Anda di halaman 1dari 38

A.

Latar belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan
meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur harapan hidup di Indonesia
untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025
dapat mencapai 73,6 tahun.
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia
harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas,
merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui
pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam
tim terpadu geriatri.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit
dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia / geritarik secara terpadu dan nyaman di Rumah
Sakit Umum Daerah Cibinong
2. Tujuan Khusus :
- Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah (Home Care)
3. Ruang lingkup pelayanan
Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan
Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien
Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong terdiri
atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri.
1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang merangkap
sebagai anggota, dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas:
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter Umum
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
8. Okupasi terapis
BAB III
STANDAR FASILITAS

Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :


1. Ruang pendaftaran/administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabung dengan
ruang pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit.
Ruang pendaftaran administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis,
lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan
ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien dari
luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
3. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas dan
alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan anamnesis;
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (family
meeting).
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri
Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan
PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta disediakan
jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan kursi
roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu
30 cm.
c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan tambahan
penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan,
dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap lampu
penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan.
e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau tangga
harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Agar
memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya
terbuat dari kayu (hand rail).
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk mengantisipasi
apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah kanan dan
kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang shower
harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk.
Demikian pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau
pasien. Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi
persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada pedoman
Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium
(leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta untuk
melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan yang
lain.
BAB IV
ALUR PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan diteruskan ke
dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong pasien geriatri (misalnya
memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri, gangguan kognitif - demensia,
jatuh - osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh
Tim Terpadu Geriatri.

Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana

Pasien Lanjut usia Rawat Jalan (Poliklinik) :


- Assesmen dan konsultasi
- Kuratif
Triase di setiap Poliklinik - Intervensi Psikososial
Departemen/IGD - Rehabilitasi

Assesmen Geriatri komprehensif


oleh tim terpadu poli geriatri

Masalah Geriatri :
- Kondisi Medis Umum
- Status Fungsional Rencana Tatalaksana
- Psikiatri : komprehensif oleh tim Home Care
Status Mental terpadu poli geriatri
Fungsi KKognitif
- Sosial dan Lingkungan
BAB V
TATALAKSANA
PELAYANAN GERIATRI

A. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut.
a. Pelayanan Geriatri Sederhana adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang
mempunyai kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik. Pelayanan tersebut
diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Umum yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik, minimal fisioterapis.
b. Pelayanan Geriatri Sedang adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang
mempunyai kegiatan poliklinik, day hospital sesuai dengan kemampuan rumah
sakit. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik yang ada.
c. Pelayanan Geriatri Lengkap adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang
mempunyai kegiatan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan
pelatihan-pelatihan. Pelayanan tersebut diberikan oleh :
- Konsultan geriatri/dokter spesialis kesehatan usia lanjut;
- Tim Rehabilitasi Medik, yaitu dokter spesialis rehabilitasi medik/dokter
umum yang dilatih rehabilitasi medik, fisoterapis, okupasi terapis,
ortotisprostetis, terapi wicara, psikologi dan pekerja sosial;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Nutrisionis;
- Asisten farmasi;
- Disyaratkan pula harus memiliki akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang
lengkap di rumah sakit yang sama;
d. Pelayanan Geriatri Sangat Lengkap atau Paripurna adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang memberikan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut
dan kronis, pendidikan, serta penelitian dan pengembangan;
Tenaga Tim Geriatri Paripurna sama dengan Tim Geriatri Lengkap, akan tetapi
ditambah tenaga untuk penelitan, pengembangan, dan konsultasi hukum.
Seperti pada Pelayanan Geriatri Lengkap, pada Pelayanan Geriatri Paripurna
disyaratkan pula untuk mempunyai akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang
lengkap.
Yang diwajibkan untuk melakukan penelitian adalah tingkat pelayanan sangat
lengkap saja, sedangkan tujuan penelitian adalah untuik pengembangan ilmu
geriatri. Tingkat pelayanan dibawahnya boleh dilaksanakan penelitian yang lebih
sederhana.

B. Pelayanan Pasien Geriatri di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien hanya
didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirawat sesuai dengan DPJP
nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka pasien
dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri sesuai dengan permasalahan
(diagnosanya) dan dilakukan pengisian asesmen geriatri oleh salah satu dari Tim
Geriatri sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk oleh DPJP Utama.

C. Jenis Pelayanan Geriatri :


a. Poliklinik Geriatri;
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen,tindakan kuratif sederhana dan
konsultasi bagi penderita rawat jalan,baik dari
masyarakat,puskesmas,maupunantar poliklinik.Tenaga minimal yang dibutuhkan
adalah dokter umum/internis yang telah mendapat kursus geriatri atau dokter
spesialis geriatri/geriatrism, seorang perawat, dan seorang petugas sosial medik.

b. Bangsal Geriatri Akut;


Bangsal Geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita penyakit akut atau
semi akut, antara lain : stroke akut,pneumonia,asidosis,penyakit jantung
kongestif, dan lain-lain.Pasien lansia dilakukan asesment,tindakan kuratif dan
rehabilitasi oleh Tim Geriatri.
Ketenagaan di bangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur dan kompleknya
pelayanan yang diberikan,minimal ada tenaga geriatris atau internis yang
mendapat kursus geristri,perawat1 (satu) TT minimal 1 (satu) perawat,tenaga
rehabilitasi (FT,OT,TW,PSM). Bisa ditambahkan ke dalam tim tersebut
psikolog,nutrision,tenaga farmasi, dan tenaga lain sesuai kebutuhan rumah sakit.
Tenaga di bangsal akut ini melayani konsultasi dari bangsal lain yang
membutuhkan.
c. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medik,psikososial,edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampun
fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi kecacatan,sehingga
oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek
impairment,disabilitas dan handikap,sehingga rehabilitasi medik merupakan
aspek penting dalam pelayanan lansia dan harus dilaksanakan secepat mugkin
sejakpasien masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya.

Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia,tenaga profesional harus


mengetahui kondisi lansia saat itu juga,baik penyakit yang menyertai maupun
kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.Banyak instrument untuk menilai
kemampuan seorang lansia,salah satu diantaranya adalah Index Katz yang cukup
sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai kemampuan fungsional AKS
(Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada golongan lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau
tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri:menaruh,mengambil,memakai dan menanggalkan pakaian sendiri
serta menalikan sepatu sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai pakaian
dalam,membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke tempat duduk
(memakai/tidak memakai alat bantu).
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong
daging daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega
pada roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan
sendiri secara parenteral.

Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar tersebut di


atas,kemudian diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tahapan yangdisebut sesuai
dengan aktivitas yang dikerjakan sendiri,atau disebut juga Index Katzyang secara
berurutan adalah sebagai berikut :
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri,kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi lain;
4) Index Katz D : mandiri,kecuali “bathing,dressing” dan 1 (satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting” dan 1 (satu)
fungsi lain;
6) Index Katz F : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting,transfering”, dan 1
(satu) fungsi lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam) aktivitas.

d. Bangsal Geriatri Kronis;


Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan penyakit kronis
yang memerlukan rawat inap dalam jangka waktu lama dan memerlukan biaya
sangat tinggi mengingat turn over ratenya yang sangat rendah (sementara ini
rumah sakit memfasilitasi di bangsal internis).
e. Pendidikan dan Riset.
Hal ini merupakan suatu bagian inplisit dari suatu pemberian pelayanan geriatri,
antara lain : dilaksanakan untuk pendidikan tenaga paramedis,medis,terapis
rehabilitasi, dan berbagai riset yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan
dan pengembangan ilmu geriatri.

2. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek
medik,fungsional,psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka
menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen
ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi
serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.

3. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :


- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau
tanpadisertai penyakit akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls), atau
imobilisasi (bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). seperti kesulitan
makan atau berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku
(behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson, arthritis,
gangguan berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang air besar.

4. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :


- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.

5. Kriteria Pelayanan Lansia;


- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan sehari-hari,
pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan kesehatan, perawatan keluarga,
kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.

6. Tata Laksana Assesment Lansia;


Assesment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut;
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.

7. Tujuan Assesment Usia Lanjut;


a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),ketidakmampuan
(disabilitas) dan ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi
dan/atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan penderita tersebut.

8. Proses Assesment Usia Lanjut;


a. Pengkajian
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Umur : th
Status : (1) Menikah(2)Tidak menikah(3)Janda
(4) Duda
Agama : (1) Islam(2) Protentas(3) Hindu(4) Katolik
(5) Budha
Suku : (1)Jawa(2)Madura(3)lain-lain,sebutkan....
Tingkat pendidikan : (1) Tidak tamat SD(2) Tamat SD(3) SMP
(4)SMU(5) PT(6)Buta huruf
Sumber pendapatan : (1) PNS(2) Wiraswasta(3)Lain-lain.............
Keluarga yang dapat dihubungi :
Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal
1.
2.

Kondisi Lingkungan/Rumah :
 Lantai licin/tidak;
 Penerangan cukup/tidak;
 Jarak kamar mandi dengan kamar pasien.
Riwayat Pekerjaan : ……………………………………………
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
(1) Nyeri dada(2) Pusing(3) Batuk(4) Panas(5) Sesak(6) Gatal(7) Diare (8)
Jantung berdebar(9) Nyeri sendi(10)Penglihatan kabur(11) Lain-
lain....................................................
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :
(1) Nyeri dada (2) Pusin (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal(7) Diare (8)
Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur
Penyakit saat ini :
(1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3)Diare
(4)Penyakit kulit(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi
(9)Lain-lain......................................
Kejadian Penyakit 3 bulan terakhir :
(1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3) Diare
(4) Penyakit kulit(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi
(9) Lain-lain ..................................
Status Gizi :
- Sehari makan berapa kali.....
- Habis berapa porsi.....
- Makan sendiri/dengan bantuan.....

c. Status Fisiologis
Postur Tulang Belakang Lansia :
(1) Tegap (2) Membungkuk (3) Kifosis(4) Skoliosis(5) Lordosis
Tanda-tanda vital
(1) Suhu(2) Tekanan darah(3) Nadi(4) Respirasi(5) Berat badan
(6) Tinggi badan (7) IMT
Status Gizi :
- Sehari makan berapa kali.....
- Habis berapa porsi.....
- Makan sendiri/dengan bantuan.....
d. Pengkajian Head To Toe
1) Kepala
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………..
2) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : Kabur/tidak
Peradangan : Ya/tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ………………………………………
Penggunaan kacamata : ya/tidak
3) Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….
4) Mulut dan Tenggorokan
Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak,ompong/tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah : ya/tidak
Kesulitan menelan : ya/tidak
5) Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan : ……………………………………..
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….
6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak
7) Dada
Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon
chest/lainnya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
Ictus cordis : …………………
8) Abdomen
Bentuk : distend/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak, frekwensi : ….. kali/menit
Massa : ya/tidak, regio
9) Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
Haemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak
10) Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1 – 5 )
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak, jelaskan …………………………......
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Alat bantu : ya/tidak,jenis : ………………………………
No. Aspek Penilaian Keterangan Nilai
1. Berdiri dengan postur normal
2. Berdiri dengan postur normal
(mata tertutup)
3. Berdiri dengan saru kaki Kanan :
Kiri :
4. Berdiri, fleksi trunk, dan
berdiri ke posisi netral
5. Berdiri, lateral dan fleksi
trunk
6. Berjalan, tempatkan salah
satu tumit didepanjari kaki
yang lain
7. Berjalan sepanjang garis
lurus
8. Berjalan mengikuti tanda
gambar pada lantai
9. Berjalan mundur
10. Berjalan mengikuti lingkaran
11. Berjalan dengan tumit
12. Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat
11) Integumen
Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : Kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan ……………………….
12) Test Koordinasi / Keseimbangan
Intepretasi : ……………
Kriteria Penilaian : Keterangan :
4 : Melakukan aktifitas dengan a 42-54 : Melakukan aktifitas dengan
lengkap lengkap
3 : Sedikit bantuan (untuk a 28-41 : Sedikit bantuan (untuk
keseimbangan) keseimbangan)
2 : Dengan bantuan sedang s/d a 14-27 : Dengan bantuan sedang s/d
maksimal maksimal
1 : Tidak mampu melakukan a < 14 : Tidak mampu melakukan
aktifitas aktifitas

13) FrekwensiKunjungan Keluarga :


