Anda di halaman 1dari 6

TANTANGAN YANG DIHADAPI GURU DALAM MENGAJAR PADA

ABAD 21

Muhammad Rizki Pratama


Email: 2110111310001@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 telah membawa
dampak bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Salah satu komponen penting
dalam pendidikan adalah guru. Guru memegang peranan penting dalam konteks pendidikan
karena guru merupakan garda terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan dan berhadapan
langsung dengan siswa. Untuk mengikuti perkembangan IPTEK yang makin hari semakin
berkembangan, hal ini akan mendorong sistem pendidikan yang ada di Indonesia
mengalami berbagai perubahan. Menurut (Susilo dan Sarkowi 2018) salah satu perubahan
paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada
guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada murid (student centered). Pertama,
dalam kegiatan pembelajaran, tugas utama guru adalah memberikan pengetahuan kepada
siswa, menjadikan guru sebagai sumber belajar yang utama. Di abad 21 ini, guru hanyalah
fasilitator yang menyediakan bahan baku. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang, guru dituntut untuk inovatif dan kreatif dalam kegiatan
pembelajaran, serta memanfaatkan teknologi yang ada untuk memajukan kegiatan
pembelajaran tersebut. Tentunya harus ada effort atau upaya dalam menghadapi
promblematika atau tantangan dalam menghadapi pembelajarab abad 21 ini.

PENDAHULUAN
Abad ke-21 merupakan abad yang ditandai dengan berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan
yang semakin meluas di segala bidang, ditambah dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih membuat siapapun dapat dengan mudah memperoleh berbagai macam
informasi dari manapun dengan cepat dan instant melalui internet. Tak hanya pengetahuan
umum saja, melalui internet kita sudah dapat melihat jutaan informasi sekecil apapun dari
berbagai sudut dunia tanpa terkecuali. Dengan perkembangan IPTEK yang pesat tersebut
kini tak ada batasan ruang dan waktu lagi bagi tiap manusia untuk mencari informasi dan
berkomunikasi.

1
Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah
membawa dampak bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Hal ini telah mendorong
banyak perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia guna mengikuti perkembangan
teknologi yang semakin maju. Pendidikan bukan hanya dilakukan secara tradisional melalui
diskusi antara guru dan peserta didik di dalam kelas. Namun kegiatan belajar mengajar saat
ini tidak terlalu terfokus pada guru, melainkan banyak yang menggunakan teknologi untuk
mencari informasi. Peserta didik dimudahkan dengan adanya kebebasan dalam menambah
pengetahuan dengan praktis dan murah dari google atau internet. Dengan kemudahan ini,
peserta didik dapat memperoleh lebih banyak wawasan dan cepat memahaminya. Selain
itu, ada berbagai aplikasi khusus untuk sektor pendidikan.
Dengan kemudahan tersebut, peserta didik menjadi lebih banyak mendapat
wawasan dan cepat memahaminya. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru
sebagai tenaga pengajar. Dengan meningkatnya wawasan peserta didik, para guru harus
bisa menyesuaikan juga ilmunya agar tetap bisa mengimbangi anak didiknya. Ketika ilmu
pengetahuan masih terbatas serta teknologi belum berkembang hebat seperti saat ini, peran
utama guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru
yang baik ialah guru yang bisa menguasai materi dengan baik juga, sehingga guru pada saat
itu benar-benar berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya (Susilo dan Sarkowi
2018).

TANTANGAN GURU ABAD KE 21


Memasuki abad 21, guru dihadapkan pada tantangan yang lebih beragam dalam
menghadapi siswa, dengan materi mata pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, dan juga
tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi. Maka dari itu, dibutuhkan
guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan
bertindak. Guru harus senantiasa mengembangkan diri, tidak hanya mengikuti apa yang
sudah ada. Harus ada yang baru dalam belajar mengajar setiap hari, jangan semata-mata
hanya menjelaskan materi diikuti ceramah ataupun mengerjakan LKS dan diakhiri dengan
hanya memberikan paraf tanpa melihat jawaban para siswanya. Guru harus berinovasi
dalam setiap kegiatan pengajaran dan harus terus mengembangkan ilmunya dengan banyak
membaca buku dan informasi secara online.
Saat ini banyak sekali sumber bacaan yang dapat diperoleh siswa dengan mudah
dari internet. Hal ini membuat siswa lebih banyak mencari pengetahuan baru melalui
internet daripada bertanya langsung kepada guru, sehingga hal ini dapat menyebabkan
kurangnya interaksi antara siswa dan guru dalam kondisi mengajar. Dengan begitu banyak
siswa yang merasa sekolah itu membosankan. Mereka lebih menyukai hal baru dengan
belajar sendiri menggunakan berbagai aplikasi yang ada.

