Anda di halaman 1dari 36

Struktur dan Konstruksi III

Kuliah - 4
PENDEKATAN DIMENSI
KOLOM BANGUNAN TINGGI
Digunakan dalam proses perancangan Arsitektur
Oleh:
Sebelum perhitungan struktur oleh Ahli Teknik Sipil
Bowo Prihatno, S.T.,M.T.
Tim SK3 - UTY

Program Studi Arsitektur


Universitas Teknologi Yogyakarta
2023
1
BAGIAN 1

BENTUK PENAMPANG KOLOM

2
Kolom Persegi

Kolom Persegi
Ukuran: a x b

Ly

Lx

Kolom dengan bentuk penampang persegi, ideal digunakan pada


bangunan dengan grid struktur segi empat dengan bentang Lx dan
b Ly sama, hampir sama atau ada selisih tidak sampai 2 kali lipatnya.
( Ly /Lx < 2 ).
Dengan grid tersebut, momen balok pada arah X hampir sama
a
dengan momen balok pada arah Y.
3
Kolom Persegi Panjang

Lx

Ly

Kolom Persegi Panjang


Ukuran: a x b

Kolom dengan bentuk penampang persegi panjang, ideal


digunakan pada bangunan dengan grid struktur persegi panjang
dengan bentang Lx dan Ly selisih sampai 2 kali lipatnya atau lebih.
b
( Ly /Lx >= 2 )
Dengan grid tersebut, momen balok akan jauh lebih besar pada
bentang yang lebih panjang, dan mempengaruhi momen pada
kolom.
a
4
Kolom Lingkaran

Kolom Lingkaran
Diameter: d

Kolom dengan bentuk penampang lingkaran, ideal


digunakan pada bangunan dengan grid struktur membentuk
d pola segitiga, atau sudut-sudut yang tidak siku-siku.
Dengan grid tersebut, kolom akan menahan momen pada
berbagai arah sesuai arah grid-grid balok.
5
BAGIAN 2

TAHAPAN PERHITUNGAN
DIMENSI KOLOM

6
Beban vs Dimensi Kolom

Bangunan mana yang butuh


kolom lebih besar…..?

Kolom lantai paling


bawah menahan beban
Kolom lantai paling 20 lantai di atasnya
bawah menahan beban
2 lantai di atasnya

A B 7
Pendekatan Dimensi Kolom Bangunan Bertingkat Rendah

Lebar Balok ( b )

KOLOM

Pendekatan Dimensi Kolom (b + 10 cm),


cukup relevan jika diterapkan pada bangunan
bertingkat rendah

Perancangan Struktur dengan proporsi Kolom Kuat Balok Lemah akan menghindarkan bangunan dari kegagalan kolom di
lantai bawah (keruntuhan bangunan) ketika beban gempa melampaui kekuatan batas (ultimit) kolom.
Jika balok lebih lemah maka sendi plastis (regangan plastis pada baja tulangan / patahan struktur) terjadi lebih dulu pada
balok-balok sehingga bangunan tidak mengalami keruntuhan meskipun rusak parah. Hal tersebut dapat dicapai dengan
perancangan dimensi kolom yang memiliki nilai kekakuan yang lebih tinggi dari balok.
Pada bangunan bertingkat rendah, dimensi kolom dapat diprediksi secara sederhana dengan menambah 10 cm dari lebar
balok, namun pada bangunan bertingkat sedang-tinggi, pendekatan dimensi kolom harus memperhitungkan beban yang
bekerja sesuai jumlah luasan lantai (tributary area) yang ditopang kolom.
8
Tributary Area

Konsep pembebanan dengan tributary area yaitu membagi luasan bidang lantai sehingga tiap kolom akan memikul beban
pada area lantai masing-masing yang terdekat (berada di atasnya).
Konsep tersebut hanya merupakan sebuah pendekatan untuk memudahkan analisis beban karena realitanya sistem struktur
akan bekerja sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi antara satu elemen dengan elemen yang lain.

Sumber gambar : 9
Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi
Prinsip Dasar Pendekatan Dimensi Kolom

Beban
Total

Beban Beban Total


Luas Penampang ≥
Izin Beban Izin Kolom
Kolom

10
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Zona Vertikal

1. Membuat zona dimensi kolom berdasarkan jumlah lantai bangunan


Pada bangunan tinggi, besaran (dimensi) kolom dibuat semakin mengecil di lantai-lantai
atas. Pengecilan kolom dilakukan untuk setiap beberapa lantai misalnya pada bangunan
20 lantai ada pengecilan kolom tiap 5 lantai (dibagi 4 zona pengecilan kolom).

Zona 4, misal diberi notasi: K-D

Zona 3, misal diberi notasi: K-C

Zona 2, misal diberi notasi: K-B

Zona 1, misal diberi notasi: K-A


11
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Kategori Luas Area Beban

2. Membuat kategori kolom berdasarkan denah struktur


Kategori Tipe Kolom dibuat berdasarkan pengamatan awal terhadap luas area beban yang
akan ditopang oleh kolom. Pembagian beban menuju kolom adalah setengah bentang
balok (setengah jarak antar kolom)

Seluruh Kolom Tepi yang menopang beban lebih


luas dan hampir sama diberi kategori 1
▪ Pada zona A (bawah) diberi notasi K1-A
▪ Pada zona B (tengah) diberi notasi K1-B
▪ Pada zona C (tengah) diberi notasi K1-C
▪ Pada zona D (atas) diberi notasi K1-D

Seluruh Kolom Kolom Tengah yang menopang


beban lebih sempit dan hampir sama diberi
kategori 2
▪ Pada zona A (bawah) diberi notasi K2-A
▪ Pada zona B (tengah) diberi notasi K2-B
▪ Pada zona C (tengah) diberi notasi K2-C
▪ Pada zona D (atas) diberi notasi K2-D
12
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Mutu Beton

3. Menentukan mutu material yang akan digunakan


Mutu material yang digunakan akan mempengaruhi dimensi struktur yang dihasilkan.
Untuk mengurangi perbedaan terlalu besar pada dimensi kolom seringkali pada zona
kolom bawah menggunakan mutu material yang lebih tinggi dibanding kolom zona atas.

MUTU BETON K MUTU BETON f’c


2
(kg/cm ) (MPa)
Bangunan tinggi yang membutuhkan
K-100 f’c = 8,3 MPa
struktur yang ramping untuk mengurangi
K-150 f’c = 12.35 MPa
bobot bangunan, dapat menggunakan
K-175 f’c = 14.53 MPa
beton dengan mutu lebih tinggi dari yang
K-200 f’c = 16.60 MPa
K-225 f’c = 18.68 MPa tercantum pada tabel tersebut, yang

K-250 f’c = 20.75 MPa disebut Beton Mutu Tinggi (high strength

K-275 f’c = 22.83 MPa concrete), namun untuk mendapatkan


K-300 f’c = 24.90 MPa mutu tersebut harus melalui berbagai uji
K-350 f’c = 29.05 MPa coba campuran di laboratorium, serta
K-400 f’c = 33.20 MPa membutuhkan manajemen pengendalian
K-450 f’c = 37.35 MPa mutu di lapangan yang ekstra ketat.
K-500 f’c = 41.50 MPa 13
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Beban Izin

4. Menghitung Beban Izin Kolom


Beban Izin Kolom merupakan beban maksimum yang diperbolehkan untuk bekerja pada
kolom dalam batasan keamanan struktur kolom tersebut dan dihitung per satuan luas
tertentu (misal Kg/cm2 atau Newton/mm2).

Beban Izin Kolom = 0,65 x 0,85 x mutu beton

Fu = 0,65 . 0,85 . f’c

Fu : beban maksimum yang diizinkan bekerja pada kolom dalam batas aman
f’c : mutu beton yang akan digunakan (misalnya 20 MPa, 25 MPa, 30 MPa dsb.)
0,65 : faktor reduksi tekuk kolom segi empat, jika lingkaran faktor reduksi = 0,7
0,85 : faktor reduksi kuat tekan beton, sebagai faktor keamanan terhadap kurang
akuratnnya pengujian beton, variasi sampel, dsb.
14
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Beban Total

5. Menghitung Beban Yang Dipikul Kolom


Beban yang dipikul kolom dipengaruhi oleh luas area lantai kolom (tributary area), serta
jumlah lantai di atas kolom tersebut.

Beban Total = Jumlah lantai x Tributary area x Kombinasi Pembebanan

Nu = n . A . Ug

Nu : Beban total yang bekerja pada kolom yang ditinjau (gaya Normal ultimit)
n : Jumlah lantai yang berada di atas kolom yang ditinjau
A : Luas Area yang membebani kolom pada 1 lantai tipikal
Ug : Nilai kombinasi beban yang direncanakan

15
K1-A

Kolom tepi zona paling bawah dengan notasi


K1-A

A = luas area lantai yang di blok merah.

➢ Beri satu titik tepat pada setiap titik tengah


bentangan balok.
➢ Hubungkan titik-titik tengah tersebut
dengan garis putus-putus (merah)
➢ Beri arsir pada area terdekat dengan kolom
yang dihitung sampai batas garis merah.
➢ Hitung A pada area yang diarsir tersebut.

Kolom tepi zona paling bawah dengan notasi


K1-A

n = jumlah seluruh lantai di atas kolom paling


bawah dari zona yang ditinjau.
untuk bangunan 20 lantai makan n=20

16
Sumber Tabel Beban Mati:
Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi

17
Sumber Tabel Beban Hidup:
Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi
(sesuai PPIUG 1983)

18
Beberapa kombinasi pembebanan yang umum
Salah satu kombinsasi beban ini dapat
digunakan dalam analisis struktur antara lain:
digunakan sebagai acuan dalam pendekatan
U1 = 1,4 DL
awal dimensi struktur dengan kombinasi
U2 = 1,2 DL + 1,6 LL
antara beban mati dan beban hidup, namun
U3 = 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 LLa
untuk perhitungan struktur (Sipil) harus
U4 = 1,2 DL + 1 LL + 1 W
mengacu pada standar-standar yang berlaku
U5 = 1,2 DL + 1 LL + 1 E
seperti:
KETERANGAN: SNI 1727:2013 tentang beban minimum
U : Kuat perlu untuk perancangan bangunan gedung dan
DL : Dead Load (beban mati)
LL : Life Load (beban hidup) struktur lain (revisi terbaru pada tahun 2020)
E : Earthquake (Beban gempa) dan standar lainnya.
W : Wind (beban angin)
Lla : beban hujan

19
Simulasi untuk menentukan nilai kombinasi beban per m2 lantai gedung ( Ug )

2
Berat Portal Beton bertulang + Inti 840 kg/m
2
Berat Partisi / dinding 100 kg/m
Berat Eleman Arsitektural 100 kg/m2
2
Berat Perlengkapan MEP 100 kg/m
2
Jumlah Beban Mati (DL) 1.140 kg/m

Beban Hidup Hotel (LL) 250 kg/m2

Kombinasi Beban 1,2 DL + 1,6 LL


2
(1,2 x 1140) + (1,6 x 250) 1.768 kg/m

Didapatkan nilai Ug = 1.768 kg/m2

20
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Dimensi Kolom

6. Menghitung Luas Penampang Kolom


Luas penampang kolom digunakan untuk menghitung lebar sisi-sisi kolom atau diameter
kolom untuk penampang lingkaran.

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 F : Luas Penampang


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 ≥
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐼𝑧𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 Nu : Beban Total
Fu : Beban Izin Kolom

𝑵𝒖
𝑭 ≥
𝑭𝒖

21
Tahapan Perencanaan Dimensi Kolom – Dimensi Kolom

7. Menghitung Ukuran (dimensi) Kolom

Kolom Persegi Kolom Persegi Panjang Kolom Lingkaran

3,14 x r 2 = F

misal jika: b = 1,5 a d = 2xr


a = b = √F a x 1,5 a = F
(akar dari luas penampang) Maka a dan b bisa diperoleh.

Catatan:
Setiap hasil perhitungan dimensi kolom dibulatkan ke atas, kelipatan 5 cm.
22
BAGIAN 3

CONTOH HITUNGAN
DIMENSI KOLOM

23
Data Bangunan – Skema Denah Struktur – Skema Potongan Struktur

Bangunan Hotel terdiri dari:


▪ 1 Lantai Basement
▪ 11 Lantai okupansi (leasing space)
▪ 1 Lantai Atap
(total menjadi 12 tingkat beban kolom)
Struktur direncanakan dengan material Beton Bertulang
24
1. Zona Vertikal Kolom

Zona 3
Tipe Kolom Lt.8 – Lt.11 = K1-C
n = 4 (pelat lt.9 s/d atap)

Zona 2
Tipe Kolom Lt.4 – Lt.7 = K1-B
n = 8 (pelat lt.5 s/d atap)

Zona 1
Tipe Kolom Basement - Lt 3 = K1-A
n = 12 (pelat lt.1 s/d atap)

25
2. Kategori Kolom – (zona A / bawah)

Kolom Basement, Lantai 1, Lantai 2, Lantai 3

K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A

K1-A
K1-A

K1-A
K1-A

K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A K1-A

Catatan:
Karena luas area beban pada titik-titik kolom hampir sama, maka
seluruh kolom tepi dijadikan 1 kategori yang sama.
26
2. Kategori Kolom – (zona B / tengah)

Kolom Lantai 4, Lantai 5, Lantai 6, Lantai 7

K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B

K1-B
K1-B

K1-B
K1-B

K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B K1-B

27
2. Kategori Kolom – (zona C / atas)

Kolom Lantai 8, Lantai 9, Lantai 10, Lantai 11

K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C

K1-C
K1-C

K1-C
K1-C

K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C K1-C

28
3. Mutu Material 4. Beban Izin Kolom 5. Beban Kolom

Mutu Beton rencana digunakan f’c = 20 MPa


Dengan pertimbangan bahwa mutu tersebut cukup mudah dikerjakan tanpa
pengawasan ekstra, sehingga resiko tidak tercapainya mutu beton lebih
mudah untuk dikendalikan.

Beban Izin Kolom


Fu = 0,65 . 0,85 . f’c
= 0,65 . 0,85 . 20
= 11,05 MPa
Jika 1 MPa = 10 kg/cm2 maka Fu = 110,5 kg/cm2

Nilai Beban Kombinsai, diambil dari hasil simulasi pada slide 20


Ug = 1.768 kg/m2
29
Tributary Area
A = 4m x 6m
6m = 24 m2

4m
garis setengah
bentang balok

garis setengah
Garis setengah

bentang balok
bentang balok

30
6. Luas Penampang 7. Dimensi Kolom

Perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mempermudah pekerjaan jika


tipe kolom pada bangunan memiliki banyak variasi / kategori.

Dimensi Kolom
Tipe Persegi
Dibulatkan
n A Ug Nu Fu F
Kolom
( n.A.Ug ) ( 0,65 * 0,85 * f'c ) ( Nu/Fu ) √F ( a = b)
(zona) lantai m2 kg/m2 kg kg/cm2 cm2 cm cm

K1-A 12 24 1.768 509.184 110,5 4.608 67,9 70

K1-B 8 24 1.768 339.456 110,5 3.072 55,4 60

K1-C 4 24 1.768 169.728 110,5 1.536 39,2 50

Hasil perhitungan dibulatkan keatas, sehingga didapatkan


pengecilan seragam sebesar 10 cm setiap 4 lantai, serta dipastikan
dapat tercapai rancangan “kolom kuat balok lemah” sampai di zona
paling atas bangunan.
31
Gambar Penampang Kolom

70 60 50

70 60 50

K1-A K1-B K1-C


Lt. Basement - Lt. 3 Lt. 4 - Lt. 7 Lt. 8 - Lt. 11

32
Catatan:

Dimensi kolom yang diperhitungkan dengan pendekatan tersebut dapat


digunakan dalam proses desain arsitektur, dengan harapan nanti ketika masuk
dalam perhitungan struktur oleh Insinyur Sipil, tidak diperlukan perubahan
dimensi (tidak perlu revisi gambar-gambar arsitek).

Meski demikian, jika ternyata hasil hitungan struktur menunjukkan kebutuhan


yang lebih besar akibat berbagai faktor, misalnya kondisi kegempaan, resiko
terhadap tekanan angin, atau penampang overreinforcement (proporsi tulangan
terlalu banyak) dsb., maka masukan dari Insinyur Sipil perlu menjadi perhatian
dalam hal koreksi dimensi struktur.

33
BAGIAN 4

Tugas 4

34
TUGAS - 4 (Individu)

Berdasarkan Gambar Denah Struktur & Potongan yang sudah disiapkan:


a. Rencanakan Kategori / Tipe Kolom
b. Hitung Dimensi Kolom
c. Gambarkan Penampang Kolom
Dikerjakan di kelas sebagai latihan, jika ada yang belum dipahami, dipersilakan
langsung asistensi ke Asdos atau konsultasi ke Dosen.
Lanjutkan pekerjaan di rumah dengan lebih rapi dan jelas dengan komputer.

▪ Format Ukuran A3, jumlah halaman bebas.


▪ Kumpulkan dalam bentuk file PDF di elearning UTY sehari sebelum kuliah ke-5
selambatnya jam 18.00 wib.
▪ Kode nama file: SK3_Kelas_NIM_Nama (Tugas 4)
▪ Minggu berikutnya, Denah & Potongan juga disiapkan saat kuliah di kelas.

35
Selamat Belajar

36

Anda mungkin juga menyukai