Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357171122

SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN ANALISIS PARAMETER UKURAN BUTIR


DI PERAIRAN MUARA SUNGAI SAMBAS KALIMANTAN BARAT

Article in JURNAL GEOLOGI KELAUTAN · December 2021


DOI: 10.32693/jgk.19.2.2021.723

CITATIONS READS

8 835

6 authors, including:

Warsidah Warsidah Risko Risko


Tanjungpura University Tanjungpura University
121 PUBLICATIONS 222 CITATIONS 32 PUBLICATIONS 77 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Dicky Wahyuda Saputra Muliadi Muliadi


Tanjungpura University Tanjungpura University
2 PUBLICATIONS 11 CITATIONS 67 PUBLICATIONS 114 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dicky Wahyuda Saputra on 31 January 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5 No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.
ISSN : 2614-6142 (Printed), 2614-8005 (Online)
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/lk

Analisis Laju Sedimentasi di Kawasan Perairan Muara Sungai Sambas


Kalimantan Barat

The Characteristics of Tidal Current In Mempawah River Estuary

Dicky Wahyuda Saputra1*, Muliadi2, Risko3, Arie Antasari Kushadiwijayanto3, Yusuf A.


Nurrahman3
1Program Studi Ilmu Kelautan Ilmu Kelautan, FMIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
2ProgramStudi Geofisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
3Laboratorium Ilmu Kelautan Ilmu Kelautan, FMIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
*E-mail : dickywahyuda.saputra@gmail.com

Received : 28 August 2021; Accepted: 15 January 2022


Published: 28 February © Author(s) 2022. This article is open access

Abstract
The mouth of the Sambas river is water located in Pemangkat District, Sambas Regency, West Kalimantan. In
this area, there is a Nusantara Fishery Port (PPN) which is used for loading and unloading ships. Utilization
of the area will result in silting due to the sedimentation process. The purpose of this study was to determine
the rate of sedimentation in the waters of the Sambas river estuary. Sediment rate data collection using a
Sediment Trap for 14 days with an interval of every 7 days. Other supporting data from this research are the
current velocity and river flow discharge. The tidal type obtained in the waters of the Sambas river estuary is
a mixed skewed double daily with a Mean Sea Level of 102 cm and a Formzhal number (F) 0.79. The results
showed that the average sedimentation rate in the waters of the Sambas river estuary in the first week was
156.76 kg/m2/week with the maximum sedimentation rate at Station 1 of 190.29 kg/m2/week and the
minimum sedimentation rate at Station 9 namely 103.66 kg/m2/week. While the average sedimentation rate
in the second week is 129.58 kg/m2/week with a maximum sedimentation rate of 181.61 kg/m2/week at
Station 6 and a minimum sedimentation rate of 88.30 kg/m2/week at Station 5. In 1 week, there was a change
in the sedimentation rate at the study site, initially, the sedimentation distribution value was larger in the
southern part, and in the following week, the sedimentation rate was higher in the northern part.
Keywords : Sedimentation rate, sediment, tide, Sambas river estuary

Abstrak
Muara sungai Sambas merupakan suatu perairan yang terletak di Kecamatan Pemangkat, Kabupaten
Sambas Kalimantan Barat. Pada kawasan ini terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang
digunakan sebagai bongkar muat kapal. Pemanfaatan kawasan tersebut berdampak akan terjadinya
pendangkalan akibat proses sedimentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju sedimentasi
di kawasan perairan muara sungai Sambas. Pengambilan data laju sedimen menggunakan Sediment Trap
selama 14 hari dengan interval pengambilan setiap 7 hari. Data pendukung lain dari penelitian ini adalah
kecepatan arus dan debit aliran sungai. Tipe pasang surut yang diperoleh di perairan muara sungai Sambas
adalah campuran condong ke harian ganda dengan Mean Sea Level 102 cm dan bilang Formzhal (F) 0,79.
Hasil penelitian menunjukkan laju sedimentasi rata-rata di perairan muara sungai Sambas pada minggu
pertama adalah 156,76 kg/m2/minggu dengan laju sedimentasi maksimum terdapat pada Stasiun 1
sebesar 190,29 kg/m2/minggu dan laju sedimentasi minimum terdapat pada Stasiun 9 yaitu 103,66
kg/m2/minggu. Sedangkan laju sedimentasi rata-rata pada minggu kedua adalah 129,58 kg/m2/minggu
dengan laju sedimentasi maksimum terdapat di Stasiun 6 181,61 kg/m2/minggu dan laju sedimentasi
minimum di Stasiun 5 sebesar 88,30 kg/m2/minggu. Dalam interval waktu 1 minggu ada perubahan laju
sedimentasi di lokasi penelitian yang semula nilai sebaran sedimentasi lebih besar di bagian Selatan dan
pada minggu berikutnya nilai laju sedimentasi lebih besar di bagian Utara.
Kata kunci : Laju Sedimentasi, sedimen, pasang surut, muara sungai Sambas