2
Kini, guru tidak mungkin mampu bersaing dengan intenert dalam hal melaksanakan
pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Internet jauh lebih cerdas,
berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan
tugasnya. Karena itu, fungsi guru “bergeser” lebih mengajarkan nilai-nilai, etika, budaya,
kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh
internet pencari.
Dengan cara ini guru dapat menekankan pengajaran nilai-nilai moral untuk
mengembangkan karakter siswa agar ilmu yang telah dimilikinya tidak terbuang percuma.
Seperti yang disampaikan oleh (Waskito dan Nadiroh 2019), salah satu pendidikan yang
penting dalam membangun peradaban yang baik di suatu negara ialah pendidikan karakter.
Oleh karena itu, dengan ilmu pengetahuan dan wawasan luas yang dimiliki siswa, ditambah
kuatnya karakter baik yang tertanam, tentunya akan menjadi modal Indonesia untuk
memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas di masa depan. Hal ini sejalan dengan
esensi pembelajaran abad 21, yaitu membekali siswa dengan 4C (berpikir kritis, kreativitas,
kolaborasi dan komunikasi). Kemampuan tersebut diantaranya:
1) Berpikir kritis, siswa dituntut untuk memiliki rasa kepekaan terhadap gejala sosial
yang ada di masyarakat. Kritis disini berarti bukan hanya menyangkut pada
kepekaan terhadap ilmu maupun teori yang terdapat pada sumber-sumber belajar,
melainkan siswa juga harus peka atau dapat berkontribusi terhadap masalah sosial
yang ada pada masyarakat.
2) Kreatif, pada pembelajaran abad 21 ini siswa tidak hanya lagi dituntut untuk
menghafal serta memahami ilmu yang diberikan oleh guru. Para siswa dituntut
untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan sebuah teori yang diberikan guru,
melalui berbagai macam hasil karya.
3) Kolaborasi, maksud dari kemampuan kolaborasi yakni siswa dituntut untuk dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas ataupun pekerjaan.
4) Komunikasi, kemampuan terakhir yang harus dimiliki yaitu komunikasi. Siswa
dituntut untuk dapat mengkomunikasikan sebuah pekerjaan yang telah mereka
lakukan kepada guru serta teman-teman kelasnya.

Kemampuan 4C yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran abad 21 tidak dapat
dicapai oleh guru saja, tetapi harus dikoordinasikan oleh berbagai elemen pendidikan.
Mulai dari kebijakan pemerintah, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua hingga masyarakat
sekitar (Sugiyarti dan Arif 2018). Selain itu, pembelajaran yang dilakukan guru di kelas
tidak lagi hanya menitikberatkan pada teori, tetapi juga harus dikaitkan dengan kejadian
nyata yang terjadi di masyarakat. Biarkan siswa tidak hanya belajar teori abstrak, tetapi
juga praktik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga akan dapat meningkatkan motivasi
siswa karena siswa merasa bahwa apa yang telah dipelajari di sekolah akan berguna dalam
kehidupan sosialnya.

3
KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN GURU MENGHADAPI ABAD 21
Untuk dapat bersaing di abad 21 Jenis keterampilan apa saja yang harus dimiliki
oleh seorang guru? Keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 bersifat lebih internasional,
multikultural dan saling berhubungan. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
mengubah cara belajar, sifat pekerjaan yang dapat dilakukan, dan makna hubungan sosial.
Daryanto dan Karim (2017) dalam Bukunya Pembelajaran Abad 21 disebutkan bahwa:
Menurut International Society for Technology in Education, karakteristik keterampilan
guru abad 21 54 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru
abad 21 kedalam 5 kategori, yaitu:
1) Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik,
dengan indikator diantaranya :
a. Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif
dan inovatif.
b. Melibatkan peserta didik dalam menggali isu dunia nyata (real word) dan
memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber - sumber
digital.
c. Mendorong refleksi peserta didik menggunakan tool kolaboratif untuk
menunjukkan dan mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan
konseptual dan proses kreatif peserta didik.
2) Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan assesmen era digital,
dengan indikator sebagai berikut :
a. Mengembangkan lingkungan belajaryang kaya akan teknologi yang
memungkinkan semua peserta didik merasa ingin tahu dan menjadi
partisipasi aktif dalam menyusun tujuan belajarnya, mengelolah belajarnya
sendiri dan mengukur perkembangan belajarnya sendiri.
b. Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang
mengintegrasikan toos dan sumber digital untuk mendorong belajar dan
kreatifitas peserta didik.
3) Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator sebagai
berikut :
a. Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer
pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
b. Berkolaborasi dengan peserta didik, sejawat, dan komunitas menggunakan
tool-tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi
peserta didik.
4) Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, dengan
indikator diantaranya :
a. Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memberikan

4
akses yang memadai terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital
lainnya.
b. Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interaksi sosial
terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
c. Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam
menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghargai hak cipta,
hak kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar.
5) Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional, dengan
indikator sebagai berikut :
a. Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan
teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.
b. Menunjukkan kepemimpinan dengan menerapkan visi influsi teknologi,
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penggabungan
komunitas, dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan teknologi
kepada orang lain.

SIMPULAN
Di abad 21 ini, perkembangan IPTEK berpengaruh terhadap kegiatan pendidikan di
Indonesia. Adanya teknologi yang semakin canggih seharusnya dapat dimanfaatkan
dengan baik untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Maka, guru
sebagai komponen utama dalam kegiatan pembelajaran memiliki peran penting dalam
proses peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Guru dituntut mampu untuk
mengembangkan serta menciptakan cara mengajar yang baru agar peserta didik tidak
merasa bosan dengan metode pembelajaran yang itu-itu saja. Misalnya, dengan smartphone
guru dapat membuat grup diskusi melalui aplikasi chatting sehingga antara guru dan
peserta didik dapat lebih mudah berkomunikasi selain di ruang kelas. Dengan begitu akan
lebih efektif karena kegiatan belajar mengajar antara guru dan peserta didik dapat dilakukan
dimana dan kapan saja. Selain itu, semakin berkembangnya teknologi yang semakin lama
mampu menggantikan peran guru sebagai sumber utama dalam memberikan ilmu
pengetahuan. Dengan begitu, guru seharusnya dapat lebih menekankan ajaran nilai-nilai
etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat
diajarkan oleh internet.

5
REFERENSI

Daryanto, Karim S. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.

Mardiani, F., Anis, M. Z. A., & Hermawan, M. D. DIGITAL LITERACY IN THE


TRANSFORMATION OF HISTORICAL LEARNING IN THE TIME OF COVID-
19. Jurnal Socius, 10(2), 1-10.
Mutiani, H. S., & Putra, M. A. H. (2020). Improvement of Scientific Attitudes Through
Training of Social Science Scientific Writing in MAN 2 Model
Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 128-133.
Setianingsih, S., Syaharuddin, S., Sriwati, S., Subroto, W., Rochgiyanti, R., & Mardiyani,
F. (2021). Aisyiyah: Peran dan Dinamikanya dalam Pengembangan Pendidikan Anak
di Banjarmasin Hingga Tahun 2014. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu
Sosial), 1(1).
Susanto, H. (2020). PEDAGOGI SEJARAH, NASIONALISME DAN KARAKTER
BANGSA. Preprint: EdArxiv.
Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.
Syaharuddin, S., Arisanty, D., Rahmattullah, M., Susanto, H., Alfisyah, A., Kiptiah, M., ...
& Junied, K. A. (2020). Book of Abstract-2nd International Conference on Social
Science Education 2020.
Susilo, Agus dan Sarkowi Sarkowi. 2018. Peran Guru Sejarah Abad 21 dalam Menghadapi
Tantangan Arus Globalisasi. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah 2(1):43.
Sugiyarti, Lina dan Alrahmat Arif. 2018. Pembelajaran Abad 21 Di Sd. Prosiding Seminar
dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar 2018 439–44.
Waskito, Aldi dan Nadiroh Nadiroh. 2019. Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam
Rangka Mendukung Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan Pada Era Revolusi
Industri 4 . 0.

Anda mungkin juga menyukai