkata,
َ ْ َ َّ ُ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ
‫الس ِك َينة َوال َوق َار‬ ‫تعلوا ال ِعل وتعلوا ل‬
“Pelajarilah ilmu dan pelajarilah ketenangan dan
kewibawaan untuknya.”

Mendatangi ilmu
31. Hendaknya para penuntut ilmu berupaya mendatangi
ilmu dan para ulama, karena itu merupakan bentuk
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

memuliakannya. Bukan ilmu dan para ulama yang


didatangkan kepada para penuntut ilmu.
Az Zuhri berkata,
ِّ ُ ْ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ
‫ال َت َع ِل‬ ‫هوان ِب�ل ِع ِل أن ي� ِمل الع ِال ِإل بي ِت‬
“Merendahkan ilmu ialah tindakan seorang yang berilmu
mengantarkan ilmu ke rumah murid.”

11. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

14 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Tidak malu mengambil ilmu meskipun
dari yang lebih muda
32. Ahmad bin Hanbal berkata,
ُ َّ َ ‫ َفــإ َذا‬،‫ـم � ْ َلديــث مـ نِّـى‬ َ ْ َ ْ ُ‫َ َ َ َ َّ ُّ َ ْ ت‬
‫ص ِع ْنـ َـد ْك‬ ِ ‫ي‬ ِ ِ ِ ‫ب‬ ُ
ِ ‫ أنــم أعـ‬:‫قــال لنــا الشـ ِـاف ِع‬
َ ُ َّ‫ْ َ ي ُ َ ُ ُ َ َ َ ت‬
.‫ال ِديــث فقولــوا لنــا حــى آخــذ ِبـ ِـه‬
“Asy-Syafi'i berkata kepada kami, 'Kalian lebih mengetahui
hadits daipada diriku, jika ada hadits yang shahih pada
kalian, katakanlah kepada kami agar aku mengambilnya.”

Terbiasa dengan kehidupan yang


sederhana
33. Para penenuntut ilmu harus membiasakan
kesederhanaan dalam kehidupan mereka.
Asy-Syafii berkata,
َ ْ َ ْ َّ ِّ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ٌ َ َ ُ ُ ْ َ َ
‫ َول ِكـ ْـن‬،‫ـس ف ُيف ِلـ ُـح‬
ِ ‫ل يطلــب أحــد هــذا ال ِعــم ِب�للـ ِـك و ِعــز النفـ‬
َ
َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َّ ُ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ
.‫ـاء أفلـ ُـح‬ ِ ‫ـش و ِخدمــة العلـ‬ ِ ‫ـس و ِضيــق العيـ‬ ِ ‫مــن طلبــه بــذل النفـ‬
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri
Seseorang tidak menuntut ilmu ini dengan kerajaan dan
kemuliaan jiwa lalu dia beruntung, akan tetapi siapa
yang menuntutnya dengan kerendahan jiwa, kesempitan
hidup, dan berkhidmat kepada para ulama, dialah yang
beruntung.”

34. Beliau juga berkata,


ْ َّ ْ ْ َ َ ُ َ
‫ل َي ْصل ُح طل ُب ال ِع ِل ِإل ِ ُلف ِل ٍس‬

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 15


“Menuntut ilmu tidak layak kecuali bagi orang yang
bangkrut.”

Belajar sejak dini


35. Carilah ilmu sedini mungkin. Umar berkata,
ُ ‫َت ْف قَ ُ�وا َق ْب َل َأ ْن َت ُس‬
‫ودوا‬
“Pahamilah agama sebelum kalian ditunjuk menjadi
pemuka.”

Menunda menikah jika lebih


bermaslahat
36. Bagi para penuntut ilmu yang belum menikah,
hendaknya dia menimbang manakah yang lebih
maslahat baginya apakah bersegera menikah
ataukah menunda menikah. Jika menunda menikah
lebih bermaslahat baginya, maka hendaknya dia
melakukannya. Al-Khatib berkata,
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

ُ ‫ــون َع َــز ً� َمــا َأ ْم َك َن‬


ُ‫ــه ل َئ َّــا َي ْق َط َعــه‬ َ ُ َ َْ
‫ــب أن يك‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫لط‬
َّ ُّ َ َ ْ ُ َ
‫ويســتحب ِل‬
ِ ‫ب‬ ِ ِ
ْ ْ َ َ ْ َ
َ ‫ــة َوطلــب‬ َ َّ ‫ِال ْشــت َغ ُال ب ُ�قــوق‬
َّ ‫الز ْو ِج‬ ُ
ِ ‫ــة عــن ِإ َك‬
‫ــال‬ ِ ‫ال ِعيش‬ ِ ِ ‫ي‬ ِ ِ ِ
َ َّ
‫ــب‬ ِ ‫الطل‬
“Dianjurkan bagi penuntut ilmu agar membujang sebisa
mungkin agar kesibukan dalam memenuhi hak-hak
keluarga dan mencari penghidupan tidak memutuskannya
dari meneruskan menuntut ilmu.”

16 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


37. Alasan utama untuk menunda menikah jika lebih
maslahat adalah agar seorang penuntut ilmu bisa lebih
fokus di dalam mencari ilmu.
Sufyan Ats-Tsauri berkata,
ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ‫َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ ْ ُّ َ ْ تَ ز‬
‫ـب ال َب ْحـ َـر فـ ِـإن ُو ِلـ َـد‬
‫ مــن �وج فقــد ر ِكـ‬:‫وقــال ســفيان الثــو ِري‬
َ ِ ‫َ ُل َو َلـ ٌـد َف َقـ ْـد ُكـ‬
‫ـر ِبـ ِـه‬
“Barangsiapa menikah, maka dia sungguh mengarungi
lautan, jika dia dikaruniai anak, maka sungguh pecahlah
perahunya.”

Hendaknya pandai dalam membagi


waktu
38. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh para
penuntut ilmu adalah kemampuan membagi waktu.
Panduan membagi waktu dalam sehari-semalam
disampaikan oleh Ibnu Jamaah.
Ibnu Jamaah berkata,
َ ْ َ َُ ْ ْ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ‫ْ ْ ْ أ‬ َ ْ َ‫َ َ ْ َ ُ ْ أ‬ Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri
‫ـاب‬
ِ ‫ـث ِإالبــار و ِلل ِكتـ‬ ِ ‫ـات ِلل ِحفـ ِـظ الســار و ِللبحـ‬
ِ ‫وأجــود الوقـ‬
ُ ْ َّ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َّ‫َ َ َ ن‬
‫وســط ال�ـ ِـار و ِللطالعـ ِـة والذاكــر ِة الليــل‬
“Waktu yang paling bagus untuk menghafal adalah waktu
sahur, untuk mengkaji adalah pagi hari, untuk menulis
adalah tengah hari, dan membaca dan muraja'ah adalah
malam hari.” 12

12. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 17


39. Al-Khatib berkata,
َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َّ‫ن‬ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ َّ ُ ْ َ
‫ـوع أنفـ ُـع ِمـ ْـن‬
ِ ‫ـ‬‫ال‬
‫ج‬ ‫ـت‬
‫ـ‬ ‫ق‬‫و‬ ‫و‬ ، ‫ـار‬
ِ ‫ـ‬�‫ال‬ ‫ـظ‬
ِ ‫ـ‬ ‫ف‬ ‫و ِحفــظ الليـ ِـل أنفــع ِمــن ِح‬
ِّ ْ
.‫ـت الشـ َـب ِع‬ ِ ‫َوقـ‬
“Waktu yang paling bagus untuk menghafal adalah waktu
sahur, kemudian tengah hari, dan untuk membaca dan
muraja'ah adalah malam hari.”

Memanfaatkan waktu malam


40. Hendaknya para penuntut ilmu tidak menyia-nyiakan
waktu malamnya.
Disebutkan oleh Sebagian ulama,
ً َ ُ ُ ً َ َ َ ْ َّ ‫تَّ خ‬
‫�ل ت ْد ِرك ِب ِه أ َمل‬‫ا� ِذ الليل ج‬
ِ
“Jadikanlah waktu malam sebagai unta (kendaraan) untuk
mencapai tujuan yang kau idamkan.”13

41. Al-Khatib berkata,


Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

ْ َّ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ
‫وأفضل الذاكر ِة مذاكرة اللي ِل‬
“Sebaik-baik mengkaji ilmu adalah mengkaji ilmu di
malam hari.”

42. Az-Zarnuji berkata,


َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ‫َ َ َ جَ َ َ ٌ ْ َّ َ َ ْ َ ُ َ ف‬
‫ــاء‬
ِ ِ ‫ش‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ــن‬ ‫م‬ ِ ‫ة‬ِ ‫ــر‬‫اك‬ ‫وكن �اعــة ِمــن الســل ِف يبــدؤون ِ ي� الذ‬
ُّ ‫ومــوا َح تَّــى َي ْس َــم ُعوا َأ َذ َان‬
‫الص ْب ِــح‬ ُ ‫َف ُر َّب َ�ــا َ ْل َي ُق‬
13. Ta’limul Muta’alim Pasal 5

18 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


“Sebagian as-Salaf memulai mengkaji di antara mereka
sesudah Isya' dan terkadang mereka tidak bangkit dari
majelis mereka kecuali pada saat mereka mendengar adzan
Shubuh.”

Hendaknya penuntut ilmu tidak terlalu


banyak makan
43. Hindarilah terlalu sering kekeyangan. Dalam pepatah
disebutkan,
َ ْ ْ ُْ ُ ْ ْ
‫ال ِبط َنة تذ ِه ُب ال ِفط َنة‬
“Kekenyangan bisa menghilangkan kecerdasan.”14

44. Itulah kenapa alasan atas perbuatan Asy-Syafi'i berikut,


ً َ َ ْ‫َ َ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ ش‬
،‫�ة َس َنة‬ ‫ما ش ِبعت منذ ِست ع‬
“Aku tidak pernah kenyang sejak enam belas tahun yang
lalu.”

Memilah dan Memilih makanan Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

45. Jika diketahui ada makanan yang bisa menguatkan


hafalan, entah itu berdasarkan pengalaman para ulama
atau berdasarkan penelitian kedokteran modern,
maka hendaknya para penuntut ilmu bersemangat
untuk mengonsumsinya. Dan jika diketahui ada

14. Ta’limul Muta’alim Pasal 5

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 19


makanan yang bisa melemahkan hafalan, hendaknya
menjauhinya.
Ibnu Jamaah berkata,
َ‫ــن َأ ْس َــباب ْال َب َــاد ِة‬ ْ ‫ه ِم‬ َ ‫ت‬ َّ ِ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ِّ َ ُ ْ َ
ِ ‫ــاع الــ ِ ي ِ ي‬
ِ ‫أن يقلــل اس ِــتعمال الط‬
ِّ َ‫ْ خ‬ ُْ ‫َ ْ َ َّ َ ش‬ َْ َّ ُّ َ ِّ َ َ ْ َ
،‫ــض والب ِاقــا و� ِب الــل‬ ِ ‫ام‬
ِ ‫ال‬ ‫ــاح‬
ِ ‫ف‬ ‫ــف الــواس كلت‬ ِ ‫َوض ْع‬
ْ َ ْ ُ ْ ْ ِّ َ َّ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ ْ ْ ُ ُ‫َ َ َ َ َ َ ْ ث‬
‫الثقـ ِـل ِلل َب َد ِن‬ ‫وكذ ِلــك مــا يكــر اسـ ِـتعمال البلغــم البلــد ِللذهـ ِـن‬
َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ‫َ َ ثْ َ ْ أ‬
.‫ـان والســم ِك وأشــب ِاه ذ ِلــك‬ ِ ‫ككــر ِة اللبـ‬
ِّ َ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ‫َ َ ْ َ غ‬
‫الل ت َعــال َسـ َـب ًبا ِ َجلـ ْـو َد ِة الذ ْهـ ِـن‬ ‫وينب ـ ِ ي أن يســتع ِمل مــا جعــه‬
َ
َّ ْ َ َ َ ْ ‫ال ْص َطـ َـى َعـ َـى َح َسـ‬
‫ـب‬ ُ ْ ‫ـان َو‬ َّ ْ َ
ِ ‫َكضـ ِـغ الل َّبـ‬
ِ ‫ وأ ِك الز ِبيـ‬،‫ـب العــاد ِة‬ ِ
َ َ َ‫ن‬ َّ َ ْ َ ً َ ْ ُ
‫الــا ِب َو ْ�ـ ِـو ذ ِلــك‬ ‫بكــرة و ج‬
“Hendaknya meminimalisir makanan yang merupakan
sebab kelemahan akal dan ketumpulan indera seperti apel
asam, baqillah (sejenis kacang-kacangan), dan minum cuka,
demikian juga makanan yang menyebabkan banyaknya
dahak yang menumpulkan otak dan memberatkan badan
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

seperti banyak minum susu, makan ikan, dan yang


sepertinya.
Hendaknya menggunakan apa yang Allah tetapkan se bagai
sebab ketajaman otak seperti mengunyah liban (Boswellia
Carterri) dan mushthaka (Damar mastik) menurut
kebiasaan, makan kismis di pagi hari, air mawar, dan yang
sepertinya.”15

15. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

20 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Tidak banyak tidur
46. Selain mengatur waktu dan makanannya, penuntut
ilmu juga harus mengatur jam tidurnya. Jangan sampai
waktu tidurnya terlalu banyak.
Ibnu Jamaah berkata,
‫ف‬ َ ‫َ ْ ُ َ ِّ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ضَ َ ف‬
�‫ َول َ ي ز ِ�يـ ُـد ِ ي‬،‫� ٌر ِ ي� َب َد ِنـ ِـه َو ِذ ْه ِنـ ِـه‬ ‫أن يقلــل نومــه مــا ل يلحقــه‬
ُ
َّ ُ ُ ُ ٍ ‫ـاع‬ َ ‫ـه َعـ َـى ثَ َ�ــان َسـ‬ َ َّ ْ ‫ف‬ َ
،‫ـان‬ ِ ‫ات َوهـ َـو ثلــث الز َمـ‬ ِ ِ‫ن ْو ِمـ ِـه ِ ي� ال َيـ ْـو ِم َوالل ْيـ ة‬
َ َ َّ َ َ ُ ُ َ َ ُ ْ ْ َ
.‫ـال أقــل ِم نْ َ�ــا ف َعــل‬ ‫فـ ِـإن احت ِمــل حـ‬
“Hendaknya menyedikitkan tidur selama hal itu tidak
berdampak negatif terhadap tubuh dan otaknya, tidak
tidur lebih dari delapan jam dalam sehari semalam, yaitu
sepertiga waktunya, jika dirinya bisa tidur kurang darinya,
maka hendaknya dia melakukannya.”16

Memperhatikan gaya berpakaian


47. Hendaknya para penuntut ilmu menjaga kemuliaan

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri


dirinya sebagaimana apa yang dikatakan oleh Az-
Zarnuji,
َ ْ ‫الل َع َل ْيـ ِـه ِ أَل‬
ْ ُ ‫ َع ِّظ ُمــوا َ َعــا ئِ َ�ـ‬:‫ص ِابـ ِـه‬
‫ـم‬
َّ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ
ِ ‫قــال أبــو ح ِنيفــة رحــة‬
َ
ْ ُ ‫َو َو ِّسـ ُـعوا أ ْ َكــا َمـ‬
.‫ـم‬
َ ْ ْ َّ َّ َ َ َ َ َ
.‫َو ِإ نَّ َ�ا قال ذ ِلك ِلئل َي ْس َت ِخف ِب�ل ِع ِل َوأ ْه ِ ِل‬
“Abu Hanifah t berkata kepada para

16. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 21


sahabatnya:“Besarkanlah sorban kalia dan lebarkan lengan
baju kalian.”
Hal ini beliau katakana agar ilmu dan ahli ilmu tidak
diremehkan.”17

Meminta pertolongan dengan


memperbanyak shalat
48. Di antara amalan yang bisa membantu untuk
mendapatkan ilmu adalah melakukan shalat. Az-
Zarnuji berkata,
َ َ َّ َ َ
َ‫ َو ُي َصـ ِّـى َصـ َـا َة ْ خ‬،‫الصـ َـا َة‬
‫ فـ ِـإن ذ ِلــك‬،�َ‫ال ِاشـ ِـع ي ن‬ َّ ‫ـر‬ َ ِ‫َو َي ْن َبـ غَـى أ ْن ُي ْكـ ث‬
ُّ َّ َ
‫الت َعـ ِـم‬ ‫الت ْح ِصيـ ِـل و‬َّ ‫َعـ ْـو ٌن َ ُل َعـ َـى‬
“Seorang penuntut ilmu hendaklah selalu rajin
memperbanyak salat dan dilakukan secara khusuk, karena
hal itu dapat memberi pertolongan dalam memperoleh ilmu
dan belajar.”18

49. Ibnu Abi Ya'la berkata,


Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

ْ ُ ‫ـك ْ نُ� َأ َنــس ِس ِّــت ي نَ� َس َــن ًة َي ُصـ‬


‫ـوم َي ْو ًمــا َو ُيف ِط ُــر َي ْو ًمــا‬
ُ َ َ َ َ
‫مكــث ما ِلـ‬
ٍ ‫ب‬
ْ َ ‫َ َ َ ُ َ ِّ ف ُ ِّ َ ْ ثَ َ ن‬
ٍ ‫ــة َرك َع‬
‫ــة‬ ِ ِ � ‫ــىل ِ ي� ك يــو ٍم‬
ِ ‫ا�ائ‬ ‫وكن يص ي‬
“Imam Malik bin Anas selalu istiqamah selama 60 tahun
melakukan puasa daud, puasa sehari dan tidak puasa sehari.
Dan setiap hari, beliau shalat 800 rakaat.”19

17. Ta’limul Muta’alim Pasal 2


18. Ta’limul Muta’alim Pasal 11
19. Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abi Ya’la, 1/61

22 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


50. Al-Bukhori juga bercerita,
َ َ َ َ ْ َ ْ َّ ً َّ �‫ـت ِ ف� ِك َتــا‬
ُ َْ َ َ
‫الص ِحيـ ِـح َح ِديثــا ِإل اغت َســل ُت ق ْبــل ذ ِلــك‬ ‫مــا وضعـ ي ِب ي‬
�‫ـ‬ ُ ‫َو َص َّل ْيـ‬
‫ـت َر ْك َع َتـ ْ ي ن‬
ِ
“Setiap kali aku hendak meletakkan satu hadis dalam kitab
shahihku, aku mandi terlebih dahulu kemudian shalat 2
rakaat.”20

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Dirinya Sendiri

20. Tahdzib al-Asma, an-Nawawi, hlm. 101. Juga disebutkan Ibnu Hajar dalam Tahdzib
at-Tahdzib, 9/42

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 23


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

24
Bab 3

Tentang Adab
Penuntut Ilmu pada
Gurunya

Bersegera memanfaatkan keberadaan


para ulama
51. Bersegeralah mengambil ilmu dari para ulama selagi
mereka masih ada di sekitar kita.
Rasulullah n bersabda,
ُ ‫ـاد َو َل ِكـ ْـن َي ْقبـ‬ َ ‫ـم ْان�تِ زَ ًاعــا َي ْن َ�ت ز ُعـ ُـه ِمـ َـن ْال ِع‬
َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َّ
‫ـض‬ ِ ِ ‫ـ‬ ‫ب‬ ِ ‫ِإن الل ل يق ِبــض ال ِعـ‬
َ َّ
َ‫ـال ت خ‬ َ َ َ ْ ْ ‫ـم ب َق‬ْ ْ
‫ـاس ُر ْؤ ًســا‬
ُ ‫النـ‬ َّ ‫ا�ــذ‬ ٌ ِ ‫ـاء َحـ تَّـى ِإذا ْل ُي ْبـ ِـق َعـ‬ ِ ‫ـض ال ُع َلـ‬
ِ ِ ‫ال ِعـ‬
‫ـ‬ ‫ب‬ َ Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya
ُّ َ َ َ ُّ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ ً َّ ُ
‫ـر ِعـ ٍـم فضلــوا وأضلــوا‬ ِ ‫ فسـ ِـئلوا فأفتــوا ِبغـ ي‬،‫ج�ــال‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan
sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah
mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika
tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk
kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka
(orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 25


dan menyesatkan.”21

52. Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu


berkata,
ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ ْ ُ َْ َ
‫ك ِب�ل ِع ِل ق ْبل أن ُ ي ْ�ف َع َو َرف ُع ُه َم ْو ُت ُر َوا ِت ِه‬ ‫علي‬
“Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sebelum ilmu
tersebut diangkat/dihilangkan. Hilangnya ilmu adalah
dengan wafatnya para periwayatnya/ulama.”22

Berupaya memilih guru


53. Hendaknya berupaya sebaik mungkin dalam
memilih guru dan melakukan istikharah ketika telah
menentukan pilihan.
Ibnu Jamaah berkata,
ُ ُ ْ‫أ‬ َّ ‫لطالــب َأ ْن ُي َقـ ِّـد َم‬
َ َّ �َ ‫الن َظـ َـر َو َي ْسـ َـت ِخ ي‬ َّ ‫َ َّ ُ َ ْ َ غ‬
‫الل ِف َيمـ ْـن َ ي�خــذ‬ ِ ِ ‫أنــه ينب ـ ِ ي ِل‬
ْ
َ ْ ‫ال ِعـ‬
‫ـم َع ْنـ ُـه‬
“Patut bagi penuntut ilmu agar menimbang dan
beristikharah kepada Allah tentang dari siapa dia akan
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

menimba ilmu.”23

54. Alasannya kenapa kita harus memilih guru adalah


karena ketika sedang mengambil ilmu dari seseorang
maka kita sedang mengambil agama .
Sebagian salaf berkata,
21. HR. Bukhori
22. Al-’Imu Ibnu Qayyim, hal. 94
23. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

26 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


َ ُ ُ ْ‫َ َ ْ ْ ُ نٌ َ ْ ُ ُ َ َّ ْ تَ أ‬
ْ ُ ‫ون ِد َين‬
‫ك‬ ‫هذا ال ِعل ِد ي� فانظروا عن �خذ‬
“Ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa
kalian ambil agama kalian.”