1 kali/bulan;2 kali/bulan; Tidak pernah
14) Pengkajian Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap I : - Apakah klien mengalami susah tidur ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Apakah klien murung atau menangis sendiri ?
- Apakah klien sering was-was ?
Lanjutkan Pertanyaan Tahap IIjika jawaban “ya” 1 atau lebih;
Pertanyaan Tahap II : - Keluhan lebih dari 3 bulan ?
- Lebih dari 1 bulan ?
- 1 kali dalam satu bulan ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Ada gangguan/masalah dengan orang lain?
- Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter ?
- Cenderung mengurung diri ?
Jika jawaban ”ya” lebih dari 1 atau sama dengan 1, maka masalah emosional
ada atau ada gangguan emosional.
Kesimpulan : ……………………………………………………....
15) Identifikasi Aspek Kognitif
Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : ……………………………………………………....
16) Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
Kebiasaan Merokok : >3 batang sehari
< 3 batang sehari
Tidak merokok
Kebiasaan Minum Alkohol :(1) Tidak pernah(2) Sering
Minum Kopi : (1) Tidak(2) Ya : 1 gelas/hari
2 gelas/ hari
lebih 3 gelas/hari
17) Pengetahuan Tentang Kesehatan Usia Lanjut
Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita :
- Sudah tahu dan jelas
- Tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-penyakit pada usia
lanjut :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Tidak tahu
18) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari :
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Frekwensi makan : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabiskan
½ porsi yang dihabiskan
< ½ porsi yang dihabiskan
Makanan tambahan : - Dihabiskan
- Tidak dihabiskan
- Kadang-kadang dihabiskan
Pola Pemenuhan Cairan
Frekwensi minum: < 3 gelas sehari
> 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan:
-Takut kencing malang hari
-Tidak haus
-Persediaan air minum terbatas
-Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman : - Air putih
- Teh
- Kopi
- Susu
- Lainnya, ……………..
Pola Kebiasaan Tidur
Jumlah Waktu Tidur : < 4 jam
4-6 jam
> 6 jam
Gangguan Tidur berupa : - Insomnia
- Sering terbangun
- Sulit mengawali
- Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur :
- Santai
- Diam Saja
- Ketrampilan
- Kegiatan Keagamaan
Pola Eliminasi BAB
Frekwensi BAB : 1 kali sehari
2 kali sehari
Lainnya, ………………….
Konsisitensi: - Encer
- Keras
- Lembek
Gangguan BAB : - Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Diare
- Tidak ada
Pola BAK
Frekwensi BAK : 1-3 kali sehari
4-6 kali sehari
> 6 kali sehari
Warna Urine : - Kuning
- Jernih
- Putih Jernih
- Kuning Keruh
Gangguan BAK : - Inkontinensia Urine
- Retensi Urine
Pola Aktifitas
Kegiatan Produktif Lansia yang sering dilakukan :
- Membantu kegiatan dapur
- Berkebun
- Pekerjaan rumah tangga
- Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
< 1 kali sehari
Memakai Sabun:(1) ya(2) tidak
Sikat Gigi : 1 kali sehari
2 kali sehari
Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi:(1) ya(2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih: 1 kali sehari
> 1 kali sehari
Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari(Indeks Barthel)
Skor
Dengan
No. Kriteria Mandiri yang Keterangan
Bantuan
Didapat
1. Makan 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
2. Minum 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
3. Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
atau sebaliknya
4. Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi
7. Jalan di permukaan 0 5
datar
Skor
Dengan
No. Kriteria Mandiri yang Keterangan
Bantuan
Didapat
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi:
Konsistensi:
11. Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi :
(BAK) Warna :
12. Olah raga/latihan 5 10 Jenis :
Frekuensi :
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Jenis :
waktu luang Frekuensi :
Jumlah :
Interpretasi :
: Ketergantungan Total
65-125 : Ketergantungan Sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan : ……………………………………………………

D. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Harus
dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan bertambahnya usia atau
memang ada suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari
penyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang
terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut, dapat
dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-
perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang berkaitan
dengan tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan
dengan pengaturan tekanan darah (sistem otonom).
2. Konfusio dan Dimentia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang
ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan
dan terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya disorientasi.

Gambaran klasik penderita konfusio yaitu :


a. Derajat kesadaran menurun,misalnya sulit untuk tetap bangun saat diperiksa;
b. Gangguan persepsi,antara lain ilusi,delusi,halusinasi, dan mis intrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi siang hari
tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu,tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-
hari.
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4 (empat)
golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer 50-60%;
b. Dementia multi-infark 10-20%;
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%;
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini Mental State
Examination)
Daftar Pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, 0 – 2 kesalahan = baik
tahun); 3–4 kesalahan = gangguan intelek
2. Hari apakah hari ini? ringan
3. Apakah nama tempat ini? 5–7 kesalahan = gangguan intelek
4. Berapa nomor telepon Bapak/Ibu? (bila sedang
tidak ada telepon, jalan apakah rumah 8 – 10 kesalahan = gangguan
Bapak/Ibu?) intelektual berat
5. Berapa umur Bapak/Ibu?
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, bulan
Daftar Pertanyaan Penilaian
tahun)
7. Siapakah nama gubernur kita? Bila penderita tidak pernah sekolah,
(walikota/lurah/camat) nilai kesalahan diperbolehkan + 1 dari
8. Siapakah nama gubernur sebelum ini? nilai di atas.
(walikota/lurah/camat) Bila penderita sekolah lebih dari SMA
9. Siapakah nama gadis Ibu anda? kesalahan yang diperbolehkan -1 dari
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari 20 atas.
Dari : Folstein,1990
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf otonom
pada usia lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada neurotransmisi
pada ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin terutama disebabkan oleh
penurunan enzim utama, yaitu kolin asetilase.Hal ini cenderung menurunkan
fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari, dalam
jumlah dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses
menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil, atau
tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk
pinggirnya,dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :
a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi.

b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian
jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik,neurologik,muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan
lingkungan,obat-obatan dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan
pindah tempat,pindah posisi,juga gaya berjalan dan kekuatan otot ekremitas
bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan pemeriksaan
rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah dengan perbaikan
lingkungan. Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma geriatrik.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang
tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulangakibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus, sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak
dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah sakrum, daerah trokanter
mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,kemerahan/eritema
indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak
subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang jelas dan
perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung,berbatasan dengan fascia dari oto-otot.Sudah mulai didapat infeksi
dengan jaringan nekrotik yang berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak tulang di daerah
ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap
tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian
dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat
aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus
dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan
salep topikal, mungkin juga merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi.
Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat
merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir keluar.Balut
jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk
masuknya udara/oksigen dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada
harus dibersihkan,sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan
mengurangi perdarahan. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,
penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada
daerah luka,tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan
pembuluh darah dan sampai transplantasi kulit setempat.
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus
Tanggal
Nama Penderita Skor

Kondisi Fisik Umum : Aaaaaaa Aaaaaaa Aaaaaaa


- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4
- Sedikit Terbatas 3
Tanggal
Nama Penderita Skor

- Sangat Terbatas 2
- Tidak Bis Bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering Inkontinensia Urine 2
- Inkontinensia Alvi dan Urine 1
Skor Total
Skor Total ≤ 14
BAB VI
LOGISTIK

Jumlah peralatan didasarkan pada:


a) kebutuhan pelayanan;
b) rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
c) Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) bagi
pelayanan rawat inap
d) evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.

No Alat Sederhana
Ruang pemeriksaan
1 Tempat tidur pasien √
2 1 set alat pemeriksaan fisik √
3 EKG √
4 Light box √
5 Bioelectrical impedance -
6 Timbangan berat badan dan pengukur tinggi √
badan
7 Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, √
Psikiatri
No Alat Lengkap
Rawat inap
8 Tempat tidur pasien √
9 Oksigen √
10 Suction √
11 Komod √
12 Light box √
13 EKG √
14 Blue bag √
15 Chair scale √
16 Timbangan rumah tangga √
Ruang fisioterafi
17 Paralel bar √
18 Walker √
19 Stick √
20 Tripot √
21 Quadripot √
22 Kursi roda √
23 Tilting table √
24 Meja fisiotherafi √
25 Paralel bar √
26 Diatermi √
27 TENS √
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Menurut Depkes
RI (2008) Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/
Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan


keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi
harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat
diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam
bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari kemampuan TTG
serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan lengkap, lama rawat akan
semakin singkat. Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena mengalami
geriatric giants dan dirawat inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri
adalah 12 hari.
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat pemulangan.
Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri dengan karakteristik
seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai kualitas
hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah satu instrumen
yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five Dimension) yang
mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥
0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari rumah sakit.
Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat menggambarkan
adanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di rumah
sakit. Persentase maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah
15%. Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta
dukungan yang ada di rumah sakit. Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh
kemampuan puskesmas dan community based geriatric service.
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih dapat
mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah Patients’s
Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan (Spearman correlation
coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684).
Instrumen ini memiliki nilai standar minimal 190.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan penyelenggaraan


pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di Rumah Sakit Umum Daerah
Cibinong. Pelaksanaan pelayanan geriatric harus disesuaikan dengan Sumber Daya Manusia
yang tersedia, peralatan, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
selain itu perlu adanya kerjasama tim terpadu geriatri yang secara bersama-sama menangani
pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga terwujud pelayanan
geriatri yang terpadu.
Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam prosedur
tetap guna kelancaran pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting and
protecting the public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and practice in
nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population focused
care. New Jersey: Prentice Hall
Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing. ( 5rd ed.) St.
Louis: Mosby-Year Book Inc.
Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).(edisi ke
3).Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai