Materi Dr. Ir. Patuan Afon Simanjuntak, M.M., M.K.K.K., IPU
Materi Dr. Ir. Patuan Afon Simanjuntak, M.M., M.K.K.K., IPU
Regulator
Hilir Pelaksana Hilir
sebagai salah
Badan Usaha
Sekaligus BUMN Badan Usaha Lain
Sumber : www.esdm.go.id
90,56
Penyediaan dan 81,42
80,39
pendistribusian JBT dan 72,32 75,26 78,30
JBKP, maupun penjualan
JBU semakin meningkat 64,06
tiap tahunnya, 54,99 53,12
49,36
mengakibatkan beban
29,49 30,03
subsidi BBM juga semakin 11,55
9,28 10,42
meningkat 8,48
16,12 16,74 14,48 16,08 18,10 18,06
Gas Bumi dapat menjadi bridging fuel mengingat gas bumi menghasilkan
emisi karbon yang lebih rendah dibanding energi fosil lainnya
| 11
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi | 11
REALISASI KUMULATIF
INFRASTRUKTUR PIPA GAS BUMI 22.497,81 KM
*Triwulan I 2024
Pipa
Jargas
10.877,13
48%
Kilo Meter
Pipa
Distribusi Pipa
6.260,22 Transmisi
28% 5.360,46
24%
1.263.769.635
1.233.284.031
1.214.093.392
1.198.877.373
1.165.252.864
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2018 2019 2020 2021 2022 2023
RIJTDGBN memuat informasi terkait target waktu pembangunan dan pengoperasian serta kapasitas infrastruktur yang digunakan sebagai acuan
dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur gas bumi, keputusan investasi dan pengembangan pasar gas bumi domestik.
WJD 1 WJD
24 WJD
44 WJD
1. Penetapan WJD mendorong peningkatan pembangunan infrastruktur Gas Bumi melalui kewajiban Badan Usaha pemenang WJD wajib
membangun infrastruktur distribusi gas bumi untuk seluruh sektor pengguna baik rumah tangga, pelanggan kecil, komersial, kelistrikan
dan sektor industri strategis nasional. Sehingga dapat meningkatkan optimalisasi dan pemanfaatan gas bumi dalam negeri.
2. Dalam konsep RIJTDGBN direncanakan 72 Kabupaten/kota yang akan ditetapkan sebagai WJD dan diberikan prioritas alokasi gas bumi.
3. BU pemenang WJD diberikan alokasi Gas Bumi sesuai dengan perencanaan yang diusulkan dalam dokumen lelang dan ketersediaan
pasokan Gas Bumi;
4. Badan Usaha pemenang WJD diwajibkan membangun jargas dan/atau SPBG
120.776 SR
Diperlukan dukungan volume alokasi dan harga gas hulu tertentu untuk mendorong harga jual gas Jargas
yang kompetitif sebagai kompensasi penurunan penyediaan Bahan Bakar LPG (Subsidi Pemerintah)
sehingga investasi pengembangan Jargas lebih agresif dan terukur.
16
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi | 16
UPAYA BPH MIGAS DI BIDANG GAS BUMI
SEBARAN PENETAPAN HARGA JUAL JARGAS RT DAN PK DI 62 WILAYAH TAHUN 2007 - 2021
1. Kab. Bulungan (Pulau Bunyu)
2. Kota Balikpapan
7 Kab/Kota
5. Kab. Penajam Paser Utara
6. Kota Bontang
7. Kab. Kutai Kartanegara
Sulawesi Papua
Sumatera 2 Kab 1 Kab
23 Kab/Kota
1. Kab. Banggai
2. Kab. Wajo (Sengkang)
1. Kota Pekanbaru
Jawa
2. Kota Bandar Lampung
3. Kab. Muara Enim
4. Kab. Musi Banyuasin
29 Kab/Kota
5. Kab. PALI 1. Kab. Sorong
6. Kota Medan
7. Kab. Deli Serdang
8. Kab. Musi Rawas
9. Kab. Aceh Utara (Lhoksukon)
10. Kota Lhokseumawe
11. Kota Palembang
12. Kota Prabumulih
13. Kab. Ogan Ilir
14. Kota Dumai
15. Kota Jambi
1. Kab. Bekasi 10. Kota Depok 19. Kota Tangerang 28. Kab. Jombang
16. Kab. Aceh Tamiang
2. Kab. Subang 11. Kota Bekasi 20. Kab. Tangerang 29. Kab. Bojonegoro BU Penugasan: PGN
17. Kota Langsa
3. Kab. Mojokerto 12. Kab. Cirebon 21. Prov. DKI Jakarta
18. Kab. Ogan Komering Ulu
4. Kota Probolinggo 13. Kab. Lamongan 22. Kota Bogor BU Penugasan: PTGN
19. Kab. Sarolangun
5. Kota Pasuruan 14. Kab. Probolinggo 23. Kab. Bogor
20. Kab. Muaro Jambi
6. Kota Mojokerto 15. Kab. Pasuruan 24. Kab. Majalengka
21. Kota Batam
7. Kota Semarang 16. Kota Cirebon 25. Kab. Gresik
22. Kab. Aceh Timur catatan : Penugasan dilaksanakan oleh PTGN dan PGN
8. Kab. Blora 17. Kab. Karawang 26. Kota Surabaya
23. Kab. Banyuasin
9. Kab. Serang 18. Kota Cilegon 27. Kab. Sidoarjo
1. Rata-rata Penetapan Hargas RT-1 sebesar 4.386 Rp/m3 sedangkan Harga Pasar LPG 3 kg sebesar 5.655 Rp/m3
2. Rata-rata Penetapan Hargas RT-2 sebesar 6.066 Rp/m3 sedangkan Harga Pasar LPG 12 kg sebesar 11.981 Rp/m3*
*) Update Harga Pasar LPG 12 kg per 25 Desember 2021
Pada aspek “Availability” terjadi penurunan Peningkatan Ketersediaan Energi dilaksanakan dengan strategi:
kemampuan produksi atau ancamanan pada i) Peningkatan Cadangan dan Produktivitas Energi, ii) Pengendalian
kemampuan menyediakan energi dari sumber- Impor, iii) Peningkatan Cadangan Energi Nasional, iv) Pemenuhan
sumber dalam negeri (khusunya minyak bumi) Kebutuhan Energi Dalam Negeri, dan v) Penyimpanan Pasokan
sedangkan impor minyak dan Liqufied Petroleum
KONSUMSI ENERGI Listrik.
Gas (LPG) terus meningkat.
di Indonesia semakin
meningkat setiap
Peningkatan Aksesibilitas Energi dilaksanakan dengan strategi:
tahunnya dengan
Pada aspek “Accessability” ditunjukkan dengan i) Peningkatan Penyediaan dan Layanan Listrik, ii) Peningkatan
dominasi paling besar rendahnya Rasio Elektrifikasi (RE) serta Penyediaan dan Layanan Gas Bumi, iii) Peningkatan Penyediaan
ada pada minyak dan
produk turunannya.
terbatasnya jangkauan pelayanan gas bumi dan
Bahan Bakar Minyak (BBM).
dan Layanan BBM, iv) Pembangunan Jaringan Distribusi dan Listrik
Perdesaan, dan v) Digitalisasi dan Keamanan Siber KETAHANAN
Beberapa sektor yang Ketenagalistrikan.
mendominasi konsumsi ENERGI
energi yaitu: Pada aspek “Affordability” banyak terjadi
i) Rumah Tangga, permasalahan terhadap kemampuan masyarakat Perluasan Keterjangkauan Energi dilaksanakan dengan strategi:
ii) Transportasi, dan untuk membayar harga energi, dan juga i) Penurunan Disparitas Harga BBM, LPG, dan Batubara, ii)
iii) Industri. kemampuan pemerintah untuk menyediakan Perluasan Keterjangkauan Harga Listrik, dan iii) Pengendalian
energi dikaitkan dengan “subsidi” yang Volume Energi yang Disubsidi
disediakannya.
Pada aspek “Acceptability”, permasalahan yang Peningkatan Tingkat Penerimaan Energi dilaksanakan dengan
timbul masih minimnya pemanfaatan energi yang strategi: i) Pengembangan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan
peduli lingkungan. Selain itu masih rendahnya dan ii) Diversifikasi Menuju Energi Bersih.
porsi ET dalam bauran energi primer dikarenakan Peningkatan Tingkat Penerimaan Energi juga dapat dilakukan
terhalang oleh beberapa faktor seperti geografi, melalui Percepatan Transisi Energi yang dilaksanakan dengan
KETAHANAN teknologi, finansial, institusi maupun regulasi.
strategi: i) Peningkatan Kapasitas Terpasang PLT Energi
Terbarukan, ii) Peningkatan infrastruktur transmisi Listrik, iii) TRANSISI
ENERGI Peningkatan Konsumsi Biofuel, iv) Peningkatan investasi dan
ENERGI
Pembiayaan Transisi Energi, v) Penyiapan Regulasi Energi Baru,
vi) Inovasi dan Implementasi Teknologi Bersih, vii) Pengembangan
rantai nilai industri pendukung energi bersih, viii) Pengembangan
Transportasi Hijau, xi) Peningkatan efisiensi dan konservasi
energi, x) Dekarbonisasi pembangkit tenaga listrik
2
1
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi | 21
PETA JALAN TRANSISI ENERGI MENUJU KARBON NETRAL
1) Timeline pencapaian strategis mencapai net zero emission di sektor energi.
2) Peta Jalan ini akan menjadi bentuk komitmen bersama antara pemerintah dan para pemangku kepentingan mencapai NZE 2060.
2025: Penurunan emisi 231,2 Juta ton CO2 2035: Penurunan emisi 388 Juta ton CO2 2050: Penurunan emisi 1.043,8 Juta ton CO2
Supply: Supply: Supply:
➢ Pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL PT PLN (Persero) ➢ Produksi EBT Green Hydrogen mulai 2031 untuk sektor
➢ Produksi EBT Green hydrogen untuk substitusi gas alam
2021-2030 transportasi
untuk proses industri dengan temperatur tinggi mulai
➢ Implementasi PLTS Atap ➢ Battery Energy Storage System (BESS) tahun 2034
tahun 2041
➢ Percepatan pengembangan PLT Sampah ➢ Kapasitas terpasang PLTP mencapai 11 GW pada tahun
➢ Pengembangan PLT Biomassa skala kecil 2035 ➢ Bauran energi primer didominasi oleh EBT
➢ Cofiring PLTU Batu Bara Demand: Demand:
Demand: ▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 28,2 juta RT. ▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 46,6 juta RT.
▪ Kompor Induksi untuk 8,1 juta RT. ▪ Kendaraan listrik 9,3 juta mobil dan 51 juta motor ▪ Kendaraan listrik 50,2 juta mobil dan 163 juta motor
▪ Kendaraan listrik 300 ribu mobil dan 1,3 juta motor ▪ Jargas untuk 15,2 juta RT. ▪ Jargas untuk 22,7 juta rumah.
▪ Jargas untuk 5,2 juta RT. ▪ Penggunaan biofuels 40% ▪ Penggunaan biofuels 40%
▪ DME sebagai substitusi LPG pada RT
▪ Penambahan penerapan manajemen energi dan ▪ Penerapan hidrogen di sektor industri
▪ Mandatori biodiesel 30% pada 2025
peralatan SKEM
▪ Penerapan hidrogen di sektor transportasi
2021 – 2025 2026 – 2030 2031– 2035 2036 – 2040 2041– 2050 2051 – 2060
Supply: Supply:
Supply:
➢ Pemanfaatan nuklir untuk pembangkit listrik mulai tahun ➢ Tidak ada pembangkit listrik berbahan bakar fossil dan
➢ Pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL PT PLN (Persero) tersisa emisi sebesar 129 juta ton CO2 pada sektor
2039
2021-2030 industri dan transportasi
➢ Pemanfaatan pump storage mulai tahun 2025 ➢ Pengembangan EBT, terutama solar PV secara massif, ➢ Semua listrik dihasilkan dari PLT EBT
Demand: dilanjutkan dengan PLT Bayu baik secara onshore dan
Demand:
offshore mulai tahun 2037
▪ Kompor Induksi untuk 18,1 juta RT. ▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 54,3 juta RT.
Demand:
▪ Kendaraan Listrik 2 jt mobil dan 13 juta motor ▪ Kendaraan listrik 65 juta mobil dan 175 juta motor
▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 37,9 juta RT.
▪ Jargas untuk 10,2 juta RT ▪ Kendaraan listrik 23 juta mobil dan 101 juta motor ▪ Jargas untuk 22,7 juta rumah.
▪ Pemanfaatan biofuels pada sektor industri dan ▪ Jargas untuk 20,2 juta rumah. ▪ Pemanfaatan CCS pada industri sebesar 13 juta ton CO2
transportasi mencapai 40% ▪ Penggunaan biofuels 40% ▪ Proyeksi konsumsi listrik sebesar 1.942 TWh, setara
▪ Manajemen energi dan SKEM untuk 11 peralatan ▪ CCS untuk industri semen dan baja mulai tahun 2036 dengan 5.862 kWh/kapita
2030: Penurunan emisi 327,9 Juta ton CO2 2040: Penurunan emisi 629,4 Juta ton CO2
Teknologi rendah emisi yang inovatif seperti CCS/CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu pada pembangkit listrik fosil yang ada untuk
2060: Penurunan emisi 1.798 Juta ton CO2
mempercepat pengurangan emisi dalam peralihan ke energi yang lebih bersih dan lebih hijau 22
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi | 22
BAURAN ENERGI DALAM KEN DAN RUEN
TARGET KEN 2025 2050
Peran energi Sebagai modal pembangunan
2015 11,70%
18,87
%
EBT 34%
200
Minyak MTOE 32,24
197
19% %
Gas MTOE
37,19%
43% 4%
Batubara
catatan :
KEN = Kebijakan Energi Nasional
Sumber : Dewan Energi Nasional RUEN = Rencana Umum Energi Nasional
| 23
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi | 23
MATRIKS PROGRAM RUEN (HILIR MIGAS)
89 lembaga
penyalur 89 lembaga
penyalur 512 lembaga
penyalur 1 PROV
Harga gas lebih kompetitif dari pada gas LPG
Roadmap 583 lokasi tahun 2017 s.d. 2024
Penyaluran JBT & JBKP Juta Kilo Liter Infrastruktur Gas Bumi
JBT Minyak JBT Minyak JBKP TARGET REALISASI KUMULATIF
Solar Tanah Pertalite
19.800,00 KM 22.478,62 KM
Penetapan Kuota 17,00 0,500 32,56
Pipa Transmisi 5.360,46 Km
Realisasi1 17,57
103,34%
0,493
98,58%
30,03
92,24%
Pipa Distribusi
Pipa Jargas
6.241,03 Km
10.877,13 Km
113%
1 Verified
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi | 26
Copyright © BPH Migas 2022 www.bphmigas.go.id @bphmigas @bph.migas | 27