55. Az-Zarnuji meriwayatkan perkataan Al-Hakim,


َ‫َ ْ أ‬ َ ْ ْ ‫َ َ َ ْ َ َ ُ خَ َ َ َ َ ْ ف‬
ِ �ِ ‫ــارى فــا ت ْع َجــل ِ� ِإالخ ِتــا ِف ِإل ال‬
‫ــة‬ َّ ‫ئ‬ �‫ِإذا ذهبــت ِإل ب‬
ُ
َ َّ َ ً َ ْ َ َ ْ‫َ َّ َ َ َّ َ َ تَ خ‬ َ
َ ‫ـك إ ْن َذ َه ْبـ‬ ْ َ‫َ ْ ُ ْ ش‬
‫ـت‬ ِ ‫ ف ِإنـ‬،‫وامكــث �ـ َ ْـر ْي ِ ن� حـ تـى تتأمــل و�تــار أســتاذا‬
ُ َ َ َ َ َ
‫ـال َو َبـ َـدأ َت ِب� َّلسـ ْـب ِق ِع ْنـ َـد ُه ف ُر َّب َ�ــا ل ُي ْع ِج ُبــك َد ْر ُسـ ُـه ف َت ْ�ت ُ كـ ُـه‬
ٍ ِ ‫ِإل عـ‬
َ َ َ ُ َ ْ ََ
‫�ـ َـر ْي�ن‬ ْ َ‫ َف َتأ َّمـ ْـل ِ ف� ش‬.‫الت َعـ ُّـم‬
َّ �‫ َفـ َـا ُي َبــار ْك َلــك ف‬،‫آخـ َـر‬
ِ ‫فتذهــب إل‬
ِ ِ ِ ُ
ِّ َ َ ُ َ ْ َ َ ‫ت‬ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ْ ‫ف‬ ‫أ‬
‫اض‬ ِ ‫ وشـ ِـاور حـ تـى ل �تــاج ِإل ت ْ� ِكـ ِـه و ِالع َر‬،‫ِ� اخ ِتيـ ِـار الســت ِاذ‬
َ ْ َْ ً َ ُّ َ َ ُ
‫ـت ِع ْنـ َـد ُه َحـ تَّـى َيكــون ت َع ُلــك ُم َبـ َـارك َوتن َت ِفـ َـع ِب ِع ِلــك‬ ُ ‫َع ْنـ ُـه َف َت ْث ُبـ‬
ً ‫َك ِثـ ي‬
‫ـرا‬
Al-Hakim berkata, “Jika kamu pergi ke Bukhara janganlah
kamu terpancing untuk segera berganti-ganti guru,
tinggal lebih dahulu selama dua bulan, sehingga kamu
mengadakan pertimbangan dan memilih guru yang tepat,
karena bila kamu pergi kepada seorang yang alim dan
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya
memulai belajar kepadanya, bisa jadi kamu tidak tertarik
pada cara mengajarnya. Kamu akan meninggalkannya
dan pergi kepada orang lain maka tidak akan mendapat
berkah dalam belajar. Pertimbangkanlah dalam dua bulan
dan bermusyawarah dalam memilih guru, agar kamu
tidak perlu meninggalkannya dan berpaling darinya,
sehingga kamu dapat bertahan di sisinya sampai belajarmu
mendapat berkah dan kamu dapat mengambil manfaat

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 27


ilmumu dengan optimal.”24

Menghormati para ulama dan bersikap


tawadhu' di hadapan mereka
56. Az-Zarnuji berkata,
َّ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ ْ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ
‫ـم َول ُين َتفـ ُـع ِبـ ِـه ِإل ِب َت ْع ِظـ ي ِـم‬ ‫اعــم أن طا ِلــب ال ِعـ ِـم ل ينــال ال ِعـ‬
ََ َ ْ‫ْأ‬ ُ ْ ََ ََْ ْ ْ
ْ ‫ـم‬
‫ـر ِه‬ ‫ـ‬‫ق‬
ِ‫ِ ِ ي‬‫و‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫اذ‬ ‫ـت‬‫ـ‬‫س‬ ‫ال‬ ِ ‫ و ِ ي‬،‫ـه‬
‫ـ‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ِ ِ ‫ال ِعـ ِـم وأهـ‬
“Ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu
tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali
dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan
guru.”25

57. Ibnu Abbas dengan kemuliaan, keluarga, dan


martabatnya, memegang pijakan pelana Zaid bin
Tsabit dan berkata,
َ َ َْ ْ َ ُ ََ
.‫َهكذا أ ِم ْر نَ� أن نف َعل ِب ُع َلا ِئ َنا‬
“Demikian kami diperintahkan agar memperlakukan
ulama-ulama kami.”
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

58. Ibnu Abbas juga berkata,


ُْ ُ ْ َ َ ََْ
‫ذلل ُت طا ِل ًبا ف َع َّززت َمطل ً ب‬
�‫و‬
“Aku merendahkan diriku sebagai murid, maka aku mulia
sebagai guru.”

24. Ta’limul Muta’alim Pasal 3


25. Az-Zarnuji dalam Ta’limul Muta’alim Pasal 4

28 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


59. Asy-Syafi’i berkata,
َّ َ َ ً ً ْ َ‫ـت َأ ْص َفـ ُـح ْال َو َر َقـ َـة َبـ ْ ن‬
‫ـ� َيـ َـد ْي َما ِلـ ٍـك َصف ًحــا َر ِفيقــا َه ْي َبــة ُل ِلئــا‬ ُ ‫ُك ْنـ‬
‫ي‬
ْ
‫َي ْسـ َـم َع َوق َ َعا‬
“Aku membuka halaman buku di depan Malik secara
perlahan karena aku segan kepadanya, agar dia tidak
mendengar suaranya.”

60. Ar-Rabi’ berkata,


َ َ ْ
َ ً َ ُ َّ َ ْ‫الل َما ْاج�تَ َ أ ُت أ ْن أ ش‬
َ ْ ‫� َب‬
‫ال َاء َوالش ِاف ِ يُّع َي ْنظ ُر ِإ َّيل َه ْي َبة ُل‬
َّ
ِ ‫َو‬
“Demi Allah, aku tidak berani minum air sedangkan asy-
Syafi'i melihat kepadaku karena segan kepadanya.”

Tidak mencari-cari kesalahan guru


61. Sebagian salaf jika mereka berangkat kepada syaikhnya
mereka bersedekah terlebih dahulu lalu berdoa,
ْ َُ َْ َ ‫َّ ُ َّ ْ �تُ ْ َ ْ َ َ ْ خ‬
�‫� َع نِّ ي� َول تذ َه ْب َ ب َ�كة ِع ِل ِه ِم نِّ ي‬
‫اللهم اس عيب شي ِ ي‬
“Ya Alklah, tutupilah aib syaikhku dariku dan jangan Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

melenyapkann keberkahan ilmunya dariku.”

Memanggil guru dengan panggilan


penghormatan
62. Ibnu Jamaah berkata,
َ َ َ ‫ْخ‬ َ ‫ـب َشـ ْـي ُخ ُه ب‬ َ َ‫َ َ ْ َ غ َ ْ َ ُ خ‬
‫ َول ُي َن ِاديـ ِـه‬،‫ـاب َوك ِفـ ِـه‬
ِ ‫ـ‬‫ط‬ ‫ال‬
ِ ‫ـاء‬
ِ ‫ـ‬ ‫ت‬ ِ
َ ‫اطـ‬�‫وينب ـ ِ ي أن ل ي‬

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 29


ُ ُ ُ ْ
‫ َ ي� َسـ ِّـي ِدي َو َ ي� أ ْسـ َـت ِاذي‬:‫ِمـ ْـن َب ْعـ ُـد َبــل َيقــول‬
“Patut tidak memanggil syaikhnya dengan “engkau“
atau “kamu,” tidak memanggilny dari jauh, akan tetapi
hendaknya memanggilnya, “Wahai tuanku, wahai
ustadzku.”26

63. Beliau juga berkata,


ْ َ ُ ْ ُ َ ً‫َ َ ُ َ ِّ ف َ ْ َ َ ْ ً ْ َّ َ ْ ُ ن‬
‫ول يســم ِيه ِ ي� غيب ِتـ ِـه أيضــا ِب� ِسـ ِـه ِإل مقــرو� ِب�ــا يشـ ِـعر ِبتع ِظ ِيمـ ِـه‬
ُ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ‫َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ َ ْ ْ أ‬
‫ وقــال شــيخنا أو قــال جحــة‬،‫كقــو ِ ِل قــال الشــيخ أو الســتاذ كــذا‬
َ َ ُ ْ َ‫ْ ْ َ َ ْ ن‬
.‫ِإالســا ِم أو �ــو ذ ِلــك‬
“Hendaknya tidak menyebut nama syaikhnya di
belakangnya kecuali menambah sesuatu yang menunjukkan
penghormatan kepadanya, seperti berkata, “Syaikh atau
Ustadz fulan berkata,” atau “Syaikh kami berkata,” atau
“Hujjatul Islam berkata,” dan yang sepertinya.”27

Melayani guru dan berkhidmat kepada


guru
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

64. Asy-Syu’bah berkata,


َ َ ُ
‫يث ك ْن ُت ُل َع ْب ًدا َما ي ْ� َيا‬ َ ْ ‫الر ُجل‬ َ ُ ْ َ َ ُ ُْ
ِ ‫ال ِد‬ ِ َّ ‫كنت ِإذا ِسعت ِمن‬
“Jika aku mendengar hadits dari seorang laki-laki, maka
aku adalah budaknya selama dia hidup.”

26. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


27. idem

30 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Bersabar atas berbagai kekurangan
guru
65. Asy-Syafi’i berkata,
َ‫أْ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ أ‬
‫ــار ال ْر ِض‬ َ ً ْ َ َّ َ ‫يــل ِل ُس ْــف َي َان ْ ن� ُع َي ْي َن‬
َ
ِ ‫ ِإن قومــا َ ي�تونــك ِمــن أقط‬:‫ــة‬ َ ِ ‫ب‬ ‫ِق‬
ُ َْ َ ََ َ ُ ْ ْ ُ ُ ْ َْ َ ُ َ ْ َ
‫ ْه‬:‫ فقــال ِللقا ِئـ ِـل‬،‫وشــك أن َيذ َه ُبــوا أ ْو َي�تْ ُ كــوك‬ ِ ‫تغضــب عل ي ِ�ــم ي‬
‫ـوء ُخ ُلـ ق‬ َْ ُ ْ َ ُْ ً َ ْ َ
‫ـى‬ ِ‫ي‬ ِ ‫حـ قـى إذا ِمثلــك ِإن تَ َ�كــوا َمــا َينف ُ ُعـ ْـم ِل ُسـ‬
“Seseorang, berkata kepada Sufyan bin Uyainah, 'Orang-
orang datang kepadamu dari segala penjuru bumi, engkau
marah kepada mereka, bisa-bisa mereka bubar dan
meninggalkanmu.' Sufyan menjawab orang yang berkata
tadi, 'Kalau demikian, maka mereka adalah orang-orang
bodoh sepertimu, jika mereka meninggalkan apa yang
bermanfaat bagi mereka lantaran keburukan akhlakku.”28

Senantiasa berterima kasih kepada guru


66. Ibnu Jamaah berkata,

‫يص ٍــة َص َــد َر ْت‬ َ ‫ــن َأ َدب َأ ْو َن ِق‬ َّ ُ َ َ ْ َ َ َ


ْ ‫الش ْــي ُخ َع َــى َد ِق َيق ٍــة ِم‬ ‫و ِإذا أوقفــه‬
ٍ َ Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya
َ ََ ً َ َ َّ ْ َ َ ُ َ ُ َ َ
‫ِم ْنـ ُـه َوكن َي ْع ِرفـ ُـه ِمـ ْـن ق ْبــل فــا َيظ َهـ ُـر أنـ ُـه كن َع ِارفــا ِبـ ِـه َوغفــل‬
َ‫أ‬ َ َ َ َ َّ ُ ْ ْ
‫ َبــل َيشــك ُر الشـ ْـي ُخ َعــى ِإف َاد ِتـ ِـه ذ ِلــك َو ْاع ِت َنا ِئـ ِـه ِب� ْمـ ِـر ِه‬،‫َع ْنـ ُـه‬
“Jika syaikh menunjukkan sebuah adab yang detail
atau sebuah kekurangan yang ada padanya, sementara
dia telah mengetahuinya sebelumnya, hendaknya tidak
memperlihatkan bahwa dia telah mengetahuinya dan lupa

28. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 31


terhadapnya, akan tetapi berterima kasih kepada syaikh
karena telah menunjukkan kepadanya dan memerhatikan
urusannya.”29

Meminta izin kepada Syaikh


67. Ibnu Jamaah berkata,
َْ َّ ِّ َ ْ َّ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ
َ ْ ‫الشـ ْـيخ ِ ف ي� َغـ ْيـر‬
‫ـام ِإل ِب� ْسـ ِتئذ ٍان‬ ‫ـس العـ‬ ِ ‫ـ‬ ‫ل‬
ِ ْ‫ال�ج‬
ِ ‫أن ل يدخــل عــى‬
ََ ْ َ ْ ْ َ ُ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ِ ْ َ ُ ْ َّ َ َ ٌ َ َ
‫ ف ِــإن اســتأذن‬،‫ســواء كن الشــيخ وحــده أو كن معــه غ يــره‬
َ َْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ‫َ ْ ُ َ ْ َ ُ َّ ْ ُ َ َ ْ َ أ‬
،‫ــرف َول ُيك ِّــر ُر ِال ْســ ِتئذان‬ ‫ِب�يــث يعــم الشــيخ ول ي�ذن ل ان‬
ََ َ َ َْ ‫ف‬ ََ َّ ْ ‫ْ َ َّ ف‬
‫َو ِإن شــك ِ ي� ِعـ ِـم الشـ ْـي ِخ ِبـ ِـه فــا َ ي ز ِ� ُيد ِ ي� ِال ْسـ ِتئذ ِان فـ ْـوق ثل ِث‬
ُ ُ ْ ُ َْ َ َ َْْ ْ َ َ ْ َ ُُ َ َ ْ َ َّ َ
‫ــن ط ُــرق‬ ‫ وليك‬،‫ــة‬ ِ ‫ــاب أو اللق‬ ِ َ ‫ات أو ث َ ِ َ ٍ ِب‬
‫ب‬ ‫ل‬ � ‫ــات‬ ‫ق‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ث‬ ‫ــا‬ ٍ ‫مــر‬
َْ ْ ُ َ ‫ْأ‬ ُ ‫َ ًّ أ َ أ ْ َ ْ أ‬ ْ
‫ ث َّ� ِب� َللق ِــة‬،‫ ث َّ� ِب�ل َص ِاب ِــع‬،‫ــار ال َص ِاب ِــع‬ ِ ‫ــاب خ ِفيــا ِب�د ٍب ِب�ظف‬ ِ ‫ال َب‬
َ َ َ َْْ َ ْ ْ َ ً َ ُ ْ َْ َ َ ْ َ ً َ ً َ
‫اللقـ ِـة فــا‬ ‫ـاب و‬ ِ ‫الو ِضــع ب ِعيــدا عــن ال َبـ‬ ‫ فـ ِـإن كن‬،‫ق ِليــا ق ِليــا‬
ُ ‫ـك ب َقـ ْـدر َمــا َي ْسـ َـم ُع َل َغـ ْي‬ َ َ ْ َ َ ْ‫َ أ‬
‫ـر‬ ِ ِ ‫ب�س ِب�فـ ِـع ذ ِلـ‬
“Hendaknya tidak masuk kepada syaikh di luar majelis
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

umum kecuali dengan meminta izin, baik syaikh sedang


sendiri atau bersama orang lain, jika dia meminta izin dan
syaikh mengetahui namun tidak memberinya izin, maka
hendaknnya pergi, tidak perlu mengulang meminta izin.
Jika ragu-ragu apakah syaikh mengetahuinya meminta
izin atau tidak, maka hendaknya meminta izin tidak
lebih dari tiga kali, atau tiga kali mengetuk pintu atau
menggoyangkan lingkaran besi pada pintu, hendaknya
29. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

32 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


mengetuk pintu dengan sopan menggunakan ujung kuku
jari, kemudian dengan jari, kemudian menggoyangkan
lingkaran besi secara perlahan, jika tempatnya jauh dari
pintu atau lingkaran besi, maka boleh mengangkat suara
sebatas terdengar oleh syaikh dan tidak lebih dari itu.”30

68. Renungkanlah kisah Ibnu Abbas berikut


َ َ ْ ْ ََ ‫َ َ َْ ُ ف‬ َّ َ ‫ُرو َي َعــن ْب ن‬
‫ـب ال ِعـ ِـم َعــى َ ب� ِب ز ْيـ ِـد‬ِ ‫� طلـ‬‫ـاس كن ي ج� ِلــس ِ َي‬ٍ ‫ا� عبـ‬ ِ ِ ِ
َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ ُ َ ُ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َّ‫َ ت‬ َ‫ْ ن ث‬
،‫ ل‬:‫ أل ن ِوقظــه لــك؟ فيقــول‬:‫ـت حــى يســتي ِقظ فيقــال ل‬ ٍ ‫ب ِ� � ِبـ‬
َّ َ َ َ َ
‫َو ُر َّب َ�ا طال َمق ُام ُه َوق َر َع ْت ُه الش ْم ُس‬
“Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas duduk demi menuntut
ilmu di pintu rumah Zaid bin Tsabit hingga Zaid bangun,
seseorang berkata kepada Ibnu Abbas, “Apakah kami
perlu membangunkannya untukmu?” Maka Ibnu Abbas
menjawab, “Tidak usah.”
Dan terkadang Ibnu Abbas menunggu dalam waktu yang
lama sehingga terik matahari menerpanya.”31

Hendaknya sopan ketika duduk di Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

hadapan guru
69. Ibnu Jamaah berkata,
َ‫َ ْ َ ْ أ‬ َّ ْ َ َ َ‫َ ْ َ ْ َ َ ْ ن‬
ُّ‫الصـ ب ي‬ ُ ‫ال َد ِب َ َكــا ي َ ج ْ� ِلـ‬
َّ ‫ـس‬ َ ‫الشـ ْـيخ جل‬
‫ـى‬ ِ ُ ‫ـة‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ِ َ ‫أن ي ج� ِلــس بـ ي ْـ� ْ يــدي‬
ُ ‫اضــع َو ُخ‬ ُ ‫القــري أ ْو ُم�تَ َ ِّب ًعــا ب َت َو‬
ُ ‫ــ� َي َــد ْي‬
َ‫َب ْ ن‬
‫ون‬ ٍ ‫ــوع َو ُســك‬
ٍ ‫ض‬ ٍ ِ ِ ‫ي‬

30. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


31. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 33


َ ِّ ُ ُ ْ َ َّ َ ُ ُ َ
‫ـوع َو ُي ْص ـ ِغ ي ِإل الشـ ْـي ِخ نَ� ِظـ ًـرا ِإل ْيـ ِـه َو َيق َبــل ِبك َّي ِتـ ِـه َعل ْيـ ِـه‬ ‫ـ‬ ‫ش‬ ‫وخ‬
ً َ َ‫ُ َ َ ِّ ً ٍ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ً ث‬
،‫متعقــا ِلقــو ِ ِل ِب�يــث ل ي� ِوجــه ِإل ِإعــاد ِة الــل ِم مــرة � ِنيــة‬
َ َ ُْ َ َ ْ ُ ‫َو َل َي ْل َتف‬
ِ ِ َ ‫ــه أ ْو ِ�ش‬
‫ــال‬ ِ ‫ َول َينظ ُــر ِإل َي ِ� ِين‬،‫� َور ٍة‬ ُ َ‫ــر ض‬ ِ ‫ــن غ ْي‬ ‫ــت ِم‬ ِ
َ‫َأ ْو َف ْو َقـ ُـه َأ ْو ُق َّدامــه ب َغـ ْـر َح َاجــة َو َلسـ َّـ� َما ع ْنـ َـد ب َ ْ�ثــه َ ُل َأ ْو ع ْنــد‬
ِ ِ ِ ِ ‫ٍ ِ ي‬ ِ‫ِ ِ ِ ي‬
َ َ َ َّ ُ ْ َ ْ َ َ ََ
‫ك ِمـ ِـه َم َعـ ُـه فــا َين َب ـ ِغ ي أن َي ْنظـ َـر ِإل ِإل ْيـ ِـه َول َي ْضطـ ِـر َب ِل َض َّجـ ٍـة‬
َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ
.‫ـث ُل‬ ٍ ‫يســمعا أو يلت ِفــت ِإل ي�ــا ول ِسـ يـ�ما ِعنــد ب�ـ‬
“Hendaknya duduk di depan syaikh dengan sopan
sebagaimana anak-anak duduk di depan pengajar al-
Qur'an, atau duduk bersila dengan tawadhu dan tunduk,
tenang dan khusyu', diam menyimak syaikh, memandang
kepadanya, berkonsentrasi kepadanya secara penuh,
memahami kata-katanya sehingga tidak membuat syaikh
harus mengulangi perkataannya.
Tidak menoleh tanpa kebutuhan mendesak, tidak melihat
ke kanan, ke kiri, ke atas, atau ke depan tanpa kebutuhan,
apalagi pada saat mengkaji bersama syaikh atau pada
saat syaikh berbicara dengannya. Tidak patut melihat
kecuali kepada syaikh, tidak kaget karena kegaduhan yang
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

didengarnya atau menoleh kepadanya, apalagi pada saat


mengkaji bersama syaikh.”32

70. Ibnu Jamaah berkata,


َ َ
ُ ُ َ ‫ـض ُ َّك ْيـ ِـه َو َل ي ُ ْ�ـ‬
‫ـر َعـ ْـن ِذ َر َاع ْيـ ِـه َول َي ْع َبــث ِب َي َد ْيـ ِـه أ ْو‬ ُ ‫َو َل َي ْن ُفـ‬
َ َ َ َ ْ َ َ َ
‫ــن أ ْع َضا ِئ ِــه َول َي َض ُــع َي َــد ُه َعــى ِ ْل َي ِت ِــه أ ْو‬ ‫ِر ْجل ْي ِــه أ ْو غ ْي ِ� ِ َهــا ِم‬

32. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

34 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


ُ ‫ــه َأ ْو َي ْس َــت ْخر ُج ِم نْ َ�ــا َش ْــي ًئا َو َل َي ْف َت‬ ْ َ ‫فَ َ ْ َ ْ َ ُ َ ف‬
‫ــح‬ ِ ِ ‫ف‬ ِ ‫ن‬ ‫ــه أو يعبــث ِب�ــا ِ ي� أ‬ ِ �ِ
ََ ْ َ َّ ُ‫َ ُ َ َ ُ ْ َ ُ َّ ُ َ َ َ ضْ ُ ْ أَ ْ َ َ َ َ ْ َ خ‬
‫ـرب الرض ِب�اح ِتـ ِـه أو ي�ــط عل ي�ــا‬ ِ َ ‫ ول يـ‬،‫ ول يقــرع ِســنه‬،‫ف َــاه‬
َ َ
‫ـر ِة‬َ ْ‫ َول ُي ْسـ َـن ُد ِب َ�ـ ض‬.‫ َو َل ُي َشـ ِّـب ُك ِب َي َد ْيـ ِـه أ ْو َي ْع َبــث ِب� ْز َر ِار ِه‬،‫ِب أ� َص ِاب ِعـ ِـه‬
‫أ‬ ُ
َ ُ َ َ َ َ َ َّ
‫ أ ْو ي ج ْ� َعــل َيـ َـد ُه َعل يْ َ�ــا‬،�‫الشـ ْـي ِخ ِإل َحا ِئـ ٍـط أ ْو ِ خَمـ َّـد ٍة أ ْو َد َر ِب زَا� ْي ِ ن‬
“Tidak mengibaskan lengan bajunya, tidak membuka
lengannya, idak iseng mempermainkan kedua tangannya,
kedua kakinya, atau bagian tubuh lainnya, tidak memegang
jenggotnya atau mulutnya, atau iseng mempermainkan
hidungnya, atau mengeluarkan sesuatu darinya, tidak
membuka mulutnya, tidak menumbukkan giginya, tidak
menepuk lantai dengan telapak tangannya atau membuat
garis di tanah dengan jarinya, tidak menganyam jari-
jemarinya atau mempermainkan kancing bajunya, tidak
duduk bersandar ke dinding di hadapan syaikh, bantal,
atau tiang atau meletakkan tangannya di atasnya.”33

Hendaknya memperhatikan adab


berbicara kepada guru
71. Ibnu Jamaah berkata,34 Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

Hendaknya membaguskan pembicaraan kepada


syaikh sebisa mungkin, tidak berkata kepada syaikh,
“Mengapa?” Tidak pula, “Kami tidak bisa menerima.”
Tidak pula, “Kata siapa?” Tidak pula, “Di mana adanya?”
dan yang sepertinya.
Jika hendak mengetahui faidah darinya, maka
33. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim
34. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 35


hendaknya menggunakan cara lemah lembut untuk
mencapai tujuannya, kemudian lebih patut dilakukan di
majelis yang berbeda dalam rangka mengambil faidah.
Dari sebagian as-Salaf, (dia berkata),
ً َ ْ ُْ َ َ َ
.‫ ِ َل؟ ِ َل يف ِلح أبدا‬:‫َم ْن قال ِلش ْي ِخ ِه‬
َ
“Barangsiapa berkata kepada syaikhnya, 'Mengapa,' maka
dia tidak akan beruntung selamanya.”35
Jika syaikh menyebutkan sesuatu, maka jangan berkata,
“Demikian pendapatku,” atau “demikian menurutku,”
atau “demikian aku mendengar,” atau “demikian yang
fulan katakan,” kecuali jika mengetahui bahwa syaikh
tidak berkeberatan. Demikian juga tidak berkata, “Fulan
berkata berbeda,” atau “fulan meriwayatkan berbeda,”
atau “ini tidak shahih,” dan yang sepertinya.
Jika syaikh bersikukuh di atas satu pendapat atau dalil
dan pendapat yang benar tidak terlihat olehnya, atau
syaikh bersikukuh di atas kesalahan karena lupa, maka
jangan merubah aura wajahnya atau kedua matanya,
atau memberi isyarat kepada pihak lain sebagai
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

orang yang mengingkari perkataannya, akan tetapi


hendaklah tetap memperlihatkan ketenangan seperti
biasa, sekalipun syaikh keliru karena lalai, lupa, atau
keterbatasan pertimbangan dalam keadaan tersebut,
karena keterjagaan dari salah bagi manusia hanya untuk
para nabi.
Hendaknya menjaga diri dengan tidak berbicara dengan

35. Artinya barangsiapa bertanya dalam konteks menyulitkan syaikhnya, maka dia tidak
akan beruntung dalam meraih ilmunya.

36 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


syaikh dengan pembicaraan yang biasa diucapkan di
kalangan orang-orang pada umumnya, namun tidak
patut diucapkan dengan syaikh, seperti “Ada apa
denganmu”, “apakah engkau paham”, “apakah engkau
mendengar”, “apakah engkau tahu”, “wahai orang”, dan
yang sepertinya.
Demikian juga tidak menyampaikan kepada syaikh
perkataan yang ditujukan kepada orang lain, namun
tidak patut untuk ditujukan kepada syaikh, sekalipun
hanya dalam rangka menyampaikan, seperti, “Fulan
berkata kepada fulan, 'Engkau tidak baik', 'engkau tidak
punyai kebaikan',” dan yang sepertinya, akan tetapi
mengucapkan, -jika hendak menyampaikan- perkataan
yang pada umumnya diungkapkan dengan kata-kata
sindiran, seperti, “Fulan berkata kepada fulan, 'Orang
itu minim kebaikan', 'orang itu tidak punya kebaikan',”
dan yang sepertinya.
Hendaknya tidak menyanggah syaikh secara frontal
dan spontan, karena hal ini biasanya dilakukan oleh
orang yang tidak punya sopan santun, seperti syaikh
berkata kepadanya, “Engkau berkata demikian.” Lalu Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya
dia menyanggah dengan, “Tidak, aku tidak berkata
demikian.” Atau syaikh berkata, “Maksudmu dari perta
nyaanmu adalah demikian,” atau “yang terbetik dalam
benakmu adalah demikian.” Maka dia menjawab,
“Tidak,” atau “Bukan itu maksudku,” atau, “Tidak
terbetik dalam benakku demikian,” dan yang sepertinya,
akan tetapi hendaknya menyanggah syaikh dengan
jawaban lemah lembut.
Demikian juga jika syaikh bertanya kepadanya dalam

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 37


konteks memastikan dan menetapkan, seperti dia
berkata, “Bukankah eng kau berkata demikian?
Bukankah maksudmu adalah demikian?” Hendaknya
tidak menjawab spontan dengan, “Bukan,” atau, “Tidak,
itu bukan maksudku,” akan tetapi diam, atau menjawab
dengan kalimat isyarat yang syaikh memahami
maksudnya.
Jika memang harus menjelaskan maksudnya dan
perkataannya, hendaknya berkata, “Sekarang aku
berkata demikian,” atau, “Aku ulangi lagi bahwa
maksudku demikian,” dia mengulang per kataannya.
Tidak berkata, “Yang telah aku katakan,” atau, “Yang
aku maksud,” karena ia mengandung sanggahan
terhadap syaikh.
Demikian juga hendaknya mengucapkan, “Jika dikatakan
kepada kami demikian,” atau “Jika kami dilarang dari
hal itu,” atau “Jika kami ditanya tentang hal ini,” atau
“Jika kami disanggah dengan ini,” dan yang sepertinya,
sebagai ganti dari perkataan, “Mengapa demikian“ dan
“Kami tidak bisa menerima,” agar murid memposisikan
diri sebagai penanya yang menunggu jawaban atau
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

bertanya kepadanya dengan sopan dan ungkapan lemah


lembut.

Adab ketika mendengar faedah dari


guru
72. Atha berkata,
َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ِّ‫َ َ ْ َ ُ َ ُ َ أَ ن‬ ُ َّ َ َ َّ َّ َّ
‫ــه َولق ْــد‬‫يــث فأســع ل ك ي� ل أسع‬ ٍ ‫ــاب ل َيت َحــدث ِب َ� ِد‬ ‫ِإن الش‬

38 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


َ َْ َ َ
‫َ ِس ْع ُت ُــه ق ْبــل أن ُيول َــد‬
“Sesungguhnya seorang anak muda menyampaikan sebuah
hadits, maka aku menyimaknya seolah-olah aku belum
pernah mendengarnya, padahal aku sudah mendengarnya
sebelum dia dilahirkan.”

73. Ibnu Jamaah berkata


َ َ ُ َ ْ ْ َ َ َ ‫َ ْ َ َ َ ُ َّ ْ ُ ْ َ رشُّ ُ ف‬
‫وع ِ ي� ذ ِلــك عــن ِحف ِظ ِــه ل فــا‬ ِ ‫ف ِــإن ســأل الشــيخ ِعنــد الــ‬
ْ َُ َ َ َّ ْ ُ ‫ي ُ ج�يـ‬
‫ـب ِب َن َعـ ْـم ِ َلــا ِفيـ ِـه ِمـ ْـن ِال ْسـ ِـتغ َن ِاء َعـ ْـن الشـ ْـي ِخ ِفيـ ِـه ول يقــل‬ ِ
َّ َ ْ َ ُ ْ
ُّ ‫َل ِ َلــا ِفيـ ِـه ِمـ ْـن الكـ ِـذب َبــل َيقــول أ ِحـ‬
ُ ُ ْ َ
،‫ـب أن أ ْ َس َعـ ُـه ِم ْن الشـ ْـي ِخ‬ ِ
َُّ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َْ
‫ أو بعــد عـ ِـدي أو هــو ِمــن ِج� ِتــم أص‬،‫أو أن أســت ِفيده ِمنــه‬
“Jika syaikh pada saat sebelum memulai pelajaran bertanya
apakah sudah hafal, maka tidak boleh menjawab “Ya,”
karena ia menunjukkan bahwa dia tidak membutuhkan
syaikh, tidak boleh menjawab, “Tidak,” karena ia akan
berdusta, akan tetapi menjawab, “Aku ingin menerimanya
dari syaikh atau mendengarnya dari syaikh lebih sahih yang
dari syaikh.”36
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

Perhatikan adab berjalan bersama guru,


74. Ibnu Jamaah merinci dengan detail tentang adab
berjalan bersama guru, di antaranya yang beliau
sebutkan,
ْ َ ْ ُ ُ‫َ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ج َّ َ َ ْ ض‬ َْ َّ َ َ َ‫َ َ َ ش‬
‫ــم أن‬ �‫ــان فاكتنفــاه فقــد ر� بع‬ ِ ‫ــع الش ْــي ِخ اثن‬ ‫و ِإذا مــى م‬

36. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 39


َّ َ‫أ‬ َْ ََ ُ َ َْ َ َْ ْ َ ُ َْ َ ُ
‫ـاه تقـ َّـد َم أك َب ِ� ِ َهــا َو تَ�خـ َـر‬
‫َيكــون أك َب ُ� َهــا َعـ ْـن َي ِ� ِينـ ِـه و ِإن ل يكت ِنفـ‬
ُ َ َ
‫أ ْصغ ُر َهــا‬
“Jika dua orang berjalan bersama syaikh, keduanya
mengapitnya dari kedua sisi, sebagian dari mereka
berpendapat hendaknya yang lebih tua di sisi kanan. Jika
keduanya tidak mengapitnya, maka yang di depan adalah
yang lebih tua dan yang di belakang adalah yang lebih
muda.”37

Berterima kasih kepada guru


75. Hendaknya berterima kasih kepada guru, meskipun
ia hanya mengajarkanmu satu huruf, sebagaimana
penjelasan Az-Zarnuji,
َ‫ف‬ ‫ـك َح ْر ًفــا َواحـ ًـدا ِ َّم تَ ْ َ ُ َ ف‬
َ َ َّ َ ْ َ َّ َ
‫ـاج ِإل ْيـ ِـه ِ� الـ ِّـد ي ِ ن� ُ�ـ َـو‬
‫ــا �تـ‬ ِ ‫فـ ِـإن مــن علـ‬
َ
ِّ �‫ــوك ف‬ َ
�‫الــد ي ِ ن‬ ِ ‫أ ُب‬
“Karena sesungguhnya orang yang mengajarkanmu satu
huruf, yang hal itu memang kamu perlukan dalam perkara
agama, maka ia adalah bapakmu dalam agama.”38
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

37. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


38. Ta’limul Muta’alim Pasal 4

40 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Jangan sampai menyakiti guru
76. Jangan sampai menyakiti guru dalam bentuk apa pun
agar keberkahan ilmu tidak hilang. Az-Zarnuji berkata,
َّ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ُ ِّ َ ُ ُ ُ َ ْ ُ ُ ْ َّ َ‫فَ َ ْ تَ أ‬
‫�ــن �ذى ِمنــه أســتاذه ي�ــرم ب�كــة ال ِعـ ِـم ول ينت ِفــع ِب�ل ِعـ ِـم ِإل‬
ً َ
‫ق ِليــا‬
“Barang siapa yang menyakiti gurunya maka ia terhalang
dari keberkahan ilmu dan tidak bisa mendapatkan manfaat
dari ilmu, kecuali sedikit.”39

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Gurunya

39. Ta’limul Muta’alim Pasal 4

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 41


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

42
Bab 4

Tentang Adab
Penuntut Ilmu pada
Majelis Pelajarannya

Belajar secara bertahap


77. Hendaknya belajar secara bertahap, sebagaimana
nasehat para ulama,
ُ َ ْ ُ‫َ ْ َ َ ْ ْ َ جُ ْ َ ةً َ َ َ َ ْ ُ ج‬
‫� ةل‬ ‫ ذهب عنه‬,‫من رام ال ِعل �ل‬
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu langsung sekaligus

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya


dalam jumlah yang banyak, akan banyak pula ilmu yang
hilang.” 40

40. Hilyah Tolibil Ilmi pasal 21

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 43


78. Ibnu Jamaah berkata,
َ‫ــن ِال ْش ِــت َغال ف� ِال ْخ ِت َــا ِف َب ْ ن‬ ْ ْ َ َ ْ ‫َ ْ َْ َ ف‬
َ
�‫ــ‬ ‫ي‬ ‫ِ ِي‬ ‫م‬ ِ ‫ه‬ِ ِ ‫أن ي�ــذ َر ِ ي� اب ِتــد ِاء‬
‫ــر‬ ‫م‬ ‫أ‬
َّ َ ْ ْ ‫ًَْ ف‬ َّ �‫ـ‬ َ ْ
‫ات؛ ف ِإنـ ُـه‬ َّ ‫ـات َو‬
ِ ‫السـ ْـم ِع َّي‬ ِ ‫ـاس ُمطلقــا ِ ي� ال َعق ِل َّيـ‬ ِ ‫النـ‬ َ‫ـاء أ ْو َبـ ْ ن‬
‫ي‬ ِ ‫ال ُع َلـ‬
‫ف‬
�‫احـ ًـدا ِ ي‬ َ ً َ ْ ْ َ ْ ْ ُ ْ ْ ِّ ُ ِّ ‫ي ُ َ�ـ‬
ِ ‫ـا� َو‬ ‫ َبــل ُيت ِقـ ُـن أ َّول ِكتـ ً ب‬،‫ـر الذهـ َـن َو ُيد ِهــش ال َعقــل‬ ‫ي‬
َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ ُُ ‫ُ ُ ف‬ َ َ
‫ـون ِإن كن ي ْ� َت ِمــل ذ ِلــك َعــى ط ِريقـ ٍـة‬ ٍ ‫ أ ْو كت ًبــا ِ ي� فنـ‬،‫احـ ٍـد‬ ِ ‫فـ ٍّـن َو‬
َ َ َ
‫احـ َـد ٍة َ ي ْ�ت ِض ي َ�ــا ُل شـ ْـي ُخ ُه‬ ِ ‫َو‬
“Hendaknya di awal langkah menuntut ilmu tidak
melibatkan diri dengan perbedaan pendapat di antara para
ulama atau di antara manusia dalam perkara-perkara
logika dan perkara-perkara syariat secara mutlak, karena
hal itu membingungkan pikiran dan mengacaukan akal,
akan tetapi hendaknya menguasai terlebih dulu satu kitab
di satu bidang ilmu atau beberapa kitab di beberapa bidang
ilmu jika dia mampu dengan menggunakan satu metode
yang dipilihkan oleh syaikhnya untuknya.” 41
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya

79. Ibnu Jamaah juga berkata,


َ ْ
‫ــن غ ْ ِي‬
‫ــر‬ ‫ــاب ِم‬ َ ‫ــن ك َتــاب إ َل ك‬
‫ت‬ ِ ِ ْ ‫الت َن ُّقــل ِم‬ ْ ‫ــك ي ُ َ� ِّــذ ُر ِم‬
َّ ‫ــن‬ َ َََ
‫وكذ ِل‬
ٍ ِ ٍ ِ
َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ َّ َ
.‫ــب ف ِإنــه علمــة الضج ِــر وعــدم ِإالفــا ِح‬ ٍ ‫وج‬ ِ ‫ُم‬
“Hendaknya tidak beralih dari satu kitab ke kitab lain
tanpa alasan, karena ia merupakan bukti kegalauan (tidak
konsisten) dan kegagalan.” 42

41. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


42. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

44 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Berupaya selalu konsisten untuk hadir
dalam pelajaran.
80. Ali berkata,
ْ َ ‫ُ ْ َ َ نَّ َ ُ َ َ َّ ْ َ ة‬ ُ ْ ْ َْ َ
‫ــه تن َت ِظ ُــر َم تَــى‬
ِ ‫ــه ف ِإ�ــا هــو كلنخ‬ ِ ‫َول تش َــبع ِمــن ط‬
ِ ‫ــول صب ِت‬
ْ‫ــك ِم نْ َ�ــا شَ ي‬
‫� ٌء‬
َ َْ َ ُ ُ ْ َ
‫يســقط علي‬
“Hendaknya tidak kenyang dari panjangnya masa belajar
kepada syaikh, karena di ibarat pohon kurma, kamu hanya
tinggal menunggu kapan ada sesuatu yang jatuh darinya.” 43

Duduk di tempat terakhir


81. Jabir bin Samurah a berkata,
َ ََ َّ ‫ُك َّنــا إ َذا َأ َت ْي َنــا‬
�َ‫ـس أ َحـ ُـد ن‬ َ َّ ‫هللا َع َل ْيـ ِـه َو َسـ‬
َ ‫ جلـ‬، – ‫ـم‬ ُ ‫ـى – َصـ َّـى‬
َّ‫النـ ب ي‬ ِ
َْ َ ُ ْ َ
‫حيــث ينتـ ِـه‬
“Dulu kami jika mendatangi majelis Nabi n kami duduk

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya


di mana tempat terakhir orang duduk.”44

Tidak meminta orang lain untuk berdiri


lalu duduk di tempatnya
82. Ibnu Umar h berkata,
َ ُ َ ً ُ َ َ
‫ال ُي ِق ْي َم َّن أ َح ُد ْك َر ُجال ِم ْن ج ْم ِل ِس ِه ث َّ� ي ج ْ� ِل ُس ِف ِيه‬
“Nabi n melarang untuk meminta orang lain bangkit dari
43. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim
44. HR. Tirmizi: 2725

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 45


tempat duduknya kemudian dia duduk padanya.”45

Melapangkan tempat untuk yang datang


belakangan
83. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
ْ َ ٰ َ ْ ‫ٰٓ ي َ� يُّ َ�ــا َّالـ ِـذ ْ نَ� ٰا َم ُنـ ْٓـوا اِ َذا ِق ْيـ َـل َلـ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ ف‬
‫ـس فاف َسـ ُـح ْوا‬ ِ ‫ـم تفســحوا ِ� ال�ج ِلـ‬ ‫ي‬
ٰ َّ ّٰ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ُ َ
ْۚ ‫الل لـ‬ُ ّٰ ‫َي ْف َســح‬
‫الل الـ ِـذ ْي نَ� ا َم ُنـ ْـوا‬
ُ ‫ـم َواِ ذا ِق ْيــل انـش زُ ْوا فانـش زُ ْوا َ ْ�فــع‬
‫ي‬
ِ
ٌ‫الل ب َ�ــا َت ْع َم ُلـ ْـو َن َخبـ ْيـر‬ ُ ّٰ ‫ـت َو‬ ۗ ‫ـم َد َر ٰجـ‬َْ ْ ُ ْ ُ َ‫ْ ِ ُ ْۙ َ َّ ْ ن‬
ِ ِ ٍ ‫ِمنــم والـ ِـذ ي� اوتــوا ال ِعـ‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, “Berilah kelapangan dalam majelis-majelis,”
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”46
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya

Tidak duduk di antara dua orang kecuali


diizinkan
84. Rasulullah n bersabda,
ْ َّ ْ َ َ َْ ُّ َ َ
‫ال ي ِ�ل ِل َر ُج ٍل أن ُيف ِّرق َب ْ ي نَ� اث َن ْ ي ِن� ِإال ِب ِإ�ذ ِن ِ� َما‬
“Tidak halal bagi seseorang untuk memisahkan di antara

45. HR. Bukhari dan Muslim


46. QS. Al-Mujadilah: 11

46 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


dua orang kecuali seizin keduanya.” 47

Tidak duduk di tengah-tengah halaqah


85. Abu Mijlaz bercerita bahwa ada seseorang yang
duduk di tengah-tengah halaqah, lalu Hudzaifah a
mengatakan,

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat, atau


Allah melaknat melalui lisan Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam, orang yang duduk di tengah-tengah halaqah.”
(HR. Tirmizi: 2752).

Jika ada yang berdiri meninggalkan


majelis, lalu dia kembali, dia lebih berhak
untuk duduk di tempat semula
86. Abu Hurairah a meriwayatkan bahwasanya Nabi n
bersabda,
َ َ‫َ ف‬ ُ َ ُ َ َ َ
‫ ُ� َو أ َح ُّق ِب ِه‬، ‫ ث َّ� َر َج َع ِإل ْي ِه‬، ‫ِإذا ق َام أ َح ُد ْك ِم ْن ج ْم ِل ٍس‬
“Jika salah seorang dari kalian berdiri dari tempat duduknya Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya
kemudian kembali maka dia lebih berhak atasnya.” 48

47. HR. Abu Dawud no. 2752


48. HR. Muslim: 2179

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 47


Menghindari gaya duduk yang dimurkai
87. Syirrid bin Suwaid a berkata,
َ َ ٌ َ َ‫َ َ ن‬ َّ ُ
‫ـس َهكــذا‬ ‫ وأ� جا ِلـ‬-‫صــى هللا عليــه وســم‬- ‫الل‬ ِ ‫َمـ َّـر ِب� َر ُســول‬
َ ْ َ َ َ ُ ْ‫َ َّ َ أ‬ َ ْ ‫ـت َيـ ِـد َى ْال ُيـ‬
ْ َ‫ـرى َخ ْلـ َـف ظ‬ ُ ‫َو َقـ ْـد َو َض ْعـ‬
‫�ـ ِـرى واتــات عــى أليـ ِـة‬
َ ُ ‫ال ْغ‬ ْ َ َ ْ ُ ُ ََْ َ ََ
‫ـوب َعل يْ ِ�ـ ْـم‬
ِ ‫ـ‬ ‫ض‬ َ ‫َيـ ِـدى فقــال “ أتقعــد ِقعــدة‬
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melintas
di hadapanku sedang aku duduk seperti ini, yaitu bersandar
pada tangan kiriku yang aku letakkan di belakang. Lalu
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apakah
engkau duduk sebagaimana duduknya orang-orang yang
dimurkai?”49

Hendaknya tidak malu bertanya dan


memperhatikan adab bertanya
88. Allah Ta’ala berfirman,
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya

َ َ َ َ ُ ْ ِّ َ َ ۟ ُ َ
‫ف ْس َٔـل ٓوا أ ْهل ٱلذك ِر ِإن كن ُ�ت ْ ل ت ْع ُلون‬
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”50

89. Mujahid berkata,


ْ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ
�ٌ ‫ح َول ُم ْس َتك ِب‬
‫العل مست ٍي‬
ِ ‫ل يتعل‬
“Orang yang malu (bertanya) dan orang yang sombong

49. HR. Abu Dawud: 4848 dll


50. QS. An-Nahl 43

48 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


tidak akan pernah belajar ilmu.”

Tidak terlambat mendatangi pelajaran


90. Sebagian salaf berkata,
َ َ‫ْ ْ أ‬
ُ‫الـ َـد ِّرس أ ْن َي ْن َت ِظـ َـر ُه ْال ُف قَ َ�ــاء‬
ُ ْ ‫ال َد ِب َمـ َـع‬ ‫ـن‬‫ـ‬ ‫م‬ِ :‫ف‬
ُ َ َّ َ َ ْ َ َ
‫وقــد قــال الســل‬
ِ
ُ ْ َ
،‫َول َين َت ِظ َر ْه‬
“Di antara adab dengan pengajar, hendaknya para fuqaha
menunggunya, dan bukan dia yang menunggu mereka.”

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Majelis Pelajarannya

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 49


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

50
Bab 5

Tentang Adab
Penuntut Ilmu pada
Kitab dan Aktivitas
Menulis

Bersemangat untuk mencatat


91. Rasulullah n bersabda,
َ ‫َق ِّي ُدوا ْالع َمل � ْلك‬

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis


‫اب‬ ‫ت‬
ِ ِ ‫ِ ِب‬
“Jagalah ilmu dengan menulis.”51

92. Asy-Sya’bi t berkata,

َ ْ �‫إ َذا َ ِس ْع َت َش ْي ًئا َف ْاك ُت ْب ُه َو َل ْو ِ ف‬


‫الا ِئ ِط‬ ‫ي‬ ِ
“Apabila engkau mendengar sesuatu ilmu, maka tulislah
meskipun pada dinding“52

51. Shahih Al-Jami’, no.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih
52. Al-‘Ilmu no. 146 oleh Abu Khaitsama‫ا‬

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 51


Hendaknya bersemangat atas kitab
93. Ibnu Jamaah berkata,
َ َ
‫ـاج ِإل يْ َ�ــا‬‫ـ‬ ‫ت‬ َ ‫ال ْح‬ُ ْ ‫ـى ِب َت ْح ِصيــل ْال ُك ُتــب‬
َ ‫َي ْن َبـ ِغ ِل َطا ِلــب ْال ِعـ ْ ِـم أ ْن َي ْع َتـ ِ ن‬
ِ ِ ِ ‫ي‬ ِ ‫ي‬
ْ َّ ُ‫َ َ ْ َ َ ُ ش َ ً َ َّ َ َ َ ٌ َ ْ َ َّ ٌ أَ نَّ َ َ ة‬
‫مــا أمكنــه ِ�اء و ِإل ف ِإجــارة أو ع ِاريــة ِل�ــا آل التح ِصيـ ِـل‬
“Patut bagi penuntut ilmu untuk mendapatkan kitab-kitab
yang dibutuhkannya sebisa dengan membelinya, jika tidak,
maka menyewa atau meminjam, karena kitab adalah alat
untuk mendapatkan ilmu.” 53

Memuliakan kitab dengan


memperhatikan penempatannya
94. Ibnu Jamaah berkata,
َ َ ُُ َ‫ْ أَ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ أ‬
‫ َول َي َض ُ َعــا َعــى‬،‫ــ� ال ْر ِض خل ٌّــو‬ ‫َوال ْول أن َيكــون َبينــه َو َب ي ن‬
َ َ َ ََ ً َ َ‫ْ أ‬
.‫ال ْر ِض ك ْيــا تت َن َّــدى أ ْو ت ْبــى‬
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis

“Hendaknya melatakkannya tidak bersentuhan langsung


dengan lantai, dan hendaknya tidak meletakkannya di
tanah agar tidak lembab atau lapuk.” 54

95. Ibnu Jamaah juga berkata,


‫ُ ُ ِ َ َ شَ َ ف‬ َ‫ْ أ‬
‫� ِ َ�ــا‬ ‫ــار علومــا و‬ َ ‫ال َد ُب ِ ف� َو ْضــع ْال ُك ُتــب ب� ْع ِت‬
‫ب‬ ‫اع‬ِ �َ ‫َو ُ ي‬
ِ َ ِ َِ ِ ‫ي‬ ‫ي‬
ُ ِّ ُ ْ َ َ َ ْ‫َ ُ َ ِّ ف َ َ َ َ َ ت ْ َ َ َ ُ ْ أ ش‬
‫اع‬ِ‫�ف أ ْعــى الــل ث َّ� ُ ي َ� ي‬ ‫ومصن ِ�ــا وجلل ِ ِ�ــم فيضــع ال‬
َ
ِّ ُ ْ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ‫َّ ْ ي‬
،‫ـه أ ْعــى الــل‬ ‫التــد ِر ج� فـ ِـإن كن ِف ي�ــا الصحــف الكـ ِـر ي� جعـ‬
53. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim
54. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

52 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


ْ َ َْ َ ْ ‫ُ ْ َ ف‬ َ َ َ ‫َ ْ أَ ْ َ َ ْ َ ُ َ ف‬
‫ات عــرو ٍة ِ ي� ِمســم ٍار أو وت ٍــد‬ ِ ‫والول أن يكــون ِ ي� خ ِريط ٍــة ذ‬
َ َ ْ َ َ َ َّ ُ‫ث‬ ْ
َ ‫ـف ِ ف ي� َصـ ْـدر‬ َ َ ‫ف‬
‫ � كتــب ال ِديــث‬،‫ـس‬ ِ ‫ـ‬ ‫ل‬
ِ ْ‫ال�ج‬
ِ ٍ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ظ‬ ِ ‫ن‬ ‫ـر‬
ٍ ‫ـ‬ ‫اه‬
ِ ‫ط‬ ‫ِ ي� َحا ِئـ ٍـط‬
ُ َ ْ ‫ـر‬ ُ ‫ـر َف َك َص ِحيــح ُم ْسـ ِـم ثُ َّ� َت ْف ِسـ يـر ْال ُقـ ْـر ِآن ثُ َّ� َت ْف ِسـ ي‬
�َّ ‫ـث ث‬ ِ ‫ال ِديـ‬ ِ ٍ ِ
ْ َّ ‫الـ‬
ُ ُ ْ َّ َ ُ ْ َّ َّ ُ‫ْ ْ ثُ َّ ْ ْ ُ ث‬ ُ َّ ُ‫ِّ ث‬ ُ
�َّ ‫صيــف ث‬ ِ ‫الت‬ ‫و‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫ح‬ ‫الن‬ � ‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ق‬ ‫ف‬
ِ ‫ال‬ � ‫ـه‬
ِ ‫ـ‬ ‫ق‬ ‫ف‬
ِ ‫ال‬ ‫ـول‬ِ ‫ـ‬ ‫ص‬ ُ ‫أ‬ � � ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ـد‬
‫ـ‬ ‫ال‬ ‫ـول‬ِ ‫ـ‬ ‫ص‬ُ ‫أ‬
ُ ُ ْ َُّ ‫ث‬ َ ْ َ ْ َ ِ
.‫أشــع ُار الع َــر ِب � الع ُــروض‬
ْ َ ً َ ُ َ ْ َ ٍّ ْ َ ٍّ َ ‫َ ْ ْ َ َ َ َ ف‬
‫ فـ ِـإن‬،‫ـىل أك ث ُ� َهــا قـ ْـر نًآ� أ ْو َح ِديثــا‬ ‫ـا� ِن ِ ي� فــن أعـ ِ ي‬ ‫فـ ِـإن اســتوى ِكتـ ب‬
ُ َْ ً َ َ
ْ َ ْ َ ِّ ُ ْ ‫ْاسـ َـت َو َ� َفب َجـ َـا َ ةِل‬
‫ فـ ِـإن ْاسـ َـت َو َ ي� فأق َد ُ ُم َمــا ِك َت َابــة َوأك ث ُ� َها‬،‫ـف‬ ِ ‫ال َصنـ‬ ِ ‫ي‬
َ َ َ
ُّ ‫ فــإن ْاسـ َـت َو َ ي� فأ‬،�‫ـ‬ ْ َ َ‫الص ِ ِ ن‬ َ ْ َ ‫ف‬ ً ُ
.‫ص ُه َمــا‬ ِ ‫الـ ي‬
َّ ‫ـاء َو‬ ِ ‫ُوقوعــا ِ ي� أ ْيـ ِـدي ال ُع َلـ‬
“Hendaknya menjaga adab dalam meletakkan kitab-
kitab dengan menimbang ilmunya, kemuliaannya,
para penulisnya dan kehormatan mereka. Hendaknya
meletakkan kitab paling mulia di atas semuanya, kemudian
memerhatikan sisi kemuliaannya secara berurutan. Jika

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis


ada mushaf al-Qur`an, maka dia meletakkannya di atas
semua kitab, dan yang lebih baik dimasukkan ke dalam
sebuah kantong kulit yang bertali yang dicantelkan pada
paku atau pasak di dinding yang suci dan bersih di bagian
depan majelis, kemudian kitab-kitab hadits murni seperti
Shahih Muslim, kemudian tafsir al-Qur`an, kemudian
tafsir hadits, kemudian ushuluddin, kemudian ushul fikih,
kemudian fikih, kemudian nahwu dan sharaf, kemudian
syair-syair Arab, kemudian arudh (ilmu tentang syair-
syair Arab).
Jika dua kitab dalam satu disiplin ilmu sama, maka yang
diletakkan di atas adalah yang paling banyak mengandung
ayat al-Qur`an atau hadits, jika keduanya sama, maka

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 53


yang dilihat adalah kemuliaan penulis, jika keduanya sama,
maka yang lebih dahulu ditulis dan lebih banyak beredar di
tangan para ulama dan orang-orang shalih, jika keduanya
sama, maka yang lebih shahih dari keduanya.”55

96. Ibnu Jamaah berkata,


ً َ َ َ َْ ً َ َ ‫ــل ْال ِك َت‬
ُ ََْ ََ
‫يــس أ ْو غ ْي ِ� َهــا َول ِ خَم َّــدة‬ِ ‫ــاب ِخ َزانــة ِللك َر ِار‬ ‫ول ي ج�ع‬
ً
ْ ً‫َ َ ْ َ َ ً َ َ ُ َ َّ ً َ َ ُ ْ َ ً َ َ ُ َّ َ أ َ َ َ ْ َ َ ة‬
‫ـه ِلل َبـ ِّـق‬ ‫ول ِمروحــة ول مكبســا ول مســندا ول متــا ول مقتـ‬
ََ ْ َ َ‫ف‬ ْ ‫ف‬ َ ْ َ َ
‫ َول ِس يَّــ� َما ِ ي� ال َــو ِر ِق ُ� َــو َعــى ال َــو ِر ِق أش ُّــد‬،‫ــر ِه‬
ِ ‫وغ ي‬
“Hendaknya tidak mejadikan kita‫ ز‬sebagai penyimpan kertas
atau lainnya, bantal pipi, kipas, tempat sesuatu, sandaran,
dan alat membunuh serangga dan yang sepertinya, apalagi
di kertas, maka ia di atas kertas lebih terlarang.” 56

Mendoakan penulis kitab yang diambil


Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis

faedahnya
97. Abu Muhammad At-Tamimi Al-Hanbaliy berkata,
َ ُ َّ َ َ‫َّ ثُ َّ َ ْ ُ ُ نَ َ َ َ �ت‬ َ ْ َ ْ ُ ُ ََْ
‫حوا َعل ْي َنا‬ ‫ك أن ت ْس َت ِف ُيدوا ِمنا � تذكرو� ول ت‬ ‫يقبح ِب‬
“Betapa jeleknya kalian jika kalian pernah mengambil
faedah dari kami lalu kalian menyebut nama kami dan
tidak mendoakan rahmat bagi kami.”57

55. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


56. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim
57. diriwayatkan oleh Al-Qodhi Iyadh dalam Al-Ilma’

54 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Tulislah salawat dengan lengkap
98. Ibnu Jamaah berkata,
ْ َّ ‫َ َ ْ َ َ َ ْ ف‬
‫الســط ِر ِمـ َـر ًارا‬ �‫ـاب ولــو وقعــت ِ ي‬ ‫ـ‬ ‫ت‬َ ‫الصـ َـا ُة ف� ْالك‬ َّ ‫ـر‬ ُ َ ‫ـ‬‫ت‬َ �ْ‫َو َل تُ خ‬
ِ ِ ‫ي‬ ِ
ْ‫ َأو‬،‫ َص َل ٌــع‬:‫ــب‬
ُ ‫ــ� َف َي ْك ُت‬ ُْ َ‫َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ ْ ُ َ ِّ ن‬
َ‫ال َت َخ ِّل ِف ن‬
‫ي‬ �‫كــا يفعــل بعــض الحــر ِر ي‬
َْ َ ُ َّ َّ َ ِّ َ ُ ‫ـك َغـ ْي‬ َ َ ُّ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ٌ َ َ
‫ صــى الل عليـ ِـه‬- ‫ـر ِليـ ٍـق ِب�قـ ِـه‬ ‫ وك ذ ِلـ‬،‫ أو صلعــم‬،‫صــم‬
ْ
‫ك ِ َالــا َو تَ ْ� ِك اخ ِت َص ِار َهــا‬
َ
َ َ ‫الصــا ِة ِب‬ َّ ‫ َو َق ْــد َو َر َد ِ ف� ِك َت َاب ِــة‬،- ‫ــم‬ َ َّ َ َ
‫وس‬
‫ي‬
ً َ َ ٌ َ‫ث‬
.‫آ�ر ك ِث يــرة‬
“Hendaknya tidak meringkas shalawat dalam penulisan,
sekalipun ia terulang beberapa kali dalam satu halaman,
sebagaimana yang dilakukan sebagian kalangan yang
terhalang dan tertinggal dari kebaikan, di mana dia
menulis ‫ صــم‬,‫صلــع‬, atau ‫صلســم‬, semua itu tidak layak bagi hak
Nabi. Ada banyak atsar tentang menulis shalawat secara
sempurna dan tidak meringkasnya.”58

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis


Mendoakan orang-orang saleh
99. Ibnu Jamaah berkata,
َ‫ْ أ‬ ْ َّ َ َ َ
ُ َّ �
‫الل‬ َ ‫ال َك ُ� ِم نْ ُ�ـ ْـم ُك َتـ‬
َ ‫ـب َر ِ ض ي‬ ‫ا‬‫م‬َ َّ‫ـا� َل ِسـ ي‬
�‫ـ‬ ِّ ‫ـ‬‫ح‬َ ‫الص‬
َّ ‫ـر‬
َ ‫َ ِب‬ ‫ِب ي‬ ِ ‫و ِإذا مــر ِب ِذ‬
‫ـ‬‫ك‬
َ
َ َ َ ْ َ َ ْ ‫َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َّ َ َ َ َّ َ َ أ َ ْ ْ أ‬
‫الل ِئك ِة‬ ِ ‫ ول يكتــب الصــاة والســام ِلح ٍد غـ يـر النبيـ‬،‫عنــه‬
‫ـاء و‬
َْ َ َ َ َ َ ِ َ ِ ْ َ َّ ُ َ ْ ُ َ ً َ َ َّ
‫الســل ِف فعــل ذ ِلــك أو‬ َّ ‫كــا َمـ َّـر ب ِذ ْكــر أ َحـ ٍـد ِمــن‬ َ ‫ و‬.‫إل تبعــا لــم‬
َ َ ِ ِ
َ ْ ُ َ ‫ْأ‬ ُ ‫ْأ‬ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َ
.‫الل َول ِسـ يَّـ� َما ال ئِ َّ�ــة ال ْعــا ُم َو ُهـ َـداة ِإال ْســا ِم‬ ‫كتــب ر ِحــه‬

58. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 55


“Jika melewati nama sahabat, khususnya para sahabat
‫ض‬
besar, ‫ر� الــه عنــه‬ ّ
‫ ي‬dia patut menulis untuk ‫ الصــاة والســام‬dan
tidak menulis, siapa pun selain nabi-nabi dan malaikat-
malaikat kecuali mengikuti mereka. Dan setiap kali
melewati nama seseorang dari as-Salaf, dia melakukan hal
yang sama, atau menulis, khususnya para imam besar dan
ulama Islam.”59

Menulis dengan rapi


100. Hendaknya membaguskan dan menjelaskan tulisan
ketika mencatat. Abu Hanifah pernah melihat orang
yang menulis dengan tulisan yang kecil-kecil, lantas ia
berkomentar:

ْ ُ‫ ِإ ْن ِع ْش َت َت ْن َد ْم َو ِإ ْن ِم َّت َت ْش�ت‬،‫َل َت َق ْر ِم ْط َخ َّط َك‬


“Jangalah tulisanmu kamu buat kecil-kecil, sebab kalau
Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis

kamu hidup sampai tua, maka kamu akan menyesal. Dan


kalau kamu sudah mati, kamu akan dicela oleh orang yang
melihat tulisanmu.”60

Meminta izin dalam mencatat


101. Hendaknya memperhatikan adab dan syarat dalam
mencatat perkataan seorang guru.
Adab dan syarat tersebut disebutkan oleh Syaikh Bakr
Abu Zayd,

59. Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim


60. Ta’limul Muta’alim Pasal 4

56 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫َ َّ ْ أَ َ ُ َ َ ْ َ غ‬
‫ أ ْو‬،‫ـم شـ ْـي َخك أنــك َسـ َـتك ُت ُب‬ ‫ فينب ـ ِ ي لــك أن تعـ‬،‫أمــا الدب‬
ً َ َ َ ‫َك َت ْبـ‬
.‫ـت َمــا َ ِس ْع َتـ ُـه ُمذاكـ َـرة‬
َ َ َّ َ َ ُ َ ُ ْ َّ‫َ َ َّ ش‬
‫ فت ِش ي ُ� ِإل أنك ك َت ْب َت ُه ِم ْن َ َس ِاع ِه ِم ْن َد ْر ِس ِه‬،‫ال�ط‬ ‫وأما‬
“Adabnya: hendaknya engkau memberitahu gurumu
bahwa engkau akan mencatat atau telah mencatat atau
telah mencatat apa yang engkau dengar sebagai pengingat.
Adapun syaratnya: engkau sebutkan dalam tulisanmu
bahwa engkau menulisnya dari mendengarkan ucapan
gurumu saat pelajaran yang disampaikannya.”61

Tentang Adab Penuntut Ilmu Pada Kitab Dan Aktivitas Menulis

61. Hilyah Tolibil Ilmi pasal 21

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 57


101 Riwayat
Tentang Adab
Menuntut
Ilmu

58
Profil Indonesia
Bertauhid

“Indonesia Bertauhid“ merupakan program dakwah


yang bertujuan mewujudkan dakwah tauhid di tanah
air Indonesia yaitu dakwah agar masyarakat indonesia
bertauhid secara sempurna, bertauhid dengan mengenal
dan menunaikan hak-hak khusus yang hanya dimiliki
Allah b sebagai Rabb pencipta dan satu-satunya yang
berhak disembah dan diibadahi.
Perintah agar bertauhid secara sempurna dan dakwah
tauhid adalah perintah terbesar dalam agama. Kebalikan
tauhid adalah kesyirikan yaitu melanggar hak-hak
khusus Allah b. Kesyirikan yang merupakan larangan
terbesar dalam agama. Sehingga gerakan dakwah ini
bertujuan utama menegakkan dakwah tauhid dan
menghapuskan kesyirikan di bumi nusantara ini.
Rasulullah g mengajarkan agar pertama kali yang
didakwahkan adalah dakwah tauhid, menjadi prioritas
utama dan menjadi pelajaran seumur hidup yang
terus diulang-ulang karena tauhid erat kaitannya
dengan keimanan yang terkadang naik dan terkadang
Profil Indonesia Bertauhi

turun. Selain itu dakwah tauhid adalah dakwah yang


mempersatukan umat islam dan bersatunya umat Islam
bisa terwujud apabila tauhid sudah ditegakkan.
Hanya saja kita terkadang lalai atau lupa dengan dakwah
ini, atau lebih memprioritaskan yang lain. Mungkin

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 59


sebagian kita sibuk dengan dakwah lainnya, memang
bagus, tetapi hendaknya kita selalu memperhatikan
dakwah tauhid dan memprioritaskannya.
Semoga kita bisa memprioritaskannya dan selalu
menjaga dakwah tauhid.

Berikut Keutamaan Tauhid:


1. Tujuan diciptakannya makhluk adalah untuk bertauhid.
2. Tujuan diutusnya para rasul adalah untuk mendakwahkan
tauhid.
3. Tauhid adalah kewajiban pertama dan terakhir.
4. Tauhid adalah kewajiban yang paling wajib
5. Hati yang saliim adalah hati yang bertauhid.
6. Tauhid adalah hak Allah b yang harus ditunaikan
hamba.
7. Tauhid adalah sebab kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Perlu kita ingat bahwa Allah b tidak akan menolong
hamba-Nya secara sempurna, tidak akan memakmurkan
dan memuliakan suatu kaum dengan berkah-Nya
jika pada kaum tersebut dakwah tauhid terlantar dan
kesyirikan masih mendominasi. Meskipun mereka
Profil Indonesia Bertauhi

sudah berusaha memajukan pendidikan, ekonomi,


politik, dan ilmu lainnya.
Mari kita saling membantu dan menolong untuk
menegakkan dakwah tauhid di bumi nusantara ini.

60 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu


Semoga Allah memberikan berkah dan kemudahan bagi
kita dan Indonesia menjadi negara bertauhid, berkah,
makmur, dan berjaya dengan kemuliaan Islam.
Alhamdulillah, pada tahun 2019 kami telah resmi
menjadi Yayasan Indonesia Bertauhid yang dibina oleh
Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK dan Ustadz
Dr. Aris Munandar, S.S., M.P.I hafidzahumallahu.

Daftar Akun Sosial


Media

Twitter @indonesiatauhid
Instagram @indonesiabertauhidofficial
@indonesiatauhid
@indonesiabertauhidstore
@indonesiabertauhidtv
@indonesiabertauhidkids
@daurohindonesiabertauhid
Youtube Indonesia Bertauhid TV
Telegram Indonesiabertauhid
Facebook Indonesia Bertauhid
Daftar Akun Sosial Media

Line @indonesiabertauhid
Website indonesiabertauhid.com
Whatsapp +62895 37660 3093

101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu 61


Infak Dauroh
Indonesia
Bertauhid
Bank Syariah Indonesia

6666677747
Daftar Akun Sosial Media

An. Yayasan Indonesia Bertauhid

Info dan Konfirmasi:


Whatsapp: 0895376603093

62 101 Riwayat Tentang Adab Menuntut Ilmu

Anda mungkin juga menyukai