31 Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022)


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

1. Pendahuluan juga dapat disebut sebagai transpor sedimen


Muara sungai Sambas merupakan suatu (Rifardi, 2012).
perairan yang terletak di Kecamatan Kajian tentang laju sedimentasi
Pemangkat, Kabupaten Sambas Kalimantan merupakan hal yang penting sebagai data
Barat dan berdapan langsung dengan Laut awal dalam perencanaan alur pelayaran,
Natuna. Pada kawasan ini terdapat Pelabuhan khususnya di daerah perairan muara sungai.
Perikanan Nusantara (PPN) yang digunakan Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan
sebagai bongkar muat kapal dan merupakan
masalah dalam penelitian ini ialah,
salah satu lokasi alur pelayaran kapal
bagaimana laju sedimentasi di muara sungai
(Warsidah et al., 2021; Subardjo et al., 2018).
Menurut Rahman (2017) PPN merupakan Sambas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
suatu kawasan perikanan yang berfungsi mengetahui laju sedimentasi di kawasan
sebagai tempat labuh kapal perikanan serta perairan muara sungai Sambas.
tempat pendaratan ikan. Pemanfaatan
kawasan tersebut berdampak akan terjadinya 2. Metodologi Penelitian
pendangkalan akibat proses transport sedimen 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
dan dapat menyebabkan terjadinya banjir saat Penelitian ini dilakukan selama 15 hari
musim hujan sehingga menganggu alur pada bulan Maret - April 2021 di perairan
pelayaran di perairan tersebut (Ruth et al., muara sungai Sambas (Gambar 1). Pada
2014). penelitian ini terdapat 9 titik stasiun
Salah satu permasalahan utama yang pengamatan laju sedimentasi. Penentuan
terjadi di kawasan muara adalah tingginya stasiun pengamatan ini dilakukan
tingkat erosi dan sedimentasi yang berakibat menggunakan teknik purposive sampling yang
berkurangnya kedalaman suatu perairan. dianggap representative. Pengukuran
Banyaknya partikel sedimen yang dibawa oleh kecapatan arus dilakukan menggunakan
aliran sungai ke laut yang akan terendap, current meter di kedalaman 0,2 d dan 0,8 d
sehingga dapat mengganggu alur pelayaran pada masing-masing stasiun pengambilan
dan menyebabkan banjir (Huang, 2011; Juliano data. Sedangkan pengamatan pasang surut
et al., 2021). Selain itu, proses sedimentasi dilakukan menggunakan papan berskala
disebabkan oleh faktor fisis dan non-fisis. dengan interval waktu setiap jam selama 15
Faktor fisis berupa pasang surut, arus laut dan hari.
debit sungai, sedangkan faktor non-fisis yaitu
adanya kegiatan pembangunan di wilayah lain 2.2. Pengambilan dan Pengolahan
yang berakibat berubahnya pola Sampel Laju Sedimentasi
hidrodinamika perairan tersebut yang Pengambilan data laju sedimen
mengakibatkan terjadinya penumpukan menggunakan Sediment Trap. Menurut Hariadi
sedimen (Prayogi et al., 2016). Pasang surut et al. (2017) bentuk dari sediment trap
sangat berpengaruh terhadap laju berbentuk silinder berupa pipa paralon
sedimentasi. Pada saat kondisi pasang partikel dengan diameter 10 cm dan tinggi 50 cm.
sedimen dari laut terbawa menuju ke muara Tahapan pengambilan dan pengolahan laju
sungai dan terendapkan pada saat kondisi sedimentasi yaitu alat Sediment Trap
surut (Purnama et al., 2014). diletakkan di dasar perairan pada setiap
Sedimentasi merupakan peristiwa stasiun selama 14 hari dengan interval
pengendapan material batuan yang secara pengambilan setiap 7 hari. Hal tersebut
alam telah diangkut oleh tenaga air atau bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai
angin. Proses ini terjadi melalui beberapa laju sedimentasi selama 1 minggu. Adapun
tahapan pengambilan dan pengolahan data
tahap, tahap pertama pada saat pengikisan, air
laju sedimentasi adalah sebagai berikut :
membawa batuan mengalir ke sungai, danau, 1) Alat trap diletakkan di dasar perairan
dan akhirnya sampai di laut. Tahap pada setiap stasiun selama 14 hari dengan
selanjutnya pada saat kekuatan interval pengambilan setiap 7 hari sekali.
pengangkutannya berkurang atau habis,
batuan diendapkan di daerah aliran air. Hal ini

Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022) 32


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Muara Sungai Sambas

2) Sampel sedimen pada Sediment Trap menggunakan persamaan (Hariadi et al.,


kemudian dimasukkan ke dalam botol 2017):
sampel serta diberi nomor stasiun.
3) Sampel diendapkan selama 24 jam,
𝑄 = 𝐹𝑑 × 𝑉𝑑 (2)
setelah itu air yang berada diendapan
dipisahkan. Keterangan :
4) Kertas saring milipore 0,42 µm yang Q : debit sungai (m3/s)
sebelumnya dibasahi dengan aquades dan 𝐹! : luas penampang sungai (m2)
dikeringkan dengan oven pada suhu 𝑉! : kecepatan rata-rata aliran sungai
1050C. (m/s)
5) Timbang kertas saring dan catat hasilnya.
6) Sampel disaring menggunakan kertas Sedangkan laju sedimentasi didapatkan
saring yang telah diketahui beratnya dari hasil pengolahan data laju sedimentasi
7) Hasil saringan kemudian dioven pada dari laboratorium, kemudian dilakukan
suhu 105º C. perhitungan secara matematis menggunakan
8) Sampel yang sudah kering kemudian rumus APHA 1976 (Hariadi et al., 2017) :
ditimbang dan dicatat hasilnya
Laju sedimentasi = 𝐴 − 𝐵/ luas/ minggu
"#.###
= & &' ! ' . (𝐴 − 𝐵) (gram/m2/minggu)
2.3. Analisis Data
Data pasang surut tersebut dianalisis =&
"#
' . (𝐴 − 𝐵) (kg/m2/minggu) (1)
menggunakan metode Admiralty. Menurut &' !
Supriyono et al. (2015) proses perhitungan
komponen pasut menggunakan metode Keterangan :
Admiralty biasanya untuk data pasut jangka A : Berat akhir kertas saring dan sedimen
pendek selama 15 hari. Sedangkan luas kering (gr)
penampang sungai diketahui dengan B : Berat awal kertas saring (gr)
mengukur lebar, kecepatan aliran dan r : Jari-jari lingkaran sedimen trap
kedalaman sungai yang dapat dihitung π : 3,14

33 Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022)


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

3. Hasil dan Pembahasan rata kecepatan arus dasar perairan sebesar 0,1
3.1. Arus m/s dengan kecepatan arus maksimum berada
Hasil pengukuran secara keseluruhan di Stasiun 6 sebesar 0,178 m/s dan kecepatan
kecepatan arus permukaan menunjukan arus minimum berada di Stasiun 1 sebesar
bahwa perairan muara sungai Sambas 0,54 m/s (Gambar 1b). Menurut Djurdjani
memiliki kecepatan arus rata-rata dari seluruh (1998) dalam Sukuryadi (2015) arus
stasiun pengukuran sebesar 0,083 m/s dikategorikan lemah jika kecepatannya < 0,4
(Gambar 1a). Kecepatan arus permukaan m/s, sedang jika kecepatannya 0,4 – 1 m/s dan
maksimum berada di Stasiun 2 sebesar 0,133 kuat jika kecepatannya > 1 m/s. Sehingga
m/s. Sedangkan kecepatan arus minimum berdasarkan data dan analisis data arus
berada pada Stasiun 3 sebesar 0,044 dan tersebut dapat diketahui bahwa arus di
Stasiun 8 sebesar 0,044 m/s. Sedangkan rata – perairan muara sungai Sambas masuk dalam

Gambar 1. Kecepatan arus a) pada lapisan permukaan; dan b) pada lapisan dasar perairan
di muara sungai Sambas

Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022) 34


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

kategori kecepatan arus lemah (Warsidah et berpengaruh terhadap laju sedimentasi,


al., 2021). Arus yang berada di perairan muara dimana pada saat kondisi pasang maka
sungai merupakan perpaduan antara dua arus partikel sedimen dari laut terbawa menuju ke
yaitu arus dari laut lepas dan arus yang muara sungai (Purnama et al., 2015; Boggs,
dibangkitkan oleh pasang surut (Yugiswara, 2006). Pada minggu pertama terjadi pasang
2017). tertinggi dengan nilai tinggi muka air 161 cm.
Hal ini mengakibatkan sedimentasi pada
3.2. Pasang Surut minggu pertama juga tinggi dan sebaliknya
Berdasarkan hasil pengukuran yang pada minggu kedua pasang tertinggi dengan
diolah menggunkan metode Admiralty nilai tinggi muka air 140 cm, hal ini
diperoleh hasil konstanta harmonik pasang mengakibatkan sedimentasi pada minggu
surut (Tabel 1). Data konstanta harmonik kedua lebih rendah dibandingkan dengan
tersebut digunakan dalam menentukan minggu pertama. Pernyataan tersebut sesuai
bilangan Formzahl dan MSL (Mean Sea Level) dengan pendapat Mulyono (2007) bahwa air
untuk menentukan tipe pasang surut di pasang akan membawa sedimen dari laut ke
perairan muara sungai Sambas (Gambar 2). muara sungai untuk diendapkan di perairan
Nilai MSL atau ketinggian muka air laut rata- muara dan menambah tinggi pengendapan
rata sebesar 102 cm dan bilangan Formzhal (F) atau sedimentasi di perairan tersebut.
sebesar 0,79. Berdasarkan nilai Formzhal (F)
yang telah diperoleh maka diketahui tipe 3.3. Debit Sungai
pasang surut di perairan muara sungai Sambas Salah satu faktor yang mempengaruhi
yaitu pasang surut campuran condong ke sedimentasi adalah debit sungai (Triatmodjo,
harian ganda. Pasang surut sangat 1999). Hasil pengukuran debit yang minggu
Tabel 1. Konstanta Harmonik Pasang Surut
Konstanta Harmonik Amplitudo (m)
M2 0,24
S2 0,13
K1 0,12
O1 0,17

Gambar 2. Grafik pasang surut di perairan Muara Sungai Sambas

35 Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022)


