Anda di halaman 1dari 6

Khutbah I

،‫ ُهللَا َأْك َبُر َك ِبْيًرا َو اْلَح ْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا‬.×٣‫ َأْك َبُر ُهللا أ‬.×٣ ‫ هَّللا َأْك َبُر‬.×٣ ‫هَّللا َأْك َبُر‬
‫ ُهللا َأْك َبُر َو ِهلل اْلَح ْم ُد‬.‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬.‫ َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬.‫َو ُسْبَح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ْيًال‬

‫ َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه‬. ‫َاْلَحْم ُد ِهلل اَّلِذ ى َجَعَل ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن ِع ْيَد ْالِفْطِر َبْع َد ِص يَاِم َر َم َض اَن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد نَا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّش اِفُع ِفي‬. ‫َال َش ِرْيَك َلُه َلُه اْلُم ْلُك ْالَعِظ ْيُم ْاَالْك َبْر‬
‫ اللُهَّم َص ِّل َع لَى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى‬. ‫ َنِبٌّي َقْد َغ َفَر ُهللا َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه َو َم ا َتَأَّخ َر‬. ‫اْلَم ْح َش ْر‬
‫َاِلِه َو َاْص َح اِبِه اَّلِذ ْيَن َأْذ َهَب َع ْنُهُم الِّر ْج َس َو َطَّهْر‬

‫ قاَل ُهللا َتَع الَى ِفْي ِكَتاِبِه‬. ‫ َفَيا ِعَباَد ِهللا ِاَّتُقواَهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َاْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬. ‫َأَّم ا َبْعُد‬
‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن‬. ‫الَك ِرْيِم َأُع ْو ُذ ِباِهَّلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يِم‬
، ‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم‬.‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َسِد ْيًدا‬. ‫ِإَّال َو َأنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن‬
‫ َو َم ْن ُيِط ِع َهللا َو َر ُسْو َلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا‬، ‫َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنْو َبُك ْم‬

‫ ُهللا َأْك َبُر َو ِهلل اْلَحْم ُد‬،‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬،‫× َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬٣ ‫ُهللا َأْك َبُر‬

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan
Allah

Alhamdulillah, pada hari ini kita telah merampungkan ibadah rukun Islam yang
keempat, yaitu satu bulan berpuasa berikut rangkaian ibadah-ibadah sunah di
dalamnya. Lalu, setelah kita meraih momen kemenangan ini, apa yang harus kita
perbuat? Apakah berbangga diri dengan pencapaian spiritual yang telah dicapai?
Atau merayakannya dengan penuh suka cita? Atau apa?

Idul Fitri bukan seperti turnamen sepak bola atau kompetisi lomba yang
kemenangannya harus dirayakan dengan euforia dan penuh kebanggaan.
Kemenangan Idul Fitri adalah ketika kita berhasil meraih kematangan spiritual dan
sosial setelah satu bulan penuh digembleng dan dididik di madrasah Ramadhan.

Secara spiritual, selama Ramadhan umat Muslim telah melakukan serangkaian


ibadah. Mulai dari puasanya sendiri maupun ibadah-ibadah sunnah di dalamnya
seperti shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, beri’tikaf di masjid, dan sebagainya.
Sudah seharusnya jika melalui bulan suci ini dengan maksimal dan melaksanakan
beragam amalan di dalamnya, kita akan merasakan sentuhan dan pencapaian
spiritual setelah bulan suci ini berlalu. Terkait puasanya sendiri, Allah swt
menegaskan:

‫ٰٓيـَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا ُك ِتَب َع َلۡي ُک ُم الِّص َياُم َک َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ۡي َن ِم ۡن َقۡب ِلُک ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقۡو َن‬

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-
Baqarah: 183).

Coba kita cermati ayat ini. Allah swt menyampaikan bahwa tujuan melaksanakan
puasa adalah untuk melahirkan hamba-hamba yang takwa, yaitu orang yang
mematuhi segala bentuk perintah agama dan menjauhi semua larangannya. Itu baru
dengan puasanya saja, bagaimana jika kita mengamalkan beragam ibadah sunnah
di dalamnya? Tentu kita akan menyentuh titik kematangan spiritual yang matang.
Inilah yang dimaksud dengan sebuah pencapaian spiritual.

‫ ُهللا َأْك َبُر َو ِهلل اْلَحْم ُد‬،‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬،‫ َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬،×٣ ‫ُهللا َأْك َبُر‬

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan
Allah
Lalu, apakah jika kita sudah melakukan banyak ibadah selama Ramadhan sudah
selesai begitu saja? Tidak, kita harus menanamkan prinsip khauf dan rajā’.
Khauf adalah kekhawatiran apakah ibadah kita diterima oleh Allah swt atau tidak,
sehingga kita tidak terlalu puas dan berbangga diri dengan pencapaian ibadah yang
telah dilakukan. Sementara rajā’ adalah sikap optimisme bahwa Allah dengan sifat
kasih sayang-Nya pasti mau menerima amal ibadah yang kita lakukan.

Saat Ramadhan berlalu, kita pun harus menerapkan dua sikap ini secara
proporsional atau berimbang. Orang yang ibadahnya tidak didasari sifat khauf akan
terlalu percaya diri dengan ibadah yang telah dilakukannya sehingga dikhawatirkan
merasa cukup dengan amal yang telah dilakukan. Sementara sifat rajā’ diperlukan
agar kita tidak putus asa kepada Allah swt. Sifat raja’ ini dilakukan dengan rasa
optimis bahwa Allah menerima ibadah yang telah kita perbuat. Sebab, Allah sesuai
perasangka hamba-Nya.

Imam Al-Ghazali dalam Iḥya’ ‘Ulūmiddīn menyampaikan:


‫َأْن َيُك ْو َن َقْلُبُه َبْع َد اِإل ْفَطاِر ُمَع َّلقًا ُم ْض َطِرًبا َبْيَن اْلَخ ْو ِف َو الَّر َج اِء ِإْذ َلْيَس َيْد ِري َأُيْقَبُل َص ْو ُم ُه‬
‫َفُهَو ِم َن اْلُم َقَّر ِبيَن َأْو ُيَر ُّد َع َلْيِه َفُهَو ِم َن اْلَم ْم ُقوِتيَن َو ْلَيُك ْن َك َذ ِلَك ِفي آِخ ِر ُك ِّل ِعَباَدٍة َيْفَر ُغ‬

Artinya, “Setiap selesai berbuka puasa, seyogyanya kita merasa khawatir sekaligus
menaruh harap kepada Allah. Khawatir jangan-jangan ibadah kita tidak diterima,
juga berharap bahwa Allah menerimanya. Sebab, kita tidak tahu apakah puasa kita
diterima sehingga termasuk hamba yang dekat di sisi Allah, atau sebaliknya ditolak
sehingga kita termasuk hamba yang mendapat murka-Nya. Sikap seperti ini harus
diterapkan setiap selesai melakukan ibadah apapun.” (Al-Ghazali, Ihya
‘Ulumiddin, [2016], juz I, halaman 319).

Imam Al-Ghazali berpesan agar setiap selesai berbuka puasa kita menerapkan
sikap khauf dan rajā’ terhadap puasa yang sudah kita laksanakan. Untuk satu
ibadah berupa puasa saja perlu ditanamkan prinsip ini apalagi setelah selesai
selesai satu bulan dengan segala amalan sunah di dalamnya.

Bayangkan, orang yang sudah beribadah maksimal saja tidak boleh berbangga diri
dan terlalu percaya diri dengan amalnya, apalagi mereka yang ibadahnya biasa-
biasa saja.

‫ ُهللا َأْك َبُر َو ِهلل اْلَحْم ُد‬،‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬،‫× َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬٣ ‫ُهللا َأْك َبُر‬

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan
Allah
Puasa tidak saja ibadah yang memiliki spiritual, tetapi juga ritual keagamaan yang
mendidik kepekaan sosial pengamalnya. Saat kita berpuasa, sebagaimana
ditegaskan Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, sejatinya kita sedang digembleng
agar memiliki rasa empati tinggi. Sebab, orang yang berpuasa akan merasakan
betapa payahnya menahan lapar dan haus selama kurang lebih tiga belas jam dalam
kurun waktu satu bulan.

Dengan pengalaman demikian kita akan sadar bahwa seperti inilah nasib saudara-
saudara kita yang hidupnya berkekurangan yang untuk mencari sesuap nasi saja
harus memeras keringat di bawah sengatan terik matahari. Barangkali lapar dan
haus kita akan berakhir di waktu magrib, tetapi saudara kita yang hidup dengan
ekonomi sangat rendah boleh jadi merasakan lapar sepanjang hayat masih
dikandung badan, bahkan untuk makan esok harinya saja masih bingung harus
mencari kemana lagi.
Saat Idul Fitri sudah tiba, sudah seharusnya kita mencapai titik empati sedemikian
rupa karena sudah melalui hari-hari berpuasa selama satu bulan. Namun sayang,
kadang kita sendiri justru terlalu larut dalam kegembiraan yang kita sebut sebagai
‘hari kemenangan’. Berasyik-ria menerima THR, memakai baju baru, menikmati
hidangan spesial Idul Fitri, berkumpul dengan sanak saudara yang masih utuh, dan
sejumlah momen keceriaan lainnya.

Namun, kita lupa bahwa di hari kemenangan ini boleh jadi masih ada saudara yang
jangankan menerima THR, pekerjaan dengan gajih tetap saja tidak punya.
Jangankan menikmati hidangan ketupat dan sedap opor ayam, untuk makan sehari-
hari saja masih harus mengetuk pintu dari satu tetangga ke tetangga yang lain. Juga
mereka yang sudah tidak memiliki keluarga karena tertimpa bencana, umpamanya.
Jangankan berkumpul dengan keluarga lengkap, sosok ibu dan ayahnya saja telah
tiada.

Mari kita renungi kembali pada momen suci ini. Sudahkah kita merasakan hari
kemenangan dengan meraih nilai-nilai kemenangan yang seharusnya?
Kemenangan yang bukan karena kita telah finish melewati jalan terjal Ramadhan,
tetapi kemenangan sesungguhnya yang tidak saja berupa kematangan spiritual,
melainkan juga pencapaian kepekaan sosial yang seharusnya diraih.

‫ ُهللا َأْك َبُر َو ِهلل اْلَحْم ُد‬،‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬،‫× َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬٣ ‫ُهللا َأْك َبُر‬

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan
Allah
Puasa sendiri sejatinya representasi dari sejumlah ibadah yang ada. Sebab,
sebagaimana puasa, ibadah-ibadah lain juga memiliki semangat spiritual dan sosial
yang harus kita raih kedua-duanya. Sibuk mencari pencapaian spiritual saja tapi
mengabaikan aspek sosialnya hanya akan membuat kita buta terhadap lingkungan
kita hidup. Sebaliknya, terlalu sibuk dengan aspek sosial tapi mengabaikan sisi
ritualnya hanya akan membuat kita jauh dari Allah swt. Dalam satu hadits
diriwayatkan:

‫ َو ُتْؤ ِذ ي‬، ‫ وتقوم الَّلْيَل‬، ‫ ُفاَل َنُة َتُصوُم النهار‬، ‫ َيا َر ُسوَل ِهَّللا‬: ‫ َقاُلوا‬: ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل‬
‫ َو َتَص َّدُق ِباَأْلْثَو اِر ِم َن‬، ‫ ُفاَل َنُة ُتَص ِّلي اْلَم ْك ُتوَباِت‬: ‫ َقاُلوا‬. ‫ ِهَي ِفي الَّناِر‬: ‫ َقاَل‬. ‫ِج يَر اَنَها‬
‫ ِهَي ِفي اْلَج َّنِة‬: ‫ َو اَل ُتْؤ ِذ ي ِج يَر اَنَها ؟ َقاَل‬، ‫اَأْلِقِط‬

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, ‘Sekalompok sahabat


bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ada seorang perempuan ahli puasa dan ahli ibadah
‫’?‪malam, tapi dia masih suka menyakiti tetangganya. Bagaimana pendapatmu‬‬
‫‪Rasul menjawab, ‘Dia akan masuk neraka.’ Mereka bertanya lagi, ‘Ada pula‬‬
‫‪seorang perempuan yang hanya menunaikan shalat lima waktu, bersedekah dengan‬‬
‫‪sepotong keju, dan tidak menyakiti tetangganya. Bagaimana pendapatmu?’ Rasul‬‬
‫‪menjawab, ‘Dia akan masuk surga.’” (HR Al-Hakim).‬‬

‫‪Dari hadits ini dapat dipahami bahwa shalat yang merupakan tiang agama saja‬‬
‫‪tidak menjamin kita masuk surga jika kita masih berbuat buruk kepada sesama‬‬
‫‪manusia.‬‬

‫‪Demikianlah khutbah Idul Fitri yang khatib sampaikan. Semoga di momen‬‬


‫‪kemenangan ini membuat kita merasakan kemenangan yang hakiki. Kemenangan‬‬
‫‪yang tidak saja menandai kita telah merampungkan satu bulan berpuasa, tetapi juga‬‬
‫‪telah mencapai kematangan spiritual dan sosial yang sesungguhnya.‬‬

‫تَقَّبَل ُهللا ِم َّنا َو ِم ْنُك ْم َالَّلُهَّم َباِرْك َلَنا ِفْي ِع ْيِد َنا‪َ ،‬و َأِع ْد ُه َع َليَنا َأْع َو اًم ا َع ِد ْيَد ًة َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن‬
‫ْۚا‬
‫الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم ‪َ :‬و ٱۡع َتِصُم وْا ِبَح ۡب ِل ٱِهَّلل َجِم يًعا َو اَل َتَفَّر ُقو َو ٱۡذ ُك ُروْا ِنۡع َم َت ٱِهَّلل َع َلۡي ُك ۡم ِإۡذ ُك نُتۡم‬
‫َأۡع َد ٓاًء َفَأَّلَف َبۡي َن ُقُلوِبُك ۡم َفَأۡص َبۡح ُتم ِبِنۡع َم ِتِهٓۦ ِإۡخ َٰو ًنا َو ُك نُتۡم َع َلٰى َش َفا ُح ۡف َرٍة ِّم َن ٱلَّنا َفَأنَقَذُك م ِّم ۡن َهۗا‬
‫ِر‬
‫َك َٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ٱُهَّلل َلُك ۡم َء اَٰي ِتِهۦ َلَع َّلُك ۡم َتۡه َتُد وَن‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ُهللا َاْك َبْر ‪ُ ×٣‬هللا َاْك َبْر ‪ُ .× ٤‬هللا َاْك َبْر َك ِبْيًرا َو ْالَحْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا َو ُسْبَح اَن هللا ُبْك َر ًة َو َأْص ْيًال َال‬
‫ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ُهللا َاْك َبْر ُهللا َاْك َبْر َو ِهلل ْالَحْم ُد ‪ .‬اْلَحْم ُد ِهلل َحْم ًدا َك ِثْيًرا َك َم ا َأَم َر ‪َ .‬و َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل‬
‫ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه ِاْقَر اًرا ِبُرُبْو ِبَّيِتِه َو ِاْر َغ اًم ا ِلَم ْن َجَح َد ِبِه َو َك َفَر ‪َ .‬و َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد َنا ُمَحَّم ًدا‬
‫ْل‬ ‫َأ َأ‬ ‫ْل‬
‫َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َس ِّيُد ا َبَش ِر‪ .‬الّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى ِلِه َو ْص َح اِبِه ا َم َص اِبْيِح‬
‫اْلَغ َر ِر‪َ .‬م ا اَّتَص َلْت َع ْيٌن ِبَنَظٍر َو ُاُذ ٌن ِبَخ َبٍر‪ِ .‬م ْن َيْو ِم َنا َهَذ ا ِإَلى َيْو ِم اْلَم ْح َش ِر‪َ .‬أَّم ا َبْعُد‬
‫َفَياَأُّيَها الَّناُس اَّتُقْو ا َهللا ِفْيَم ا َأَم َر ‪َ .‬و اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َع ْنُه َو َح َّذ َر ‪َ .‬و اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َتَباَر َك‬
‫َو َتَع اَلى َاَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثَّنى ِبَم اَل ِئَك ِتِه اْلُمَس ِّبَح ِة ِبُقْد ِس ِه‪َ .‬فَقاَل َتَع اَلى َو َلْم َيَز ْل‬
‫َقاِئاًل َع ِلْيًم ا‪ِ .‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ .‬يا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َأَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا‬
‫َتْس ِلْيًم ا‪ .‬الّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َج ِّد اْلَح َس ِن َو اْلُح َس ْيِن َو َع َلى َأِلِه ِوَأْص َح اِبِه َخْيِر‬
‫َأْهِل الَّد اَر ْيِن ُخ ُصْو ًصا َع َلى َأَّو ِل الَّر ِفْيِق َس ِّيِد َنا َأِبى َبْك ٍر الِّص ِّدْيق‪َ .‬و َع َلى الَّصاِد ِق اْلَم ْص ُد ْو ق‬
‫َس ِّيِد َنا َأِبي َح ْفٍص ُع َم َر اْلَفاُرْو ِق‪َ .‬و َع َلى َز ْو ِج اْلِبْنَتْيِن َس ِّيِد َنا ُع ْثَم اِن ِذ ْي الُّنْو َر ْيِن ‪َ .‬و َع َلى اْبِن‬
‫َع ِّمِه اْلَغ اِلِب َس ِّيِد َنا َع ِلِّي ْبن َأِبْي َطاِلب‪َ .‬و َع َلى الِّس َّتِة اْلَباِقْيَن َرِض َي ُهللا َع ْنُهْم َأْج َم ِع ْيَن ‪َ .‬و َع َلى‬
‫الَّش ِرْيَفْيِن َس ِّيَد ْي َش َباِب َأْهِل الَّد اَر ْيِن َأِبْي ُمَحَّم د اْلَح َس ِن َو َأِبْي َع ْبِد ِهللا اْلُح َس ْيِن ‪َ .‬و َع َلى َع َّم ْيِه‬
‫اْلَفاِض َلْيِن َع َلى الَّناِس َس ِّيِد َنا َحْم َز ة َو َس ِّيِد َنا اْلَع َّباِس‪َ .‬و َع َلى َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َأْج َم ِع ْيَن ‪َ .‬و َع َلى‬
‫الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن ‪َ .‬و َع َلْيَنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َياَأْر َح َم الَّراِح َم ْيَن‬
‫َالّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت‪ .‬اللُهَّم َأِع َّز‬
‫ْاِال ْس َالَم َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو اْلُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر ِعَباَدَك اْلُمَو ِّح ِد ْين َو اْنُصْر ََم ْن َنَصَر‬
‫الِّدْيَن ‪َ .‬و اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْع َد اَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِاَلى َيْو ِم الِّدْيِن ‪ .‬الّلُهَّم‬
‫اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن‬
‫َبَلِد َنا ِاْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَد اِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪ .‬الَّلُهَّم َأْص ِلْح َلنا ِد ْيَنَنا‬
‫اَّلِذ ْي ُهَو ِع ْص َم ُة َأْم ِرَنا َو َأْص ِلْح َلَنا ُد ْنَياَنا اَّلِتْي ِفْيَها َم َع اُش َنا َو َأْص ِلْح َلَنا آِخ َر َتَنا اَّلِتْي ِفْيَها‬
‫َم َع اُدَنا َو اْج َع ِل اْلَحَياَة ِزَياَد ًة َلَنا ِفْي ُك ِّل َخْيٍر َو اْج َع ِل اْلَم ْو َت َر اَح ًة َلَنا ِم ْن ُك ِّل َش ٍّر‬
‫الَّلُهَّم َأِّلْف َبْيَن ُقُلوِبَنا‪َ ،‬و َأْص ِلْح َذ اَت َبْيِنَنا‪َ ،‬و اْهِد َنا ُسُبَل الَّس اَل ِم ‪َ ،‬و َنِّج َنا ِم َن الُّظُلَم اِت ِإَلى‬
‫الُّنوِر‪َ ،‬و َج ِّنْبَنا اْلَفَو اِح َش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪َ ،‬و َباِرْك َلَنا ِفي َأْس َم اِع َنا َو َأْبَص اِرَنا َو ُقُلوِبَنا‬
‫َو َأْز َو اِج َنا َو ُذ ِّرَّياِتَنا‪َ ،‬و ُتْب َع َلْيَنا‪ِ ،‬إَّنَك َأْنَت الَّتَّواُب الَّر ِح يُم ‪ .‬الّلهَّم َح ِّبْب إَلْيَنا اإليَم اَن َو َز ِّيْنُه ِفي‬
‫ُقُلْو ِبَنا َو َك ِّر ْه إَلْيَنا اْلُك ْفَر َو اْلُفُسْو َق َو اْلِع ْص َياَن ‪َ .‬و اْج َع ْلَنا ِم َن الَّراِش ِد ْيَن الّلُهَّم اْر ُز ْقَنا الَّصْبَر‬
‫َع لى الَح ِّق َو الَّثَباَت َع َلى اَألْم ِر والَع اِقَبَة الَح َس َنَة والَع اِفَيَة ِم ْن ُك ِّل َبِلَّيٍة والَّس َالَم َة ِم ْن كِّل ِإْثٍم‬
‫والَغ ِنْيَم َة ِم ْن كل ِبٍّر والَفْو َز ِبالَج َّنِة والَّنَج اَة ِم َن الَّناِر َيا َأْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا‬
‫َح َس َنًة َو ِفي االِخ َرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّنار‬
‫ْأ‬
‫ِعَباَد ِهللا‪ِ .‬اَّن َهللا َي ُم ُر ِبْالَع ْد ِل َو ْاِال ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ى ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو اْلُم ْنَك ِر‬
‫َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُرواَهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم‬
‫َو َلِذ ْك ُر ِهللا َاْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai