Materi Kode Etik CSS
Materi Kode Etik CSS
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani yang disebut “Ethos” (bentuk tunggal) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat istiadat. Sedangkan bentuk jamaknya adalah “Ta Etha” yang berarti adat kebiasaan.
Pendapat lain bahwa Etika berasal dari bahasa Inggris yang disebut “Ethic” (bentuk tunggal) yang berarti
“a system of moral principles or rules of behaviour” atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku.
Jika “Ethics” (ditambah huruf ’s’) dapat berarti “the branch of philosophy that deals with moral principles” atau suatu
cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak).
Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika adalah refleksi dari self control karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok itu sendiri.
Etika disebut juga filsafat moral, yaitu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, tetapi mempersoalkan cara manusia harus bertindak.
Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya:
1. Norma hukum, berasal dari hukum dan Perundang-Undangan;
2. Norma moral, berasal dari agama;
3. Norma agama, berasal dari suara hati;
4. Norma sopan santun, berasal dari kehidupan sehari-hari.
Socrates pertama kali menyuarakan pengetahuan tentang baik dan buruk etika serta tindakan baik dan tindakan
buruk moralitas.
Disetiap sudut keramaian, Socrates selalu membawa misi agar manusia mengenali dirinya. Dengan ungkapan
“Kenalilah dirimu,” “Kenalilah dirimu”. Socrates berteriak di ruang publik sehingga banyak orang mendengar dan
terpengaruh.
v K. Bertens. Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur perilaku.
v Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah
dan pijakan dalam tindakan manusia.
v Soegarda Poerbakawatja. Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai tentang baik dan buruknya
tindakan dan kesusilaan.
Etika dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Etika Perangai.
2. Etika Moral.
Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai
manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil
penilaian perilaku.
Contoh etika perangai adalah: Berbusana adat, pergaulan, dan upacara adat.
Etika moral adalah kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.
Apabila Etika ini dilanggar, maka akan timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik
dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral adalah: Berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain,
menghormati orang tua dan guru, membela kebenaran dan keadilan, dan menyantuni anak
yatim/yatim piatu.
MANFAAT ETIKA
Istilah Moral berasal dari bahasa latin, yaitu ”Mores” kata jamak dari “Mos” yang berarti adat
kebiasaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
Chaplin. Moral adalah tindakan seseorang yang sesuai dengan aturan hukum, sosial, agama, adat,
dan lain sebagainya.
Hurlock. Moral adalah tindakan seseorang yang mencerminkan sopan santun, kebiasaan, nilai adat
istiadat ataupun aturan perilaku yang tidak melanggar hukum.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Moral adalah tindakan yang mengacu pada kebaikan dan
keburukan sebagai ajaran yang memiliki ikatan agama, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Dengan merujuk kepada arti kata Etika yang sesuai, maka arti kata moral sama
dengan arti kata Etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Apabila dikatakan: “Notaris yang membuat akta itu tidak bermoral”, artinya
perbuatan Notaris itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku
dalam kelompok profesinya.
Apabila dikatakan “Dosen itu bermoral tidak baik”, artinya Dosen itu berperilaku
tidak baik dan tidak benar, tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
pegangan Dosen.
FUNGSI DAN TUJUAN MORAL
Moralitas berasal dari bahasa latin “Moralis” yang pada dasarnya mempunyai arti sama
dengan moral, tetapi lebih bersifat abstrak.
Moralitas adalah keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Dengan kata lain, moralitas merupakan kualitas perbuatan manusiawi, dalam arti
perbuatan itu baik/buruk, benar/salah.
Contoh: Moralitas kolusi para Hakim dengan pihak berperkara adalah buruk, sedangkan
moralitas Putusan Hakim yang sesuai dengan rasa keadilan adalah baik.
Tujuan akhir (sasaran) adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Moralitas perbuatannya ada
dalam kehendak. Perbuatan itu dikehendaki oleh pelakunya.
Contohnya kasus pembunuhan dalam keluarga yang telah dikemukakan sebelumnya:
1. Perbuatan yang dikehendaki dengan bebas (tanpa paksaan) adalah membunuh;
2. Diwujudkannya perbuatan tersebut terlihat pada akibat yang diinginkan pelaku, yaitu matinya pemilik harta (Pewaris);
3. Moralitas perbuatan adalah kehendak bebas melakukan perbuatan salah dan jahat.
Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai perbuatan.
Termasuk dalam pengertian lingkungan perbuatan adalah:
1. Manusia yang terlibat;
2. Kuantitas dan kualitas perbuatan;
3. Cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan;
4. Frekuensi perbuatan.
Hal-hal ini dapat diperhitungkan sebelumnya atau dapat pula dikehendaki ada pada perbuatan yang dilakukan secara sadar.
Lingkungan ini menentukan kadar moralitas perbuatan, yaitu baik/jahat, benar/salah.
MORALITAS SEBAGAI NORMA
Moralitas obyektif adalah moralitas yang melihat perbuatan sebagaimana adanya, terlepas dari segala bentuk modifikasi
kehendak bebas pelakunya.
Moralitas objektif sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yang pada hakikatnya baik atau jahat, benar atau
salah. Misalnya:
1. Menolong sesama manusia adalah perbuatan baik.
2. Mencuri, memperkosa, membunuh adalah perbuatan jahat
Tetapi pada situasi khusus, mencuri atau membunuh adalah perbuatan yang dapat dibenarkan jika untuk mempertahankan
hidup atau membela diri. Jadi, moralitasnya terletak pada upaya untuk mempertahankan atau membela diri (hak untuk hidup
adalah hak asasi manusia).
Moralitas subyektif adalah moralitas yang melihat perbuatan sebagai dipengaruhi oleh pengetahuan dan perhatian
pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, dan perlakuan personal lainnya.
Misalnya: Dalam musibah kebakaran, banyak orang membantu menyelamatkan harta benda korban, ini adalah baik. Tetapi,
jika tujuan akhirnya adalah mencuri harta benda karena tidak ada yang melihat, maka perbuatan tersebut adalah jahat.
FUNGSI AGAMA
Beberapa fungsi dari eksistensi agama, diantaranya adalah:
1. Dijadikan sebagai sumber pedoman dalam berkehidupan;
2. Memberikan pandangan dunia kepada manusia dan berpengaruh pada kebudayaan manusia;
3. Menjawab berbagai macam pertanyaan yang mungkin tidak mampu dijawab oleh sesama manusia lain;
4. Berperan dalam sebuah peranan sosial karena mengandung garis kode etika bagi setiap penganutnya;
5. Dijadikan aturan dalam berhubungan antara manusia dengan Tuhannya, antar sesama makhluk hidup, dan
hubungan lainnya dalam kehidupan;
6. Menentukan suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah dan yang benar;
7. Menjadikan pedoman untuk dapat mengungkap suatu kebersamaan;
8. Pedoman dalam membentuk sebuah keyakinan dan membentuk nilai nilai dalam kehidupan;
9. Memberi suatu identitas pada umat manusia karena telah menjadi bagian dari sebuah agama.
AGAMA DAN MORAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau
sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah.
Bekerja merupakan kodrat manusia sebagai kewajiban dasar. Manusia dikatakan mempunyai martabat apabila dia
mampu bekerja keras. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh hak dan memiliki segala apa yang diinginkannya.
Bekerja merupakan kegiatan fisik dan pikir yang terintegrasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian/keterampilan/kejuruan tertentu.
Dari 3 jenis pekerjaan yang dikemukakan sebelumnya, profesi adalah pekerjaan yang tercantum
pada nomor 3, yaitu pekerjaan dalam arti khusus, dengan kriteria sebagaiberikut:
1. Meliputi bidang tertentu saja (spesialisasi);
2. Berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus;
3. Bersifat tetap atau terus-menerus;
4. Lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan);
5. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat;
6. Terkelompok dalam suatu organisasi.
Berdasarkan kriteria tersebut, profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan tetap dibidang
tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan
lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan. Pekerja yang menjalankan profesinya
disebut Profesional.
SPESIALISASI
Pekerjaan bidang tertentu berdasarkan spesialisasi yang dikaitkan dengan bidang keahlian yang dipelajari dan
ditekuni. Biasanya tidak ada rangkapan dengan pekerjaan lain di luar keahliannya itu.
Contoh spesialisasi bidang keahlian tertentu antara lain bidang hukum, ekonomi, farmasi, kedokteran,
keteknikan, kependidikan. Tidak ada rangkapan, misalnya: Dokter tidak merangkap Apoteker, Notaris tidak
merangkap Advokat, Akuntan tidak merangkap Pengusaha.
Rangkap pekerjaan akan menyebabkan tidak memungkinkan yang bersangkutan melakukan pekerjaannya
secara profesional.
MENGUTAMAKAN PELAYANAN
Pekerjaan bidang tertentu itu lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan). Artinya
mendahulukan apa yang harus dikerjakan, bukan berapa bayaran yang diterima.
Kepuasan konsumen atau pelanggan lebih diutamakan. Pelayanan itu diperlukan karena keahlian
profesional, bukan amatir. Seorang profesional selalu bekerja dengan baik, benar, dan adil.
TANGGUNG JAWAB
Dalam memberikan pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dan
kepada masyarakat.
Bertanggung jawab kepada diris endiri, artinya dia bekerja karena integritas moral, intelektual,
dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam memberikan pelayanan, seorang
profesional selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati
nuraninya, bukan karena sekedar hobi belaka.
Bertanggung jawab kepada masyarakat artinya kesediaan memberikan pelayanan sebaik mungkin sesuai dengan
profesinya, tanpa membedakan pelayanan bayaran dan pelayanan cuma-Cuma serta menghasilkan layanan yang
bermutu, yang berdampak positif bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata bermotif mencari
keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia.
ORGANISASI PROFESI
Para profesional itu terkelompok dalam suatu organisasi. Biasanya organisasi profesi menurut bidang keahlian dari
cabang ilmu yang dikuasai.
K. Bertens menyatakan, kelompok profesi merupakan masyarakat moral (moral community) yang memiliki cita-cita
dan nilai-nilai bersama. Kelompok profesi memiliki kekuasaan sendiri dan tanggung jawab khusus. Sebagai profesi,
kelompok ini mempunyai acuan yang disebut Kode Etik Profesi.
Pengakuan terhadap organisasi profesi didasarkan pada nilai moral yang tercermin pada keahlian dan keterampilan
anggota profesi yang bersangkutan bukan karena ketentuan hukump ositif.
PROFESI HUKUM
Apabila profesi itu berkenaan dengan bidang hukum, maka kelompok profesi itu disebut kelompok profesi hukum. Pengemban
profesi hukum bekerja secara profesional dan fungsional.
Mereka memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan, kritis, dan pengabdian yang tinggi karena mereka bertanggung jawab
kepada diri sendiri dan kepada sesama anggota masyarakat, bahkan kepadaTuhan Yang Maha Esa. Mereka bekerja sesuai dengan
Kode Etik Profesinya.
Apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran Kode Etik, mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai
dengan tuntutan Kode Etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada Dewan Kehormatan yang akan mengoreksi pelanggaran
Kode Etik.
Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya. Nilai moral itu
merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai
moral yang kuat.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno mengemukakan 5 kriteria nilai moral yang kuat dan mendasari kepribadian profesional hukum,
yaitu:
1. Kejujuran;
2. Autentik;
3. Bertanggung Jawab;
4. Kemandirian Moral;
5. Keberanian Moral.
KEJUJURAN
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari misi
profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu diri.
2 sikap yang terdapat dalam kejujuran, yaitu:
1. Sikap terbuka. Ini berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan melayani secara bayaran atau
secara cuma-cuma.
2. Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok
kuasa, tidak kasar, tidak menindas, dan tidak memeras.
AUTENTIK
Autentik artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang
sebenarnya. Autentik pribadi profesional hukum antara lain:
1. Tidak menyalahgunakan wewenang;
2. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (perbuatan tercela);
3. Mendahulukan kepentingan klien;
4. Berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu
perintah atasan;
5. Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
BERTANGGUNG JAWAB
Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya:
1. Kesediaan dengan melakukan sebaik mungkin tugas apa saja yang termaksud lingkup profesinya;
2. Bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma;
3. Kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atau pelaksanaan kewajibannya.
KEMANDIRIAN MORAL
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti pandangan moral yang
terjadi disekitarnya, melainkan membentuk penilaian dan mempunyai pendirian sendiri.
Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh
pertimbangan untung rugi (pamrih), menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan dan agama.
KEBERANIAN MORAL
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk
menanggung resiko konflik.
Keberanian tersebut antara lain:
1. Menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap, dan pungli;
2. Menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas jalan;
3. Menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.
Hukum mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia. Peraturan
hukum mengatur dan menjelaskan bagaimana seharusnya:
v Legislator menciptakan hukum;
v Pejabat melaksanakan administrasi negara;
v Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan;
v Polisi dan Jaksa menegakkan ketertiban hukum;
v Pengacara membela kliennya dan menginterpretasikan hukum;
v Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya;
v Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya;
v Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum.
ETIKA PROFESI HUKUM
Kita semua hidup dalam jaringan keberlakuan hukum dalam berbagai bentuk formalitasnya. Semua berjalan sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku.