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

Tabel 2. Nilai debit aliran di perairan sungai Sambas


Pengukuran minggu ke-
1 2
Debit
1.383 m3/s 1.963 m3/s

pertama sebesar 1.383 m3/s dan minggu mengandung sedimen dapat menyebabkan
kedua sebesar 1.963 m3/s (Tabel 2). Nilai abrasi di wilayah dengan kecepatan arus kuat
debit sungai paling tinggi terjadi saat dan sedimentasi atau pengendapan di wilayah
pengukuran diminggu kedua dimana pada dengan kecepatan arus lemah (Busthami,
minggu kedua terjadi empat kali turun hujan 2020). Kecepatan arus yang rendah akan
sedangkan minggu pertama hanya terjadi dua meningkatkan pengendapan yang tinggi
(Aritonang et al. 2016)
kali turun hujan. Hal ini sesuai dengan
Sedimen yang berada di muara sungai
pernyataan Yugiswara (2017) bahwa faktor merupakan sedimen yang diakibatkan oleh
utama banyaknya debit sungai dikarenakan limpasan sungai. Pencampuran sedimen yang
curah hujan, sehingga ketika curah hujan terjadi di muara sungai bergantung dari
tinggi akan berbanding lurus dengan kondisi besarnya debit sungai dan kemiringan sungai.
debit sungai yang juga tinggi. Hal ini dapat menyebabkan sedimentasi
maupun erosi (Yugiswara, 2017). Laju
3.4. Laju Sedimentasi sedimentasi yang diperoleh berbanding
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah terbalik dengan debit sungai, laju sedimentasi
dilakukan, secara keseluruhan laju tertinggi diperoleh pada minggu pertama
sedimentasi minggu pertama menunjukan sedangkan debit sungai tertinggi diperoleh
bahwa perairan muara sungai Sambas pada minggu kedua. Hasil ini serupa dengan
memiliki laju sedimentasi rata-rata dari semua penelitian yang dilakukan oleh Pratomo et al.
stasiun pengukuran sebesar 156,76 (2019) menjelaskan bahwa pada saat debit
kg/m /minggu. Laju sedimentasi minggu
2 sungai besar akan menyebabkan material
pertama nilai maksimumnya berada di Stasiun tersuspensi yang terbawa ke laut sulit untuk
1 sebesar 190,29 kg/m2/minggu (Gambar 3a). mengendap dan pada saat debit sungai kecil
Sedangkan laju sedimentasi minimum berada menyebabkan material tersuspensi yang
pada Stasiun 9 sebesar 103,66 kg/m2/minggu. terbawa ke laut mudah untuk mengendap
Sedangkan laju sedimentasi minggu kedua sehingga laju sedimentasi meningkat.
menunjukan bahwa perairan muara Sungai
Sambas memiliki laju sedimentasi rata-rata
4. Kesimpulan
dari seluruh stasiun pengukuran sebesar
129,58 kg/m2/minggu. Laju sedimentasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah
maksimum berada di Stasiun 6 sebesar 181,61 dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju
kg/m2/minggu. Sedangkan laju sedimentasi sedimentasi rata-rata di perairan muara
minimum berada pada Stasiun 5 sebesar 88,30 sungai Sambas pada minggu pertama 156,76
kg/m2/minggu (Gambar 3b). kg/m2/minggu dan laju sedimentasi
Dalam interval waktu 1 minggu maksimumnya berada di Stasiun 1 sebesar
(kg/m2/minggu) ada perubahan laju 190,29 kg/m2/minggu dan laju sedimentasi
sedimentasi di lokasi penelitian yang semula minimum berada pada Stasiun 9 sebesar
nilai sebaran sedimentasi lebih besar di bagian 103,66 kg/m2/minggu. Sedangkan laju
Selatan dan pada minggu berikutnya nilai laju sedimentasi rata-rata pada minggu kedua
sedimentasi lebih besar di bagian Utara. Hasil sebesar 129,58 kg/m2/minggu dengan laju
ini diduga adanya pergerakan kecepatan arus sedimentasi maksimum terdapat di Stasiun 6
yang mengakut sedimen ke arah Utara yaitu 181,61 kg/m2/minggu dan laju
sehingga terjadinya penumpukan sedimen. sedimentasi minimum di Stasiun 5 sebesar
Pada prosesnya arus membawa massa air yang 88,30 kg/m2/minggu. Dalam interval waktu 1

Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022) 36


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

Gambar 3. Peta sebaran laju sedimentasi a) minggu ke-1; dan b) minggu ke-2 di perairan
muara sungai Sambas

minggu ada perubahan laju sedimentasi di Anakan Muara Sungai Banyuasin, Sumatra
lokasi penelitian yang semula nilai sebaran Selatan. Jurnal Maspari. 6 (2): 7 – 14.
sedimentasi lebih besar di bagian Selatan dan Boggs, S. 2006. Principles of Sedimentology and
pada minggu berikutnya nilai laju sedimentasi Stratigraphy 4th Edition. Patrick Lynch,
lebih besar di bagian Utara. editor. Londok (UK): Merrill Publishing
Company.
Daftar Pustaka Busthami, Y. 2020. Transpor Sedimen di
Aritonang, A.E., H. Surbakti., I. Purwiyanto. Perairan Sekitar Pelabuhan Perikanan
2016. Laju Pengendapan Sedimen di Pulau

37 Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022)


Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 5. No. 1 (February, 2022), Hal. 31-38.

Samudera Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. (Studi Kasus Perairan Tarakan Dan
Bogor : Institut Pertanian Bogor. Balikpapan). Jurnal Chart Datum. 1(1): 8-18.
Hariadi, A., A. Satriadi, P. Subardjo. 2017. Laju Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai.
Sedimentasi di Muara Sungai Tayu Yogyakarta: Beta Offset.
Kabupaten Pati Jawa Tengah. Oseanografi. Warsidah, Risko, Saputra D.W., Muliadi, Zibar
6(1): 322-329. Z., Susiati H. 2021. Sebaran Sedimen
Huang G. 2011. Dual Behavior of Suspended Berdasarkan Analisis Paramater Ukuran
Sediment Concentration in a Regulated Butir di Muara Sungai Sambas Kalimantan
River. (1) : 115–121. Barat. Jurnal Geologi Kelautan. 19(2): 61-
Julianto, R., D. Hartono, A. Anggoro. 2021. 71.
Analisis Laju Sedimentasi di Kawasan Yugiswara, R.S., 2017. Distribusi Sedimen Di
Perairan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sekitar Muara Sungai Cimandiri Teluk
Pondok Besi Kota Bengkulu. Maspari Palabuhanratu Sukabumi. Skripsi. Bogor:
Journal. 13(2): 105-116. Institut Pertanian Bogor.
Mulyanto, H.R. 2007. Sungai Fungsi dan Sifat-
Sifatnya. Penerbit Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Pratomo, F.K., Hariadi, dan S. Widada. 2017.
Analisa Laju Sedimentasi Di Muara Sungai
Cilauteureun Garut. Jurnal Oseanografi.
6(1): 54-60.
Prayogi, H., S. Widada, dan Hariadi. 2016.
Pengaruh Arus Terhadap Laju Sedimentasi
Di Sekitar Sabuk Permeabeldi Timbul Sloko
Kabupaten Demak. Jurnal Oseaonografi.
5(1): 137-147.
Purnama, A.E., Hariadi, dan S. Saputro. 2015.
Pengaruh Arus, Pasang Surut dan Debit
Sungai Terhadap Distribusi Sedimen
Tersuspensi di Perairan Muara Sungai
Ciberes Cirebon. Jurnal Oseanografi. 4(1):
74-84.
Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern.
UR-Press : Pekanbaru.
Ruth, C.E., Siregar, H. Gentur, R. dan R. Azis.
2014. Studi Pengaruh Faktor Arus dan
Gelombang Terhadap Sebaran Sedimen
Dasar di Perairan Pelabuhan Kaliwungu
Kendal. Oseanografi. 3(3): 388-346.
Subardjo, P., A.A.D. Suryo, I. Pratikno, G.
Handoyo, dan K.P. Diani. 2018. Distribusi
Material Padatan Tersuspensi di Muara
Sungai Sambas, Kalimantan Barat. Buletin
Oseanografi Marina. 7(1):22-28.
Sukuryadi. 2015. Analisis Arus dan Gelombang
Perairan Batu Belande Gili Asahan Desa
Batu Putih Kecamatan Sekotong Lombok
Barat. Jurnal Paedagoria. 12(2): 1-10.
Supriyono, S.P. Widodo, R. Sofyan, dan H.
Bambang. 2015. Analisa dan Perhitungan
Prediksi Pasang Surut Menggunakan
Metode Admiralty dan Metode Least Square

Dicky Wahyuda Saputra et al., (2022) 38

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai