Anda di halaman 1dari 33

HAKIKAT MANUSIA

Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia


merupakan kaitan antara badan dan ruh. Maka hakikat
pada manusia adalah ruh, sedangkan jasadnya hanyalah
alat yang dipergunakan oleh ruh saja, tanpa kedua
subtansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya karena manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkan dengan dirinya sendiri.

Sebagai makhluk sosial, manusia menjalankan peranannya


dengan mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada


kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu
menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
ETIKA

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani yang disebut “Ethos” (bentuk tunggal) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat istiadat. Sedangkan bentuk jamaknya adalah “Ta Etha” yang berarti adat kebiasaan.

Pendapat lain bahwa Etika berasal dari bahasa Inggris yang disebut “Ethic” (bentuk tunggal) yang berarti
“a system of moral principles or rules of behaviour” atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku.

Jika “Ethics” (ditambah huruf ’s’) dapat berarti “the branch of philosophy that deals with moral principles” atau suatu
cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak).

Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Etika adalah refleksi dari self control karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok itu sendiri.

Etika disebut juga filsafat moral, yaitu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, tetapi mempersoalkan cara manusia harus bertindak.
Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya:
1. Norma hukum, berasal dari hukum dan Perundang-Undangan;
2. Norma moral, berasal dari agama;
3. Norma agama, berasal dari suara hati;
4. Norma sopan santun, berasal dari kehidupan sehari-hari.

Socrates pertama kali menyuarakan pengetahuan tentang baik dan buruk etika serta tindakan baik dan tindakan
buruk moralitas.

Disetiap sudut keramaian, Socrates selalu membawa misi agar manusia mengenali dirinya. Dengan ungkapan
“Kenalilah dirimu,” “Kenalilah dirimu”. Socrates berteriak di ruang publik sehingga banyak orang mendengar dan
terpengaruh.

PENGERTIAN ETIKA MENURUT PARA AHLI

v K. Bertens. Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur perilaku.
v Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah
dan pijakan dalam tindakan manusia.
v Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai tentang baik dan buruknya
tindakan dan kesusilaan.
Etika dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Etika Perangai.
2. Etika Moral.

Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai
manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil
penilaian perilaku.
Contoh etika perangai adalah: Berbusana adat, pergaulan, dan upacara adat.

Etika moral adalah kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.
Apabila Etika ini dilanggar, maka akan timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik
dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral adalah: Berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain,
menghormati orang tua dan guru, membela kebenaran dan keadilan, dan menyantuni anak
yatim/yatim piatu.
MANFAAT ETIKA

Beberapa manfaat etika, terdiri atas:


1. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom;
2. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera.

PRINSIP ETIKA PROFESI


Etika memegang peranan yang sangat penting dalam hidup/bertingkah laku.
Kedudukan etika itu berada paling tinggi diatas skill maupun kecerdasan.
Berikut ini adalah etika-etika yang harus dimiliki jika ingin sukses dalam karir :
1. Tanggung jawab, dalam menjalankan pekerjaan harus bertanggung jawab terhadap apa yang
diembannya;
2. Menjaga integritas, integritas ini berhubungan dengan kepercayaan, kepercayaan berhubungan
dengan tanggung jawab. Semakin banyak tanggung jawab yang diemban dan diselesaikan, maka
integritas/tingkat kepercayaan orang terhadap kita akan semakin tinggi;
3. Obyektifitas, dalam melakukan pekerjaan kita harus profesional dan obyektif, agar hasil yang
didapat itu maksimal;
4. Kerahasiaan, setiap pekerjaan pasti mempunyai rahasia yang tidak boleh publik/orang lain
ketahui, karena itulah kita harus bisa menjaga kerahasiaan dengan baik.
Penggunaan kata Etika dan Etiket sering dicampur-
adukkan. Padahal antara kedua istilah tersebut terdapat
perbedaan yang sangat mendasar, walaupun ada juga
persamaannya.

Kata Etika berarti moral, sedangkan Etiket berarti sopan


santun/tata krama. Persamaan antara kedua istilah
tersebut adalah keduanya mengenai perilaku manusia.
Baik Etika maupun Etiket mengatur perilaku manusia
secara normatif, artinya memberi norma perilaku manusia
bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat.
MORAL

Istilah Moral berasal dari bahasa latin, yaitu ”Mores” kata jamak dari “Mos” yang berarti adat
kebiasaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.

PENGERTIAN MORAL MENURUT PARA AHLI

Chaplin. Moral adalah tindakan seseorang yang sesuai dengan aturan hukum, sosial, agama, adat,
dan lain sebagainya.

Hurlock. Moral adalah tindakan seseorang yang mencerminkan sopan santun, kebiasaan, nilai adat
istiadat ataupun aturan perilaku yang tidak melanggar hukum.

Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Moral adalah tindakan yang mengacu pada kebaikan dan
keburukan sebagai ajaran yang memiliki ikatan agama, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Dengan merujuk kepada arti kata Etika yang sesuai, maka arti kata moral sama
dengan arti kata Etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Apabila dikatakan: “Notaris yang membuat akta itu tidak bermoral”, artinya
perbuatan Notaris itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku
dalam kelompok profesinya.

Apabila dikatakan “Dosen itu bermoral tidak baik”, artinya Dosen itu berperilaku
tidak baik dan tidak benar, tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
pegangan Dosen.
FUNGSI DAN TUJUAN MORAL

Beberapa fungsi dan tujuan moral, terdiri atas:


1. Menjamin tegaknya harkat dan martabat pribadi seseorang dan kemanusiaan;
2. Menjamin kebahagiaan jasmani dan rohani manusia karena penerapan fungsi moral tidak
menimbulkan konflik-konflik batin, rasa menyesal, perasaan berdosa atau kekecewaan;
3. Menjamin keharmonisan antar hubungan sosial pribadi, karena moral memberikan landasan
kepercayaan kepada sesama, percaya atas itikad baik, dan kebaikan setiap orang karena
moralitasnya yang luhur;
4. Memberikan motivasi kebaikan dan kebajikan dalam setiap sikap dan tindakan manusia yang
didasarkan atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral;
5. Memberikan wawasan masa depan, baik konsekuensi dan sanksi sosial dalam kehidupan di
dunia yang selalu mempertimbangkan sebelum bertindak maupun konsekuensi dan tanggung
jawab terhadap Tuhan dalam kehidupan di akhirat;
6. Memberikan landasan kesabaran untuk bertahan terhadap segala dorongan naluri dan
keinginan (nafsu) memberi daya tahan dalam menunda atau menolak dorongan-dorongan yang
rendah yang mengancam harkat martabat pribadi manusia.
MORALITAS

Moralitas berasal dari bahasa latin “Moralis” yang pada dasarnya mempunyai arti sama
dengan moral, tetapi lebih bersifat abstrak.

Moralitas adalah keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Dengan kata lain, moralitas merupakan kualitas perbuatan manusiawi, dalam arti
perbuatan itu baik/buruk, benar/salah.

Contoh: Moralitas kolusi para Hakim dengan pihak berperkara adalah buruk, sedangkan
moralitas Putusan Hakim yang sesuai dengan rasa keadilan adalah baik.

Sumaryono mengemukakan 3 faktor penentu moralitas perbuatan manusia, yaitu:


1. Motivasi;
2. Tujuan akhir;
3. Lingkungan perbuatan.
Motivasi adalah hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dengan maksud untuk mencapai sasaran yang hendak dituju.
Jadi, motivasi itu dikehendaki secara sadar, sehingga menentukan kadar moralitas perbuatan.
Contoh: Kasus pembunuhan dalam keluarga.
1. Yang diinginkan pembunuh adalah matinya pemilik harta yang berstatus sebagai pewaris;
2. Sasaran yang hendak dicapai adalah penguasaan harta warisan;
3. Moralitas perbuatan adalah salah dan jahat.

Tujuan akhir (sasaran) adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Moralitas perbuatannya ada
dalam kehendak. Perbuatan itu dikehendaki oleh pelakunya.
Contohnya kasus pembunuhan dalam keluarga yang telah dikemukakan sebelumnya:
1. Perbuatan yang dikehendaki dengan bebas (tanpa paksaan) adalah membunuh;
2. Diwujudkannya perbuatan tersebut terlihat pada akibat yang diinginkan pelaku, yaitu matinya pemilik harta (Pewaris);
3. Moralitas perbuatan adalah kehendak bebas melakukan perbuatan salah dan jahat.

Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai perbuatan.
Termasuk dalam pengertian lingkungan perbuatan adalah:
1. Manusia yang terlibat;
2. Kuantitas dan kualitas perbuatan;
3. Cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan;
4. Frekuensi perbuatan.

Hal-hal ini dapat diperhitungkan sebelumnya atau dapat pula dikehendaki ada pada perbuatan yang dilakukan secara sadar.
Lingkungan ini menentukan kadar moralitas perbuatan, yaitu baik/jahat, benar/salah.
MORALITAS SEBAGAI NORMA

Sumaryono mengklasifikasikan moralitas itu menjadi 2 golongan, yaitu:


1. Moralitas obyektif; dan
2. Moralitas subyektif.

Moralitas obyektif adalah moralitas yang melihat perbuatan sebagaimana adanya, terlepas dari segala bentuk modifikasi
kehendak bebas pelakunya.
Moralitas objektif sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yang pada hakikatnya baik atau jahat, benar atau
salah. Misalnya:
1. Menolong sesama manusia adalah perbuatan baik.
2. Mencuri, memperkosa, membunuh adalah perbuatan jahat

Tetapi pada situasi khusus, mencuri atau membunuh adalah perbuatan yang dapat dibenarkan jika untuk mempertahankan
hidup atau membela diri. Jadi, moralitasnya terletak pada upaya untuk mempertahankan atau membela diri (hak untuk hidup
adalah hak asasi manusia).

Moralitas subyektif adalah moralitas yang melihat perbuatan sebagai dipengaruhi oleh pengetahuan dan perhatian
pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, dan perlakuan personal lainnya.
Misalnya: Dalam musibah kebakaran, banyak orang membantu menyelamatkan harta benda korban, ini adalah baik. Tetapi,
jika tujuan akhirnya adalah mencuri harta benda karena tidak ada yang melihat, maka perbuatan tersebut adalah jahat.

Jadi, moralitasnya terletak pada niat pelakunya.


AGAMA

Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata


keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta manusia dan lingkungannya.

FUNGSI AGAMA
Beberapa fungsi dari eksistensi agama, diantaranya adalah:
1. Dijadikan sebagai sumber pedoman dalam berkehidupan;
2. Memberikan pandangan dunia kepada manusia dan berpengaruh pada kebudayaan manusia;
3. Menjawab berbagai macam pertanyaan yang mungkin tidak mampu dijawab oleh sesama manusia lain;
4. Berperan dalam sebuah peranan sosial karena mengandung garis kode etika bagi setiap penganutnya;
5. Dijadikan aturan dalam berhubungan antara manusia dengan Tuhannya, antar sesama makhluk hidup, dan
hubungan lainnya dalam kehidupan;
6. Menentukan suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah dan yang benar;
7. Menjadikan pedoman untuk dapat mengungkap suatu kebersamaan;
8. Pedoman dalam membentuk sebuah keyakinan dan membentuk nilai nilai dalam kehidupan;
9. Memberi suatu identitas pada umat manusia karena telah menjadi bagian dari sebuah agama.
AGAMA DAN MORAL

Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,


maka tidak dapat disangkal apabila agama mempunyai hubungan
yang erat dengan moral.

Setiap agama mengandung ajaran moral. Agama adalah


pernyataan orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ajaran moral yang terkandung dalam agama meliputi 2 macam


norma, yaitu:
1. Norma yang berkenaan dengan ibadah yang berbeda di antara
bermacam agama; dan
2. Norma etis yang berlaku umum mengatasi perbedaan agama,
yaitu yang berkenaan dengan larangan, seperti dilarang
membunuh, dilarang berdusta, dilarang mencuri, dilarang
berzinah.

Semua agama mengakui dan menerima norma etis tersebut. Oleh


karena itu, moral yang dianut agama-agama besar di dunia
pada dasarnya sama.
PEKERJAAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau
sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah.

Bekerja merupakan kodrat manusia sebagai kewajiban dasar. Manusia dikatakan mempunyai martabat apabila dia
mampu bekerja keras. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh hak dan memiliki segala apa yang diinginkannya.
Bekerja merupakan kegiatan fisik dan pikir yang terintegrasi.

Pekerjaan dapat dibedakan menurut:


1. Kemampuan, yaitu fisik dan intelektual;
2. Kelangsungan, yaitu sementara dan tetap(terus-menerus);
3. Lingkup, yaitu umum dan khusus (spesialisasi);
4. Tujuan, memperoleh pendapatan dan tanpa pendapatan.

Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:


1. Pekerjaan dalam arti umum, yaitu pekerjaan apa saja yang mengutamakan kemampuan fisik, baik sementara
atau tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan (upah);
2. Pekerjaan dalam arti tertentu, yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan fisik atau intelektual, baik
sementara atau tetap dengan tujuan pengabdian.
3. Pekerjaan dalam arti khusus, yaitu pekerjaan bidangtertentu, mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual,
bersifat tetap, dengan tujuan memperoleh pendapatan.
NOTARIS MERUPAKAN SUATU JABATAN,
BUKAN PROFESI
v Notaris sebagai Pejabat Umum yang fungsinya melayani masyarakat untuk
membuat alat bukti merupakan suatu jabatan, karena Notaris melaksanakan
sebagian fungsi publik negara khusus dalam bidang Hukum Perdata.
v Notaris tidak bisa dikatakan sebagai profesi, karena Notaris melaksanakan tugas
jabatan yang diberikan negara secara atributif kepada Notaris, yaitu untuk
membuat alat bukti autentik. Notaris juga memiliki kewenangan yang tidak
diberikan kepada pejabat atau profesi lain seperti yang dimaksud dalam Pasal 15
UUJN.
PROFESI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian/keterampilan/kejuruan tertentu.

Dari 3 jenis pekerjaan yang dikemukakan sebelumnya, profesi adalah pekerjaan yang tercantum
pada nomor 3, yaitu pekerjaan dalam arti khusus, dengan kriteria sebagaiberikut:
1. Meliputi bidang tertentu saja (spesialisasi);
2. Berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus;
3. Bersifat tetap atau terus-menerus;
4. Lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan);
5. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat;
6. Terkelompok dalam suatu organisasi.

Berdasarkan kriteria tersebut, profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan tetap dibidang
tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan
lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan. Pekerja yang menjalankan profesinya
disebut Profesional.
SPESIALISASI
Pekerjaan bidang tertentu berdasarkan spesialisasi yang dikaitkan dengan bidang keahlian yang dipelajari dan
ditekuni. Biasanya tidak ada rangkapan dengan pekerjaan lain di luar keahliannya itu.
Contoh spesialisasi bidang keahlian tertentu antara lain bidang hukum, ekonomi, farmasi, kedokteran,
keteknikan, kependidikan. Tidak ada rangkapan, misalnya: Dokter tidak merangkap Apoteker, Notaris tidak
merangkap Advokat, Akuntan tidak merangkap Pengusaha.
Rangkap pekerjaan akan menyebabkan tidak memungkinkan yang bersangkutan melakukan pekerjaannya
secara profesional.

KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN


Pekerjaan bidang tertentu berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus, yang diperolehnya melalui
pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan itu ditempuhnya secara resmi pada lembaga pendidikan dan
latihan yang diakui oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang.
Keahlian dan keterampilan yang diperolehnya itu dibuktikan oleh sertifikasi yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah atau lembaga lain yang diakui oleh pemerintah
Contoh keahlian itu antaralain :
1. Notaris, keahliannya dibuktikan oleh ijazah program pendidikan Magister Kenotariatan di Fakultas
Hukum.
2. Akuntan, keahliannya dibuktikan oleh ijazah program pendidikan Akuntansi di Fakultas Ekonomi;
3. Dokter, keahliannya dibuktikan oleh ijazah program pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran;
TETAP ATAU TERUS-MENERUS
Pekerjaan bidang tertentu bersifat tetap atau terus-menerus.
Tetap artinya tidak berubah-ubah pekerjaan, misalnya sekali berkiprah pada profesi Notaris seterusnya
tetap sebagai Notaris. Sedangkan terus-menerus artinya berlangsung untuk jangka waktu lama sampai
pensiun, atau berakhir masa kerja profesi yang bersangkutan.

MENGUTAMAKAN PELAYANAN
Pekerjaan bidang tertentu itu lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan). Artinya
mendahulukan apa yang harus dikerjakan, bukan berapa bayaran yang diterima.
Kepuasan konsumen atau pelanggan lebih diutamakan. Pelayanan itu diperlukan karena keahlian
profesional, bukan amatir. Seorang profesional selalu bekerja dengan baik, benar, dan adil.

TANGGUNG JAWAB
Dalam memberikan pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dan
kepada masyarakat.
Bertanggung jawab kepada diris endiri, artinya dia bekerja karena integritas moral, intelektual,
dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam memberikan pelayanan, seorang
profesional selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati
nuraninya, bukan karena sekedar hobi belaka.
Bertanggung jawab kepada masyarakat artinya kesediaan memberikan pelayanan sebaik mungkin sesuai dengan
profesinya, tanpa membedakan pelayanan bayaran dan pelayanan cuma-Cuma serta menghasilkan layanan yang
bermutu, yang berdampak positif bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata bermotif mencari
keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia.

ORGANISASI PROFESI
Para profesional itu terkelompok dalam suatu organisasi. Biasanya organisasi profesi menurut bidang keahlian dari
cabang ilmu yang dikuasai.
K. Bertens menyatakan, kelompok profesi merupakan masyarakat moral (moral community) yang memiliki cita-cita
dan nilai-nilai bersama. Kelompok profesi memiliki kekuasaan sendiri dan tanggung jawab khusus. Sebagai profesi,
kelompok ini mempunyai acuan yang disebut Kode Etik Profesi.

Contoh organisasi profesi antara lain adalah:


1. Ikatan Notaris Indonesia (INI);
2. Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI);
3. Ikatan Dokter Indonesia (IDI);
4. Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI);
5. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI);
6. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI);

Pengakuan terhadap organisasi profesi didasarkan pada nilai moral yang tercermin pada keahlian dan keterampilan
anggota profesi yang bersangkutan bukan karena ketentuan hukump ositif.
PROFESI HUKUM

Apabila profesi itu berkenaan dengan bidang hukum, maka kelompok profesi itu disebut kelompok profesi hukum. Pengemban
profesi hukum bekerja secara profesional dan fungsional.
Mereka memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan, kritis, dan pengabdian yang tinggi karena mereka bertanggung jawab
kepada diri sendiri dan kepada sesama anggota masyarakat, bahkan kepadaTuhan Yang Maha Esa. Mereka bekerja sesuai dengan
Kode Etik Profesinya.

Apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran Kode Etik, mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai
dengan tuntutan Kode Etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada Dewan Kehormatan yang akan mengoreksi pelanggaran
Kode Etik.

NILAI MORAL PROFESI HUKUM

Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya. Nilai moral itu
merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai
moral yang kuat.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno mengemukakan 5 kriteria nilai moral yang kuat dan mendasari kepribadian profesional hukum,
yaitu:
1. Kejujuran;
2. Autentik;
3. Bertanggung Jawab;
4. Kemandirian Moral;
5. Keberanian Moral.
KEJUJURAN
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari misi
profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu diri.
2 sikap yang terdapat dalam kejujuran, yaitu:
1. Sikap terbuka. Ini berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan melayani secara bayaran atau
secara cuma-cuma.
2. Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok
kuasa, tidak kasar, tidak menindas, dan tidak memeras.

AUTENTIK
Autentik artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang
sebenarnya. Autentik pribadi profesional hukum antara lain:
1. Tidak menyalahgunakan wewenang;
2. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (perbuatan tercela);
3. Mendahulukan kepentingan klien;
4. Berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu
perintah atasan;
5. Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
BERTANGGUNG JAWAB
Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya:
1. Kesediaan dengan melakukan sebaik mungkin tugas apa saja yang termaksud lingkup profesinya;
2. Bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma;
3. Kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atau pelaksanaan kewajibannya.

KEMANDIRIAN MORAL
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti pandangan moral yang
terjadi disekitarnya, melainkan membentuk penilaian dan mempunyai pendirian sendiri.
Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh
pertimbangan untung rugi (pamrih), menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan dan agama.

KEBERANIAN MORAL
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk
menanggung resiko konflik.
Keberanian tersebut antara lain:
1. Menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap, dan pungli;
2. Menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas jalan;
3. Menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.
Hukum mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia. Peraturan
hukum mengatur dan menjelaskan bagaimana seharusnya:
v Legislator menciptakan hukum;
v Pejabat melaksanakan administrasi negara;
v Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan;
v Polisi dan Jaksa menegakkan ketertiban hukum;
v Pengacara membela kliennya dan menginterpretasikan hukum;
v Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya;
v Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya;
v Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum.
ETIKA PROFESI HUKUM

Kita semua hidup dalam jaringan keberlakuan hukum dalam berbagai bentuk formalitasnya. Semua berjalan sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku.
Namun, yang namanya manusia dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas dari kecenderungan menyimpang dan
menyeleweng. Profesional hukum yang tidak bertanggung jawab melakukan pelanggaran dalam menjalankan profesinya
karena lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau golongannya.

Padahal adanya norma hukum secara esensial menuntun kearah mana seharusnya berbuat yang membahagiakan semua
pihak. Dengan berpedoman pada norma hukum, masyarakat berharap banyak kepada profesional hukum agar masyarakat
dapat dilindungi oleh hukum, hidup tertib, teratur, dan bahagia.
Setiap kelompok profesi memiliki norma-norma yang menjadi penuntun perilaku anggotanya dalam melaksanakan tugas
profesi. Norma-norma tersebut dirumuskan dalam bentuk tertulis yang disebut Kode Etik Profesi.
Kode Etik Profesi hukum merupakan bentuk realisasi etika profesi hukum yang wajib ditaati oleh setiap profesional hukum
yang bersangkutan.

Notohamidjojo menyatakan dalam melaksanakan kewajibannya, profesional hukum perlu memiliki:


1. Sikap manusiawi, artinya tidak menanggapi hukum secara formal belaka, melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati
nurani;
2. Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai dengan perasaan masyarakat;
3. Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam suatu perkara konkrit;
4. Sikap jujur, artinya menyatakan sesuatu itu benar menurut apa adanya dan menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
KODE ETIK

Ditinjau dari segi bahasa, Kode Etik berasal dari 2 (dua) bahasa, yaitu “Kode” dan “Etik”.
v “Kode” (Code) artinya tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk
menjamin kerahasiaan berita, pemerintah, dan sebagainya); Kumpulan peraturan yang bersistem;
Kumpulan prinsip yang bersistem.
v “Etik” (Ethics) atau etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti etika, akhlak atau watak.

Dari pengertian tersebut, Kode Etik dapat diartikan sebagai kumpulan etika.

PENGERTIAN KODE ETIK MENURUT PARA AHLI

Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Kode Etik adalah sebuah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang
memberikan petunjuk dan pijakan pada tindakan manusia.

Ahmad Amin. Kode etik adalah pengetahuan yang menjelaskan mengenai arti baik dan buruk serta
tindakan apa yang seharusnya diambil ataupun dilakukan oleh manusia, dan juga menyatakan satu
tujuan yang perlu dicapai oleh manusia dalam perbuatannya serta menunjukkan arah untuk melakukan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia tersebut.
PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI

Dalam menjalani suatu pekerjaan atau profesi, tentulah memiliki sebuah pedoman yang
harus dipegang teguh agar pekerjaan/profesinya dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pedoman itulah yang dinamakan dengan Kode Etik Profesi.

Kode Etik Profesi menurut K. Bertens adalah norma yang telah ditetapkan dan diterima
oleh kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para
anggotanya, yaitu bagaimana “seharusnya” berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral
profesi yang bersangkutan dimata masyarakat untuk memperoleh tanggapan positif.

Pada prinsipnya, Kode Etik Profesi merupakan pedoman untuk pengaturan dirinya sendiri
bagi yang bersangkutan. Hal ini adalah perwujudan dari nilai etika moral yang hakiki serta
tidak dapat dipaksakan pihak luar. Setiap penyandang profesi tertentu harus dan bahkan
mutlak mempunyai Kode Etik sebagai acuan bagi perilaku dalam pelaksanaan peran dan
fungsi profesinya masing-masing.
Beberapa kewajiban seorang Dokter berdasarkan Kode Etik Kedokteran adalah:
1. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang Dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi;
2. Hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya;
3. Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat
menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Beberapa kewajiban seorang Hakim berdasarkan Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim
adalah:
1. Hakim wajib melaksanakan tugas-tugas hukumnya dengan menghormati asas praduga tak
bersalah, tanpa mengharapkanimbalan;
2. Hakim wajib tidak memihak, baik di dalam maupun di luar Pengadilan, dan tetap menjaga
serta menumbuhkankepercayaan masyarakat pencari keadilan;
3. Hakim harus memberikan keadilan kepada semua pihak dan tidak beritikad semata-mata
untuk menghukum;
4. Hakim harus memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang khususnya pencari
keadilan atau kuasanya yang mempunyai kepentingan dalam suatu proses hukum di
Pengadilan.
Beberapa kewajiban seorang Jaksa berdasarkan Kode Perilaku Jaksa adalah:
1. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan adil;
2. Memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan
hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien,
konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan
tugas bidang lain;
3. Memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan
hak asasi manusia;
4. Menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Beberapa kewajiban seorang Notaris berdasarkan Kode Etik Notaris adalah:
1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;
2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris;
3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan;
4. Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh rasa
tanggung jawab berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan dan isi sumpah
jabatan Notaris;
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian profesi yang telah dimiliki
tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan;
6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara.
FUNGSI KODE ETIK PROFESI

Fungsi dari Kode Etik Profesi:


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan Kode Etik Profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
2. Sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja
(kalangan sosial).
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Maksudnya bahwa para pelaksana profesi tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi yang lain.
KODE ETIK NOTARIS

v Kode Etik Notaris adalah kaidah moral yang


ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia
yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan"
berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau
yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu
dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap
dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang
yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris,
termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris,
Notaris Pengganti pada saat menjalankan jabatan.

v Kode Etik Notaris terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu:


1. Kode Etik Jabatan yang bersumber dari UUJN; dan
2. Kode Etik Organisasi.
v Jika Kode Etik Jabatan dilanggar, akan
berdampak langsung terhadap akta Notaris. Bisa
menyebabkan akta tersebut tidak autentik dan
sanksi berupa peringatan tertulis, pemberhentian
sementara, pemberhentian dengan hormat, atau
pemberhentian dengan tidak hormat.

v Jika Kode Etik Organisasi dilanggar, Notaris


akan diberikan sanksi berupa teguran,
peringatan, pemberhentian sementara dari
keanggotaan perkumpulan, pemberhentian
dengan hormat dari keanggotaan perkumpulan,
atau pemberhentian dengan tidak hormat dari
keanggotaan perkumpulan. Tetapi, hal tersebut
tidak langsung berakibat pada akta yang dibuat
oleh Notaris jika sepanjang akta yang dibuatnya
memenuhi syarat-syarat peraturan jabatan.
Apabila Notaris tidak masuk dalam keanggotaan Perkumpulan (Organisasi), maka hal
tersebut akan berdampak tidak baik terhadap Notaris tersebut, seperti:
- Jika akta Notaris bermasalah, maka tidak akan mendapatkan fasilitas-fasilitas bantuan
hukum;
- Jika memerlukan surat rekomendasi dari organisasi untuk pindah tempat atau wilayah
kedudukan, maka hal tersebut tidak bisa dilaksanakan;
- Jika ada upgrading penambahan ilmu, maka tidak bisa ikut serta dalam semua kegiatan
organisasi; dll

Contoh beberapa pelanggaran Kode Etik Notaris:


- Memberikan honor di bawah yang sudah ditentukan atau disepakati di daerah kerja
Notaris;
- Membujuk Klien untuk membuat akta pada Anda;
- Mengiklankan diri;
- Memberikan jasa imbalan berupa uang komisi kepada instansi terkait, seperti perbankan,
real estate, kantor pajak, biro jasa, dan instansi lainnya;
- Membuka kantor di luar tempat kedudukan atau wilayah jabatan Notaris;
- dll.

Anda mungkin juga menyukai