Namun, yang namanya manusia dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas dari kecenderungan menyimpang dan
menyeleweng. Profesional hukum yang tidak bertanggung jawab melakukan pelanggaran dalam menjalankan profesinya
karena lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau golongannya.
Padahal adanya norma hukum secara esensial menuntun kearah mana seharusnya berbuat yang membahagiakan semua
pihak. Dengan berpedoman pada norma hukum, masyarakat berharap banyak kepada profesional hukum agar masyarakat
dapat dilindungi oleh hukum, hidup tertib, teratur, dan bahagia.
Setiap kelompok profesi memiliki norma-norma yang menjadi penuntun perilaku anggotanya dalam melaksanakan tugas
profesi. Norma-norma tersebut dirumuskan dalam bentuk tertulis yang disebut Kode Etik Profesi.
Kode Etik Profesi hukum merupakan bentuk realisasi etika profesi hukum yang wajib ditaati oleh setiap profesional hukum
yang bersangkutan.
Ditinjau dari segi bahasa, Kode Etik berasal dari 2 (dua) bahasa, yaitu “Kode” dan “Etik”.
v “Kode” (Code) artinya tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk
menjamin kerahasiaan berita, pemerintah, dan sebagainya); Kumpulan peraturan yang bersistem;
Kumpulan prinsip yang bersistem.
v “Etik” (Ethics) atau etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti etika, akhlak atau watak.
Dari pengertian tersebut, Kode Etik dapat diartikan sebagai kumpulan etika.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno. Kode Etik adalah sebuah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang
memberikan petunjuk dan pijakan pada tindakan manusia.
Ahmad Amin. Kode etik adalah pengetahuan yang menjelaskan mengenai arti baik dan buruk serta
tindakan apa yang seharusnya diambil ataupun dilakukan oleh manusia, dan juga menyatakan satu
tujuan yang perlu dicapai oleh manusia dalam perbuatannya serta menunjukkan arah untuk melakukan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia tersebut.
PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI
Dalam menjalani suatu pekerjaan atau profesi, tentulah memiliki sebuah pedoman yang
harus dipegang teguh agar pekerjaan/profesinya dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pedoman itulah yang dinamakan dengan Kode Etik Profesi.
Kode Etik Profesi menurut K. Bertens adalah norma yang telah ditetapkan dan diterima
oleh kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para
anggotanya, yaitu bagaimana “seharusnya” berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral
profesi yang bersangkutan dimata masyarakat untuk memperoleh tanggapan positif.
Pada prinsipnya, Kode Etik Profesi merupakan pedoman untuk pengaturan dirinya sendiri
bagi yang bersangkutan. Hal ini adalah perwujudan dari nilai etika moral yang hakiki serta
tidak dapat dipaksakan pihak luar. Setiap penyandang profesi tertentu harus dan bahkan
mutlak mempunyai Kode Etik sebagai acuan bagi perilaku dalam pelaksanaan peran dan
fungsi profesinya masing-masing.
Beberapa kewajiban seorang Dokter berdasarkan Kode Etik Kedokteran adalah:
1. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang Dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi;
2. Hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya;
3. Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat
menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Beberapa kewajiban seorang Hakim berdasarkan Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim
adalah:
1. Hakim wajib melaksanakan tugas-tugas hukumnya dengan menghormati asas praduga tak
bersalah, tanpa mengharapkanimbalan;
2. Hakim wajib tidak memihak, baik di dalam maupun di luar Pengadilan, dan tetap menjaga
serta menumbuhkankepercayaan masyarakat pencari keadilan;
3. Hakim harus memberikan keadilan kepada semua pihak dan tidak beritikad semata-mata
untuk menghukum;
4. Hakim harus memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang khususnya pencari
keadilan atau kuasanya yang mempunyai kepentingan dalam suatu proses hukum di
Pengadilan.
Beberapa kewajiban seorang Jaksa berdasarkan Kode Perilaku Jaksa adalah:
1. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan adil;
2. Memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan
hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien,
konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan
tugas bidang lain;
3. Memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan
hak asasi manusia;
4. Menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Beberapa kewajiban seorang Notaris berdasarkan Kode Etik Notaris adalah:
1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;
2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris;
3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan;
4. Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh rasa
tanggung jawab berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan dan isi sumpah
jabatan Notaris;
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian profesi yang telah dimiliki
tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan;
6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara.
FUNGSI KODE ETIK PROFESI